Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) tahun 2005-
2025 yang tercantum dalam rencana pembangunan Nasional adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
mencakup meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi (AKB),
menurunnya angka kematian ibu (AKI) dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita
(Depkes RI 2010). Terkait dengan masalah AKI dan AKB, Departemen Kesehatan
mengeluarkan kebijakan yang mengacu kepada intervensi strategi dalam Safe Motherhood
yang dinyatakan sebagai empat pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal,
persalinan bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial (Depkes RI 2010).
Hasil Survey Indonesian Demographic and Health Survey (2012) untuk Angka
Kematian Ibu (AKI) hasilnya sangat mengejutkan. Kematian Ibu melonjak sangat signifikan
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Ini
berarti kesehatan ibu justru mengalami kemunduran selama 15 tahun. Sedangkan angka
kematian bayi (AKB) yaitu 34/1000 kelahiran hidup, Milleneum Development Goals
(MDG‟s) memproyeksikan target penekanan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan
AKB menjadi 23/1000 kelahiran hidup (Depkes RI,2012).
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang berada di tingkat pelayanan
dasar, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai
dengan standar dan etika pelayanan profesi. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
merupakan salah satu program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat
kelompok ibu hamil, menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan
terhadap kesakitan dan kematian. Dalam mengayomi kelompok rentan ini banyak kegiatan
yang dilakukan oleh puskesmas dalam upaya penurunan angka kesakitan dan kematian, salah
satunya melalui kegiatan pelayanan Antenatal Care (ANC) yang adekuat (Dinkes Sulsel,
2011).
Antenatal Care penting untuk dilakukan mengingat perkembangan penyakit sering
berjalan cepat. Antenatal Care yang teratur dan komperhensif akan dapat mendeteksi sejak

1 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


2

dini kelainan-kelainan dan resiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga dapat
dicarikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Pelayanan antenatal dapat
dikatakan berkualitas apabila pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, standar yang ditetapkan salah satunya yaitu pelayanan 7T. Bila dilaksanakan
sesuai dengan standard, maka pelayanan tersebut dapat berperan dalam upaya pencegahan dan
deteksi dini kelainan atau penyakit pada ibu hamil atau janinnya (Depkes RI 2009).
Dalam memantau program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Secara nasional cakupan K1 Tahun 2010 adalah
95,26% dan cakupan K4 adalah 85,56%. Jumlah tersebut masih kurang dari target nasional
yang ingin dicapai pada tahun 2014 yaitu cakupan K1 100% dan K4 95% (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan laporan kinerja puskesmas Kampung Pon periode 2012 - 2014 pada program
KIA menunjukkan pada tahun 2012 cakupan K1 sebanyak 105,3% yang turun menjadi
97,34% di tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 101%. Sedangkan
untuk cakupan K4 pada tahun 2012 sebesar 100 % turun menjadi 93,02% di tahun 2013 dan
pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan menjadi 90,1% (puskesmas Pangkalan
Budiman, 2014).
Dari gambaran data tersebut menunjukkan bahwa cakupan K4 di puskesmas Kampung
Pon disamping belum memenuhi standar juga mengalami fluktuasi yang dapat disebabkan
oleh mutu pelayanan Antenatal Care (ANC) belum memberikan kepuasan kepada ibu hamil.
Ketidakpuasan ibu hamil dapat mengakibatkan rendahnya kunjungan ibu hamil ke Puskesmas,
sehingga menyebabkan kurangnya deteksi risiko kehamilan.
Upaya menerapkan Safe Motherhood memerlukan pelayanan Antenatal Care (ANC)
yang berkualitas dan sesuai dengan kuantitasnya. Menurut Parasuraman dalam Tjiptono
(2011), penilaian pasien terhadap kualitas ditentukan harapan pasien terhadap kualitas
(expected quality) dan persepsi pasien atas kualitas (perceived quality). Jadi tingkat kepuasan
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila
kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa.
Kepuasan konsumen merupakan hal yang terpenting. Jika konsumen tidak puas dengan
layanan yang diberikan, dia tidak akan mencari layanan itu, walaupun layanan itu mudah
didapat, tersedia dan mudah dijangkau. Oleh karena itu mutu layanan yang ditawarkan
merupakan hal penting dalam layanan kesehatan. Mutu itu sendiri adalah melakukan hal yang

