CORPUS CALLOSUM
REFERAT
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Meraih Derajat Dokter Spesialis Radiologi
Oleh :
dr. Afif Rahman
13/359569/PKU/14240
Pembimbing :
dr. Hesti Gunarti, Sp. Rad (K)
YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
Radiologi FK UGM
dr. Yana Supriatna, Sp.Rad(K)RI, Ph. D dr. Hesti Gunarti, Sp.Rad (K)
Mengetahui:
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
2.1. DEFINISI ..................................................................................................... 3
2.2. ANATOMI ................................................................................................... 4
2.3. EPIDEMIOLOGI DAN PREVALENSI ...................................................... 5
2.4. EMBRIOLOGI ............................................................................................. 5
2.4.1 Pembelahan Prosenchephalic / telenchephalic ....................................... 6
2.4.2. Pembentukan Commisural plate ............................................................ 6
2.4.3. Formasi pembentukan corpus callosum ................................................. 7
2.5. PATOGENESIS ........................................................................................... 7
2.5.1. Sindrom lain yang berhubungan ............................................................ 8
2.6. ETIOLOGI ................................................................................................... 9
2.7. TANDA DAN GEJALA KLINIS ................................................................ 9
2.7.1. Development and Behavioral Characteristics ...................................... 10
2.8. KLASIFIKASI ........................................................................................... 11
2.8.1 Klaisfikasi kelainan Corpus Callosum .................................................. 11
2.8.2. Klasifikasi Agenesis corpus callosum ................................................. 11
2.9. GAMBARAN RADIOLOGI ..................................................................... 11
2.9.1. Ultrasonografi ...................................................................................... 12
2.9.2. CT scan ................................................................................................ 12
2.9.3. MRI ...................................................................................................... 13
2.10. DIAGNOSIS BANDING ......................................................................... 15
2.11. TATA LAKSANA DAN PROGNOSIS .................................................. 15
2.11.1. Tata Laksana ...................................................................................... 15
2.11.2. Prognosis ............................................................................................ 16
BAB 3. PEMBAHASAN ...................................................................................... 17
BAB 4. KESIMPULAN ........................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengecualian tertentu, ada kemungkinan besar pernah terjadi cidera sekunder pada
corpus callosum daripada gangguan perkembangan.3–5
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk lebih memahami gambaran
radiologis pada kelainan corpus callosum dan memahami serta membedakan tipe-
tipe dari kelainan corpus callosum.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
3
Perkembangan corpus callosum mengikuti pola dari anterior ke
posterior mulai dari genu – corpus – splenium – rostrum (paling akhir).
Tergantung dari waktu terganggunya pertumbuhan, agenesis parsial terdiri
dari bagian genu saja, genu dan sebagian corpus, genu dan seluruh corpus
serta genu, corpus dan splenium (tanpa rostrum)
2.2. ANATOMI
4
2.3. EPIDEMIOLOGI DAN PREVALENSI
2.4. EMBRIOLOGI
Corpus callosum berkembang dari alar plate dari segmen janin superior
(gambar 2B). Banyak perubahan yang terjadi pada prosenchephalon yang pada
akhirnya mengarah pada pembentukan corpus callosum. Perubahan ini terbagi
dallam 4 tahap, yaitu: (a) Pembelahan prosencephalic (28-35 hari), (b)
Pembentukan plat commisural (36-73 hari), (c) Pembentukan corpus callosum
(74-115 hari), (d) Pertumbuhan corpus callosum (setelah 115 hari) (Gambar
3).14,17
5
2.4.1 Pembelahan Prosenchephalic / telenchephalic
Bagian atas pada SSP pada usia kehamilan 28 hari (gambar 2B) sudah
sangat berbeda secara signifikan dibandingkan dengan usia kehamilan 36 hari
(gambar 4B).
6
hippokampal, (4) Septum cavum pellucidum (gambar 6). Selama periode
pembentukan komisural, selain terjadi perkembangan di lamina terminalis,
perubahan juga terjadi di hemisphere dan anatomi otak secara keseluruhan.
Akson yang akan menyeberang bergerak progresif menuju area yang akan
menjadi corpus callosum (gambar 6B).17,20
Pada usia kehamilan 74 hari, cortical axons dari hemisfer kanan dan
kiri mulai menyeberang melalui area commisural plate yang kedepannya
menjadi corpus callosum (gambar 7). Akson dari berbagai regio di otak saling
menyilang pada waktu yang berbeda menuju formasi area corpus callosum
yang berbeda pada waktu yang berbeda. Semua area corpus callosum tampak
setelah usia kehamilan mencapai 115 hari (gambar 8).14,18,20
2.5. PATOGENESIS
7
independen, tetapi ada pada beberapa anak dengan agenesis Korpus kalosum
yang menunjukan bahwa kedua sisi otak melakukan komunikasi.
