Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat rahmatnya lah

makalah ini dapat terselesaikan tepat pada tenggang waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pula

kami mengucapkan terima kasih, kepada dosen pembimbing bidang mata kuliah ilmu gizi, yang

telah mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan demi terselesaikannya makalah ini

dan juga demi kematangan materi yang kami bahas dalam makalah ini.

Pada makalah ini, kami selaku penulis membahas mengenai kebutuhan dan juga peran

pentingnya gizi bagi anak dan balita. Yang meliputi zat-zat nutrisi yang diperlukan dalam masa

pertumbuhannya, serta hal-hal lainnya yang menyangkut tentang judul makalah kami, hingga

bahan-bahan pokok apa saja yang menghasilkan zat nutrisi yang dibutuhkan. Contohnya saja

pada wortel, yang mengandung VIT. C yang baik bagi kesehatan mata dan kulit, dan lain-lain.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih adanya kesalahan dan

kekurangan dalam pembahasan materi di makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharakan

adanya kritikan, serta saran yang positif dari seluruh pembaca, agar makalah dapat berdaya guna

dimasa yang akan datang.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

A. Latar belakang .......................................................................................... 3

B. Rumusan masalah ..................................................................................... 3

C. Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5

A. Definisi gizi ............................................................................................... 5

B. Definisi makanan ...................................................................................... 5

C. Kebutuhan gizi pada anak dan balita ..................................................... 7

D. Masalah gizi pada bayi…………………………………………………23

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….27

A. Kesimpulan……………………………………………………………..27

B. Saran…………………………………………………………………….27

C. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….28
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan serta peran gizi bagi tubuh manusia berbeda-beda. Hal itu tergantung

dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang diantaranya adalah karena faktor usia, jenis

kelamin, pekerjaan atau status dalam masyarakat, dan hal lain yang mempengaruhi

kegiatan dan sirkulasi serta proses metabolisme dalam tubuh maupun proses

pembuangannya.

Pada makalah ini,mengenai kebutuhan dan peran gizi dan keperluan gizi bagi

tubuh manusia, khususnya bagi bayi dan hingga balita. Suatu fenomena pada jaman

sekarang ini, adalah ketidak mampuan atau ketidaktahuan, bahkan ketidakpedulian

terhadap pemenuhan kebutuhan yang memang harus dipenuhi dalam fase pertumbuhan

bayi dan balita.

Sehingga beberapa kasus, penyakit yang diderita pada usia dewasa dapat terjadi

pada usia bayi dan balita. Namun, siapakah yang disalahkan dalam hal ini? Kesalahan

pemikiran dan penanganan dapat berpengaruh. Misalnya saja pada bayi berusia 1-2

tahun yang tidak lagi memperoleh ASI, dan telah diberikan asupan makanan. Pada masa

kanak-kanak, tidak menutup kemungkinan anak itu akan lebih beresiko mengidap

penyakit maag, daripada seorang anak yang memperoleh asupan makanan pada usia

yang tepat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan sumber-sumber yang dibutuhkan anak?

2. Menjelaskan besarnya nutrisi yang dibutuhkan anak sesuai usia tumbuh

kembangnya?

3. Menjelaskan factor apa apa saja yang berpengaruh terhadap nutrisi pada bayi

dan balita?

4. Menjelaskan pengertian gizi pada anak ?


C. TUJUAN
1. Mengetahui sumber-sumber yang dibutuhkan anak

2. Mengetahui besarnya nutrisi yang dibutuhkan anak sesuai usia tumbuh

kembangnya

3. Mengetahui factor apa apa saja yang berpengaruh terhadap nutrisi pada bayi dan

balita

4. Mengetahui pengertian gizi pada anak


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI GIZI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Menurut Drs. Joko Pekik Irianto M.Kes. didalam bukunya Panduan Gizi

Lengkap Keluarga dan Olahragawan (2007: 2), istilah gizi berasal dari bahasa arab “

giza” yang berarti zat makanan. Didalam bahasa inggris dikenal dengan istilah nutrition

yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan ilmu gizi.

B. DEFINISI MAKANAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makanan adalah :

1. Segala sesuatu yg dapat dimakan (seperti lauk-pauk, kue)

2. Segala bahan yg kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau

mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam

tubuh. Didalam Buku Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan, makanan

mengandung banyak unsur seperti karbohidrat, lemak, vitamin, protein, air, mineral

dan lain sebagainya yang dikelompokkan sesuai kegunaannya menjadi 3 yaitu :

a. Sumber Tenaga

1) Karbohidrat

Adalah satu atau beberapa senyawa kimia termasuk gula, pati, dan serat yang

mengadung atom C, H dan O dengan rumus kimia Cn(H2O)n yang terdapat

dalam tumbuhan seperti beras, jagung, gandum, umbi-umbian dan terbentuk

melalui proses asimilasi dalam tumbuhan.


2) Lemak

Adalah garam yang terbentuk dari penyatuan asam lemak dengan alcohol

organic yang disebut gliserol atau gliserin.lemak yang dapat mencair dalam

suhu biasa disebut minyak. Sedangkan dalam bentuk padat disebut lemak.

Sperti halnya karbohidrat, lemak tersusun atas molekul C, H dan Obdengan

jumlah atom lebih banyak misalnya stearin C57 H10 O6.

3) Protein

Adalah senyawa kimia yang mengandung asam amino, tersusun atas

atom-atom C,H, O dan N.

b. Sumber Zat Pembangun

Zat yang tergolong sebagai zat pembangun adalah, diantaranya.

1) Protein

Disebut juga zat putih telur karena protein pertama kali ditemukan

pada putih telur (ewit). Protein merupakan zat pembentuk sel tumbuhan,

hewan dan manusia, kurang lebih ¾ zat padat tubuh adalah protein. Oleh

karena itu protein disebut zat pembangun.

2) Air

Merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia.

Kurang lebih 60-70% berat badan tubuh orang dewasa berupa air

sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh terutama bagi mereka yang

memerlukan kegiatan olahraga atau kegiatan berat.

c. Sumber Zat Pengatur

1) Vitamin

Adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah

sedikit untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik seperti

pertumbuhan normal, memelihara kesehatan dan reproduksi. Vitamin tidak


dapat dihasilkan oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari bahan makanan.

