Anda di halaman 1dari 7

Beruang madu

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Beruang madu
Rentang fosil: Pleistosen - sekarang, 1–0 jtyl

PraЄ

Pg

N

Status konservasi

Rentan (IUCN 3.1)[1]


Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Carnivora

Famili: Ursidae

Genus: Helarctos
Horsfield 1825

Spesies: H. malayanus

Nama binomial

Helarctos malayanus
(Raffles, 1821)

Sebaran beruang madu


(coklat – ekstan, hitam – sebelumnya, abu-abu
tua – keberadaan belum jelas)

Sinonim

Ursus malayanus Raffles, 1821

Beruang madu (Helarctos malayanus) termasuk familia Ursidae[2] dan merupakan jenis paling kecil
dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia.[3] Beruang ini adalah fauna khas
provinsi Bengkulu sekaligus dipakai sebagai simbol dari provinsi tersebut.[4] Beruang madu juga
merupakan maskot dari kota Balikpapan[5]. Beruang madu di Balikpapan dikonservasi di sebuah
hutan lindung bernama Hutan Lindung Sungai Wain[6].

Daftar isi

 1Fisik
 2Habitat
 3Makanan
 4Perilaku
 5Perkembangbiakan
 6Ancaman terhadap beruang madu
 7Konservasi
 8Referensi
 9Pranala luar

Fisik[sunting | sunting sumber]

Panjang tubuhnya 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 – 65 kg.[7] Bulu
beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam, matanya
berwarna cokelat atau biru,selain itu hidungnya relatif lebar tetapi tidak terlalu
moncong.[3].Jenis bulu beruang madu adalah yang paling pendek dan halus
dibandingkan beruang lainnya, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan, di bawah bulu
lehernya terdapat tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya
menggambarkan matahari terbit.[8] Berbeda dengan beruang madu dewasa, bayi beruang madu
yang baru lahir memiliki bulu yang lebih lembut, tipis dan bersinar.[9] Karena hidupnya di pepohonan
maka telapak kaki beruang ini tidak berbulu sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan hingga
48 kilometer per jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat.[10] Kepala beruang madu relatif besar
sehingga menyerupai anjing yakni memiliki telinga kecil dan berbentuk bundar.[3] Beruang jenis ini
memiliki lidah yang sangat panjang dan dapat dipanjangkan sesuai dengan kondisi alam untuk
menyarikan madu dari sarang lebah di pepohonan.[8] Selain itu, lidah yang panjangnya dapat
melebihi 25 cm itu juga digunakan untuk menangkap serangga kecil di batang pohon.[11] Beruang
madu memiliki penciuman yang sangat tajam dan memiliki kuku yang panjang di keempat
lengannya yang digunakan untuk mempermudah mencari makanan.[12] Beruang madu lebih sering
berjalan dengan empat kaki, dan sangat jarang berjalan dengan dua kaki seperti manusia.[11] Lengan
beruang jenis ini cukup lebar dan memiliki kuku melengkung serta berlubang yang memudahkannya
memanjat pohon.[13] Kuku tangan yang melengkung digunakan oleh beruang ini untuk
menggali rayap, semut dan sarang lebah dan beruang yang sedang mencari madu akan segera
menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar dan bahkan berusaha untuk
menggaruk pohon yang kayunya keras.[14]Rahang beruang madu tidak proporsional karena terlalu
besar sehingga tidak dapat memecahkan buah-buah besar seperti kelapa.[15] Gigi beruang ini lebih
datar dan merata dibandingkan dengan jenis beruang lain, gigi taringnya cukup panjang sehingga
menonjol keluar dari mulut.[16] Ukuran tulang tengkorak kepala beruang madu pada umunya memiliki
panjang tengkorak 264,5 mm, panjang condylobasal 241,3 mm, lebar zygomatic 214,6 mm,
lebar mastoid 170,2 mm, lebar interorbital 70,5 mm, lebar maxilla 76,2 mm.[17]

