Sewaktu mudigah tumbuh, yolk sac, yang pada permulaan mempunyai peranan dalam
pembentukan dan peredaran darah, hanya berfungsi hingga kehamilan sepuluh minggu.
Limpa, ginjal, hati dan sumsum tulang ikut menghasilkan sel-sel darah. Sesudah kehamilan
16 minggu, sumsum tulang yang menjadi penghasil utama sel-sel darah.
Hemoglobin yang dibuat oleh janin adalah hemoglobin fetal (tipe F) dan hemoglobin
orang dewasa (tipe A). Pembuatan hemoglobin tipe A ini makin lama makin banyak.
Perbedaan diantara kedua tipe hemoglobin ini adalah eritrosit yang mengandung hemoglobin
F mempunyai daya penarik yang lebih tinggi terhadap O2 daripada eritrosit yang
mengandung hemoglobin A dalam keadaan pO2 dan pH darah yang sama.
Pada kehamilan 8-10 minggu pembuluh darah janin mulai terbentuk. Dengan alat –
alat modern dewasa ini, seperti fetal electrocardiography dan ultrasonografi dapat diketahui
sedini mungkin apakan jantung janin telah berdenyut atau belum. Umumnya denyut jantung
dicatat pada minggu ke 12 sedangkan dengan stetoskop Laenec baru dapat terdengar pada
kehamilan 20 minggu.
Janin mempunyai basal metabolic rate (BMR) yang tinggi, sehingga lebih banyak
membutuhkan oksigen dibandingkan dengan bayi yang telah lahir. Hal ini dapat diatas
dengan konsentrasi hemoglobin fetus in utero yang lebih tinggi dibandingkan dengan
konsentrasi hemoglobin pada bayi yang baru lahir. Daya penarik oksigen meningkat untuk
mengatasi anemia fisiologik pada ibu.
Dalam beberapa minggu setelah dilahirkan, keadaan darah janin in utero kembali ke
yang lazim yang ditemukan pada orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena sel darah merah
neonatus kurang lama dapat bertahan dibandingkan dengan eritrosit orang dewasa, disamping
menurunnya kapasitas sumsum tulang menghasilkan eritrosit. Hemolisis yang terjadi, segera
setlah bayi dilahirkan , menimbulkan hiperbilirubinemia dan ikterus neonatorum.
Dikemukakan bahwa sepertiga dari bayi-bayi yang dilahirkan ditemukan ikterus fisiologik
ini. Ini disebabkan oleh karena ketidakmampuan hepar untuk meniadakan sampah
hemoglobin itu. Lebih-lebih pada bayi yang prematur.
Pernapasan
Keadaan ini dipengaruhi oleh sirkulasi uteroplasenter (pengaliran darah antara uterus
dan plasenta). Apabila terdapat gengguan pada sirkulasi uteroplasenter sehingga saturasi
oksigen lebih menurun, misalnya pada kontraksi uterus yang tidak sempurna, eklamsia dan
sebagainya, maka terdapatlah gangguan-gangguan dalam keseimbangan asam basa janin
tersebut, dengan berakibat dapat melumpuhkan pusat pernapasan janin.
Pada permukaan paru-paru yang telah matur ditemukan lipoprotein yang berfungsi
untuk mengurangi tahanan pada permukaan alveoli dan memudahkan paru-paru berkembang
pada penarikan napas pertama oleh janin. Pengembangan paru-paru ini disebabkan oleh
adanya tekanan negatif di dalam dada lebih kurang 40 cm air, karena tekanan paru-paru
waktu lahir, sewaktu bayi menarik napas pertama kali.
Sirkulasi
Mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta, melalui
vena umbilikalis, masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melalui duktus
venosus Arantii akan mengalir ke vena kava inferior pula. Di dalam atrium dekstra sebagian
besar darah ini akan mengalir secara fisiologik ke atrium sinistra, melalui foramen ovale yang
terletak di antara atrium dekstra dan atrium sinistra. Dari atrium sinistra, selanjutnya darah ini
akan mengalir ke ventrikel kiri yang kemudian dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil
darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan bersama-sama dengan darah yang
berasal dari vena kava superior. Karena terdapat tekanan dari paru-paru yang belum
berkembang, sebagian besar darah dari ventrikel kanan ini, yang seyogyanya mengalir
melalui arteria pulmonalis ke paru-paru, akan mengalir melalui duktus Botalli ke aorta.