Vitamin digolongkan dalam dua kelompok yaitu :

a) Vitamin larut dalam air

Terdiri dari vitamin B dan vitamin C. jenis vitamin ini tidak

dapatdisimpan dalam tubuh. Kelebihan vitramin ini akan dibuang melalui

urine.

b) Vitamin larut dalam lemak

Terdiri dari vitamin A, D, E, dan K. jenis vitamin ini dapat

disimpan dalam tubuh dengan jumlah cukup besar terutama dalam hati.

2) Mineral

Adalah zat organik tang diperlukan oleh tubuh dalam jumalah kecil untuk

membantu reaksi funsional tubuh misalnya untuk memelihara keteraturan

metabolisme. Kurang lebih 4% berat tubuh manusia tersiri dari mineral.

Secara umum fungsi mineral dalam tubuh adalah sebagai berikut :

a) Menyediakan bahan sebagai komponen penyusun tulang dan gigi.

b) Membantu fungsi organ, memlihara irama jantung, kontraksi otot,

konduksi syaraf dan keseimbangan asam basa.

c) Memelihara keteraturan metabolism.

C. KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK DAN BALITA


1. Kebutuhan Gizi Atau Bagi Anak Dan Balita

Kebutuhan nutrisi pada bayi dan balita sangatlah penting pada masa

pertumbuhan bayi dan balita. Berikut beberapa kebutuhan bayi yang perlu dipenuhi

oleh bayi dan balita.

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap

makanan dan harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan sekitar

15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat badan
menurun.. apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat

dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan BB(obesitas).

Jumlah karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-

buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur-sayuran.

Porsi terbesar dari energi tubuh ( 40- 50 %) kebutuhan kalori berasal dari KH

( sumber energi utama). Karbohidrat merupakan makanan utama yang terjangkau

oleh masyarakat. KH disimpan terutama dalam bentuk glikogen dalam jaringan

hati dan otot. Bila energi tdk terdapat dari KH, maka diambil dari protein dan

lemak.

KH didapat dalam bentuk :

1) Monosakarida ( glukosa, fruktosa, galaktosa)

2) Disakarida ( laktosa, sukrosa, maltosa, isomaltosa)

3) Polisakarida ( tepung, dektrin, glikogen, selulosa)

b. Lemak

Pada dasarnya lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar

kecuali lemak esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia

bayi sampai kurang lebih tiga bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan

kolesterol yang tidak dapat dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk

mempermudah absorbsi vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E

dan K.

Jumlah dan jenis lemak yang dikonsumsi sehari-hari berpengaruh bagi

perkembangan dan pertumbuhan anak. Pengaruh tersebut terjadi melalui

kandungan kalori atau energi yang dimiliki dan peranan asam-asam lemak

tertentu yang terdapat di dalamnya. Bagi bayi, sumber lemak yang ideal dalam

air susu ibu (ASI). Sekitar 50 – 60 Persen energi yang yang terkandung dalam

ASI berasal dari lemak susu. Selama masa penyapihan , konsumsi lemak harus

dijaga jangn sampai terlalu rendah dari jumlah yang dibutuhkan. Penggunaan
lemak, terutama minyak nabati dalam makanan sapihan atau makanan tambahan

bagi bayi dn balita adalah cara efektif untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

Lemak merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan aktifitas

fisik bagi anak dan balita. Kebutuhan energi ini akan terpenuhi jika konsumsi

lemak/minyak hanya menyumbang 15 persen atau kurang dari total energi yang

dibutuhkan perhari. Sampai umur dua tahun, lemak yang dikonsumsi oleh anak

disamping sebagai sumber energi, harus dilihat juga dari segi fungsi

strukturalnya. Lemak akan menghasilkan asam-asam lemak dan kolestrol yang

ternyata dibutuhkan untuk membentuk sel-sel membram pada semua organ.

Organ-organ penting seperti retina dan sisitim saraf pusat terutama disusun oleh

lemak. Asam lemak yang dangat dibutuhkan oleh jaringan tubuh tersebut

terutama adalah asam lemak yang esensial.Asam lemah yang esensial adalah

asam lemak yang tidak dapat dibuat didalam tubuh sehingga harus diperolaeh

dari makanan, terdiri dari asam Linoleat, linulenat dan arakhidonat.

ASI mempunyai komposisi asam lemak yang sangat tepat untuk

keperluan bayi dan anak-anak sampai dua tahun tersebut. Juga mengandung

faktor-faktor yang menyebabkan lemaknya mudah dicerna, juga komposisi

kimianya membuat ASI mudah dicerna dan juga memberikan suplai yang

seimbang antara asam lemak omega-6 dan omega-3.

Bagi bayi dan balita, rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut

(1) sedapat mungkin bayi diberikan ASI, (2) komposisi asam lemak dalam

formula makanan bayi harus disesuaikan dengan jumlah dan proporsi asam

lemak yang terkandung dalam ASI, dan (3) selama masa sapihan atau paling

sampai bayi umur 2 tahun, kebutuhan energi yang berasal dari lemak harus

sebanyak 30-40 persen dari total energi yang dibutukan per hari, dengan

komposisi asam lemak yang semirip mungkin dengan ASI.


c. Protein

Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan

protoplasma sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting

untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk

menjaga keseimbangan osmoyik plasma. Protein terdiri dari dua puluh empat

asam amino, di antaranya sembilan asam amino esensial (treonin, valin, leusin,

isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya asam

amino nonesensial. Jika jumlah protein dalam tubuh tinggi dapat memperburuk

insufisiensi ginjal. Jika jumlahnya kurang, dapat menyebabkan kelemahan,

edema, bahkan dalam kondisi lebih buruk dapat menyebabkan

kwshiorkor(kurang protein) dan marasmus (kurang protein dan kalori).

Komponen zat ggizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan,

unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan padi-padian.

d. Air

Air merupakan kebutuhan nutris yang sangat penting,mengingat

kebutuhan air pada bayi mencapai 75-80% dari berat badan.air bagi tubuh

berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran selluler.

e. Mineral

Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro,

yaitu :

1) Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang

dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung dan

produksi susu. Kalsium akan dieksresikN 70% dalam tinja, 10% dalam urin,

sedangkan 15-25% bertahan dan tergantung dalam keceptan pertumbuhan.

2) Klorida sangat berguna dalam pengeluaran tekanan osmotic serta

keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging,

susus dan telur.


3) Kromium berguna untuk metabolism glukosa dan metabolism dalam insulin.

Kromium dapat diperoleh dari ragi.

4) Tembaga berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan

hemoglobin, penyerapan besi dan lain-lain. Tembaga dapat diperoleh dari

hati, daging, ikan, padi, dan kacang-kacangan.

5) Flour mnerupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gii dan

tulang, sehingga jika kekurangan dapat menyebabkan karies gigi. Sumber

flour terdapat dsalam air, makanan laut, dan tumbuh-tumbuhan.

6) Iodium harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan iodium

dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam.

7) Zat besi merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur hemoglobin

untuk pengangkutanCO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan

anemia dan osteoporosis. Sedangkan kelebihan dapat mengakibatkan sirosis,

gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, kuning

telur, sayuran hijau, padi, dan tumbuhan.

8) Maknesium berguna dalam aktifitas enzim pada metabolisme karbohidrat dan

sangat penting dalam proses metabolisme.kekurangan mangnesium

menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia,maknesium dapat diperoleh

dari biji-bijian, kavang-kacangan,daging dan susu.

9) Mangan berfungsi dalam aktifitas enzim.mangan dapat diperoleh kacang-

kacanagn padi , biji-bijian, dan sayur-sayuran hijau.

10) Fosfor merupakan unsure pokok dalam pertumbuhan tulang dan

gigi.kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan otot.fosfor dapat

diperoleh dari susu,kuning telur,kacang-kacangan,padi-padian dan lain-lain.

11) Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran implus

saraf,keseimbangan cairan,dan pengaturan irama jantung,kalium dapat

diperoleh dari semua makanan.


12) Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotic serta pengaturan

keseimbangan asam dan basa,dan cairan.kekurangan cairan dapat

mengakibatkan kram otot,nausea,dehidrasi dan hipotensi.natrium dapat

diperoleh dari garam,susu,telur,tepung dan lain-lain.

13) Sulfur merupakan unsure pokok protein seluler yang membantu proses

metabolism jarinagn saraf.sulfur dapat di peroleh dari makanan protein.

14) Seng merupakan unsure pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang

penting dalam pertukaran CO2.seng dapat diperoleh dari daging ,padi-

padian,kacang-kacangan,dan keju.

f. Vitamin

Untuk memelihara kesehatan, rekuiremen bayi dan anak menurut

Recommended Dietary Allowance for Use in Indonesia yang dikeluarkan oleh

departemen Kesehatan RI pada tahun 1968 merencanakan pengaturan makan

untuk seorang bayi atau anak. Jika kita hendak menentukan makanan yang tepat

untuk seorang bayi atau anak, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

1) Menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrient dengan menggunakan data

tentang kebutuhan nutrient.

2) Menentukan jenis bahan makanan yang dipilih untuk menterjemahkan

nutrient dari berbagai macam bahan makanan.

3) Menentukan jenis makanan akan diolah sesuai dengan hidangan (menu) yang

dikehendaki.

4) Menentukan jadwal waktu dan menentukan hidangan .Perlu pula ditentukan

cara pemberian makan, misalnya dengan cara makan biasa, dengan pipa

penduga (sonde) dan lain lain.


5) Memperhatikan masukan yang terjadi terhadap hidangan tersebut.Perlu

dipertimbangkan kemungkinan factor kesukaan dan ketidaksukaan terhadap

suatu makanan.

Faktor-faktor yang perlu diperlukan untuk pengaturan makan yang tepat

adalah:

1) Umur

2) Berat Badan

3) Diagnosis dari penyakit, tahap serta keadaaan penyakit

4) Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan

5) Kebiasaan makan, kesukaan dan ketidaksukaan, akseptabilitas dari

makanan dan toleransi anak terhadap makanan yang diberikan.

Dengan memperhatikan dan memperhitungkan faktor-faktor tersebut

di atas, umumnya tidak akan banyak terjadi kekeliruan dalam mengatur

makan untuk seorang bayi atau anak.

2. Total Energi dan Parenteral nutrisi

Komisi ahli FAO/WHO dalam tahun 1971 mengemukan bahwa rekruitmen dari

kalori harus disesuiakan dengan berat badan selama masa pertumbuhan.

Nelson tidak membedakan jenis kelamin dalam masa remaja. Perbedaan tersebut

sebenarnya diperlukan, mengingat dalam masa remaja terjadi perbedaan dari

permulaan pubertas dan juga perbedaan rekruitmen dari nutrient lain.

Kalori yang diberikan akan digunakan untuk :

a. Metabolism basal : bayi membutuhkan 55 kal/kgBB/hari, kemudian pada usia

selnjutnya berkurang dan setelah dewasa menjadi 25-30 kal/kgBB/hari.

Metabolism basal meningkat 10% untuk tiap kenaikan suhu 10C.

b. Specific dynamic Action (SDA) ialah kenaikan kalori yang diperlukan diatas

keperluan metabolism basal, yang disebabkan oleh peristiwa makan dan


mencerna makanan. Pada masa bayi rata-rata 7-8% dari seluruh masukan kalori,

sedangkan pada anak kira-kira 5% bila diberikan makanan biasa.

c. Pembuangan ekskreta (sisa yang tidak terpakai): biasanya tidak lebih dari 10%.

d. Aktifitas jasmani : 15-25 kal/kgBB/hari. Pada saat sangat aktif dapat mencapai

50-80 kal/kgBB untuk waktu yang singkat, misalnya saat berolahraga (atletik,

berenang, dan sebaginya).

e. Pertumbuhan merupakan jumlah kalori yang tidak digunakan untuk keperluan

tersebut diatas dan merupakan kalori yang disimpan.

Bergantung pada fase pertumbuhan, pad hari-hari permulaan kira-kira 20-40

kal/kgBB/hari, kemudian berkurang sehingga pada akhir masa bayi menjadi 15-

25 kal/kgBB/hari. Pada masa remaja kenutuhan kalori untuk pertumbuhan akan

menigkat lagi.

Kalori dalam makanan berasal dari nutrient protein, lemak, dan karbohidrat.

Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan karbohidrat 4

kalori.

Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam keseimbangan diet (balnced

diet) ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat.

Menurut Platt (1961), bila makanan tersebut diukur nilai gizinya dengan Net

Dietary protein calories % atau NDpCals %, maka sesuatu makanan bernilai

cukup (adekuat) sebagai berikut :

1) Masa bayi : 8,0

2) Balita 1-3 tahun : 7,8

3) Balita 4-5 tahun : 5,9

Kelebihan kalori yang tetap setiap hari sebanyak 500 kalori, dapat

menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu.


3. TUJUAN PEMBERIAN NUTRISI PADA BAYI DAN BALITA

Adapun tujuan dari pemberian nutrisi pada Bayi dan Balita ini adalah sebagai

berikut:

a. Mencapai berat badan normal dan mempertahankannya;

b. Mempertahankan status gizi dalam keadaan baik;

c. Menyediakan zat gizi untuk menjamin tumbuh kembang dan

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi; dan,

d. Membina kebiasaan makan yang baik, menumbuhkan pengetahuan tentang

makan dan makanan yang baik pada anak

4. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP NUTRISI PADA

BAYI DAN BALITA

Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah

digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya

kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah

dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi

nasional , penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang

mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang

kurang tetapi juga karena penyakit. Balita yang mendapat makanan yang baik tetapi

karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada

Balita yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan

mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara

bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.

Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan Balita, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan

pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh

anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan
adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan

terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental,

dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih

dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.

Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,

dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan

terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik

pola pengasuhan Balita dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang

ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga

pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

5. PERHITUNGAN BERAT BADAN IDEAL

a. Bayi (0-12 Bln)

Penentuan BBI (Berat badan Ideal)

Bila tidak diketahui Berat Badan Lahir :

BBI = (USIA : 2) + 3 S/D 4 kg

Bila diketahui Berat Badan Lahir :

Usia 6 bulan : 2 X BBL

Usia 12 bulan: 3 X BBL

Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi total per hari

a. Energi = 100-120 kalori/ kg BBI

b. Protein = 10 % X Energi atau= 2,5 – 3 gr/kg BBI

c. Lemak = 10- 20 % X Energi

d. KH = 60- 70 % X Energi

b. Balita

Penentuan BBI (Berat badan Ideal)

Usia lebih dari 12 bulan : (usia dalam tahun X 2) + 8 kg

Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi total per hari


a. Energi:

a) 1000 + (100 X usia dalam tahun)

b) Usia 1-3 tahun : 100 kalori/ kg BBI

c) Usia 4-6 tahun : 90 kalori/ kg BBI

b. Protein = 10 % X Energi atau= 1,5 -2,0 gr/kg BBI

c. Lemak = 10- 20 % X Energi

d. KH = 60- 70 % X Energi

Untuk Berat badan ideal bayi usia 1-12 bulan dapat menggunakan rumus

sebagai berikut:

1) Untuk usia 1-6 bulan dapat menggunakan rumus :

BBL(gr) +(usia x 600 gram)

2) Untuk usia 7-12 bulan dapat menggunakan rumus

BBL (gr) + (usia x 500 gram )

(usia/2) +3

Dimana : BBL adalah Berat Badan Lahir Usia dinyatakan dalam bulan

6. INTEPRETASI BERAT BADAN IDEAL ANAK BALITA

Sebagaimana halnya dengan intepretasi Berat Badan Ideal Orang dewasa (usia 15

tahun keatas) adalah +10 % BBI ini juga dapat berlaku untuk BBI anak balita.

Dimulai dari kisaran normalnya yaitu rumus diatas = (2n +8 ) + 10% (2n+8). Yaitu

antara 9.6 -11.44. Orang tua perlu hati-hati bila presentase Berat Badan Real telah

berada dibawah atau diatas 20 % dapat dikatakan bahwa anak balita tersebut

mempunyai keadaan gizi yang tidak seimbang, Bila berada diatas 20 % anak balita

bisa dikatakan kegemukan dan bila berada di bawah 20 % bisa dikatakan kurang gizi

dan bisa berlanjut ke Keadaan gizi buruk untuk balita/anak dan busung lapar untuk

orang dewasa.

Sebenarnya untuk mengukur Berat Badan Normal anak balita sudah ditentukan

secara internasional yaitu dengan menggunakan standar WHO-NCHS atau juga bisa
dengan melihat Kartu Menuju Sehat (KMS) tumbuh kembang balita, seperti terlihat

pada gambar disamping, setiap anak mempunyai pola pertumbuhan dan

perkembangan berat badan ideal (baik), yang penting adalah bertambah umur

bertambah berat badan dan pola terlihat jelas, tidak tiba-tiba naik berat badan bulan

ini, bulan berikutnya turun lagi kemudian naik lagi. Cara diatas menentukan BBI

anak balita hanya cara praktis yang bisa langsung digunakan tampa harus melihat

pedoman seperti pada standar WHO-NCHS atau juga kartu menuju sehat yang biasa

dilihat di posyandu.

7. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK BAYI DAN BALITA

Kebutuhan protein per hari (per kg BB)

Usia Berat badan Tinggi badan (cm) Protein (gr)

(kg)

0-6 bulan 6 60 10

7-12 bulan 8,5 71 18

1-3 tahun 12 90 25

4-5 tahun 18 110 39

Table 1. Kebutuhan protein per hari (per kg BB)

Kecukupan gizi yang dianjurkan (menurut data Departemen kesehatan RI,1968).

Dalam daftar tersebut tersebut kebutuhan akan vitamin D tidak dicantumkan, akan

tetapi Nelson (1969) mengemukakan angka 400 untuk semua umur.

Gol Ca Fe Vit.A Tiamin Riboflavin Niasin Vit.C Vit

Umur (g) (g) sebagai (mg) (mg) (mg) (mg) D

Karotin (mg

(mg)
)

Bayi 0,6 8 1200 0,4 0,5 6 25 (40

6-12bln 0)

Balita 0,5 8 1500 0,5 0,7 8 30

1-3 thn
0,5 10 1800 0,6 0,9 9 40

4-5 thn
0,5 10 2400 0,8 1,0 13 50

Table 2. kebutuhan akan zat nutrisi.

Kebutuhan energi rata-rata dari bayi.

Umur Kebutuhan energi (Kal/kgBB/hari)

FAO (1971) Nelson (1969)

3 bulan 120

3-5 bulan 115

6-8 bulan 110

9-11 bulan 105

Rata-rata selama masa bayi 112 110(100-120)

Table 3. Keb. Energy Rata-Rata

Kebutuhan energi Balita diatas 1 tahun.

Umur Anak Kebutuhan energi (Kal/kgBB/hari)

FAO (1971) Nelson (1969)


1 112 110

1-3 101 100

4-5 91 90

Table 4. Keb. Energy Balita

Gizi balita adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua jika

ingin tumbuh kembang putra putrinya maksimal.

Pemenuhan gizi pada setiap balita merupakan suatu keharusan karena hal ini

sangat berpengaruh pada masa depan si buah hati, terutama pada 5 tahun pertama,

karena apa yang terjadi selama 5 tahun pertama tersebut sangat menentukan tahun

demi tahun pertumbuhan dan perkembangannya. Hal inilah yang seharusnya

mendasari setiap orang tua untuk berusaha agar Gizi Balitanya terpenuhi semaksimal

mungkin.

Tapi apa saja sih zat gizi yang dibutuhkan oleh anak kita agar tumbuh kembangnya

maksimal?

Berikut beberapa nutrisi penting yang dibutuhkan oleh setiap balita yang sangat

berpengaruh pada tumbuh kembangnya.

a. Vitamin A, D, E dan K

Ke-4 vitamin ini sangat vital bagi pertumbuhan balita Anda. Jadi, usahakan agar

asupan vitamin ini terpenuhi setiap harinya. Seperti kita ketahui, vitamin A

sangat baik untuk penglihatan dan kesehatan kulit balita kita, sedangkan vitamin

D berperan penting dalam meningkatkan penyerapan kalsium serta membantu

pertumbuhan tulang dan gigi anak. Sementara vitamin E memiliki antioksidan

yang membantu pertumbuhan sistem syaraf dan pertumbuhan sel. Vitamin K

membantu pembekuan darah.


b. Kalsium

Merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh balita dalam

pembentukan massa tulangnya. Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang

yang kuat sehingga balita Anda terhindar dari patah tulang ketika mulai belajar

memanjat dan aktif bermain. Kebutuhan harian balita akan kalsium umumnya

sebesar 500mg/hari. Sumber makanan dari kalsium antara lain susu, keju, tahu,

brokoli, tomat, oatmeal, kacang-kacangan, dan ikan salmon.

c. Vitamin B dan C

Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan sistem syaraf dan imun

tubuh balita Anda, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme

tubuh. Sementara vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi

dalam tubuh balita serta mencegah sariawan.

Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin B antara lain beras

merah, pisang, kacang-kacangan, ikan, daging dan telur. Sementara untuk

memenuhi gizi balita Anda dengan vitamin C, Anda dapat memperolehnya dari

tomat, kentang, stroberi serta sayur-sayuran hijau.

d. Zat Besi

Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu

perkembangan otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi,

kemungkinan ia akan mengalami kelambanan dalam fungsi kerja otak. Sumber

makanan yang mengandung zat besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur,

bayam, kedelai serta alpukat.

D. MASALAH GIZI PADA BAYI


Masalah kesehatan yang biasa terjadi pada anak yang berhubungan dengan masalah

pemenuhan gizinya yaitu, diantara lain.


1. Anemia Defisiensi Besi

Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan,

terutama pada anak yang terlalu banyak mengonsumsi susu sehingga menegendurkan

keinginan untuk menyantap makanan lain. Untuk mengatasi keadaan ini, disamping

memberikan suplementasi zat besi (jika dokter menganggap ini perlu), anak harus

pula diberi dan dibiasakan menyantap makanan yang mengandung banyak besi.

Sementara itu, sebagian susu diganti dengan air atau air jeruk. Meski tidak

mengandung besi, air jeruk kaya akan vitamin C yang dapat membantu penyerapan

besi.

2. Penyakit Kronis

Penyakit yang tidak menguras cadangan energi sekalipun, jika berlangsung

lama dapat mengganggu pertumbuhan karena menghilangkan nafsu makan anak. Di

samping itu, ada pula jenis penyakit yang menguras cadangan vitamin A.

3. Berat Badan Berlebih

Jika tidak tertasi, berat badan berlebih (apalagi jika telah mencapai obesitas)

akan berlanjut sampai remaja dan dewasa. Sama seperti orang dewasa, kelebihan

berat badan anak terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk

dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga, atau keduanya.

Berbeda dengan dewasa, kelebihan berat anak tidak boleh diturunkan, karena

penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan. Laju pertambahan berat selayaknya dihentikan atau diperlambat

sampai proposi berat terhadap tinggi badan kembali normal. Perlambatan ini dapat

dicapai dengan cara mengurangi makan sambil memperbanyak olahraga.

4. Pica

Yaitu mengonsumsi sesuatu bukan makanan, semisal debu, tergolong ke dalam

pica. Perilaku tersebut tidak membahayakan hidup anak sejauh dia tidak menyantap

zat toksik. Pica harus dibedakan dengan ‘kebiasaan’ anak, terutama balita,
memasukkan barang kedalam mulut. Pada masa balita, anak menggunakan mulut

untuk belajar, misal menggigiti kelereng, dan ini bukan pica.

5. Televisi

Sesungguhnya bukan televisi yang menimbulkan masalah gizi, melainkan

dampak tayangnya, terlebih iklan yang dilakonkan oleh anak. Pemirsa anak yang

belum dapat berpikir kritis mudah terbujuk dan hampir seketika menyukai, misalkan

keripik kentang, permen, atau makanan lain yang “tak bergizi” yang iklannya

dibintangi oleh sebaya mereka. Iklan makanan anak bergizi jarang sekali

ditayangkan. Hal ini sulit sekali diatasi. Satu-satunya cara yang efektif untuk

menghindarkan tayangan “buruk” itu adalah dengan mematikan TV atau

memindahkan ke saluran lain, yaitu saluran yang tidak menayangkan iklan ketika

iklan yang tidak diinginkan itu tampil di layar TV. Jika anak (besar) sudah dapat

diajak berkomunikasi, berikan pengajaran tentang dampak negative makanan yang

diiklankan.

6. Berat Badan Kurang

Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh

merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk.

Sama seperti masalah klebihan berat, langkah penanganan harus didasarkan pada

penyebab serta kemungkinan pemecahannya.

7. Alergi

Secara literal, alergi makanan diartikan sebagai respons tidak normal terhadap

makanan yang orang biasa dapat menoleransinya. Alergi makanan tidak jarang

terlihat pada anak (5-8%) dan dewasa (1-2%), terutama mereka yang memiliki

riwayat keluarga sebagai penderita alergi. Angka kejadian ini akan terus meningkat

sama seperti kasus alergi lain semisal atopic atau asma.

