Anda di halaman 1dari 10

EKSKURSI GEOLOGI REGIONAL JAWA BARAT

Leonita Josephine Wibowo Kelompok 1

Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Pakuan


Email : Leonitajosephine@gmail.com

Abstrak

Ekskursi Geologi Regional merupakan salah satu Mata Kuliah dalam Program
Studi Teknik Geologi unutk mencapai Tugas akhir kemudian sebagai syarat kelulusan
S1 (Strata). Kegiatan Ekskursi dimaksudkan agar praktikan dapat menafsirkan serta
mengkorelasikan gejala-gejala geologi yang terjadi di Jawa Barat mencakup
morfologi dan korelasi batuan dari laut selatan pulau Jawa hingga Utara Jawa Barat
secara regional sehingga diharapkan dapat sejarah pembentukannya

1. PENDAHULUAN mulai dari Serang, Jakarta, Subang,


Indramayu, hingga Cirebon.
Aktifitas geologi Jawa Barat
menghasilkan beberapa zona Daerah ini bermorfologi dataran
fisiografi yang satu sama lain dapat dengan batuan penyusun terdiri atas
dibedakan berdasarkan morfologi, aluvium sungai/pantai dan endapan
petrologi, dan struktur geologinya. gunungapi muda.
Van Bemmelen (1949), membagi
daerah Jawa Barat ke dalam 4 besar 2. Zona Bogor terletak di
zona fisiografi, masing-masing dari sebelah selatan Zona Dataran
utara ke selatan adalah Zona Pantai Jakarta, membentang
Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, mulai dari Tangerang, Bogor,
Zona Bandung, dan Zona Purwakarta,Sumedang,
Pegunungan Selatan Majalengka, dan Kuningan. Zona
Bogor umumnya
1. Zona Dataran Pantai bermorfologi perbukitan yang
Jakarta menempati bagian utara memanjang barat-timur dengan
Jawa membentang barat-timur lebar maksimum sekitar 40 km.

1
Batuan penyusun terdiri atas batuan vulkanik berumur
batuan sedimen Tersier dan Kuarter. Akibat tektonik yang
batuan beku baik intrusif kuat,batuan tersebut membentuk
maupun ekstrusif. Morfologi struktur lipatan besar yang
perbukitan terjal disusun oleh disertai oleh pensesaran. Zona
batuan beku intrusif, seperti yang Bandung merupakan puncak dari
ditemukan di Komplek Geantiklin Jawa Barat yang
Pegunungan Sanggabuana, kemudian runtuh setelah proses
Purwakarta. Van Bemmelen pengangkatan berakhir (van
(1949), menamakan morfologi Bemmelen, 1949).
perbukitannya sebagai 4. Zona Pegunungan
antiklinorium kuat yang disertai Selatan terletak di bagian selatan
oleh pensesaran. Zona Bandung. Pannekoek
3. Zona Bandung yang (1946) menyatakan bahwa batas
letaknya di bagian selatan Zona antara kedua zona fisiografi
Bogor, memiliki lebar antara 20 tersebut dapat diamati di Lembah
km hingga 40 km, membentang Cimandiri, Sukabumi.
mulai dari Pelabuhanratu, Perbukitan bergelombang di
menerus ke timur melalui Lembah Cimandiri yang
Cianjur, Bandung hingga merupakan bagian dari Zona
Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung berbatasan langsung
Bandung bermorfologi dengan dataran tinggi (plateau)
perbukitan curam yang Zona Pegunungan Selatan.
dipisahkan oleh beberapa lembah Morfologi dataran tinggi atau
yang cukup luas. Van Bemmelen plateau ini, oleh Pannekoek
(1949) menamakan lembah (1946) dinamakan sebagai
tersebut sebagai depresi di antara Plateau Jampang.
gunung yang prosesnya
diakibatkan oleh tektonik
(intermontane
depression). Batuan penyusun di
dalam zona ini terdiri atas batuan
sedimen berumur Neogen yang
ditindih secara tidak selaras oleh