Chiari II malformation
Cephaloceles
Dandy-walker malformation
Lipomas
8
2.6. ETIOLOGI
Tak ada gejala klinis khas yang berhubunagn dengan agenesis korpus
kalosum. Gejala umum adalah akibat anomali yang bersamaan. Gejala pertama
yang muncul pada Agenesis Korpus kalosum biasanya kejang, yang
kemungkinan diikuti masalah makan dan adanya keterlambatan dalam posisi
kepala tegak, duduk, berdiri, dan berjalan. Umumnya disebabkan oleh
kelainan yang disebut dengan Kejang pada anak-anak (infantile spasms) yang
berhubungan dengan agenesis korpus kalosum. Juga terjadi perburukan
perkembangan mental dan fisik, koordinasi mata dan tangan, memori
9
penglihatan dan pendengaran. Hydrocephalus juga mungkin terjadi. Pada kasus
yang ringan gejala-gejala seperti kejang, pembicaraan berulang (repetitive
speech), atau sakit kepala mungkin tidak akan muncul untuk beberapa tahun
(asimtomatik).15,18,20
Perilaku orang dengan agenesis korpus bisa lebih lambat dari teman
sebayanya dalam hal sosial dan kemampuan penyelesaian masalah pada
tingkat sekolah dasar atau hingga mereka mencapai remaja. Dalam tipe
perkembangan, serabut korpus kalosum menjadi lebih efisien terlebih pada
masa kanak-kanak menjelang remaja. Anak dengan korpus kalosum normal
menunjukan perkembangan lebih cepat dalam memberikan alasan yang
sesuai, penyelesaian masalah, dan pemahaman sosial.14–16
10
perubahan perilaku.
2.8. KLASIFIKASI
11
ventrikuler dan hemisfer cerebri pada agenesis corpus callosum pertama kali
dideskripsikan oleh Davidoff dan Dyke pada tahun 1934 dari pemeriksaan
pneumoenchephalography. Temuan tersebut meliputi8,14:
Pelebaran atria dan cornu occipitalis
Ventrikel lateralis terpisah lebar ke lateral dan paralel
Elevasi dan pembesaran ventrikel tiga dengan ukuran yang bervariasi
Absen corpus callosum dan septum pellucidum
Cornu frontalis dari ventrikel lateralis yang menyudut lateral secara
tajam dan dinding medialnya membentuk sudut konkaf karena
terindentasi oleh bundles of Probst
Girus dan sulcus medial dengan pola radial meluas ke ventrikel tiga
Elongasi dari foramen monro
2.9.1. Ultrasonografi
2.9.2. CT scan
12
Pada CT scan menunjukkan ventrikel yang paralel dan kontinuitas
dari fissura interhemisfer dengan ventrikel ketiga pada pasien dengan
agenesis corpus callosum. Colpochephaly bisa tervisualisasi (gambar 14).
2.9.3. MRI
13
Arachmoid cyst atau kista dorsalis umumnya tidak berhubungan
dengan ventriakel lateralis maupun ventrikel ketiga, dan biasanya disertai
mutiseptasi. Perdarahan bisa terjadi di dalam kista sehingga memberikan
sinyal intensitas yang berbeda pada pemeriksaan MRI.
14
Sebagian besar pasien dengan disgenesis corpus callosum memiliki
kista interhemisfer yang besar, yang mungkin ada komunikasi ataupun tidak
dengan sistem ventrikel. Kista sering berkaitan dengaan hidrosefalus.
Asalmulanya kista masih belum dikeltahui dengan jelas. Beberapa ahli
menduga bahwa kista tersebut merupakan dilatasi dari ventrikel ketiga atau
arachnoid cyst. Pada kasus autopsi, pada lapisan pembungkus kista bisa berisi
sel ependimal atau sel arachnoid. Pada MRI, kista memiliki kandungan
protein tinggi, pada kasus ini, intensitas sinyal pada T1 lebih tinggi dari cairan
cerebrospinal.
15
dikumpulkan menggunakan tes evaluasi terstandar dan selanjutnya dilakukan
kajian prospektif terhadap anak dengan kelainan agenesis korpus kalosum ini.