2 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


3

benar sejak pertama kali dan melakukannya lebih baik lagi pada saat berikutnya (Al-Assaf,
2009).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap lima
ibu hamil yang melakukan antenatal care di puskesmas Pangkalan Budiman diperoleh
informasi sebanyak 4 orang yang menyatakan pelayanan yang diterimanya masih kurang
memuaskan dan 1 orang yang menyatakan sudah cukup puas. Secara spesifik keluhan yang
disampaikan antara lain kurangnya informasi tentang prosedur pelayanan, jadual pelayanan
yang tidak tepat dan lama waktu tunggu, bidan tergesa-gesa dalam memberi pelayanan
antenatal care dan ruangan pemeriksaan tidak nyaman.
Dari informasi tersebut diduga penyebab cakupan antenatal care di puskesmas
Pangkalan Budiman yang belum mencapai target berkaitan dengan ketidakpuasan ibu hamil
terhadap pelayanan yang diterimanya. Hal ini sesuai pernyataan Kotler bahwa kepuasan
merupakan tingkat perasaan seseorang (pelanggan) setelah membandingkan antara kinerja
atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkan.
Jika harapan ibu hami lebih tinggi daripada kenyataan layanan yang diterimanya akan
menibulkan ketidakpuasan sehingga lebih memilih layanan kesehatan lain atau tidak
memanfaatkan layanan kesehatan tersebut. Menurut Parasuraman, penilaian kualitas dapat
diukur dari beberapa dimensi yaitu Reliability (keandalan), Responsiveness (ketanggapan),
Assurance (jaminan), Empathy (empati) dan Tangibles (bukti langsung) (Tjiptono, 2011).
Hasil studi literatur menjelaskan bahwa kepuasan terhadap layanan antenatal care
berkaitan dengan mutu pelayanan sehingga meningkatkan kepatuhan ibu hamil melakukan
antenatal care selama masa kehamilan. Balqis, dkk (2013) meneliti faktor yang berhubungan
dengan mutu pelayanan antenatal di puskesmas Pangkalan Budiman, menemukan ada
hubungan antar kenyamanan dengan mutu pelayanan antenatal. Farid, dkk (2012) meneliti
kepuasan ibu hamil dan persepsi kualitas pelayanan antenatal care di Puskesmas Tanjung
Kabupaten Sampang Madura, hasil penelitiannya menunjukkan ada hubungan antara persepsi
reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles dengan kepuasan ibu hamil.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan dimensi mutu pelayanan dengan kepuasan ibu hamil dalam
antenatal care di puskesmas Pangkalan Budiman tahun 2015.

3 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar bekalang masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah
penelitian ini adalah : apakah terdapat hubungan antara dimensi mutu pelayanan dengan
kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang
Bedagai Tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan dengan kepuasan ibu
hamil dalam ante natal care di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan wujud
(tangibles) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di puskesmas
Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai
b. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan
kehandalan (reliability) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal care
di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai.
c. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan daya
tanggap (responsiveness) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal
care di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai.
d. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan jaminan
(assurance) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di
puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai.
e. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi mutu pelayanan berdasarkan empati
(emphaty) dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di puskesmas
Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai

D. Manfaat Penelitian
1. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah khususnya
manajemen pelayanan kebidanan.

4 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


5

2. Bagi Puskesmas
Diharapkan memberikan konstribusi dalam rangka pengambilan kebijakan
untuk mencapai target pelayanan ante natal care melalui peningkatan mutu layanan
kebidanan.
3. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman berharga bagi penulis dalam melakukan penelitian dan
dapat memberikan informasi bagi peneliti lain yang berminat melanjutkan hasil
penelitian ini.

5 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan


1. Pengertian
Kualitas pelayanan menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan jasa pelayanan
supaya mampu bertahan dan tetap mendapat kepercayaan konsumen. Pola konsumsi dan gaya
hidup pelanggan menuntut jasa pelayanan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas.
Keberhasilan jasa pelayanan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dapat ditentukan
dengan pendekatan service quality yang telah dikembangkan oleh Parasuraman, Berry dan
Zenthaml (dalam Tjiptono 2011).
Service Quality adalah seberapa jauh perbedaan antara harapan dan kenyataan para
pelanggan atas layanan yang mereka terima. Service Quality dapat diketahui dengan cara
membandingkan persepsi pelanggan atas layanan yang benar-benar mereka terima dengan
layanan sesungguhnya yang mereka harapkan (Tjiptono 2011)
Menurut Wyckof dalam Puti (2013) kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Apabila jasa yang diterima sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan
baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas
jasa dipersepsikan ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang
diharapkan, maka kualitas jasa dianggap buruk (Tjiptono, 2011). Mengacu pada pengertian
kualitas layanan tersebut maka konsep kualitas layanan adalah suatu daya tanggap dan realitas
dari jasa yang diberikan perusahaan. Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan
pelanggan dan berakhir pada persepsi. Hal ini berarti bahwa kualitas yang baik bukanlah
berdasarkan persepsi penyediaan jasa, melainkan berdasarkan persepsi pelanggan.
Kualitas layanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan tentang inti pelayanan,
yaitu si pemberi pelayanan itu sendiri atau keseluruhan organisasi pelayanan, sebagian besar
masyarakat sekarang mulai menampakkan tuntutan terhadap pelayanan prima, mereka bukan
lagi sekedar membutuhkan produk yang bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati
kenyamanan pelayanan. Oleh karena itu dalam merumuskan strategi dan program pelayanan,
organisasi harus berorientasi pada kepentingan pelanggan dan sangat memperhatikan dimensi
kualitasnya (Chriswardani, 2006).

