BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) tahun 2005-
2025 yang tercantum dalam rencana pembangunan Nasional adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
mencakup meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi (AKB),
menurunnya angka kematian ibu (AKI) dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita
(Depkes RI 2010). Terkait dengan masalah AKI dan AKB, Departemen Kesehatan
mengeluarkan kebijakan yang mengacu kepada intervensi strategi dalam Safe Motherhood
yang dinyatakan sebagai empat pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal,
persalinan bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial (Depkes RI 2010).
Hasil Survey Indonesian Demographic and Health Survey (2012) untuk Angka
Kematian Ibu (AKI) hasilnya sangat mengejutkan. Kematian Ibu melonjak sangat signifikan
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Ini
berarti kesehatan ibu justru mengalami kemunduran selama 15 tahun. Sedangkan angka
kematian bayi (AKB) yaitu 34/1000 kelahiran hidup, Milleneum Development Goals
(MDG‟s) memproyeksikan target penekanan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan
AKB menjadi 23/1000 kelahiran hidup (Depkes RI,2012).
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang berada di tingkat pelayanan
dasar, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai
dengan standar dan etika pelayanan profesi. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
merupakan salah satu program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat
kelompok ibu hamil, menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan
terhadap kesakitan dan kematian. Dalam mengayomi kelompok rentan ini banyak kegiatan
yang dilakukan oleh puskesmas dalam upaya penurunan angka kesakitan dan kematian, salah
satunya melalui kegiatan pelayanan Antenatal Care (ANC) yang adekuat (Dinkes Sulsel,
2011).
Antenatal Care penting untuk dilakukan mengingat perkembangan penyakit sering
berjalan cepat. Antenatal Care yang teratur dan komperhensif akan dapat mendeteksi sejak
dini kelainan-kelainan dan resiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga dapat
dicarikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Pelayanan antenatal dapat
dikatakan berkualitas apabila pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, standar yang ditetapkan salah satunya yaitu pelayanan 7T. Bila dilaksanakan
sesuai dengan standard, maka pelayanan tersebut dapat berperan dalam upaya pencegahan dan
deteksi dini kelainan atau penyakit pada ibu hamil atau janinnya (Depkes RI 2009).
Dalam memantau program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Secara nasional cakupan K1 Tahun 2010 adalah
95,26% dan cakupan K4 adalah 85,56%. Jumlah tersebut masih kurang dari target nasional
yang ingin dicapai pada tahun 2014 yaitu cakupan K1 100% dan K4 95% (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan laporan kinerja puskesmas Kampung Pon periode 2012 - 2014 pada program
KIA menunjukkan pada tahun 2012 cakupan K1 sebanyak 105,3% yang turun menjadi
97,34% di tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 101%. Sedangkan
untuk cakupan K4 pada tahun 2012 sebesar 100 % turun menjadi 93,02% di tahun 2013 dan
pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan menjadi 90,1% (puskesmas Pangkalan
Budiman, 2014).
Dari gambaran data tersebut menunjukkan bahwa cakupan K4 di puskesmas Kampung
Pon disamping belum memenuhi standar juga mengalami fluktuasi yang dapat disebabkan
oleh mutu pelayanan Antenatal Care (ANC) belum memberikan kepuasan kepada ibu hamil.
Ketidakpuasan ibu hamil dapat mengakibatkan rendahnya kunjungan ibu hamil ke Puskesmas,
sehingga menyebabkan kurangnya deteksi risiko kehamilan.
Upaya menerapkan Safe Motherhood memerlukan pelayanan Antenatal Care (ANC)
yang berkualitas dan sesuai dengan kuantitasnya. Menurut Parasuraman dalam Tjiptono
(2011), penilaian pasien terhadap kualitas ditentukan harapan pasien terhadap kualitas
(expected quality) dan persepsi pasien atas kualitas (perceived quality). Jadi tingkat kepuasan
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila
kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa.
Kepuasan konsumen merupakan hal yang terpenting. Jika konsumen tidak puas dengan
layanan yang diberikan, dia tidak akan mencari layanan itu, walaupun layanan itu mudah
didapat, tersedia dan mudah dijangkau. Oleh karena itu mutu layanan yang ditawarkan
merupakan hal penting dalam layanan kesehatan. Mutu itu sendiri adalah melakukan hal yang
benar sejak pertama kali dan melakukannya lebih baik lagi pada saat berikutnya (Al-Assaf,
2009).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap lima
ibu hamil yang melakukan antenatal care di puskesmas Pangkalan Budiman diperoleh
informasi sebanyak 4 orang yang menyatakan pelayanan yang diterimanya masih kurang
memuaskan dan 1 orang yang menyatakan sudah cukup puas. Secara spesifik keluhan yang
disampaikan antara lain kurangnya informasi tentang prosedur pelayanan, jadual pelayanan
yang tidak tepat dan lama waktu tunggu, bidan tergesa-gesa dalam memberi pelayanan
antenatal care dan ruangan pemeriksaan tidak nyaman.