2
pantai utara menerus kelepas
pantai utara jawa.
b. Mandala Cekungan Bogor
di Selatan dan Timur,
meliputi beberapa zona
Fisiografi Van Bemmelen
Gambar 1. Fisiografi Jawa Barat ( 1949 ) yakni zona Bogor,
zona depresi Bandung dan
Martodjojo ( 1984) membagi
zona Pegunungan Selatan
Stratigrafi Jawa Barat menjadi 3
Jawa Barat. Mandala ini
mandalasedimentasi berdasarkan
dicirikan oleh endapan aliran
ciri dominan sedimen selama
gravitasi, yang kebanyakan
zaman tersier, dari utara –
fragmen berupa batuan beku
selatan, yaitu :
dan sedimen seperti Andesit,
Mandala Paparan Kontinen,
Basalt, Tuffa dan
Mandala cekungan Bogor, dan
Batugamping. Ketebalan
Mandala Banten.
secara keseluruhan sulit di

a. Mandala Paparan tentukan, tetapi diperkiran >

Kontinen di utara, 7000 Meter.

tempatnya hampir sama c. Mandala Banten di Barat,

dengan zona fisiografi ciri – ciri mandala ini mirip

dataran pantai Jakarta. Di dengan mandala cekungan

cirikan oleh endapan paparan Bogor pada umur Tersier

yang umumnya terdiri dari tetapi dari akhir Tersier lebih

batugamping, batulempung, mirip Paparan Kontinen.

dan batupasir kuarsa dengan


lingkungan pengendapan laut
dangkal. Batas selatan
mandala paparan kontinen
ini di perkirakan sama
dengan penyebaran formasi
parigi dari cibinong, Gambar 2. Stratigrafi Regional
purwakarta, sejajar dengan

3
2. METODE PENELITIAN penentuan satuan geomorfologi
berdasarkan tata cara penamaan
2.1 Alat-alat yang digunakan
( Van Zuidam 1985).
Untuk mempermudah dan
2. Observasi singkapan yaitu
memperlancar dalam pelaksanaan
meliputi, deskripsi litologi,
pemetaan geologi, sehingga
pencatatan perlapisan
diperlukan alat- alat yang lengkap di
kedudukan dan pengambilan
lapangan. Peralatan yang digunakan
contoh.
yaitu :
3. Pengambilan data struktur
1. Peta topografi 1 : 25.000
geologi yang terdiri dari
2. Palu Geologi
kelurusan bidang sesar,
3. Alat tulis, buku lapangan dan
breksiasi, kekar dan kedudukan
clipboard
perlapisan.
4. Kamera
4. Dokumentasi dan pembuatan
5. Komparator
peta lintasan sementara.
6. Loup
7. Pelastok sample dan tas 3. ISI
lapangan
Hari / tanggal : Senin, 15 Juli 2019
8. Hcl dan air
9. Buku regional yang dianggap Lokasi : Sukabumi, Jawa Barat
penting dalam menunjang
kegiatan ekskursi dengan baik.
Lokasi pengamatan pertama dilakukan
di Gn.Walat, dijumpai singkapan batuan
2.2 Tahap pengambilan data
sedimen berupa batupasir
lapangan
konglomeratan dengan dimensi panjang
Pada tahap ini dilakukan
±10m dan tinggi ±4m. Batuan tersebut
pengambilan data geologi
secara umum memiliki ciri abu-abu
permukaan dengan skala 1 : 25.000
kehitaman, ukuran butir kerikil hingga
untuk kemudian diolah pada tahap
kerakal, bentuk butir membundar hingga
berikutnya, yaitu :
membundar tanggung, kemas terbuka,
1. Observasi geomorfologi,
pemilahan terpilah buruk, sementasi non
meliputi pengamatan morfologi
karbonat, massa dasar pasir sedang serta
dan bentang alam, pengamatan
terdapat fragmen berupa kuarsa dan
pola aliran sungai, dan

4
batuan beku andesit berukuran 0,2-2cm. ini masuk ke dalam Formasi Batuasih
Banyak struktur sedimen yang terlihat yang berumur Oligosen akhir. Jika
secara visual yaitu struktur primer dilihat tatanan stratigrafi, Formasi
berupa reverse gradded bedding dan Batuasih terbentuk lebih awal daripada
struktur sekunder kekar. Kedudukkan Formasi Bayah, namun pada pembuktian
batuan N 3180E/270, lingkungan di lapangan, Formasi Bayah berada
pengendapan batuan tersebut diatas Formasi Batuasih, hal tersebut
terendapkan pada pengendapan paralik. menunjukkan bahwa terjadi struktur
Hubungan stratigrafi satuan batuan ini geologi berupa sesar naik yang
selaras dengan satuan batua diatasnya, mengakibatkan batuan yang lebih muda
jika disebandingkan dengan stratigrafi terbentuk berada diatas batuan yang
regional maka satun batuan termasuk ke lebih tua. Lokasi pengamatan
dalam Formasi Bayah yang berumur selanjutnya berjarak ±10 menit dari
antara Eosen Tengah hingga Eosen lokasi sebelumnya, dijumpai singkapan
Akihir. Lokasi kedua masih berada di batuan batugamping kristalin berdimensi
sekitar Gunung Walat, berjarak ±5 menit singkapan panjang ±30 m dan tinggi ±20
dari lokasi pertama terdapat singkapan m, dengan arah pelamparan tenggara-
batuan sedimen berupa batulempung barat laut. Batugamping kristalin dengan
sisipan lignit memiliki dimensi warna coklat, konstituen utama kristalin,
singkapan panjang ±7 m dengan tinggi masa dasar mikrit, ukuran butir pasir
±5 m. Batulempung secara umum kasar, pemilahan baik mineralnya adalah
memiliki ciri warna hitam abu-abu, kalsit, satuan batugamping ini
kompak, karbonatan dan lignit dengan terendapkan di lingkungan pengendapan
warna hitam kecoklatan, kilap kusam laut dangkal. Hubungan stratigrafi
sedikit terang, kekerasan lunak, keadaan satuan batugamping adalah selaras
mekanis lunak dengan kedudukan dengan batuan dibawahnya, jika
singkapan N323ºE/35º, Lingkungan disebandingkan dengan stratigrafi
pengendapan satuan batulempung regional maka satuan batuan ini masuk
sisipan lignit terendapkan pada ke dalam Formasi Rajamandala yang
lingkungan. Hubungan stratigrafi tidak berumur antara Oligosen akhir hingga
selaras dengan satuan batuan yang Miosen awal. Lokasi pengamatan ke – 4
diatasnya yaitu batupasir berada di Curug Pareang, dijumpai
konglomeratan, jika disebandingkan batuan sedimen massive dengan kedaan
dengan stratigrafi regional maka satuan singkapan segar – lapuk, dimensi

5
singkapan panjang ±20 meter dan tinggi regional maka satuan ini termsuk
±30 meter. Breksi berwarna abu-abu kedalam Formasi Bojonglopang
dengan massa dasar pasir, berukuran
Hari / tanggal : Selasa, 16 Juli 2019
butir sedang – kasar, bentuk butir
menyudut dengan fragmen terdiri dari Lokasi : Taman Nasional Geopark
Ciletuh, Jawa Barat
andesit, basalt dan kalsit. Lingkungan
pengendapan satuan ini terendapkan Hari kedua kegiatan ekskursi regional

pada lingkungan laut dangka, hubungan 2019 berada disekitar kawan Ta,man

stratigrafi breksi selaras dengan satuan Nasional Geopark Cileuth. dijumpai

batuan diatasnya, jika disebandingkan singkapan batuan metamorf berupa fillit

dengan stratigrafi regional maka batuan yang merupakan ciri dari endapan

tersebut merupakan Formasi Jampang mélange dan kemudian ditemukan

yang berumur Miosen awal hingga kontak tidak selaras antara batupasir

Miosen Tengah, berjarak ± 50m selang seling batulempung sisipan breksi

dijumpai batugamping selang-seling dengan jenis kontak ketidakselarasan

batupasir Batugamping dengan warna unconformity, ciri litologi tersebut

abu-abu konstituen utama kristalin berumur eosen awal berdasarkan

ukuran butir pasir hingga pasir kasar, regional dari formasi Ciletuh. Deskripsi

bentuk butir membundar sampai fillit dengan warna abu-abu kehitaman,

membundar tanggung, kemas tertutup, foliasi, hipidioblastik, tekstur

pemilahan terpilah baik, sementasi homeoblastik, terdapat mineral kalsit,

karbonat dengan komposisi kalsit, spar tekstur khusu fillitik. Batupasir berwarna

dan sedikit fosil foraminifera. Batupasir abu-abu kehitaman, ukuran butir pasir

berwarna abu-abu, ukuran butir pasir halus, bentuk butir membundar, terpilah

hingga pasir kasar, bentuk butir baik, kemas tertutup, sementasi

membundar hingga membundar karbonat, tidak kompak. Batulempung

tanggung, sementasi karbonat dengan berwarna abu-abu kehitaman, ukuran

komposisi kuarsa dan kalsit. Kedudukan lempung, sementasi karbonat. Breksi

N 285ºE/30º. Satuan batuan ini berwarna coklat kehitaman, ukuran pasir

terendapkan pada lingkungan laut dalam sampai kerikil, bentuk butir menyudut,

dan hubungan stratigrafi tidak selaras dijumpai fragmen batuan beku dan

dengan satuan batuan breksi diatasnya, batuan metamorf, masa dasar batupasir,

Jika disebandingkan dengan stratigrafi sementasi karbonat, tidak kompak,


terpilah buruk, kemas tertutup.

6
Lokasi kedua yaitu berada di bukit singkapan ±8 m. Batugamping dengan
Amphiteater yang memperlihatkan warna abu-abu kecoklatan ukuran butir
morfologi perbukitan plateu yang pasir sangat halus, konstituen utama
memiliki ciri bergelombang dan kristalin, massa dasar mikrit (putih)
termasuk dalan Zona Pegunungan pemilahannya baik dan kompak dengan
Selatan. Dari lokasi ini dapat nama batugamping kristalin terdapat
memperlihatkan beberapa formasi yaitu struktur kekar dan juga bidang sesar
mulai dari Formasi Endapan Melange N2150/750. Satuan batuan batugamping
yang berada pada teluk Ciletuh, Formasi terendapkan di lingkungan pengendapan
Ciletuh dan Formasi Jampang yang laut dangkal dan hubungan satuan
berada di morfologi perbukitan. batuan batugamping tidak selaras
Lokasi selanjutnya yaitu berada dengan batuan diatasnya, jika
di daerah bendungan tepat dibawah disebandingkan dengan stratigrafi
jembatan, ditemukan singkapan regional maka satuan ini masuk ke
berukuran lebar 15 meter dan tinggi 7,5 dalam Formasi Rajamandala. Lokasi
meter. Jenis litologi batupasir dengan pengamatan selanjutnya berada di
ukuran halus dan memiliki kedudukan bawah ±5meter dari singkapan
relatf datar merupakan salah satu ciri batugamping Pengamatan dilakukan di
dari Formasi Citarum. Batuan dengan sepanjang Sungai Cipanas memiliki
warna abu-abu memiliki ukuran butir kedudukan yang berbeda-beda, lokasi
pasir halus, bentuk butir membundar, pengamatan pertama memiliki
terpilah baik, kemas tertutup sementasi kedudukan N230ºE/30º dengan ciri-ciri
non karbonat dan kompak. Struktur batuan berwarna abu-abu, ukuran butir
primer yang teramati yaitu bedding halus,bentuk butir membundar,
( perlapisan ). Memeiliki kedudukan N kompaksi kompak, pemilahan baik,
199° E/4°. sementasi karbonat, batuan berwarna
Hari / tanggal : Rabu, 17 Juli 2019 abu-abu kehitaman, ukuran butir

Lokasi : Sungai Cipanas, Cianjur lempung, sementasi karbonat. Litologi


batuan yang ditemukan adalah
Hari ke 3 pengamatan dilanjutan ke perselingan batupasir dan batulempung,
daerah Cipanas Saguling posisi dengan litologi yang sama pada lintasan
singkapan berada dipinggir jalan sungai cipanas sepanjang ±100 meter
dijumpai singkapan berupa batugamping dengan kedudukan pada Lp2
massive dimensi ±10 m dan tinggi N176ºE/27º, Lp3 N169ºE/6º, Lp4

