Nama :
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang telah diberikan oleh Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, tujuan dari penyusunan
makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Model-Model
Pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Evaluasi merupakan suatu proses yang dapat dijadikan salah satu acuan oleh seorang
pendidik untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar. Menurut para
ahli yang mengemukakan pengertian evaluasi antara lain Davies mengemukakan bahwa
evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah
tujuan, kegiatan, keputusan,unjuk kerja, proses, orang, maupun objek. Menurut Wand
dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk
membuat alternatif keputusan. Dengan demikian, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian
merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau
data (Purwanto, 1992). Informasi atau data yang dikumpulkan haruslah mendukung
tujuan evaluasi yang direncanakan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian evaluasi adalah proses yang sistematis
dalam menentukan nilai atau tujuan tertentu. Adapun pengertian dari evaluasi
pembelajaran merupakan penilaian kemampuan belajar siswa atau yang biasa disebut
peserta didik yang dilakukan secara berkala, baik berupa ujian tes tertulis maupun tidak
tertulis sebagai pertanggungjawaban seorang guru dalam melakasanakan pembelajran.
Karakteristik siswa yang dijadikan penilaian adalah tampilan siswa dalam bidang
kognitif (pengetahuan), Afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).
B. Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah
tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang
digunakan. Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Jika
tujuan evaluasi masih bersifat umum, maka tujuan tersebut perlu diperinci menjadi
tujuan khusus, sehingga dapat menuntun guru dalam menyusun soal atau
mengembangkan instrument evaluasi lainnya.
Ada dua cara yang dapat ditempuh guru untuk merumuskan tujuan evaluasi yang
bersifat khusus, pertama, melakukan perincian ruang lingkup evaluasi, kedua melakukan
perincian proses mental yang akan dievaluasi. Cara pertama berhubungan dengan luas
pengetahuan sesuai dengan silabus mata pelajaran, dan cara kedua berhubungan dengan
jenjang pengetahuan.
Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian, seperti yang dikutip oleh Zainal
Arifin (2014 ;15)
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik
sesuai dengan rencana palaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu guru
harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai
jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan
belajar peserta didik.
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah
diberikan
2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik
terhadap program pembelajaran
3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik
dengan standar kompetensi dasar yang telah ditetapkan
5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan
jenis pendidikan tertentu
Seorang guru perlu mengetahui tingkat kemajuan peserta didik, sebab pengetahuan
mengenai kemajuan peserta didik mempunyai bermacam-macam kegunaan.
Pertama, melalui pengetahuan itu kita dapat mengetahui kedudukan peserta didik dalam
kelompoknya. Kita dapat mempraktikannya apakah peserta didik dalam kelompoknya
dapat dimasukan kedalam golongan anak yang biasa atau yang luar biasa, dalam arti
supergenius atau lambat majunya. Berdasarkan pengetahun ini pula kita dapat
mengadakan perencanaan yang realistis mengenai masa depan anak. Hal ini penting,
karena keberhasilan peserta didik sebagai anggota masyarakat di kelak kemudian hari
akan ditentukan oleh ada tidaknya perencanaan masa depan yang realistis ini.
Kedua, apabila pengetahuan tentang kemajuan peserta didik tadi digabungkan dengan
pengetahuan tentang kapasitas (kemampuan dasar) peserta didik, maka ia dapat
dipergunakan sebagai petunjuk mengenai kesungguhan usaha anak dalam menempuh
program pendidikannya. Melalui petunjuk ini pula kita dapat membantu peserta didik
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Dalam melaksanakan penilaian hendak nya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain, sebagai berikut :
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
2) Penilaian menggunakan acuan criteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompok nya
3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan,
Berkelanjutan dalam arti semua indicator ditagih, kemudian hasil nya dianalisis untuk
menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta mengetahui
kesulitan peserta didik.
4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses
pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya
dibawah criteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
kriteria ketuntasan.
5) Sistem penilaian harus dsesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran, misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan obsevasi lapangan
maka evaluasi harus diberikan, baik pada proses ( keterampilan proses ) misalnya teknik
wawancara maupun produk/hasil melakukan obsevasi lapangan yang berupa informasi
dibutuhkan.
CIRI-CIRI EVALUASI
1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung
Maksudnya, jika seorang guru ingin mengetahui mana dari siswanya yang cerdas atau kurang
cerdas maka dalam evaluasi yang diukur bukanlah kecerdasan atau kekurangan peserta didik,
tetapi indikator atau hal-hal yang menandai bahwa seseorang itu bisa disebut pandai dan
kurang pandai.
2. Bersifat relatif
Salah satu ciri evaluasi adalah bersifat relative karena nilai seorang siswa tidak selalu konstan
dari waktu ke waktu, tetapi bisa saja berubah-ubah.
3. Bersifat kuantitatif
Dalam evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan pengukuran dengan menggunakan simbol
bilangan (angka) sebagai hasil untuk pengukurannya. Hasil pengukuran berupa angka-angka
ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan kedalam kata-kata (kualitatif).
4. Sering terjadi kesalahan dimana sumber-sumber kesalahan biasanya terletak pada: Alat
ukur (soal tes), Pengukur/guru, Yang dinilai (Peserta didik), dan Situasi dimana penilaian
berlangsung.
5. Menggunakan satuan unit-unit atau satuan-satuan yang tepat, seperti sangat memuaskan,
memuaskan, cukup memuaskan, kurang memusakan, dan tidak memuaskan.
1. Validitas Tes
Validitas tes merupakan sifat terpenting dari tes dalam kaitannya dengan mutu atau
kualitas. Tes yang baik memiliki validitas yang tinggi atau baik. Validitas tes adalah
kesesuaian hasil dengan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan serta sejauh mana
sebuah tes dapat mengukurnya. Sebuah alat ukur (tes) dapat dikatakan mempunyai
validitas yang baik apabila tes tersebut tepat mengukur kemampuan siswa dengan
benar sesuai kenyataan yang ada (sesungguhnya).
Ada 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian untuk menguji
kualitasnya, yaitu:
a. Validitas Isi
Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan
dari suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi (konten/materi). Pengecekan
validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi (konten/materi) tes
dengan komponen-komponen yang seharusnya diukur.
c. Validitas Bandingan
Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah berdasarkan
hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya dari siswa saat
pengukuran (assessmen) dilakukan.
d. Validitas Ramalan
Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari
kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu (siswa) pada masa yang akan
datang.
2. Reliabelitas Tes
Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes
(alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat diperoleh
dengan cara memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya
siswa yang sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan
(keajegan) nilai yang diperoleh sekelompok siswa pada kesempatan yang berbeda
dengan tes yang sama, ataupun tes serupa yang butir-butir soal penyusunnya
ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes merupakan pengecekan terhadap
kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari
suatu kelompok siswa yang mungkin berubah karena tes itu sendiri.
4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes
terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu
aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur
dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian
pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting
6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka
subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes
(instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan
jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka
berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya
sendiri.
7. Kekhususan Tes
Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan.
Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-
komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari
bahan pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari
bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya
BAB 3
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Evaluasi dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk menentukan berhasil atau
tidaknya tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi sangat berguna sekali baik bagi guru maupun
bagi siswa. Bagi seorang guru atau pendidik evaluasi berfungsi sebagai tolak ukur apakah
guru itu berhasil atau tidak dalam memberikan pengajarannya. Pengajaran dapat dikatakan
berhasil apabila terlihat perubahan tingkah laku atau perubahan siswa ke arah yang lebih
baik. Sedangkan bagi siswa evaluasi berfungsi sebagai tolak ukur dirinya dalam belajar,
mampu tidaknya siswa menerima evaluasi yang telah ditentukan oleh guru, maksimal atau
belum siswa itu mengikuti pembelajaran.
Evaluasi memiliki cakupan sistem yang luas. Yang termasuk di dalamnya adalah
penilaian, pengukuran, dan tes. antara evaluasi dan penilaian memiliki persamaan juga
perbedaan. Persamaanya sama-sama menentukan/menilai tentang suatu objek. Sedangkan
perbedaannya Penilaian hanya memiliki ruang lingkup yang sempit atau hanya menilai
salahsatu aspek saja. Sedangkan memiliki cakupan yang luas mencakup semua komponen
yang ada dalam sistem tersebut baik internal maupun eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/Owners/AppData/Local/Temp/Evaluasi-Pembelajaran-Bahasa-Indonesia.pdf
https://af-production.blogspot.com/2017/06/evaluasi-pembelajaran-danpengajaran.html