Bergantung pada jenis makanan yang disantap, alergi boleh jadi bersifat

sementara atau bahkan menetap. Alergi yang dipicu oleh susu, kedelai, telur, dan
tepung terigu dapat reda sendiri, sementara yang disebabkan oleh kacang, ikan dan

kerang cenderung menetap. Kebanyakan alergi susu muncul pada tahun pertama

kehidupan ketika anak diperkenalkan pada susu sapi atau susu formula yang dibuat

dari susu sapi. Alergi ini didapat mereda sejalan dengan pertambahan usia, kecuali

mereka yang memang bersifat ‘atopik’.

Prefalensi alergi terhadap telur diperkirakan sekitar 1,6-2,6% dari populasi

anak. Dikalangan penderita dermatitis atopic, angka ini lebih tinggi lagi. Reaksi

alergi terlihat kira-kira 30 menit setelah santap, yang termanifestasi sebagai

gangguan kulit (85%), saluran cerna saluran cerna (60%), dan pernapasan (40%).

Memasuki usia sekolah, sebagian anak (44%) kembali dapat menikmati telur tanpa

khawatir alergi, sementara sisanya (56%) tidak.

Angka prevasi terhadap kacang hanya menyentuk angka 0,6%. Gejala yang

muncul pada kali pertama menyantap kacang terjadi kurang dari 30 menit (90%),

bermanifestasi mulai dari gangguan kulit hingga pernapasan. Gejala akan semakin

berat (40% pada santapan berikutnya). Sementara 20% anak yang tadinya alergi

justru dapat mengunyah kacang dengan aman pada santapan berikutnya.

E. Anak Sekolah Dasar


1. Pengertian Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010,

sekolah dasar adalah salah satu pendidikan formal yang menyelenggarakan

pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. Suharjo (2006) menyatakan

bahwa sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak- anak usia 6-12

tahun. Hal ini juga diungkapkan Fuad Ihsan (2008) bahwa sekolah dasar ditempuh

selama 6 tahun.

Pernyataan tentang sekolah dasar lainnya yang dikemukakan oleh Harmon &

Jones (2005) bahwa: “Elementary schools usually serve children between the ages
of five and eleven years, or kindergarten through sixth grade. Some elementary

schools comprise kindergarten through fourth grade and are called primary

schools. These schools are usually followed by a middle school, which includes fifth

through eighth grades. Elementary schools can also range from kindergarten to

eighth grade”. Pernyataan oleh Harmon & Jones sedikit berbeda dengan

pernyataan oleh Suharjo. Jika Suharjo menyatakan sekolah dasar lebih ditujukan

pada anak yang berusia 6-12 tahun, maka Harmon dan Jones menyatakan sekolah

dasar biasanya terdiri atas anak- anak antara usia 5-11 tahun dan usia tingkatan

sekolah menengah.

Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun

sampai 12 tahun. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1

sampai kelas 6.

2. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Sekolah memainkan peran yang sangat penting sebagai dasar pembentukan

sumber daya manusia yang bermutu. Melalui sekolah, anak belajar untuk

mengetahui dan membangun keahlian serta membangun karakteristik mereka

sebagai bekal menuju kedewasaan.” The school function as a socializing agent by

providing the intellectual and social experiences from which children develop the

skill, knowledge, interest, and attitudes that characterize them as individuals and

that shape their abilities to perform adult roles” (Berns, 2004). Bagi anak, ketika

masuk ke sekolah dasar terdapat suatu perubahan dimana peran-peran dan

kewajiban baru akan dialami. “For most children, entering the first grade signal a

change a from being a “homechild” to being a “schoolchild” a situation in which

new roles and obligations are experiences (Santrock, 2004). Melalui sekolah

dasar, anak untuk pertama kalinya belajar untuk berinteraksi dan menjalin

hubungan yang lebih luas dengan orang lain yang baru dikenalinya.

Pada masa usia sekolah dasar ini terdapat dua fase yang terjadi, yaitu :
a. Masa kelas rendah sekolah dasar (usia 6 tahun sampai usia sekitar 8

tahun). Pada usia ini dikategorikan mulai dari kelas 1 sampai dengan

kelas 3.

b. Masa kelas tinggi sekolah dasar (usia 9 tahun sampai kira-kira usia 12

tahun) Pada usia ini dikategorikan mulai dari kelas 4 sampai dengan

kelas 6.

Pada masing-masing fase tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing.

Masa-masa kelas rendah siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut :

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah

b. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-

peraturan permainan yang tradisional

c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri

d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.

e. Kalau tidak dapat menyelesaikan masalah, maka masalah itu

dianggapnya tidak penting.

f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak

memperhatikan nilai (angka rapor).

g. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami daripada hal

yang abstrak

h. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah hal

yang menyenangkan. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara

jelas perbedaan bermain dengan belajar

i. Kemampuan mengingat (memori) dan berbahasa berkembang

sangat cepat.

Sedangkan ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di sekolah dasar yaitu :

a. Adanya minat terhadap kehidupan sehari-hari.


b. Sangat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini terdapat minat terhadap hal- hal atau

mata pelajaran khusus. Sampai kira-kira umur

d. 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa

lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi

keinginannya. Setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya

anak menghadapi tugas-tugasnya dengan baik dan berusaha

menyelesaikannya sendiri.

e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai hal

yang baik mengenai prestasi sekolah.

f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,

biasanya untuk bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini

biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang

tradisional melainkan mereka membuat peraturan sendiri.

g. Mengidolakan seseorang yang sempurna (Anonim, 2013).

3. Kebutuhan Gizi Pada Anak Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar dapat digambarkan sebagai anak berumur 6 sampai

12 tahun, dengan karakteristik pertumbuhan yang semakin meningkat tetapi dengan

sedikit masalah pemberian makanan. Waktu lebih banyak dihabiskan di sekolah

sehingga anak usia ini mulai menyesuaikan dengan jadwal rutin. Mereka juga

mencoba mempelajari keterampilan fisik dan menghabiskan banyak waktu untuk

berolahraga dan bermain. Anak pada usia sekolah dasar tumbuh dengan perbedaan

tinggi badan yang sudah mulai tampak. Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih

pendek atau lebih tinggi. Komposisi tubuh anak usia sekolah dasar juga mulai

berubah. Komposisi lemak meningkat setelah anak berusia 6 tahun (Damayanti,

Didit Muhilal, 2006). Hal ini diperlukan untuk persiapan percepatan

pertumbuhan pubertas.
Komposisi tubuh anak laki-laki dengan anak perempuan mulai terlihat berbeda

walaupun tidak bermakna. Tubuh anak perempuan lebih banyak lemak, sedangkan

badan anak laki-laki lebih banyak jaringan otot.