7
N91ºE/50º, Lp5 N245ºE/80º. Dengan subang dengan lithologi
demikian hasil dari lintasan sungai breks,batulempung dan aluvium. Pada
Cipanas tersebut memperlihatkan sebuah peroses pengerjaan tunneling yakni
lipatan kecil (dragfold) yang merupakan penggalian terowongan terjadi
hasil sesar naik. penyempitan dan banyaknya air yang
keluar dari batuan yang diakibatkan oleh
Lokasi selanjutnya yaitu, di sesar
tekanan batuan dari luar dan
lembang. Patahan Lembang atau Sesar
karakteristik batuan yang relatf
Lembang terletak di bagian utara
mempunyai pori pori yang relatif besar
Bandung dengan jarak 10 km dari pusat
sehingga dapat meloloskan air kedalam
kota. Patahan memanjang dari timur ke
trowongan sehingga perlu ditangani
barat dengan jarak 22 km. Patahan
lebih lanjut dengan memasang beberapa
Lembang melewati Maribaya di timur
pipa untuk menyalurkan air yang keluar
dan Cisarua di barat. Tebing menghadap
pada bagian dalam terowongan ke
ke bagian utara dengan ketinggian 450
bagian luar. Selanjutnya pada peroses
m sementara di bagian barat lebih
pengerjaan bendungan yang dibangun
rendah yaitu 40 m. Sesar Lembang
tepat diatas batulempung formasi
dapat diamati dengan baik dari Gunung
subang, terjadi bebrapa masalah teknis
Batu yang bertipe andesit.
dalam peroses pngerjaannya yaitu
Hari / tanggal : Kamis 18 Juli 2019 karakteristik dari batulempung yang
mudah tererosi dan rentan akan
Lokasi : Bendungan Jatigede,
terjadinya gerakan tanah sehingga pada
Sumedang
peroses pengerjaannya dilakukan
Pada daerah Jatigede Kabupaten rekayasa teknik berupa injeksi semen
Sumedang Desa Kdujaya, dibangun ( grouting ) sekitar 12 meter kebagian
sebuah PLTA dengan kapasitas bawah pondasi bendungan dan beberapa
pembangkit 2 x 55 Megawatt (MW) rekayasa teknik lainnya.
dengan memanfaatkan air dari Sungai
4. KESIMPULAN
Cimanuk. PLTA ini akan di
peroyeksikan PLTA terbesar ketiga Ekskursi Regional Jawa

di Jawa Barat, setelah PLTA Jatiluhur Barat dilakukan pada tanggal 15 –

dan PLTA Saguling. Secara geologi 18 juli 2019 di beberapa daerah

proyek pembangunan PLTA dan yang meliputi daerah Gunung Walat

Bendungan ini dibangun diatas formasi dengan singkapan batupasir selang

8
seling batulempung sisipan lignit Oligosen Awal diendapkan Formasi
dari Formasi Bayah yang berumur Bayah dengan ciri batuan batpasir
Eosen tengah – Oligosen awal, selang - seling batulempung sisiipan
Formasi Batuasih dan singkapan lignit, kemudian diatasnya secara
batugamping kristalin Formasi selaras pada Kala Oligosen Akhir –
Rajamandala yang berumur Miosen Awal diendapan Formasi
Oligosen – Miosen ( N 4 - N 5 ). Jampang dengan ciri bataun satuan
Daerah Ciletuh daengan singkapan breksi polemik, kemidian diatasnya
satuan Filit yang terbreksikan yang secara tidak selaras pada Kala
merupakan bagian dari melange, Oligosen – Meosen diendapkan
kemudian singkapan batupasir Formasi Rajamandala dengan ciri
selang seling batulempung sisipan batugamping kristalin, kemudian
breksi yang termasuk pada Formasi diatasnya secara tidak selaras pada
Ciletuh dan singkapan batupasir Kala Miosen Awal ( N6 - N8 )
Formasi Bayah, kemudian pada diendapkan formasi Citarum dengan
daerah Cipanas Saguling tersingkap ciri batuan batupasir selang – seling
batugamping dari Formasi batulempung
Rajamandala,dan batupasir selang –
DAFTAR PUSTAKA
seling batulempung yang termasuk
pada Formasi Citarum yang Asikin, S. 1992 Diklat Geologi Struktur
berumur Miosen Awal ( N 6 – N Indonesia, Jurusan Teknik Geologi,
8 ).Dari hasil kegiatan Ekskursi Institut Teknologi Bandung
Regional Jawa Barat ini,kami dapat
Djuhaeni dan Martodjojo, S. 1989
mengetahuin penyebaran Formasi –
Stratigrafi daerah Majalengka dan
Formasi batuan dari cekungan
hubungan nya dengan tatanama satuan
Bogor dari Selatan ke Utara.
lithostratigrafi di Cekungan bogor.
Batuan tertua yaitu filit
Geologi Indonesia 12 : 227-252.
melange, secara tidak selaras pada
Kala Paleosen - Eosen Awal di Hamilton W, 1979. Tectonic of the
atasnya diendapkan Formasi Indoensian Region, U.S geological
Ciletuh dengan ciri batuan batupasir Survey profesional paper, 1078,345.p.
selang – seling batulempung sisipan
breksi, kemudian diatasnya secara
selaras pada Kala Eosen Tengah –

9
Van Bemmelen, R.W, 1949. The
Geology of Indonesia, Volume I A. The
Hague Martinus Nijhoff, Netherland.

Martodjojo, Soejono, 1984 Evolusi


Cekungan Jawa Barat, Disertasi S3, ITB
Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai