Makalah Komkep Kel 10
Makalah Komkep Kel 10
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
Juliyanti 19172090P
Herdiansyah 19172056P
Januar 19172066P
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul
“Komunikasi Terapiutik Pada Klien Komplain”. Shalawat Dan Salam Penulis
Hantarkan Keharibaan Junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan. Karya Tulis Ilmiah ini di
susun dengan tujuan untuk memenuhi syarat sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan
pendidikan Akademi KePerawat an Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.
Penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi berkat adanya
bimbingan,pengarahan dan bantuan dari semua pihak, Karya Tulis Ilmiah ini dapat di
selesaikan.Untuk itu penulis ingin menyapaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada, selaku pembimbing yang telah memberi arahan dan saran serta
bimbingan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari titik kesempurnaan. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis memanjatkan do’a semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-
Penulis
DAFTAR ISIISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Latar Belakang Masalah
A. Pendahuluan
B. Tujuan penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
a. Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.
c. Memperbaiki pengalaman emosional pasien.
d. Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.
I.3 Manfaat
a. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara Perawat dengan pasien melalui
hubungan Perawat -klien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh Perawat .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam
komunikasi yaitu; komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator
(pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media kepada
komunikan (penerima pesan) sehingga timbul efek atau akibat terhadap pesan yang telah
diterima. Dalam prosesnya komunikasi tidak berhenti sampai efek, melainkan ada yang
disebut feedback atau umpan balik, yakni tanggapan dari komunikan yang dikirim balik
kepada komunikator untuk menunjukkan apakah pesan awal dari komunikator dipahami
atau tidak oleh komunikan. Dalam hal ini secara tidak langsung komunikan juga bertindak
sebagai komunikator. Jika pesan dari komunikator dapat dipahami oleh komunikan, maka
dapat dikatakan komunikasi tersebut berjalan efektif.
Komunikasi efektif dapat dipengaruhi oleh kerangka acuan (frame of reference)
dan pengalaman lapangan (field of experience) yang pernah diperoleh komunikator dan
komunikan. Jika bidang pengalaman komunikator dan komunikan sama, maka komunikasi
akan berlangsung lancar (nyambung), begitu pun sebaliknya. Selain itu, ada atau tidaknya
gangguan (noise) baik gangguan teknis maupun non-teknis dalam penyampaian pesan
turut andil terhadap kelancaran komunikasi.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh
Perawat , karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk
mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan-
mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring,
memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai
klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam kePerawat an, komunikasi
merupakan bagian integral dari asuhan kePerawat an. Seorang Perawat yang
berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan data, melakukan
tindakan kePerawat an (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah
dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya
masalah- masalah legal yang berkaitan dengan proses kePerawat an.
Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan klien
dan keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan
hubungan antara Perawat dan klien. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995)
menegaskan bahwa seorang Perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh,
tidak peduli terhadap pasien, seseorang (Perawat ) yang tidak care dengan orang lain
(pasien) adalah berdosa. Seorang Perawat yang tidak menjalankan profesinya secara
profesional akan merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga dirinya sendiri.
Komunikasi seorang Perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi
yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/kelompok.
Demikian pula ditegaskan dalam Poter dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam
prosesnya terjadi dalam tiga tahapan yakni komunikasi intrapersonal (terjadi dalam diri
individu sendiri), interpersonal (interaksi antara dua orang atau kelompok kecil) dan
publik (interaksi dalam kelompok besar).
2.2 Komunikasi Terapeutik
A. Pengertian
Komunikasi dalam kePerawat an disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal
ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang Perawat pada saat melakukan intervensi
kePerawat an harus mampu memberikan khasiat terapi bagi proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang Perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau
keterampilan Perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W
(1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara Perawat dan klien, dalam hubungan ini Perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam
membina hubungan intim yang terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh Perawat
(helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
2.Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional katarsis,
danbermain peran (Stuart da Sundeen, 1987 : 131)
a) Konfrontasi
Konfrontasi adalah perasaan Perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian
perasaan,sikap, kepercayaan, dan perilaku. Konfrontasi sangat diperlukan klien
yang telah mempunyai kesadaran tetapi belum merubah perilakunya.
b) Kesegeraan
Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan
segera
c) Keterbukaan Perawat
Perawat membuka diri tentang pengalaman yang sama dengan pengalaman klien.
Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien untuk mendukung
kerjasama dan memberikan sokongan.
d) "Emosional Catharsis"
Emosional katarsis tejadi jika klien diminta untuk bicara tentang hal yang
menganggu dirinya.Perawat harus megkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan
masalahnya. Jika klien mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya,
Perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada
situasi klien. Jika klien menyadari bahwa ia mengekspresikan perasaan dalam
suasana menerima dan aman maka klien akan memperluas kesadaran dan
penerimaan pada dirinya.
e) Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu ini berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari
pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikiran dan perilaku
serta klien merasa bebas mempraktekan perilaku baru pada lingkungan yang
nyaman.
6. Fairness
Setiap komplain mendapatkan perlakuan yang sama, adil, tanpa membeda-bedakan.
7. Confidential
Menghargai dan menjaga keinginan dan privasi pelanggan.
8. Records
Data mengenai komplain disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan setiap upaya
perbaikan yang berkesinambungan.
9. Sumber daya
Mengalokasikan sumber daya dan infrastruktur yang memadai untuk pengembangan dan
penyempurnaan sisitem penanganan komplain termasuk pelatihan tenaga kerja.
10. Remedy
Pemecahan dan penyelesaian yang tepat (seperti permohonan maaf, hadiah, ganti rugi)
untuk setiap komplain ditetapkan dan diimplementasikan secara konsekuen.
Menurut Edvardsson dari Universitas Karlstad, Swedia (dikutip ari Kawan Lama
News, 2008) Cara menangani keluhan dari pelanggan adalah sebagai berikut :
a. Jangan membuat bertambah rumit dengan segala macam formulir;
b. Jangan pernah mengirim surat tanpa berkomunikasi verbal terlebih dahulu;
c. Segera mencari tahu apa yang diinginkan pelanggan yang komplain;
d. Untuk komplain yang tidak terlalu serius, minta maaf akan jauh lebih baik daripada
mengirim berlembar-lembar surat permohonan maaf
e. Berikan tanggapan pribadi dan spesifik
f. Ketikan menghadapi pelanggan yang menyampaiakan keluhan, ikutilah prinsip
empati
g. Jika memang komplain itu tidak ditujukan kepada anda, dan anda harus membuat
referensi kepada siapa pelanggan harus melapor, jelaskan secara rinci alasannya
h. Perjelas alternatif apa yang ada untuk menyelesaikan persoalan pelanggan yang
komplain
i. Jangan lupa beritahu pelanggan langkah perbaikan apa yang telah dibuat sehubungan
dengan penyampaian komplain itu.
j. Banyak keluhan menjai kabar baik. Itu tandanya pemberi komplain percaya pada
pihak anda.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konsep komunikasi terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat membantu
sekali dalam penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang sering mengalami
berbagai masalah dalam kehidupannya,
Agar seseorang berguna dalam kehidupannya, maka dari itu merawat diri sendiri lebih
baik dibandingkan menyusahkan orang lain.
Peran Perawat juga sangat penting dalam komunikasi karena Perawat sebagai
pemberi asuhan jadi yang banyak berperan dalam komunikasi terpeutik terdapat pada
bagian Perawat juga.
4.2 Saran
a. Mahasiswa mampu menerapkan teraupetik dalam pembelajaran serta praktik
kePerawat an
b. mahasiswa dapat mendeskripsikan apa yang di maksud dengan teraupetik
c. pemahaman mahasiswa sangat di perlukan dalam teraupetik.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
SKENARIO :
Di Rumah Sakit Strada tepatnya di ruang rawat inap melati terdapat 1 pasien,
dimana 1 pasien masuk pada tanggal 15 Desember 2019 . Pasien masuk pada tanggal 15
Desember 2019 bernama Pasien dan pasien tersebut setelah beberapa hari rawat inap di
rumah sakit tersebut merasa kurang nyaman dengan pelayanan yang diberikan.
PAGI HARI :
(Pasien baru bersama keluarganya mendaftar di loket pendaftaran)
Perawat : Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu? (nada judes, pandangan tidak
melihat ke klien)
Pasien : Iya mbak, saya mau daftar, saya sakit. Untuk pendaftarannya bagaimana
ya?
Perawat : Isi formnya dulu ya, tata caranya bisa di lihat di papan
DI RUANG MELATI
TAMAT