Habitat[sunting | sunting sumber]

Beruang madu hidup di hutan hujan tropis sekitar Asia

Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan
pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada ketinggian 2 - 7 meter dari tanah, dan suka
mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat
sarang.[18] Habitat beruang madu terdapat di daerah hujan tropis Asia Tenggara.[19] Penyebarannya
terdapat di pulau Borneo,Sumatera,Indocina, Cina Selatan,Burma, serta Semenanjung
malaya.[18] Oleh karena itulah jenis ini tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang
tinggal di wilayah empat musim.[20] Beruang madu pada masa lalu diketahui tersebar hampir di
seluruh benua Asia, namun sekarang menjadi semakin jarang akibat kehilangan dan fragmentasi
habitat.[21]

Makanan[sunting | sunting sumber]


Beruang madu adalah binatang omnivora yang memakan apa saja di hutan.[2] Mereka memakan
aneka buah-buahan dan tanaman hutan hujan tropis, termasuk juga tunas tanaman
jenis palem.[3] Mereka juga memakan serangga, madu, burung, dan binatang kecil lainnya.[22] Apabila
beruang madu memakan buah, biji ditelan utuh, sehingga tidak rusak, setelah buang air besar, biji
yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh sehingga beruang madu mempunyai peran yang sangat
penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, durian, lahung,
kerantungan dan banyak jenis lain.[3] Pada wilayah yang telah diganggu oleh manusia, mereka akan
merusak lahan pertanian, menghancurkan pisang, pepaya atau tanaman kebun lainnya.[22]

Perilaku[sunting | sunting sumber]


Beruang madu hidup secara soliter di alam bebas.

Beruang madu aktif di malam hari atau disebut juga dengan makhluk nokturnal, mereka
menghabiskan waktu di tanah dan memanjat pepohonan untuk mencari
makanan.Kecuali betina dengan anaknya, beruang madu umumnya bersifat soliter. Mereka tidak
berhibernasi sebagaimana spesies beruang lainnya karena sumber pakannya tersedia sepanjang
tahun.[23] Dalam satu hari seekor beruang madu berjalan rata-rata 8 km untuk mencari
makanannya.Perilaku beruang madu yakni menggali dan membongkar juga bermanfaat untuk
mempercepat proses penguraian dan daur ulang yang sangat penting untuk hutan hujan
tropis.[3] Beruang madu juga sangat berperan dalam meregenerasi hutan sebagai
penyebar biji buah-buahan, dan terkenal sebagai pemanjat pohon yang ulung. Sifatnya pemalu,
hidup penyendiri, aktif di siang hari dengan kebutuhan wilayah jelajah yang luas.[24]

Perkembangbiakan[sunting | sunting sumber]


Beruang madu tidak mempunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama
bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama mengandung beruang betina adalah 95-96 hari,
anak yang dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan.[25] Terkadang,
beruang betina hanya terlihat dengan satu bayi dan sangat jarang ditemukan membawa dua bayi
setelah masa kehamilannya.[13] Hal ini sangat dimungkinkan karena beruang madu sengaja
menunda perkawinan untuk mengupayakan agar bayi terlahir saat induk memiliki berat badan yang
cukup, cuaca yang sesuai serta makanan tersedia dalam jumlah yang memadai.[26] Beruang
melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau lubang pepohonan dimana bayi yang terlahir tanpa
bulu dan masih sangat lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan tetap tinggal di sarang sampai ia
mampu berjalan bersama induknya mencari makanan.[27] Bayi beruang madu di duga hidup bersama
induknya hingga berusia dua tahun dan kemudian mulai hidup secara mandiri.[28]

Ancaman terhadap beruang madu[sunting | sunting sumber]


Beruang madu telah dikategorikan sebagai binatang yang mudah di serang dan terancam
kelangsungan hidupnya.[29] Hal ini disebabkan oleh pengerusakan habitat yang berlangsung terus-
menerus.[26] Ancaman terbesar bagi beruang madu memang semakin hilangnya habitat yang berupa
hutan hujan tropis , termasuk diantaranya fragmentasi hutan dan degradasi hutan yang disebabkan
oleh perilaku manusia berupa pembalakan hutan secara liar serta penebangan hutan untuk
keperluan perkebunan karet, kelapa sawit serta kopi.[30] Ancaman lain bagi beruang madu adalah
adanya perburuan, baik dikawasan perlindungan maupun di luar kawasan perlindungan, bagian
tubuh beruang madu seperti katung empedu serta cairannya banyak diperdagangkan secara gelap
untuk memenuhi permintaan pasar pengobatan tradisional.[31] Selain itu, konflik yang terjadi antara
manusia dengan beruang madu terkait dengan perusakan wilayah pertanian juga merupakan
ancaman bagi beruang jenis ini.[32] Bencana alam seperti kebakaran hutan turut memengaruhi
kelangsungan hidup beruang madu karena berhubungan erat dengan kelestarian habitat serta
ketersediaan makanan.[27]

Konservasi[sunting | sunting sumber]


Konservasi beruang madu masih sangat jarang dilakukan.[33] Beruang ini telah terdaftar
dalam Appendix I of the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak
tahun 1979 yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh diburu oleh siapapun.[34] Penelitian lebih
lanjut mengenai beruang madu sedang dilakukan, khususnya tentang dasar-dasar biologis, ekologi,
serta perilakunya.[35] Konservasi beruang madu perlu difokuskan pada perlindungan terhadap habitat
hutan, manajemen yang baik terhadap bidang perlindungan beruang madu, supremasi hukum yang
tegas terkait dengan pelanggaran terhadap perlindungan beruang madu, menghentikan
perdagangan anggota tubuh beruang, serta mengurangi konflik antara manusia dan beruang madu
di wilayah hutan.[35]

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ Fredriksson, G., Steinmetz, R., Wong, S. and Garshelis, D. L. (IUCN SSC Bear Specialist Group)
(2008). "Helarctos malayanus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. International
Union for Conservation of Nature.
2. ^ a b Situs Arktofile: Sun Bear diakses 3 mei 2010
3. ^ a b c d e f ,Gabriella FredrikssonSun Bear
Funsheet, http://www.beruangmadu.org/uploads/pdfs/sun_bear_facts_indo.pdf diakses 22 April 2010
4. ^ http://www.sekolahvirtual.or.id/2009/10/daftar-fauna-identitas-provinsi-di-indonesia/diakses 25 Mei
2010
5. ^ Humas Pemkot Balikpapan - Maskot Kota Balikpapan
6. ^ - Tribun News - Beruang Madu Balikpapan Terancam Punah. Diakses 28 Juni 2010
7. ^ Situs Kidnesia: Beruang Madu diakses 22 April 2010
8. ^ a b (en) Situs Honolulu Zoo, 2008 diakses 26 April 2010
9. ^ (en)Sanderson, I. Living Mammals of the World. 1972.Garden City, New York: Doubleday and
Company.
10. ^ Ari Rakatama,Buletin Triwulan RAKATA, Edisi 11/III/2005
11. ^ a b Situs Maharani Zoo & Goa diakses 27 April 2010
12. ^ National Geographic, 2010, http://animals.nationalgeographic.com/animals/mammals/sun-
bear.html diakses 26 April 2010
13. ^ a b (en) IUCN/SSC Bear Specialist Group – International Association for Bear Research and
Management (April, 2008) Situs Bearbiiology diakses 27 April 2010
14. ^ Taman Nasional Kerinci Seblat, 1998, http://www.angelfire.com/id2/jambi/beruang.htmdiakses 22
April 2010
15. ^ (en) Kenneth Eke,Sun Bear. Situs Whozoo diakses 3 Mei 2010
16. ^ (en) Situs bears: Sun Bear diakses 3 Mei 2010
17. ^ (en) Fitzgerald, C., P. Krausman. Helarctos malayanus. 2002.Mammalian Species , 696: 1-5.
18. ^ a b Hanum, Putri Permatsari.2009.Fauna Identitas: BERUANG MADU (Helarctos malayanus
(Raffles).http://indopedia.gunadarma.ac.id/pdf/5941.pdf diakses 29 April 2010
19. ^ Ketua Bubuhan.2010.Beruang Madu dan
Balikpapan.http://balikpapancitizen.com/bubuhan.com/index.php?option=com_content&view=article&i
d=79:beruang-madu-dan-balikpapan&catid=62:culture&Itemid=161 diakses 29 April 2010
20. ^ (en) The Bear Planet. 2010.http://www.bearplanet.org/sunbear.shtml diakses 29 April 2010
21. ^ harapan rainforest.2009.Perjumpaan dengan keluarga Beruang
Madu.http://harapanrainforest.org/id/blog-beruang diakses 29 April 2010
22. ^ a b (en) Howard Youth.Sun Bear .ZooGoer 28(2) 1999.Friends of the National Zoo.
23. ^ Taman Nasional Gunung Leuser.2009.http://orangutancentre.org/wp-
content/uploads/bukusaku_b_lawang_bhs.pdf diakses 5 Mei 2010
24. ^ Beruang madu “Helarctos malayanus”, Kumpulan Informasi Menarik Tentang Beruang Terkecil di
Dunia. Diterbitkan oleh: -Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain Yayasan Peduli Hutan
Lindung Sungai Wain (Friend Of Sungai Wain/FoW.http://www.ffi.or.id/beruangmadu.php diakses 22
April 2010
25. ^ Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Yogyakarta.http://bksdadiy.dephut.go.id/katalog_detail.php?kat=&id=8 5 Mei 2010
26. ^ a b (en) Fredriksson, G.M., Wich, S.A. and Trisno, X. Frugivory in sun bears (Helarctosmalayanus) is
linked to El Niño-related fluctuations in fruiting phenology, East Kalimantan, Indonesia.2006.
Biological Journal of the Linnean Society, 89: 489 - 508.
27. ^ a b (en) Fredriksson, G.M., Danielsen, L.S. and Swenson, J.E. Impacts of El Nino related drought
and forest fires on sun bear fruit resources in lowland dipterocarp forest of East Borneo.
2007.Biodiversity and Conservation, 16(6): 1823 - 1838.
28. ^ (en) Schwarzenberger, F., Fredriksson, G., Schallerc, K. and Kolter, L. Fecal steroid analysis for
monitoring reproduction in the sun bear (Helarctos malayanus).2004. Theriogenology, 62: 1677 -
1692.
29. ^ (en) IUCN Red List (March, 2008) http://www.iucnredlist.org diakses 5 mei 2010
30. ^ (en) Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D., Setyawati, T.,
Lammertink, M., Rachmatika, I., Wong, A., Soehartono, T., Stanley, S. and O'Brien, T. Life after
Logging: Reconciling Wildlife Conservation and Production Forestry in Indonesian Borneo.2005.
Bogor. CIFOR and UNESCO.
31. ^ Govind, V. and Ho, S. The Consumer Reporton the Trade in Bear Gall Bladder and Bear Bile
Products in Singapore. 2001. UK.Animal Concerns Research and Education Society
32. ^ (en) Fredriksson G. Human–sun bear conflicts in East Kalimantan, Indonesian Borneo.2005. Ursus,
16(1): 130 - 137.
33. ^ (en) Servheen, C., Herrero, S. and Peyton, B. (1999) Bears Status Survey and Conservation Action
Plan. IUCN, Gland, Switzerland.
34. ^ (en) CITES (December, 2004) http://www.cites.org diakses 5 Mei 2010
35. ^ a b (en) Fredriksson, G.M. (2008) Pers. comm.

Anda mungkin juga menyukai