6 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


7

2. Dimensi Kualitas Pelayanan


Peneliti menggunakan metode Servqual dalam pengukuran dimensi mutu
pelayanan kesehatan. Adapun dimensi-dimensi tersebut yaitu: Tangibles atau bukti
fisik, Reliability atau keandalan Responsiveness atau ketanggapan, Assurance atau
jaminan/ kepastian, Empathy atau kepedulian. Menurut Supranto (2011) menyatakan
model SERVQUAL memiliki kemampuan diagnostik yang tinggi dan merupakan
alat ukur yang sangat efektif untuk survei kepuasan konsumen karena mencakup
dimensi-dimensi dari mutu pelayanan, menghasilkan kesimpulan yang lebih detil
mengenai kualitas pelayanan, sehingga manajemen dapat melakukan tindakan
yang lebih tepat sasaran.
Pelayanan memainkan peranan yang sangat penting karena merupakan
aktivitas pendukung dalam kegiatan pemasaran. Kualitas pelayanan merupakan
perbedaan antara kenyataan dengan harapan konsumen atas pelayanan yang mereka
terima. Dalam bisnis jasa kualitas pelayanan menjadi kunci keberhasilan
perusahaan.Terdapat lima dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman dalam
Supranto (2011), yaitu:
a. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Bukti fisik yang dimaksud adalah
penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan
lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dan pelayanan yang diberikan. Dimensi
yang dimaksud adalah kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang pemeriksaan;
penataaan ruang; kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan yang digunakan;
dan kerapian serta kebersihan penampilan bidan dan petugas kesehatan lain.
b. Reliability, atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Dimensi ini
mencakup prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat; pemberian layanan
yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan dijalankan dengan tepat dan konsisten; dan
prosedur perawatan tidak berbelat belit
c. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan
penyampaian informasi yang jelas. Oleh karena itu ketanggapan dalam pelayanan
kebidanan dapat dijabarkan sebagai berikut : bidan memberikan informasi yang

7 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


8

jelas dan mudah dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat membantu pasien
dalam hal beribadah; kemampuan bidan untuk cepat tanggap menyelesaikan
keluhan pasien; dan tindakan bidab cepat pada saat pasien membutuhkan
d. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain
komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi dan sopan santun. Jaminan
kepastian dalam pelayanan kebidanan ditentukan oleh komponen : kompetensi,
yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan bidan dalam memberikan
pelayanan; keramahtamahan yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek
dari sikap bidan; dan keamanan, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai
tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan
menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien aman.
e. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan pelanggan. Sebagai contoh perusahaan harus mengetahui keinginan
pelanggan secara spesifik dari bentuk fisik produk atau jasa sampai pendistribusian
yang tepat. Sehingga dalam pelayanan kebidanan dimensi empati dapat
diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada
setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan
diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain
3. Faktor – faktor Penyebab Buruknya Kualitas Pelayanan
Untuk menarik konsumen maka sebuah jasa pelayanan wajib memberikan
suatu kualitas jasa yang baik untuk konsumennya. Namun terkadang jasa pelayanan
belum bisa melakukan hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa faktor yang
menyebabkan kualitas suatu jasa menjadi buruk. Faktor – faktor tersebut meliputi :
a. Produksi dan Konsumsi yang terjadi secara simultan
Salah satu karakteristik jasa yang penting adalah Inseparability, artinya jasa
diproduksi dan di konsumsi pada saat yang bersamaan. Beberapa kekurangan
yang mungkin ada pada karyawan pemberi jasa dan dapat berpengaruh terhadap
persepsi pelanggan pada kualitas jasa.

8 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


9

b. Tidak terampil dalam melayani pelanggan.


c. Penampilan yang tidak menarik.
d. Tutur katanya tidak sopan dan kurang menyenangkan.
e. Intensitas tenaga kerja yang tinggi.
f. Dukungan terhadap pelanggan internal (pelanggan perantara) kurang memadai.
g. Kesenjangan – kesenjangan komunikasi.

B. Konsep Pelayanan Antenatal Care (ANC)


1. Pengertian
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar (Manuaba, 2008).
Pelayanan asuhan antenatal pada pemeriksaan kehamilan dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. Dengan demikian pelayanan
antenatal dilaksanakan oleh tenaga profesional yaitu dokter, bidan dan perawat bidan. Selama
masa kehamilan melakukan pemeriksaan setiap empat minggu sekali hingga kehamilan
berusia 28 minggu, kemudian menjadi dua minggu sekali hingga kehamilan 36 minggu, dan
seminggu sekali menjelang saat melahirkan (Manuaba, 2008).
2. Tujuan Antenatal Care (ANC)
Menurut Saifuddin (2008) tujuan ANC adalah:
a. Memantau kemajuan selama kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang anak.
b. Meningkatkan pengetahuan calon ibu dan keluarga tentang kehamilan.
c. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan ibu dan bayi dari segi fisik, mental dan
sosial.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan calon ibu dan anggota keluarga lainnya untuk belajar tentang tindakan-
tindakan yang dapat mereka lakukan untuk memfasilitasi hasil kehamilan yang positif.