Operasi jalur pintas diindikasikan jika agenesis korpus kalosum muncul
bersamaan dengan hidrosefalus. Agenesis yang tidak melibatkan kelainan lain
tidak diindikasikan tindakan bedah. Pada kasus lipoma korpus kalosum,
pendekatan operasi langsung jarang diperlukan, kecuali bila lipoma
menyebabkan obstruaksi Cairan Ssrebrospinal. Epilepsi, gejala yang sering
muncul, bukan indikasi utama untuk operasi.14,24
2.11.2. Prognosis
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
sepakat bahwa deteksi dini kelainan corpus callosum sulit dilakukan saat prenatal,
tergantung seperti halnya pada pemeriksaan dengan USG, CT scan maupun MRI.
Bertino et al17 melaporkan penelitiannya pada tujuh janin dengan agenesis corpus
callosum, hanya tiga janin dengan tanda khas kista di midline. Mereka
medeskripsikan tiga temuan yang mungkin mengarahkan suatu diagnosis agenesis
corpus callosum pada pemeriksaan USG pada potongan transversal, yaitu:
18
Byrd et al23 juga menyatakan bahwa USG merupakan modalitas skrining
yag baik untuk menunjukkan kelainan corpus callosum pada neonatus. Ketika
tampak temuan halus pada pemeriksaan USG, CT dan atau MRI harus dilakukan
untuk evaluasi gambaran lengkap corpus callosum dan struktur terkait.
19
BAB IV
KESIMPULAN
20
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
21
18. James A, Norman D. Anomalies Callosum : Anomalies of the Corpus Correlation
of the Brain with Further Anomalies of the Brain. AJR. 1988;20:171–9.
19. Paul LK, Brown WS, Adolphs R, Tyszka JM, Richards LJ, Mukherjee P, et al.
Agenesis of the corpus callosum: genetic, developmental and functional aspects of
connectivity. Nat Rev Neurosci [Internet]. 2007;8(4):287–99. Available from:
http://www.nature.com/doifinder/10.1038/nrn2107
20. Anonim. Agenesis of the corpus callosum. 2015. p. 1–13.
21. Barkovich AJ, Kjos BO. Normal postnatal development of the corpus callosum as
demonstrated by MR imaging. Am J Neuroradiol. 1988;9(3):487–91.
22. Liu F, Cao S, Liu J, Du Z, Guo Z, Ren C. Ultrasound measurement of the corpus
callosum and neural development of premature infants. Neural Regen Res
[Internet]. 2013;8(26):2432–40. Available from:
http://ci.nii.ac.jp/naid/110007531344/
23. Byrd SE, Radkowski MA, Flannery A, McLone DG. The clinical and radiological
evaluation of absence of the corpus callosum. Eur J Radiol [Internet]. 1990 Jan
[cited 2016 Feb 12];10(1):65–73. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0720048X9090091O
24. G D-G. Agenesis and dysgenesis of the corpus callosum. Semin Pediatr Neurol
[Internet]. 2012 [cited 2016 Jan 6];9(4):292–301. Available from:
https://www.clinicalkey.com/#!/content/medline/2-s2.0-12523553
25. Glenn OA, Cuneo AA, Barkovich AJ, Hashemi Z, Bartha AI, Xu D.
Malformations of cortical development: diagnostic accuracy of fetal MR imaging.
Radiology. 2012;263(3):843–55.
26. Herron TJ, Kang X, Woods DL. Automated measurement of the human corpus
callosum using MRI. Front Neuroinform. 2012;6(September):1–15.
27. Laissy JP, Patrux B, Duchateau C, Hannequin D, Hugonet P, Ait-Yahia H, et al.
Midsagittal MR measurements of the corpus callosum in healthy subjects and
diseased patients: A prospective survey. Am J Neuroradiol. 1993;14(1):145–54.
28. Curnes JT, Laster DW, Koubek TD, Ball MR, Witcofski RL. MRI of Corpus
Callosal Syndromes. 1986;(August):617–22.
29. Varma TR, Lebel RR. Corpus callosum , agenesis. 1994;
30. Tang PH, Bartha a. I, Norton ME, Barkovich a. J, Sherr EH, Glenn O a. Agenesis
of the corpus callosum: An MR imaging analysis of associated abnormalities in
the fetus. Am J Neuroradiol. 2009;30(2):257–63.
22
LAMPIRAN
Gambar 1. Kiri: Anatomi normal potongan midline sagital corpus callosum pada MRI.
Kanan: Metode pengukuran corpus callosum menurut Barkovich et al.
Gambar 2. Skema sistem saraf pusat pada janin usia 28 hari. (A) potongan lateral; (B)
Potongan koronal
23
Gambar 3. Tahapan pembentukan corpus callosum. Garis biru muda menunjukkan waktu
pertumbuhan. Nomor di garis biru muda menunjukkan umur kehamilan. Perbedaan staging
digambarkan oleh garis dengan berbagai warna. Merah muda: pembelahan prosenchephalic
(28 – 35 hari); biru tua: commisural plate formation (36 – 73 hari); hijau: formasi corpus
callosum (74 – 115 hari); abu-abu: pertumbuhan corpus callosum (lewat 115 hari).
Gambar 5. Struktur yang tampak pada potongan coronal dan midline sagital
24
Gambar 6. (A) Evolusi lamina terminalis usia kehamilan 39 - 73 hari (formasi commisural
plate). (B) Gambaran pada potongan yang berbeda pada otak janin usia 73 hari, tampak
axons cortical neuron berkembang ke arah area yang akan menjadi corpus callosum.
Gambar 7. Gambaran pada potongan yang berbeda pada otak janin usia 74 hari. Cortical
neuron axons melintasi corpus callosum.
25
Gambar 9. Kondisi yang berhubungan dengan agenesis corpus callosum dan hubungannya
dengan usia kehamilan.
Gambar 10. Klassifikasi spektrum morfologi corpus callosum pada pemeriksaan MRI
potpngan midline sagital
26
Gambar 11. Klasifikasi agenesis corpus callosum menurut barkovich et al.
Gambar 12. Atas: USG pada janin midsemester, kiri: gambaran normal, tampak cavum
septum pellucidum. Kanan: janin dengan agenesis corpus callosum. Bawah: (A) USG
normal pada janin usis 22 minggu. Pada collor doppler tampak cabang arteri cerebri
anterior berlanjut ke arteri pericallosal. (B) Agenesis parsial corpus callosum pada USG
janin usia 22 minggu. Tampak corpus callosum kecil yang diikuti arteri pericallosal. Arteri
pericallosal tampak mengikuti genu, tapi polanya hilang bersama hilangnya gambaran
corpus callosum. (C) Agenesis komplet corpus callosum yang berhubungan dengan kista
interhemisferic pada potongan midsagital USG janin usia 30 minggu, tak tampak arteri
pericallosal, classic loop tidak terlihat, tampak kista interhemisferik yang terlihat jelas.
27
Gambar 13. Gambaran USG pada janin. (a) USG potongan koronal pada janin normal. (b)
Potongan coronal pada agenesis corpus callosum. (c dan d) Potongan axial agenesis corpus
callosum pada janin, tampak pelebaran cornu occipitalis dan perubahan posisi dari ventrikel
ketiga ke superior.
Gambar 14. Agenesis corpus callosum pada pemeriksaan CT scan non kontras tampak
colpochephaly, oleh karena dilatasi atria dan cornu occipital dari ventrikel lateralis.
Gambar 15. Corpus callosum, kiri: agenesis komplet, T1-WI potongan midline sagital.
Tampak sulkus cingulatum absen dan sulkus hemisfer medial mencapai ventrikel tiga
28
(radial pattern). Kanan: Agenesis parsial: Tampak genu dan corpus bagian anterior
tervisualisasi, sedangkan corpus bagian posterior, splenium dan rostrum absen. [14, 15]
29
A. T1-WI potongan sagital pada wanita 20 tahun dengan komisura vertebral normal,
termasuk corpus callosum yang lengkap dengan rostrum (r), genu (g), corpus (b),
dan splenium (s). Panah: Komisura anterior; Kepala panah: komisura hippocampal
B. T1-WI potongan sagital pada anak laki-laki 12 tahun dengan hipogenesis corpus
callosum, tampak genu dan corpus anterior, sementara corpus posterior, splenium
dan rostrum absen.
C. T1-WI potongan sagital pada anak perempuan 10 tahun dengan agenesis corpus
callosum dengan sulcus hemispheric medial secara bersamaan berorientasi tegak
lurus dengan atap ventrikel ketiga.
Gambar 19. Skema yang menggambarkan potongan otak normal (kiri) dengan agenesis
corpus callosum (kanan). Pada corpus callosum yang absen, ventrikel lateralis terpisah ke
lateral dan ventrikel ketiga mengalami elevasi.
Gambar 20. Skema agenesis corpus callosum tanpa interhemispheric cyst. Pada potongan
koronal tampak ventrikel lateralis lebih ke superior. Pada potongan axial aspek superior
(kanan atas) kedua dinding ventrikel lateralis teridentifikasi jika ada periventricular lines.
Pad apotongan yang mebih bawah (kanan bawah) tampak dilatasi cornu occiputalis dan
separasi dari cornu frontalis. Ventrikel ketiga bisa dilatasi bisa juga tidak.
30