Dari informasi tersebut diduga penyebab cakupan antenatal care di puskesmas
Pangkalan Budiman yang belum mencapai target berkaitan dengan ketidakpuasan ibu hamil
terhadap pelayanan yang diterimanya. Hal ini sesuai pernyataan Kotler bahwa kepuasan
merupakan tingkat perasaan seseorang (pelanggan) setelah membandingkan antara kinerja
atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkan.
Jika harapan ibu hami lebih tinggi daripada kenyataan layanan yang diterimanya akan
menibulkan ketidakpuasan sehingga lebih memilih layanan kesehatan lain atau tidak
memanfaatkan layanan kesehatan tersebut. Menurut Parasuraman, penilaian kualitas dapat
diukur dari beberapa dimensi yaitu Reliability (keandalan), Responsiveness (ketanggapan),
Assurance (jaminan), Empathy (empati) dan Tangibles (bukti langsung) (Tjiptono, 2011).
Hasil studi literatur menjelaskan bahwa kepuasan terhadap layanan antenatal care
berkaitan dengan mutu pelayanan sehingga meningkatkan kepatuhan ibu hamil melakukan
antenatal care selama masa kehamilan. Balqis, dkk (2013) meneliti faktor yang berhubungan
dengan mutu pelayanan antenatal di puskesmas Pangkalan Budiman, menemukan ada
hubungan antar kenyamanan dengan mutu pelayanan antenatal. Farid, dkk (2012) meneliti
kepuasan ibu hamil dan persepsi kualitas pelayanan antenatal care di Puskesmas Tanjung
Kabupaten Sampang Madura, hasil penelitiannya menunjukkan ada hubungan antara persepsi
reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles dengan kepuasan ibu hamil.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan dimensi mutu pelayanan dengan kepuasan ibu hamil dalam
antenatal care di puskesmas Pangkalan Budiman tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar bekalang masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah
penelitian ini adalah : apakah terdapat hubungan antara dimensi mutu pelayanan dengan
kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang
Bedagai Tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan dengan kepuasan ibu
hamil dalam ante natal care di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan wujud
(tangibles) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di puskesmas
Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai
b. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan
kehandalan (reliability) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal care
di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai.
c. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan daya
tanggap (responsiveness) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal
care di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai.
d. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan jaminan
(assurance) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di
puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai.
e. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan empati
(emphaty) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di puskesmas
Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah khususnya
manajemen pelayanan kebidanan.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan memberikan konstribusi dalam rangka pengambilan kebijakan
untuk mencapai target pelayanan ante natal care melalui peningkatan mutu layanan
kebidanan.
3. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman berharga bagi penulis dalam melakukan penelitian dan
dapat memberikan informasi bagi peneliti lain yang berminat melanjutkan hasil
penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jelas dan mudah dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat membantu pasien
dalam hal beribadah; kemampuan bidan untuk cepat tanggap menyelesaikan
keluhan pasien; dan tindakan bidab cepat pada saat pasien membutuhkan
d. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain
komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi dan sopan santun. Jaminan
kepastian dalam pelayanan kebidanan ditentukan oleh komponen : kompetensi,
yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan bidan dalam memberikan
pelayanan; keramahtamahan yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek
dari sikap bidan; dan keamanan, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai
tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan
menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien aman.
e. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan pelanggan. Sebagai contoh perusahaan harus mengetahui keinginan
pelanggan secara spesifik dari bentuk fisik produk atau jasa sampai pendistribusian
yang tepat. Sehingga dalam pelayanan kebidanan dimensi empati dapat
diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada
setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan
diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain
3. Faktor – faktor Penyebab Buruknya Kualitas Pelayanan
Untuk menarik konsumen maka sebuah jasa pelayanan wajib memberikan
suatu kualitas jasa yang baik untuk konsumennya. Namun terkadang jasa pelayanan
belum bisa melakukan hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa faktor yang
menyebabkan kualitas suatu jasa menjadi buruk. Faktor – faktor tersebut meliputi :
a. Produksi dan Konsumsi yang terjadi secara simultan
Salah satu karakteristik jasa yang penting adalah Inseparability, artinya jasa
diproduksi dan di konsumsi pada saat yang bersamaan. Beberapa kekurangan
yang mungkin ada pada karyawan pemberi jasa dan dapat berpengaruh terhadap
persepsi pelanggan pada kualitas jasa.
g. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal dan anggota keluarga menerima pengalaman kehamilan
dengan cara positif.
3. Manfaat Antenatal Care (ANC)
Antenatal care memberikan manfaat dengan ditemukannya kelainan yang menyertai
hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinannya. Sehingga kesehatan ibu yang optimal dapat meningkatkan
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2008).
4. Kunjungan ibu hamil pada pemeriksaan kehamilan
Kunjungan pertama ibu hamil adalah kontak pertama antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Istilah kunjungan bukan berarti ibu hamil selalu datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat
juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di
Posyandu (Depkes RI, 2010).
Proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak pertama antara petugas kesehatan
dengan ibu hamil dan secara optimal adalah pengertian K1. Pada (K1) petugas mengumpulkan
dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi
(Manuaba, 2008).
Kunjungan ke IV adalah kunjungan berkelanjutan pada kehamilan 36 minggu sampai
lahir. Pada kunjungan ke IV petugas mengenali adanya kelainan letak dan presentasi janin,
memantapkan persalinan dan mengenali tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2008).
5. Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan ibu hamil (Manuaba, 2008)
Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh petugas profesional yaitu
dokter umum, bidan dan perawat bidan untuk selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan ANC meliputi 7 T yaitu Timbang berat badan, ukur Tekanan Darah, ukur
Tinggi fundus uteri, pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian Tablet besi
minimal 90 tablet selama masa kehamilan,Tes terhadap penyakit menular seksual, Temu
wicara dalam rangka rujukan.
a. Timbang Berat Badan (BB)
Berat badan ibu hamil perlu dikontrol secara teratur paling tidak setiap kali
kunjungan pemeriksaan kehamilan. Pada trimester pertama biasanya belum
Kepuasan pasien adalah indikator pertama dari standar suatu rumah sakit atau
puskesmas dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pasien yang rendah akan
berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan memengaruhi provitabilitas rumah sakit,
sedangkan sikap karyawan terhadap pasien juga akan berdampak terhadap kepuasan pasien
dimana kebutuhan pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan
mutu pelayanan yang diberikan (Tjiptono, 2011).
Kebutuhan konsumen kesehatan amat bervariasi. Secara umum, kebutuhan konsumen
kesehatan adalah kebutuhan terhadap akses layanan kesehatan, layanan yang tepat waktu,
layanan yang efektif dan efisien, layanan yang layak dan tepat, lingkungan yang aman serta
penghargaan dan penghormatan. Sementara itu terdapat kebutuhan khusus konsumen, antara
lain kesinambungan layanan kesehatan dan kerahasiaan. Hal-hal tersebutlah yang
memengaruhi kepuasan konsumen di sarana pelayanan kesehatan (Tjiptono, 2011).
Sarana pelayanan kesehatan sekarang ini harus mengikuti kebutuhan dan kepuasan
konsumennya. Dengan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan kesehatan, kepuasan
adalah bagian integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan.
Artinya, pengukuran tingkat kepuasan harus menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah
dimensi kepuasan konsumen menjadi salah satu dimensi mutu layanan kesehatan yang
penting.
Kepuasan dirasakan oleh seseorang yang telah mengalami suatu hasil (out come) yang
sesuai dengan harapannya. Jadi kepuasan merupakan fungsi dari tingkat harapan yang
dirasakan dari hasil kegiatan. Apabila suatu hasil kegiatan melebihi harapan seseorang, orang
tersebut akan dikatakan mengalami tingkat kepuasan yang tinggi (fully satisfied). Apabila
hasil kerja tersebut sama dengan yang diharapkan, seseorang dikatakan puas (satisfied). Akan
tetapi apabila hasil tersebut jauh di bawah harapan, seseorang akan merasa tidak puas
(dissatisfied). Untuk memahami tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, terlebih
dahulu kita harus memahami apa harapannya terhadap sebuah pelayanan. Harapan dibuat
berdasarkan pengalaman sebelumnya atau situasi yang sama, pernyataan yang dibuat oleh
orang lain dan pernyataan yang dibuat oleh penyedia jasa pelayanan kesehatan.