9 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


10

g. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal dan anggota keluarga menerima pengalaman kehamilan
dengan cara positif.
3. Manfaat Antenatal Care (ANC)
Antenatal care memberikan manfaat dengan ditemukannya kelainan yang menyertai
hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinannya. Sehingga kesehatan ibu yang optimal dapat meningkatkan
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2008).
4. Kunjungan ibu hamil pada pemeriksaan kehamilan
Kunjungan pertama ibu hamil adalah kontak pertama antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Istilah kunjungan bukan berarti ibu hamil selalu datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat
juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di
Posyandu (Depkes RI, 2010).
Proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak pertama antara petugas kesehatan
dengan ibu hamil dan secara optimal adalah pengertian K1. Pada (K1) petugas mengumpulkan
dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi
(Manuaba, 2008).
Kunjungan ke IV adalah kunjungan berkelanjutan pada kehamilan 36 minggu sampai
lahir. Pada kunjungan ke IV petugas mengenali adanya kelainan letak dan presentasi janin,
memantapkan persalinan dan mengenali tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2008).
5. Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan ibu hamil (Manuaba, 2008)
Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh petugas profesional yaitu
dokter umum, bidan dan perawat bidan untuk selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan ANC meliputi 7 T yaitu Timbang berat badan, ukur Tekanan Darah, ukur
Tinggi fundus uteri, pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian Tablet besi
minimal 90 tablet selama masa kehamilan,Tes terhadap penyakit menular seksual, Temu
wicara dalam rangka rujukan.
a. Timbang Berat Badan (BB)
Berat badan ibu hamil perlu dikontrol secara teratur paling tidak setiap kali
kunjungan pemeriksaan kehamilan. Pada trimester pertama biasanya belum

10 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


11

menunjukkan peningkatan bahkan kadang-kadang menurun. Selama trimester kedua


dan ketiga pertambahan berat badan kurang dari 0,5 kg per minggu. Pertambahan lebih
dari 0,5 kg per minggu pada trimester ketiga harus diwaspadai kemungkinan mengalami
pre eklampsia. Hingga akhir kehamilan pertambahan berat badan yang normal sekitar 9
kg sampai dengan 13,5 kg.
b. Mengukur Tekanan Darah
Tekanan darah harus diukur setiap kali pemeriksaan kehamilan. Adanya kenaikan
sistolik melebihi 140/90 mmHg harus diwaspadai sebab keadaan itu merupakan salah
satu gejala pre eklampsia.
c. Mengukur Tinggi Fundus Uteri
Tinggi puncak rahim diperiksa dan diukur untuk memeriksa letak janin dan umur
kehamilan (Depkes RI, 2010). Pengukuran tinggi fundus uteri dari batas atas sympisis
sampai tinggi fundus uteri untuk menentukan umur kehamilan ibu, bila tinggi fundus
uteri kurang dari perhitungan, kemungkinan terdapat gangguan pertumbuhan janin
begitu sebaliknya bila tinggi fundus uteri lebih, kemungkinan terdapat hidramnion,
gemeli atau mola hidatidosa.
d. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid
Imunisasi diberikan dua kali yaitu pada kunjungan pertama kemudian kunjungan
berikutnya dengan interval 4 minggu, apabila telah menerima TT pada calon pngantin
atau telah mendapat TT bertujuan untuk melindungi bayi terhadap penyakit Tetanus
Neonatorum .
e. Pemberian Tablet Besi (Fe)
Tablet besi (Fe) diberikan satu tablet sehari segera setelah rasa mual hilang. Tiap
tablet mengandung Fe SO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg. Tablet Fe
dikonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilan. Tablet besi sebaiknya tidak diminum
bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu proses penyerapan dalam tubuh.
Sebaiknya saat mengkonsumsi tablet Fe harus banyak makan sayuran yang berwarna
hijau dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin. Tujuan pemberian tablet Fe
adalah untuk mencegah anemia dan memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas,
karena pada masa kehamilan dan nifas, kebutuhan Fe (zat besi) meningkat.

11 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


12

f. Tes terhadap PMS


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan kepada ibu hamil terhadap risiko
penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS. Yang tujuannya adalah untuk mendeteksi
sedini mungkin apakah ibu tersebut menderita penyakit menular seksual.
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Suatu antisipasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada keluarga/pasien
apabila ditemukan tanda-tanda kehamilan abnormal atau risiko tinggi yang memerlukan
penanganan ketempat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Tujuan dari temu wicara
ini adalah agar pasien bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dan
lengkap (Manuaba, 2008).
6. Sarana dan Prasarana
Pada pelayanan KIA perlu diperhatikan struktur fisik dan perlengkapan dalam
ruang KIA. Struktur fisik ruang pelayanan KIA dengan luas kamar minimal 12 m 2, lantai
ubin/keramik dan dinding dengan cat terang, kebersihan, pencahayaan outlet listrik dan
tempat cuci tangan. Perlengkapan yang dibutuhkan diruang KIA antara lain tensimeter,
timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, stetoskop, stetoskop janin, alat
pemeriksaan Hb, alat pemeriksaan protein, pita sentimeter, pita ukur Lingkar Lengan Atas
(LILA), KMS ibu hamil/buku KIA, Registrasi kohort ibu, tablet besi (Fe), obat cacing, obat
malaria, vaksin TT dan kapsul Yodiol (Depkes RI, 2010).
C. Konsep Kepuasan Pasien
1. Pengertian
Menurut Kotler (2007) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikikan terhadap
kinerja (atau hasil) yang diharapkan (Supranto 2011).
Ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan
kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Kepuasan pelanggan terhadap
suatu produk ataupun jasa, sebenarnya sesuatu yang sulit untuk didapat jika perusahaan
jasa atau industri tersebut tidak benar-benar mengerti apa yang diharapkan oleh konsumen.
Untuk produk atau layanan dengan kualitas yang sama, dapat memberikan tingkat
kepuasan yang berbeda-beda bagi konsumen yang berbeda. Oleh karena itu, suatu jasa
pelayanan harus selalu memperhatikan kualitas produk maupun pelayanan yang diberikan
kepada konsumen.