Sebagian kecil akan menuju ke paru-paru, dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena
pulmonalis. Darah dari aorta akan mengalir ke seluruh tubuh untuk memberi nutrisi dan
oksigenasi pada sel-sel tubuh. Darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh
dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagainya kana dialirkan ke plasenta melalui 2 arteria
umbilikalis. Seterusnya diteruskan ke peredaran darah di kotiledon dan jonjot-jonjot dan
kembali melalui vena umbilikalis ke janin. Demikian seterusnya, sirkulasi janin ini
berlangsung ketika janin berada di dalam uterus.
Ketika janin dilahirkan, segera bayi menghisap udara dan menangis kuat. Dengan
demikian, paru-parunya akan berkembang. Tekanan dalam paru-paru mengecil dan seolah-
olah darah terhisap ke dalam paru-paru. Dengan demikian duktus Botalli tidak berfungsi lagi.
Demikian pula, karena tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale akan tertutup,
sehingga selanjutnya foramen tersebut tidak akan berfungsi lagi.
Akibat dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri umbilikalis dan duktus venosus Arantii
akan mengalami obliterasi. Dengan demikian, setelah bayi lahir, maka kebutuhan oksigen
dipenuhi oleh udara yang diisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan
yang dicerna dengan sistem pencernaan sendiri.
Traktus Digestivus
Pada kehamilan empat bulan alat pencernaan ini telah terbentuk dan janin telah dapat
menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga dengan demikian janin
membantu pula dalam perputaran air ketuban. Absorbsi air ketuban terjadi melalui mukosa
seluruh traktus digestivus. Bahwa janin menelan air ketuban, dapat dibuktikkan dengan
adanya lanugo, verniks kaseosa di mekonium setelah bayi dilahirkan.
Warna hijau tua pada mekonium disebabkan oleh penghancuran bilirubin. Mekonium
dapat keluar per anum bila hipoksia berat, sehingga usus-usus mengadakan peristaltik,
sedangkan muskulus sfingter ani dalam keadaan lumpuh. Dengan demikian mekonium
mencampuri likuor amnii, yang kemudian berwarna kehijau-hijauan. Juga bila ada tekanan di
dalam uterus yang meningkat hingga menekan isi abdomen, umpamanya pada janin dalam
letak sungsang, mekonium secara mekanik keluar dari anus.
Juga obat yang meningkatkan mekanisme peristaltik pada ibu, dapat pula melalui
plasenta dan memberi akibat yang sama pada janin. Pada umumnya janin menelan rata-rata
450 ml air ketuban setiap harinya.
Sebagian kecil bilirubin diolah oleh hepar janin dan disalurkan ke usus melalui
saluran empedu dimana dioksidasi dijadikan bilverdin. Pigmen inilah yang membuat warna
mekonium kehijau-hijauan. Pada umumnya plasenta dapat meniadakan dengan cepat bekas-
bekas metabolisme bilirubin. Akan tetapi pada keadaan dimana hemolisis darah terlalu cepat,
umpamanya dalam hal eritroblastosis fetalis, mekanisme di plasenta tidak dapat
mengatasinya. Akan timbul hiperbilirubinemia dengan pigmen yang akibatnya dapat
diitemukan dalam air ketuban.
Pankreas telah mulai berfungsi meskipun amat terbatas. Insulin telah dapat
ditemukanpada kehamilan 13 minggu dan produksinya meningkat dengan tuanya kehamilan.
Pada ibu dengan diabetes mellitus tampak adanya hipertrofi sel-sel Langerhans. Akan tetapi,
bukti bahwa insulin janin membantu ibunya dalam hal diabetes mellitus belum ada.
Traktus Urinarius
Glomerulus di ginjal mulai dibentuk dalam korteks renalis pada janin umur 8 minggu.
Jumlahnya pada kehamilan 20 minggu diperkirakan 350.000 dan pada akhir kehamilan
jumlahnya 820.000.
Ginjal janin mulai berfungsi pada kehamilan 3 bulan dan di dalam kandung kencing
janin telah dapat dijumpai air kencing yang kemudian dikeluarkan ke likuor amnii. Air
kencing yang dikeluarkan oleh ginjal janin itu amat hipotonik dan berisi sedikit sekali
elektrolit oleh karena alat ekskresi pada waktu kehamilan adalah plasenta. Pada bayi berumur
3 hari ginjalnya tidak dipengaruhi oleh pemberian air. Baru sesudah 5 hari, ginjal bayi cukup-
bulan maupun yang prematur dapat dipengaruhi oleh pemberian air, seperti pada orang
dewasa.
Assali dan kawan-kawan mengaitkan fungsi ginjal di atas dengan peredaran darah
janin dimana ginjal tidak mendapatkan cukup darah. Baru setelah bayi dilahirkan, tali pusat
diikat, lebih banyak darah mengalir ke ginjal, brulah ginjal dapat berfungsi lebih baik. Pada
umumnya peredaran darah di ginjal dan penyaringan bahan-bahan di glomerulus masih lebih
rendah daripada apa yang ditemukan pada dewasa.
FISIOLOGI IBU
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat
genitalia eksterna dan interna pada payudara (mamma). Dalam hal ini hormon somatotropin,
estrogen, progesteron mempunyai peranan penting seperti telah dikemukakan dalam bab
terdahulu. Perubahan yang terdapat pada wanita hamil adalah sebagai berikut.
Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Seperti telah
dikemukakan, volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik. Volume darah
akan bertambah banyak, kira-kira 25 % pada kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac
ouput yang meninggi sebanyak kira-kira 30 %.Akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas
pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh ke dalam
keadaan dekompensasio kordis.
Jumlah leukosit meningkat sampai 10.000 per ml dan produksi trombosit pun
meningkat pula.
Gambaran protein dalam serum berubah; jumlah protein, albumin dan gamma globulin
menurun dalam triwulan pertama dan baru meningkat secara perlahan-lahan pada akhir
kehamilan, sedangkan betaglobulin dan bagian-bagian fibrinogen terus meningkat. Laju
endap darah pada umumnya meningkat sampai empat kali, sehingga dalam kehamilan tidak
dapat dipakai sebagai ukuran. Segera setelah post partum, sirkulasi antara uterus dan plasenta
berhenti, sejumlah darah untuk sirkulasi umum akan membebani jantung dan bila ada visium
kordis akan timbul dekompensasio kordis. Setelah partus dapat pula terjadi hemokonsentrasi
dengan puncaknya pada hari ke 3-5 postpartum. Hal ini juga harus diperhatikan jika
berhadapan dengan ibu yang menderita visium kordis. Dengan adanya hemokonsentrasi dapat
diduga bahwa ada konsantrasi trombosit sehingga dapat dimengerti mengapa ada
kecenderungan ke arah tromboflebitis postpartum.
Sindrom kompresi atau penekanan aorto caval (Aorto Caval compression syndrome)
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang
rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas, hal ini
karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma
kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20
%, seorang wanita hamil selalu bernapas lebih dalam dan bagian toraks nya juga melebar ke
sisi, yang sesudah partus kadang-kadang menetap jika tidak dirawat dengan baik.
Traktus digestivus
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin ini
akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktuus digestivus menurun,
sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di
dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus-usus. Hal ini
mungkin baik untuk resorbsi, akan teapi menibulkan pula obstipasi yang memang merupakan
salah satu keluhan pada waniat hamil. Tidak jarang juga dijumpai pada bulan-bulan pertama
kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning
sickness. Emesis, bila terlampau sering dan terlalu banyak dikeluarkan disebut hiperemesis
gravidarum.
Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang
mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila
kapala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul
lagi karena kandung kencing tertekan kembali.
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh progesteron. Akan
tetapi ureter kanan lebih membesar daripada ureter kiri, karena mengalami lebih banyak
tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan karena uterus lebih sering
memutar ke arah kanan. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih sering dijumpai
hidroureter dekstra atau pielitis dekstra.
Di samping sering mencing di atas terdaat pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh
adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi glomerulus
meningkat. Reabsorbsi ddi tubulus tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan
urea, asam urat, glukosa, asam amino dan asam folat dalam kehamilan.
ANESTESIA OBSTETRIK
Blok Pudendal
Indikasi
Peringatan
Pastikan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap lignocain dan obat lain
yang berhubungan
Jangan menyuntikkan lignocain ke dalam pembuluh darah
Teknik:
1. Digunakan jarum no 22 sepanjang 15 cm didalam tabung pengarah jarum (lowa
trumpet). Tabung pengarah jarum dengan ujung berlubang yang memungkinkan
keluarnya ujung jarum no 22 sepanjang 1-1,5 cm untuk mencapai nervus pudendus
2. Dua jari dimasukkan ke dalam vagina mengarah pada spina ischiadica kiri
3. Tabung pengarah jarum dengan jarum di dalamnya dimasukkan ke dalam vagina
dengan menelusuri cekungan antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri mengarah
ke bagian medial dan bawah spina ischiadica
4. Jarum di dalam tabung pengarah ditekan masuk agar keluar sepanjang 1 cm sehingga
menembus ligamentum sacrouterina
5. Dilakukan aspirasi untuk memastikan bahwa tidak ada pembuluh darah yang tertembus
6. Dilakukan infiltrasi 10 ml lignocaine 0,5 %
7. Jarum ditarik masuk ke dalam gtabung pengarah dan tindakan yang sama dilakukan
pada sisi sebelah kanan. Setelah 3- 4 menit kemudian dilakukan pengujian keberhasilan
anestesi dengan menjepit vulva bagian posterior
Kesulitan
Bila kepala janin sudah engage jauh ke dalam pintu atas panggul
Komplikasi:
Modifikasi:
Blok Paraservikal
Penghilang rasa nyeri pada persalinan kala 1 yang efektif, namun pada kala II perlu
analgesia tambahan oleh karena tidak terdapat blokade dari nervus pudendus. Digunakan
injeksi lidokain atau chlorprocaine 1 % 5-10 ml diinjeksikan di bagian forniks lateral pada
posisi jam 10-8-2-4.
Indikasi:
Peringatan:
Infiltrasi nervus perineus dilakukan dengan menggunakan jarum no 22 panjang 7,5 cm.
Digunakan larutan lignocaine 0,5-1 % sebanyak 20 ml. Jarum ditusukkan ke dalam
commisura posterior dan dengan pola menyebar. Analgesia akan efektif dalam 3 menit dan
bertahan selama 45-90 menit.
Sejak waktu yang lama sudah digunakan metode memasukkan obat anestesi ke dalam ruang
subarachnoid untuk mengatasi rasa nyeri persalinan.
Keuntungan:
Kontraindikasi:
Blokade Epidural
Pada umumnya, kesejahteraan bayi baru lahir rendah sering karena pengaruh zat
anestetika dan analgetika lokal pada pemberian yang terlalu besar. Karena zat tersebut mudah
melewati sawar plasenta. Hal ini karena bersifat mudah larut dalam lemak, berat molekulnya
kecil (kurang dari 1000 g/mole), sukar terionisasi, sukar diikat oleh protein plasma.
1. Zat anestetika parenteral
Zat ini digunakan untuk induksi atau hipnosis atau analgesi. Misalnya tiopenton 4
mg/kg BB, diazepam 0,1 mg/kg BB, petidin 1 mg/kgBB, diberikan intravena. Pada
pemberian dosis klinis ini pengaruh terhadap bayi sangat minimal. Tetapi efeknya nyata
pada bayi prematur atau yang berat badannya tidak sesuai dengan umur kehamilan. Bila
tiopenton diberikan sampai 8 mg/kgBB dapat menyebabkan bayi baru lahir terlambat
waktu mulai menangis, tidak bernafas, dan refleks protektif menurun. Ketamin diberikan
lebih dari 2 mg/kgBB akan menyebabkan sulit nafas, karena rigid otot nafas. Pemberian
diazepam lebih dari 0,2 mg/kg BB menyebabkan hipotoni, hipotermi dan hipoaktiviti.
Dosis petidin melebihi 2 mg/kgBB akan menyebabkan hipoventilasi dan asidosis
respiratorik.