Konsumen memiliki hak untuk menyampaikan keluhannya terhadap pelayanan
kesehatan yang diterimanya dan kemudian memberikan penilaian atas tanggapan yang
diberikan oleh mereka yang menerima keluhan tersebut. Mekanisme feed back inilah yang kita
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah dekriptif analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan
karakteristik atau mendeskripsikan seperangkat persitiwa atau kondisi populasi saat itu
(Arikunto, 2008). Rancangan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
dimensi mutu pelayanan kesehatan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance,
emphaty) dengan kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di puskesmas Pangkalan
Budiman Kab. Serdang Bedagai.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode belah lintang (cross sectional), yaitu
penelitian yang melakukan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat hanya satu kali
saja tanpa melakukan intervensi (Notoadmodjo, 2010).
C. Populasi
Arikunto (2008) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ante natal
care di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai, berdasarkan laporan
kunjungan pada bulan Oktober – Desember 2015 jumlah ibu hamil sebanyak 82 orang.
D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah karaktersistik yang dimiliki oleh populasi
(Nursalam, 2009). Sampel penelitian ini dipilih sebagai responden melalui prosedur
teknik sampling. Besar sampel dihitung dengan menggunakan sample minimal size.
Besarnya sampel dihitung menurut rumus Slovin (Nursalam, 2009):
N
n
1 Ne 2
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
Besar sampel :
82 82
n n 68
1 82(0.05) 2
1.205
Berdasarkan rumus perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 68 responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
yaitu pengambilan sampel dari populasinya dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan
tujuan penelitian (Nursalam, 2009).
Kriteria inklusi :
1. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan minimal SMP dengan pertimbangan dianggap
mampu untuk menjawab kuesioner secara objektif
2. Ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 2 (dua) kali di
puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai.
3. Bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi:
1. Ibu hamil yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik;
2. Ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama kalinya di puskesmas Pangkalan
Budiman Kab. Serdang Bedagai.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah Puskesmas puskesmas pangkalan Budiman Kab. Serdang
Bedagai.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Mei 2015.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur yaitu cara pengumpulan data melalui tatap muka langsung
antar butir dalam variabel yang diteliti. Notoadmodjo, (2010) mengemukakan untuk
penelitian eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0,5 - 0,6 sudah cukup justifikasi
bagi sebuah hasil penelitian.
G. Analisa Data
Proses pengolahan data meliputi :
1. Editing
Editing adalah memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan
melalui kuisioner. Hal ini untuk mengecek kembali apakah semua kuisioner telah
diisi dan bila ada ketidakcocokan, meminta responden yang sama untuk mengisi
kembali data yang kosong .
2. Coding
Coding adalah memberikan kode jawaban secara angka atau kode tertentu
sehingga lebih mudah dan sederhana. Responden memilih jawaban yang
disediakan dengan cara memberikan tanda check ( ) pada jawaban yang dipilih.
3. Tabulating
a. Transfering
Memindahkan jawaban atau kode tertentu ke dalam suatu media misalnya
master tabel .
b. Skoring
Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan pemberian
skor penilaian. Skoring ini dilakukan setelah semua jawaban terkumpul.
Untuk rata-rata jawaban responden dapat dihitung dengan persamaan berikut
(Notoadmodjo, 2010):
x
xi
n
Keterangan
n = Jumlah responden
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2008)., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V), PT.
RINEKA CIPTA, Jakarta
Balqis, dkk (2013), Faktor Yang Berhubungan Dengan Mutu Pelayanan Antenatal Di
Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 35-
41 Available from: eprints.akk.ac.id/23720/ Diakses 14 Juni 2015
Departemen Kesehatan RI., (2007)., Instrumen Indikator Kepuasan Pasien Rawat Inap ,
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta
Depkes RI,(2008)., Rencana Strategi Nasional making pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
2001-2010. Available from: http://www.docstoc.com/ docs/ 5005973/Laporan-MDG.
Diakses 14 Januari 2015.
Depkes RI, (2012), Panduan Pelaksanaan Strategi Making Pregnancy Safer dan child
survival. Jakarta
Dinkes Sulsel, (2011)., Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2011, Available from:
http://www.docstoc.com/docs/3205876/pdf. Diakses 14 Juni 2014
Fandi Tjiptono & Gregorius Chandar (2011) Service Quality & Satisfaction. Penerbit ANDI,
Yogyakarta
Farid, dkk (2012) Kepuasan Ibu Hamil Dan Persepsi Kualitas Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang Madura.
Manuaba, (2008)., Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Puskesmas Wara Utara Kota, (2014), Laporan Kinerja Puskesmas Wara Utara Kota Tahun
2015, (tidak dipublikasikan).
Puti (2013), Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Berdasarkan Penilaian Dan Harapan
Pasien. Diakses di http://adlnfkmunair.ac.id. dibuka 16 Januari 2015