12 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


13

Kepuasan pelanggan merupakan respons pelanggan terhadap ketidaksesuaian


antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah
pemakaian (Supranto 2011). Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa,
kualitas produk, harga dan faktor -faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi
sesaat.
Dari berbagai pendapat yang dilontarkan para ahli bisa disimpulkan definisi
kepuasan pelanggan adalah respon dari perilaku yang ditunjukkan oleh pelanggan dengan
membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan. Apabila hasil
yang dirasakan dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa, kurang puas bahkan tidak
puas, namun sebaliknya bila sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas dan bila kinerja
melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
2. Alat untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2007) dalam Supranto (2011) alat yang dapat digunakan
untuk melacak dan mengukur kepuasan konsumen adalah :
a. Sistem keluhan dan saran
Sistem organisasi yang berpusat pada pelanggan mempermudah para
konsumen atau pelanggannya guna memasukan saran dan keluhan. Contoh dengan
menyediakan nomer telepon bebas pulsa, situs web, e-mail untuk arah komunikasi
2 arah yang tepat.
b. Survei kepuasan konsumen atau pelanggan
Seumlah penelitian menunjukan bahwa walaupun para pelanggan kecwa
pada satu dari empat pembelian, kurang dari 5 % yang akan mengadukan keluhan.
Kebanyakan pelanggan akan membeli lebih sedikit atau berpindah pemasok.
Sebuah jasa pelayanan yang tanggap mengukur kepuasan pelanggan akan secara
langsung dengan melakukan survei, guna mengukur minat beli ulang dan
mengukur kesediaan merekomendasikan ke orang lain.
c. Belanja siluman
Sebuah jasa pelayanan dapat membayar orang untuk berperan sebagai calon
pembeli guna melaporkan titik kuat dan lemah yang dialami sewaktu membeli
produk perusahaan dan pesaing. Pembelanjaan misterius ini dapat cara penjualan
karyawan diperusahaan itu menangani berbagai situasi. Para manejer itu sendiri
harus keluar dari kantor masuk ke situasi penjualan di perusahaannya dan

13 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


14

pesaingnya dengan cara menyamar, untuk mengetahui langsung bagaimana


karyawannya berinteraksi dan memperlakukan para pelanggannya.
d. Analisis pelanggan yang hilang
Sebuah jasa pelayanan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti
atau yang telah beralih ke perusahaan lain, guna mempelajari alasan kejadian itu.
Dan supaya dapat mengambil kebijakan atau penyempurnaan selanjutnya. Serta
yang penting jua adalah memantau tingkat kehilangan pelanggan.
Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya
adalah hubungan antara jasa pelayanan dan pelanggan jadi harmonis, memberikan dasar
yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk
suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi jasa pelayanan,
reputasi perusahaan menjadi baik dimata pelanggan, dan laba yang diperoleh menjadi
meningkat.
3. Teknik Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut (Martilla dan James, 1977) yang di kutip oleh Tjiptono (2011)
menyatakan bahwa, metode survei kepuasan pelanggan dapat menggunakan
pengukuran dengan berbagai cara sebagai berikut :
a. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti
“Ungkapkan seberapa puas saudara terhadap pelayanan jasa pada skala berikut:
sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat puas” (directly reported
satisfaction).
b. Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan
suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan (derived
dissatisfaction).
c. Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka berkaitan
dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk menuliskan perbaikan-
perbaikan yang mereka sarankan (problem analysis).
d. Responden dapat diminta untuk meranking berbagai elemen dari penawaran
berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja
perusahaan dalam masing-masing elemen (importance/ performance ratings).
Teknik ini dikenal pula dengan istilah importance-performance analysis.

14 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


15

Kepuasan pasien adalah indikator pertama dari standar suatu rumah sakit atau
puskesmas dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pasien yang rendah akan
berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan memengaruhi provitabilitas rumah sakit,
sedangkan sikap karyawan terhadap pasien juga akan berdampak terhadap kepuasan pasien
dimana kebutuhan pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan
mutu pelayanan yang diberikan (Tjiptono, 2011).
Kebutuhan konsumen kesehatan amat bervariasi. Secara umum, kebutuhan konsumen
kesehatan adalah kebutuhan terhadap akses layanan kesehatan, layanan yang tepat waktu,
layanan yang efektif dan efisien, layanan yang layak dan tepat, lingkungan yang aman serta
penghargaan dan penghormatan. Sementara itu terdapat kebutuhan khusus konsumen, antara
lain kesinambungan layanan kesehatan dan kerahasiaan. Hal-hal tersebutlah yang
memengaruhi kepuasan konsumen di sarana pelayanan kesehatan (Tjiptono, 2011).
Sarana pelayanan kesehatan sekarang ini harus mengikuti kebutuhan dan kepuasan
konsumennya. Dengan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan kesehatan, kepuasan
adalah bagian integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan.
Artinya, pengukuran tingkat kepuasan harus menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah
dimensi kepuasan konsumen menjadi salah satu dimensi mutu layanan kesehatan yang
penting.
Kepuasan dirasakan oleh seseorang yang telah mengalami suatu hasil (out come) yang
sesuai dengan harapannya. Jadi kepuasan merupakan fungsi dari tingkat harapan yang
dirasakan dari hasil kegiatan. Apabila suatu hasil kegiatan melebihi harapan seseorang, orang
tersebut akan dikatakan mengalami tingkat kepuasan yang tinggi (fully satisfied). Apabila
hasil kerja tersebut sama dengan yang diharapkan, seseorang dikatakan puas (satisfied). Akan
tetapi apabila hasil tersebut jauh di bawah harapan, seseorang akan merasa tidak puas
(dissatisfied). Untuk memahami tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, terlebih
dahulu kita harus memahami apa harapannya terhadap sebuah pelayanan. Harapan dibuat
berdasarkan pengalaman sebelumnya atau situasi yang sama, pernyataan yang dibuat oleh
orang lain dan pernyataan yang dibuat oleh penyedia jasa pelayanan kesehatan.
Konsumen memiliki hak untuk menyampaikan keluhannya terhadap pelayanan
kesehatan yang diterimanya dan kemudian memberikan penilaian atas tanggapan yang
diberikan oleh mereka yang menerima keluhan tersebut. Mekanisme feed back inilah yang kita

15 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


16

harapkan akan meningkatkan mutu sarana pelayanan kesehatan. Pemahaman responden


mengenai pelayanan kesehatan yang diterimanya akan menjadi sebuah perspektif kepada
penentu keputusan di sarana pelayanan kesehatan supaya perspektif mengenai pelayanan
kesehatan dari sudut pandangnya sebagai penyedia jasa dapat lebih dilengkapi lagi (Supranto
2011).
Layanan kesehatan yang bermutu, tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan akan
pentingnya menjaga kepuasan pasien, termasuk dalam menangani keluhan yang disampaikan
oleh pasien. Kepuasan adalah sebuah suasana batin yang seharusnya direbut oleh layanan
kesehatan untuk memenangkan persaingan dalam konteks pelayanan kepada masyarakat. Bagi
pelayanan kesehatan secara khusus rumah sakit, penurunan kepuasan akan dapat diikuti oleh
penurunan loyalitas dan ini merupakan sebuah warning bagi rumah sakit (Supranto 2011).
4. Indikator Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien, sangat berhubungan dengan kenyamanan, keramahan, dan kecepatan
pelayanan. Kepuasan pasien, merupakan indikator yang berhubungan dengan jumlah keluhan
pasien atau keluarga, kritik dalam kolom surat pembaca, pengaduan mal praktek, laporan dari
staf medik dan perawatan dan sebagainya.
Kepuasan sering dikaitkan dengan mutu. Mutu berarti kepuasan pelanggan, baik
internal maupun eksternal. Kepuasan tidak hanya bagi pelanggan ataupun pasien akan tetapi
akan dirasakan oleh petugas kesehatan. Jika kepuasan petugas kesehatan terpenuhi,
diharapkan akan dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pasien ataupun pelanggan.
Dalam bidang kesehatan mutu adalah terpenuhinya keinginan seseorang yang paling
membutuhkan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata pelanggan, serta diberikan sesuai dan etika profesi (Supranto 2011).

16 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


17

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah dekriptif analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan
karakteristik atau mendeskripsikan seperangkat persitiwa atau kondisi populasi saat itu
(Arikunto, 2008). Rancangan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
dimensi mutu pelayanan kesehatan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance,
emphaty) dengan kepuasan ibu hamil dalam ante natal care di puskesmas Pangkalan
Budiman Kab. Serdang Bedagai.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode belah lintang (cross sectional), yaitu
penelitian yang melakukan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat hanya satu kali
saja tanpa melakukan intervensi (Notoadmodjo, 2010).
C. Populasi
Arikunto (2008) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ante natal
care di puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai, berdasarkan laporan
kunjungan pada bulan Oktober – Desember 2015 jumlah ibu hamil sebanyak 82 orang.
D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah karaktersistik yang dimiliki oleh populasi
(Nursalam, 2009). Sampel penelitian ini dipilih sebagai responden melalui prosedur
teknik sampling. Besar sampel dihitung dengan menggunakan sample minimal size.
Besarnya sampel dihitung menurut rumus Slovin (Nursalam, 2009):

N
n
1  Ne 2

17 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


18

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = presisi yang diinginkan untuk diambil 5 %