Gizi yang cukup, secara bertahap memainkan peran yang penting selama usia

sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak mendapatkan pertumbuhan,

perkembangan dan kesehatan yang maksimal. Anak usia sekolah 7-12 tahun

memiliki beragam aktifitas sehingga kebutuhan gizinya harus diperhatikan karena

pada usia ini anak mudah terpengaruh oleh kebiasaan-kebiasaan di luar keluarga.

Pada usia ini anak mulai memilih atau menentukan sendiri makanan yang

dikonsumsi ataupun yang disukainya. Kadang-kadang timbul kesulitan yang

berlebihan terhadap salah satu makanan tertentu yang disebut Food Faddism

(Anggaraini, 2003).

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah dasar akan lebih maksimal

jika kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi. Selain itu, pembiasaan pola makan sehat

di dalam keluarga harus benar- benar ditanamkan agar anak dapat tumbuh dan

berkembang secara maksimal (Damayanti, Didit Muhilal, 2006).

Nutrisi pada anak berubah seiring bertambahnya pertumbuhan anak-anak

seperti fisik, mental, dan emosional. Anak yang tidak cukup kebutuhan nutrisinya

khususnya energi dan protein. Apabila kekurangan zat gizi ini berbulan-bulan

hingga bertahun-tahun menyebabkan anak tumbuh pendek (stunting) dan prestasi

belajarnya lebih rendah daripada anak-anak yang mendapatkan asupan gizi yang

baik (A. Roth,R, 2011).

Anak-anak membutuhkan kandungan gizi yang cukup, seperti energi dan

protein. Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan,

pengaturan suhu tubuh dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan sebagai

cadangan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam
bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (IOM, 2002 dalam WNPG VIII,

2004). Secara umum pola pangan yang baik adalah bila perbandingan komposisi

energi dari karbohidrat, protein, dan lemak adalah 50-65% : 10-20% : 20-30%.

Komposisi ini tentunya dapat bervariasi tergantung umur, ukuran tubuh, keadaan

fisiologis, dan mutu protein makanan yang dikonsumsi (WNPG, 2004).

Kebutuhan energi pada dasarnya tergantung dari empat faktor yang saling

berkaitan, yaitu aktivitas fisik, ukuran, komposisi tubuh, umur, iklim, dan faktor

ekologi lainnya. Untuk anak-anak diperlukan tambahan energi yang berfungsi untuk

pertumbuhannya. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata- rata yang

dianjurkan (per orang/hari), kebutuhan energi anak usia

1-3 tahun sebesar 1.000 kkal dan kebutuhan protein 25 gr. Adapun kebutuhan

energi anak usia 4-6 tahun sebesar 1.550 kkal dan kebutuhan protein sebesar 39 gr.

Untuk kebutuhan air anak usia 1- 6 tahun sekitar 1,1 – 1,4 liter atau 5-7 gelas per

hari. Semakin bertambah umur makin bertambah jumlah air yang dibutuhkan

(WNPG, 2004).

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan menempatkan bagian terbesar

tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam

otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan

selebihnya ada di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi

khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara

sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Protein sangat berperan pada anak-

anak untuk perkembangan tubuh dan sel otaknya (Rumadi, 2008).

Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per

Orang Per Hari) Untuk Anak Usia 7-12 Tahun

Golongan Berat Tinggi Energi Protein

Umur

7-9 tahun 27 kg 130 cm 1850 kkal 49 gram


10 –12 34 kg 142 cm 2100 kkal 56 gram

tahun (pria)

10 –12 36 kg 145 cm 2000 kkal 60 gram

tahun

(wanita)

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75

Tahun 2013

4. Angka Kecukupan Gizi

Badan Pangan dan Gizi Dewan Riset Nasional Amerika Serikat sejak tahun

1941 telah menyusun Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (Recommended

Dietary Allowance/RDA). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan ini merupakan

standar untuk mencapai gizi baik bagi penduduk (National Research Council, 1989

dalam Almatsier, dkk 2011). Tiap Negara pada umumnya mempunyai AKG yang

sesuai dengan keadaan penduduknya. AKG di Indonesia pertama kali ditetapkan

pada tahun 1968 melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi yang

diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini

kemudian ditinjau kembali pada tahun 1978 dan sejak itu secara berkala setiap lima

tahun , terakhir tahun 2004 (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004)

(Almatsier,dkk, 2011).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) berbeda dengan angka kebutuhan gizi (dietary

requirement). Angka kebutuhan gizi menggambarkan banyak zat gizi minimal yang

dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi baik. Berbagai faktor yang

mempengaruhi angka kebutuhan gizi, seperti genetik, aktivitas, berat badan.

Sedangkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended

Dietary Allowances (RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang

harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah

defisiensi zat gizi. AKG sendiri dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas,
berat badan, tinggi badan, genetika.

F. Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk mengetahui

apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah (gizi salah). Jadi, status gizi

merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi.

Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2006).

Status gizi juga merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

dimasukkan ke dalam tubuh (nutrien input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien output) akan

zat gizi tersebut (Supariasa, dkk., 2012). Masalah gizi anak secara garis besar merupakan

dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional

imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan

dalam memilih bahan makanan untuk disantap (Arisman, 2009).

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Suhardjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

adalah dari penyebab langsung dan penyebab tidak lansung

2. Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.

Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,

tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita

sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang

tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan

akan mudah terserang penyakit.

1. Penyebab tidak Langsung

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.

Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan

seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun

mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak

agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan

kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan

sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang

membutuhkan.

2. Pengukuran Status Gizi

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1) Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri

gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi.

Supariasa, dkk (2012) mendefenisikan antropometri adalah ukuran

tubuh. Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur

dan tingkat gizi. Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan

tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan

keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksanaanya. Jika dilihat

dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a) Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal

lemak dibawah kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan

ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan

menggambarkan keadaan sekarang.

b) Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan

lingkar dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif

lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat

masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai

status gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi

Badan Menurut Umur (TB/U), Indek Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang

memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena

massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak

misalnya karena penyakit infeksi atau menurunnya nafsu makan atau

menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan per umur

merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Penggunaan

indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan

kekurangan yang perlu mendapat perhatian.

Kelebihan indeks BB/U yaitu :

a. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat

umum.

b. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.

c. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).

Sedangkan kelemahan dari indek BB/U adalah :

a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila

terdapat edema.

b. Memerlukan data umur yang akurat.

c. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian,

atau gerakan anak pada saat penimbangan.

d. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah

sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang

tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang

dagangan (Supariasa, 2012).


2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang

menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal,

tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.

Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang

sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi jangka pendek. Pengaruh

defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat

yang cukup lama. Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan

menurut umur (TB/U) yaitu :

a. Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan

secara jelas.

b. Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam

pengukuran terutama bila anak mengalami keadaan

takut dan tegang

3. Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan

pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat.

Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas

dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan

status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena

lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain,

terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, dkk, 2012).


2. Klinis

Pemeriksan klinis adalah metode untuk menilai status gizi

berdasarkan atas perubahan- perubahan yang terjadi dihubungkan

dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut,dan

mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti

kelenjar tiroid.
3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksan spesimen yang

diuji smelalui laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah,urine, tinja dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

4. Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status

gizi dengan melibatkan kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur

dari jaringan (Supariasa, dkk, 2012).

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang

dikonsumsi. Kesalahan dalam survei makanan bisa disebabkan oleh

perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang

dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang

banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi (

The Flat Slope Syndrome ).

Prinsip dari metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat

jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam

yang lalu. Dalam metode ini responden menceritakan semua yang

dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Food recall

24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-

turut (Gibson, 2005).

Metode food recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan

kekurangan.
Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut:

a. Mudah melaksanakannya serta tidak membebani

responden. Biaya relatif murah karena tidak

memerlukan peralatan khusus dan tempat yang

luas.

b. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak

responden.

c. Dapat digunakan untuk responden yang buta

huruf.

d. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-

benar dikonsumsi individu sehingga dapat

dihitung intake zat gizi sehari.

Kekurangan metode food recall 24 jam antara lain:

a. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan

sehari- hari bila hanya dilakukan food recall

satu hari.

b. Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat

responden.

c. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan

bagi responden yang kurus untuk melaporkan

konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan

bagi responden yang gemuk cenderung

melaporkan lebih sedikit (under estimate).

37
d. Membutuhkan tenaga atau petugas yang

terlatih atau terampil dalam menggunakan alat

bantu URT dan ketepatan alat bantu yang

dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

e. Responden harus diberi motivasi dan

penjelasan tentang tujuan dari penelitian.

Keberhasilan metode food recall 24 jam ini sangat

ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan

serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat

meningkatkan mutu data food recall 24 jam dilakukan

selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak

berturut-turut). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1

kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang

representatif menggambarkan kebiasaan makanan

individu (Supariasa, dkk, 2012).

2) Statistik Vital

Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik

kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,

angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu

dan data lainya yang berhubungan dengan gizi.

3) Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi antara beberapa faktor fisik, biologis dan


lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,

tanah, irigasi, dan lain-lain.

G. Klasifikasi Status Gizi


Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi

diperlukan ukuran baku (reference). Pada tahun 2009, Standar

Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar

antopometri untuk anak dan remaja di dunia. Klasifikasi status gizi

menggunakan standar deviasi unit disebut juga Z-skor.

WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk

memantau pertumbuhan.

1. 1 SD unit (1 Z-skor) kurang lebih sama dengan 11% dari median

BB/U.

2. 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 10% dari median BB/TB.

3. 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U

Tabel 2. Klasifikasi Status Gizi

Indeks Status gizi Ambang batas

Berat badan menurut

umur (BB/U) Gizi lebih

Gizi baik

Gizi kurang

Gizi buruk

39
Tinggi badan menurut

umur (TB/U)
Normal

Pendek

Indeks berat badan Gemuk

menurut tinggi badan Normal


(BB/TB)

Kurus

Sangat Kurus
Indeks massa tubuh

menurut umur (IMT/U)

Gemuk ≥ + 2 SD

Normal

Kurus ≥ - 2 SD s/d + 2 SD

Sangat Kurus

-3 SD s/d ≥ -3 SD

< - 3 SD
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Makanan pertama dan utama pada bayi yaitu air susu ibu. Air susu ibu

sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal. Namun bayi

juga memerlukan zat-zat gizi agar dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik. Zat-zat gizi yang diperlukan tersebut termasuk kedalam golongan

pembangun, pengatur serta pembangun, yang disebut pula dengan zat atau

sumber tenaga.

Semakin umur bayi bertambah maka makanan yang harus di konsumsi

pun mengalami perubahan, mulai dari ASI hingga menyapih makanan.

Menyapih, secara harfiah berarti membiasakan. Maksudnya, bayi secara

berangsur-angsur dibiasakan menyantap makanan orang dewasa. Selama

masa penyapihan, makanan bayi berubah dari ASI saja kemakanan yang

lazim dihidangkan oleh keluarga, sementara air susu diberikan hanya sebagai

makanan tambahan. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, terdapat kendala

yang dihadapi. Misalnya saja kemampuan material untuk memenuhi

kebutuhan tersebut atau ketidakmampuan tubuh bayi atau balita untuk

menerima zat-zat tersebut. Anak usia sekolah dasar dapat digambarkan

sebagai anak berumur 6 sampai 12 tahun, dengan karakteristik pertumbuhan

yang semakin meningkat tetapi dengan sedikit masalah pemberian makanan.

Waktu lebih banyak dihabiskan di sekolah sehingga anak usia ini mulai

menyesuaikan dengan jadwal rutin. Mereka juga mencoba mempelajari

41
keterampilan fisik dan menghabiskan banyak waktu untuk berolahraga dan

bermain. Anak pada usia sekolah dasar tumbuh dengan perbedaan tinggi

badan yang sudah mulai tampak. Ada sebagian anak yang terlihat relatif lebih

pendek atau lebih tinggi. Komposisi tubuh anak usia sekolah dasar juga

mulai berubah.

B. SARAN
Sebaiknya kita lebih meningkatkan pengtahuan mengenai kepekaan dan

kepedulian akan pentingnya gizi bagi tumbuh kembang seorang bayi dan

balita. Terutama pada masa tumbuh kembangnya. Dan itu juga akan

berpengaruh pada perkembangan stimulus maupun respon baik pada anak

dan balita.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8744990/Makalah_kebutuhan_Gizi_Bayi_dan_Balita

https://digilib.unila.ac.id/2444/10/BAB%20II.pdf

43

Anda mungkin juga menyukai