2. Zat anestetika inhalasi
Saat ini zat anestetika inhalasi yang sering dipergunakan di beberapa kota besar
Indonesia yaitu halotan, enfluran, isofluran dan dinitrogen oksida, sedangkan di kota kecil
masih digunakan eter dan kloretil.
Pengaruh terhadap bayi tergantung pada dosis yang diberikan dan masa mulai
induksi sampai bayi lahir. Makin besar dosis dihirup makin nyata efek depresi, dan makin
lama masa mulai induksi sampai bayi lahir makin besar pengaruhnya pada bayi. Misalnya
pemberian dinitrogen oksida melebihi 70% atau mulai induksi sampai bayi baru lahir lebih
dari 20 menit menimbulkan asfiksia. Perbandingan pemberian dinitrogen oksida dengan
oksigen yang aman adalah tidak melebihi 70% : 30%
Golongan zat anestetika berhalogen seperti halotan, enfluran dan isofluran yang
diberikan dengan dosis kecil, kurang dari 1 volume %, sebagai zat anestetika penambah
pada pemberian dini trogenoksida. Pada dosis ini, tidak mendepresikan janin. Bahkan
dapat memperbaiki sirkulasi utero-plasenta dan perfusi oksigen ke janin.
Di kota kecil ,dimana fasilitas anestesi masih terbatas, eter masih digunakan.
Keuntungan eter adalah mempunyai efek hipnosis dan analgesi kuat. Karena eter cepat
melewati sawar plasenta, maka konsentrasi yang diberikan jangan melebihi 2 volume %,
sebelum bayi lahir. Pada kosentrasi lebih besar menyebabkan bayi tidur dan kurang
tanggap terhadap rangsangan menangis.
3. Zat pelumpuh otot
Zat ini dipergunakan untuk mempermudah intubasi endotrakea, dan mempermudah
kerja operator. Hampir semua zat pelumpuh otot sukar melewati sawar plasenta, kecuali
galamin. Hal ini karena zat pelumpuh otot mudah terionisasi dan berat molekul lebih
besar. Pengaruh terhadap otot lurik bayi hampir tidak ada ,pada pemberian dosis klinis.
Dosis klinis suksinilkolin 2 mg/kg BB, digunakan untuk mempermudah intubasi. Jangan
diberikan lebih dari 10 mg/kg BB , akan menimbulkan kelumpuhan otot lurik bayi baru
lahir.
4. Analgetika lokal
Teknik analgesia regional yang biasa dilakukan pada pasien obstetri adalah blok
spinal, epidural, kaudal, dan paraservikal.
Pengaruh langsung analgetika lokal terhadap bayi tergantung pada teknik dosis yang
diberikan dan macam zat analgetika yang digunakan. Blok paraservikal sering
menimbulkan bradikardi pada janin, karena zat analgetika cepat diabsorpsi dan langsung
masuk sirkulasi utero-plasenta. Sedangkan blok subaraknoid, efeknya tidak ada, karena
pada teknik ini dosis yang dipakai sangat kecil.
Daya tiap zat analgetika lokal menembus sawar plasenta berbeda beda. Hal ini
karena sifat keterikatan pada protein plasma tidak sama. Misalnya mepivakain lebih
mudah melewati sawar plasenta dibandingkan dengan bupivakain. Sehingga pengaruh
mepivakain terhadap janin lebih kuat dibandingkan dengan bupivakain.
5. Insufisiensi sirkulasi utero-plasenta
Penurunan sirkulasi utero-plasenta bisa menyebabkan gangguan kesejahteraan janin.
Pada tahap awal timbul hipoksia dan asidosis respiratorik. Bila tidak segera diatasi, akan
diikuti asfiksia dan asidosis metabolik dan akan diakhiri dengan kematian janin.
Gangguan ini dapat terjadi pada ibu yang mengalami:
Hipotensi yang disebabkan oleh obstruksi aorto-kava pada ibu yang berbaring
terlentang, blok simpatis selama analgesia regional, hipovolemia, dan perdarahan
antepartum
Vasokontriksi pembuluh darah uterus karena hipokarbia ,manipulasi uterus yang
lama, kontraksi uterus kuat dan lama, dan pemberian vasokontriktor (kecuali
efedrin).