Besar sampel :

82 82
n n  68
1  82(0.05) 2
1.205
Berdasarkan rumus perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 68 responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
yaitu pengambilan sampel dari populasinya dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan
tujuan penelitian (Nursalam, 2009).
Kriteria inklusi :
1. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan minimal SMP dengan pertimbangan dianggap
mampu untuk menjawab kuesioner secara objektif
2. Ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 2 (dua) kali di
puskesmas Pangkalan Budiman Kab. Serdang Bedagai.
3. Bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi:
1. Ibu hamil yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik;
2. Ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama kalinya di puskesmas Pangkalan
Budiman Kab. Serdang Bedagai.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah Puskesmas puskesmas pangkalan Budiman Kab. Serdang
Bedagai.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Mei 2015.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur yaitu cara pengumpulan data melalui tatap muka langsung

18 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


19

(personality adminitreted quetionnaraires) karena sampel yang ditentukan dapat


dijangkau secara personal, dengan menyiapkan daftar pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
penilaian responden tentang objek penelitian (Notoadmodjo, 2010).
Alat pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner yang memuat variabel-
variabel penelitian. Kuesioner terdiri dari tiga paket yaitu:
1. Instrumen A tentang data demografi pasien yang meliputi umur, pendidikan,
pekerjaan, frekuensi kunjungan dan paritas.
2. Instrumen B digunakan untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan. Instrumen mutu
pelayanan terdiri dari 36 pernyataan yang disusun berpedoman pada penyusunan
indikator mutu pelayanan dari Parasuraman et al, (1990) dikutip dari Tjiptono (2011)
yang diadaptasikan dalam penelitian ini. Indikator dari variabel dimensi tangibles
terdiri dari 5 pernyataan, dimensi reliability sebanyak 10 pernyataan, dimensi
responsiveness sebanyak 7 pernyataan, dimensi assurance sebanyak 6 pernyataan dan
dimensi empaty sebanyak 7 pernyataan. Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala Likert dengan 4 tingkatan yaitu : (SS) sangat sesuai (skor 4), (S) sesuai skor 3,
(KS) kurang sesuai skor (2) dan (STS) sangat tidak sesuai dengan skor 1.
3. Instrumen C digunakan untuk mengukur kepuasan ibu hamil sebanyak 8 item
pernyataan dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan 4
tingkatan yaitu : (SP) sangat puas (skor 4), (P) puas skor 3, (KP) kurang puas skor
(2) dan (STS) sangat tidak puas dengan skor 1.
Sebelum melaksanakan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabililas kuesioner
melalui uji coba kuesioner, untuk mengetahui kevalidan dan kekonsistenan butir-butir
pernyataan digunakan metode korelasi Product momen dan metode Cronbach alpha.
Validitas atau tingkat ketepatan, kejituan atau keakuratan adalah kemampuan suatu alat
ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Machfoed, 2009). Nilai corrected
item-total coorection (r hasil) yang dibandingkan dengan r tabel. Hasilnya harus
signifikan jika koefisien korelasinya tinggi maka hal itu menunjukkan kesesuaian antara
fungsi item dengan fungsi ukur secara keseluruhan, yang berarti instrumen ini valid.
Uji reliabilitas artinya keajegan, maksudnya berkali-kali untuk mengukur hasilnya
ajeg (Machfoed, 2009). Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah teknis analisis
Alpha Cronbach, yang menunjukkan reliabilitas, konsistensi internal dan homogenitas

19 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


20

antar butir dalam variabel yang diteliti. Notoadmodjo, (2010) mengemukakan untuk
penelitian eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0,5 - 0,6 sudah cukup justifikasi
bagi sebuah hasil penelitian.
G. Analisa Data
Proses pengolahan data meliputi :
1. Editing
Editing adalah memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan
melalui kuisioner. Hal ini untuk mengecek kembali apakah semua kuisioner telah
diisi dan bila ada ketidakcocokan, meminta responden yang sama untuk mengisi
kembali data yang kosong .
2. Coding
Coding adalah memberikan kode jawaban secara angka atau kode tertentu
sehingga lebih mudah dan sederhana. Responden memilih jawaban yang
disediakan dengan cara memberikan tanda check (  ) pada jawaban yang dipilih.

3. Tabulating
a. Transfering
Memindahkan jawaban atau kode tertentu ke dalam suatu media misalnya
master tabel .
b. Skoring
Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan pemberian
skor penilaian. Skoring ini dilakukan setelah semua jawaban terkumpul.
Untuk rata-rata jawaban responden dapat dihitung dengan persamaan berikut
(Notoadmodjo, 2010):

x 
xi
n
Keterangan

x = Rata-rata jawaban responden

 xi = Jumlah bobot jawaban responden

n = Jumlah responden

20 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


21

Selanjutnya data dianalisi dengan menggunakan analisa statistik univariat dan


bivariat.
1. Analisa univariat
Menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung
distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui karakteristik dari subyek
penelitian.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara variable depanden
dengan independen. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji Statistik Chi-
Square jika memenuhi syarat. Rumus Uji Statistik Chi-square sebagai berikut
(Nursalam, 2009) :
( fo  fh) 2
X2 
fh
Keterangan :
X2 : Chi-Square
fo : frekuensi observasi
fh : frekuensi harapan
Proses pengujian Chi – Square adalah dengan membandingkan frekuensi yang
terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (eskpektasi). Untuk melihat kemaknaan
perhitungan statistik antara variabel bebas dan variabel terikat digunakan tingkat
kepercayaan 95%. Jika nilai p yang didapat lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis
alternatif yang diajukan diterima yang berarti antara dua variabel (bebas dan terikat)
yang diteliti mempunyai hubungan yang bermakna. Sedangkan jika nilai p lebih besar
dari 0,05 maka hipotesis alternatif yang diajukan gagal diterima yang berarti bahwa
antara dua variabel (bebas dan terikat) yang diteliti tidak mempunyai hubungan yang
bermakna (Notoadmodjo, 2010).
H. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik meliputi:
1. Informed Consent. Sebelum informed consent ditanda tangani oleh semua partisipan,
peneliti menjelaskan : tujuan riset, manfaatnya bagi subjek, sifat partisipasi (suka rela),
kerahasiaan data, apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Prinsip ini tertuang

21 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


22

dalam informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek


penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti
tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
2. Anonimity.Untuk menjamin kerahasiaan subjek penelitian tidak mencamtumkan nama
mereka (Anonimity). Data akan disimpan dengan nama kode khusus. Nama subjek
hanya diketahui oleh peneliti atau masing-masing subjek bila mereka
menginginkannya.
3. Confidentiality. Kepada subjek juga disampaikan bahwa segala informasi yang
diberikan akan dijamin kerahasiaannya (Confidentiality) hanya akan diketahui oleh
kelompok tertentu saja informasi tersebut akan peneliti sajikan, utamanya dilaporkan
pada hasil riset. Setelah mereka setuju untuk berpartisipasi dalam riset ini, semua
partisipan diberitahu bahwa mereka tetap dapat saja mengundurkan diri dari penelitian
kapan pun mereka menghendaki. Responden juga diberi tahu jika selama proses
pengumpulan data menyebabkan ketidaknyamanan emosional atau stres, mereka dapat
langsung menghentikan saat itu juga.Tujuan penelitian harus etik, dalam arti hak
responden dan yang lainnya harus dilindungi (Nursalam, 2009).

22 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


23

DAFTAR PUSTAKA

Al-Assaf, (2009), Mutu Pelayanan Kesehatan. Perspektif Internasional. Penerbit Buku


Kedokteran. EGC. Jakarta

Arikunto, 2008)., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V), PT.
RINEKA CIPTA, Jakarta

Balqis, dkk (2013), Faktor Yang Berhubungan Dengan Mutu Pelayanan Antenatal Di
Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 35-
41 Available from: eprints.akk.ac.id/23720/ Diakses 14 Juni 2015

Chriswardani Suryawati, Dharminto, Zahro.S, (2006), Penyusunan Insikator Kepuasan


Pasien Rawat Inap Rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah, Risbinakes Balitbangkes
Depkes RI, Junal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 09 No.4 Desember 2006.
Available from: eprints.undip.ac.id/33158/ Diakses 14 Juni 2015

Departemen Kesehatan RI., (2007)., Instrumen Indikator Kepuasan Pasien Rawat Inap ,
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta

Depkes RI,(2008)., Rencana Strategi Nasional making pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
2001-2010. Available from: http://www.docstoc.com/ docs/ 5005973/Laporan-MDG.
Diakses 14 Januari 2015.

Depkes RI 2010). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Tahun 2010-2014. Jakarta.

Depkes RI, (2012), Panduan Pelaksanaan Strategi Making Pregnancy Safer dan child
survival. Jakarta

Dinkes Sulsel, (2011)., Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2011, Available from:
http://www.docstoc.com/docs/3205876/pdf. Diakses 14 Juni 2014

Fandi Tjiptono & Gregorius Chandar (2011) Service Quality & Satisfaction. Penerbit ANDI,
Yogyakarta

Farid, dkk (2012) Kepuasan Ibu Hamil Dan Persepsi Kualitas Pelayanan Antenatal Care Di
Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang Madura.

23 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan


24

Machfoedz (2009), Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan,


Kedokteran. Penerbit Fitramaya, Yogyakarta

Manuaba, (2008)., Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Notoadmodjo, (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama.


Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam, (2009), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Salemba Medika: Jakarta

Pusdiknakes, (2010), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.


JHPIEGO. Jakarta

Puskesmas Wara Utara Kota, (2014), Laporan Kinerja Puskesmas Wara Utara Kota Tahun
2015, (tidak dipublikasikan).

Puti (2013), Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Berdasarkan Penilaian Dan Harapan
Pasien. Diakses di http://adlnfkmunair.ac.id. dibuka 16 Januari 2015

Saifuddin., (2008)., Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal,JNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta

Supranto,J (2011), Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, untuk Menentukan Pangsa


Pasar, Rhnneka Cipta, Jakarta.

24 |Penulisan Ilmiah Dalam Penelitian Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai