DEMAM TIFOID
Oleh :
dr. Desy Ayu Wulandari
Pendamping :
dr ……….
Pembimbing
dr. ……….. Sp.PD
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga pada akhirnya Saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini
yang berjudul DEMAM TIFOID
Tidak lupa Saya mengucapkan terimakasih kepada pendamping Saya dr.
……….. dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini
sejak awal hingga selesainya tugas ini.
Tujuan penulisan referat ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
kegiatan Case Report dibagian IGD.
Saya menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu Saya sangat mengharapkan bantuan dan partisipasi teman sejawat
untuk memberikan masukan dan saran guna menyempurnakan referat ini di masa
mendatang.
Akhir kata Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya atas
perhatian dan dukungannya, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 April 2019 :
Keluhan Utama : demam 10 hari SMRS memberat hari ini
Keluhan Tambahan : tidak nafsu makan, mual, muntah, nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang rujukan PKM Kesesi ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Kajen
dengan keluhan demam 10 hari memberat hari ini
Pasien merasakan demam tinggi saat sore hari sejak 10 hari sebelum masuk
rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan nafsu makan turun, nyeri kepala, nyeri ulu hati,
mual dan muntah. Pasien mengaku suka mengkonsumsi makanan pedas dan
memakan gorengan. Pasien mengaku jarang mengkonsumsi makanan yang
berserat seperti sayuran dan buah-buahan. Pasien mengaku baru
memeriksakan keluhannya ke puskesmas dan keluhannya hanya hilang
sementara karena diberikan obat penurun panas
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal.
Riwayat asma disangkal
Riwayat Hipertensi dan DM disangkal.
Riwayat penyakit hati dan ginjal disangkal.
Riwayat kebiasaan :
Konsumsi makanan sembarangan diakui
Mata
Conjungtiva Anemis: -/-
Sklera Ikterik : -/-
Pupil bulat isokor : 3 mm/ 3 mm
Reflek Cahaya : +/+
Hidung
Deviasi septum : -/-
Discharge : -/-
Telinga
Bentuk : dextra sinistra simetris
Discharge : -/-
Leher
Inspeksi : Trakea di tengah
Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid (-), paratiroid (-),dan
kelenjar limfe (-)
Mulut :
Sianosis : (-)
Lidah kotor : (-)
b. Thoraks :
Pulmo
Palpasi : gerak dinding dada simetris kiri dan kanan, fremitus kiri =
kanan
Jantung
c. Abdomen
Inspeksi : distensi ( - )
Palpasi : nyeri tekan (+) epigastric
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : BU ( + ) normal
d. Ekstremitas :
akral hangat, CRT <2” / <2”, edema ekstermitas bawah -/-
RESUME
1. Anamnesa
Pasien datang rujukan PKM Kesesi ke Instalasi Gawat Darurat RSUD
Kajen dengan keluhan demam 10 hari memberat hari ini
Pasien merasakan demam tinggi saat sore hari sejak 10 hari sebelum
masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan nafsu makan turun, nyeri kepala, nyeri ulu hati,
mual dan muntah. Pasien mengaku suka mengkonsumsi makanan pedas
dan memakan gorengan. Pasien mengaku jarang mengkonsumsi makanan
yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan. Pasien mengaku baru
memeriksakan keluhannya ke puskesmas dan keluhannya hanya hilang
sementara karena diberikan obat penurun panas
2. Pemeriksaan Fisik
a. KeadaanUmum/ kesadaran :tambak sakit ringan /Compos mentis
b. Vital Sign
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit, isi cukup
Pernafasan : 20 x/menit, regular, Kusmaull (-)
Suhu : 38.1 C
SpO2 :100%
c. Status Generalis : dbn
1.4.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi Lengkap :
Haemoglobin 11,2 gr/dl 11.5 – 16.5g/dL
Leukosit 9.500 /mm3 3500 – 10.000 109/L
Hematokrit 39 % 35.0 – 55.0 %
Eritrosit 5,9 3.5 – 5.5 1012/L
Trombosit 307.000/mm3 145 – 450 109/L
MCV 92 75.0 – 100.0 fL
MCH 28 25.0 – 35.0 Pg
MCHC 34 31.0 – 38.0 g/dL
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 2 0-4 %
Netrofil Segment 80 46-73 %
Limfosit 18 17-48 %
Monosit 14 4-10 %
Widal
O 1/320 1/80
H 1/320 1/80
A-H 1/320 1/80
RontgenToraks : jantung dan paru tak tampak kelainan
1.5.Diagnosa Kerja :
Demam Tifoid
1.6.Penatalaksanaan :
Farmakologi
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxime 2x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1
- Inj. Ondansetron 3x1
Nonfarmakologi
- Diet Lunak
- Memberikan informasi mengenai penyakit demam tifoid dan
penatalaksanaannya.
1.7.Diagnosa Banding
GangguanGastroinstestinal: Dyspepsia, Cholecysititis
Gangguan Urogenital: Pyelonephritis
1.8.Prognosis
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
Ad Fungsionam : Ad Bonam
BAB II
PENDAHULUAN
Gambar 2.1. Distribusi global daerah endemik dari Salmonella Enteric serotipe
Typhi, 1990-2002.5
Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya berhubungan
dengan sanitasi lingkungan; di daerah rural 157 kasus per 10.000 penduduk,
sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 kasus per 10.000 penduduk.
Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih
secara merata yang belum memadai, serta sanitasi lingkungan terutama cara
pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan ligkungan.7
Case fatality rate (CFR) demam tifoid di tahun 1996 sebesar 1,08% dari
seluruh kematian di Indonesia. Namun berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI (SKRT Depkes RI) tahun 1995, demam
tifoid tidak termasuk dalam 10 penyakit dengan mortalitas tinggi.8
Gambar 2.6. Prinsip dari tes Typhidot®. Bagian atas, prosedur tes;
bagian bawah, interpretasi hasil tes.28
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi sistemik yang menjadi
masalah dunia. WHO mencatat Indonesia sebagai salah satu negara endemik
untuk demam tifoid. Di Indonesia, terdapat rata-rata 900.000 kasus demam tifoid
dengan angka kematian lebih dari 20.000 setiap tahunnya. Diagnosis demam
tifoid bisa dilakukan dengan berbagai cara, tidak hanya dengan melihat
manifestasi klinis yang muncul pada pasien namun juga didukung dengan
pemeriksaan penunjang untuk diagnosis definitif. Pada intinya, segala jenis
pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri penyebab demam
tifoid. Diantara berbagai pemeriksaan serologis yang ada, widal sebagai
pemeriksaan yang paling tua sudah tidak lagi menjadi pemeriksaan yang
direkomendasikan. Saat ini sudah ada pemeriksaan serologis lain dengan
sensitifitas dan spesitifitas yang lebih baik seperti TUBEX dan Typhidot.
Terapi demam tifoid yang paling efektif adalah agen fluorokuinolon, dengan
angka kesembuhan 98% dan angka relaps dan karier fecal <2%. Penggunaan luas
agen fluorokuinolon secara bebas, menyebabkan kenaikan angka kejadian DCS
(decreased ciprofloxacin susceptibility). Oleh karena itu penggunaan agen
fluorokuinolon sebainya dibatasi dan tidak menjadi terapi empiris. Ceftriaxone,
cefotaxime dan cefixime oral merupakan terapi efektif untuk demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA