Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

DESKRIPSI KASUS

Bab ini berisi tentang deskripsi kasus sebagai hasil selama proses

pengumpulan data yang dilakukan oleh praktikan dengan teknik wawancara dan

observasi. Kegiatan ini berlangsung saat kontak awal praktikan dengan klien hingga

dibuatnya rencana intervensi. Kegiatan yang lebih sering disebut dengan asesmen

ini sangat penting untuk dilakukan demi kepentingan proses pertolongan.

4.1 Identitas Klien dan Keluarga

1. Identitas Klien
Nama Klien : AM
Umur : 64 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 19 April 1955
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang Rangginang
Status : Janda
Alamat : Kampung Sukamaju RT07 RW05
Desa Cigugurgirang Kecamatan Parompong
Kabupaten Bandung Barat
Jumlah tanggungan :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 2 dari 2 Bersaudara

2. Identitas Suami Klien


Nama : S (Alm)
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang Dodol
Alamat : Kampung Sukamaju RT07 RW05 Desa Cigugurgirang
Kecamatan Parompong Kabupaten Bandung Barat

83
84

3. Identitas Anak Klien


Nama :D
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang Kue Basah
Alamat : Padalarang Kabupaten Bandung Barat
4.2 Pernyataan Rujukan

Klien “AM” merupakan seorang perempuan rawan sosial ekonomi karena

ditinggalkan suaminya 4 tahun lalu, sehingga sejak saat itu “AM” menjadi ibu dan

ayah bagi anaknya. Klien “AM” biasa hidup mandiri dan bekerja keras. Klien

“AM” membiayai anaknya dengan bekerja menjadi pembuat ranggining dan

rangginang, klien “AM” berpendidikan rendah yaitu hanya sampai kelas 3 SD,

klien mengaku hanya bisa membaca itupun tidak lancar dan hanya bisa menulis

namanya sendiri. Klien “AM” menjelaskan bahwa ia hanya menyekolahkan

anaknya sampai jenjang pendidikan dasar karena faktor ekonomi yang kurang,

namun klien “AM” merasa bahwa anaknya yang hanya menempuh pendidikan

sampai sekolah dasar mampu bekerja dan hidup sendiri dengan kondisi yang dapat

dikatakan cukup.

Pemilihan calon klien didasarkan atas rekomendasi dari pihak Rumah Zakat

yang dalam hal pemberdayaan ekonomi atau disebut program Senyum Mandiri

dikelola oleh pihak Mandiri Daya Insani serta dari pihak Desa Berdaya yang

mengkoordinir relawan inspirasi sebagai pendamping menentukan klien yang

selanjutnya akan dilakukan proses pertolongan oleh praktikan. Praktikan

mendapatkan daftar rekomendasi klien pada tanggal 9 September 2019. Setelah

mendapatkan daftar rekomendasi klien, praktikan membagi klien. Masing – masing

praktikan mendapat 2 klien diseusaikan oleh gender dan selanjutnya dipilih secara
85

acak. Praktikan selanjutnya home visit ke rumah klien “AM”. Hasil yang didapatkan

adalah gambaran mengenai kehidupan klien “AM”. Klien “AM” di kenal

masyarakat sebagai seorang lansia karena memang umurnya sudah memasuki usia

lanjut, klien dikenal sebagai pribadi yang ramah kepada masyarakat di sekitarnya.

Kondisinya yang sudah memasuki usia lanjut dan tinggal sendiri dirumahnya

membuar masyarakat disekitarnya menjadi berempati tak jarang para tetangga

bergantian untuk memberi makan dan berkunjung ke rumahnya untuk sekedar

mengobrol agar klien tidak merasa kesepian. Klien “AM” resmi menjadi klien

praktikan melalui kontrak tertulis pada tanggal 27 September 2019.

4.3 Riwayat Masa Lalu Klien (Social History Klien)

Klien “AM” merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara dari pasangan “R” (Alm)

dan “R” (Almh). Ayahnya meninggal dunia ketika klien berusia 40 tahun dan ibu

klien meninggal pada saat klien berusia 45 tahun karena sakit. Saat orang tua klien

masih hidup kebutuhan klien dibantu oleh kedua orang tuanya termasuk rumah

yang klien tempati sekarang adalah peninggalan kedua orang tuanya. Klien “AM”

hanya bersekolah hingga kelas 4 sekolah dasar dan kemudian klien menikah karena

perintah orang tuanya. Selanjutnya klien berusaha membuat dodol dan makanan

khas sunda lainnya bersama suaminya. Klien “AM” hanya mampu menyekolahkan

anaknya hingga Tamatan Sekolah Dasar. Klien “AM” mengaku tidak mampu untuk

membayar uang untuk biaya sekolah anaknya karena untuk memenuhi kebutuhan

sehari – hari pun klien mengaku cukup kesulitan.


86

Untuk lebih memperjelas bagaimana anggota keluarga klien “AM” maka

berikut ini terlebih dahulu praktikan akan menggambarkan susunan keluarga klien

“AM” dalam bentuk genogram.

Gambar 4.1 Genogram Keluarga “AM”

Dari hasil genogram di atas, dapat dilihat bahwa klien “AM” dengan dengan

kedua orang tuanya. Semasa kedua orang tua klien “AM” masih hidup, klien sangat

bergantung kepada kedua orang tuanya. Klien “AM” pernah menikah dua kali.

Pernikahan pertamanya berjalan baik selama 4 tahun, sebalum ada gadis yang

bekerja bersama suaminya mulai menggoda dan merebut suaminya darinya. Klien

“AM” merasa terpukul saat harus bercerai dengan suami pertamanya, dua tahun

berjalan klien “AM” mulai bersemangat dalam menjalani kehidupannya kembali

dan ia menemukan seseorang yang dianggap cocok untuk menemani hidupnya yaitu

S akhirnya mereka menikah. Dari pernikahan pertamnya klien “AM” mempunyai

dua anak yaitu “S” dan “D” dari pernikahan keduanya klien “AM” mempunyai satu
87

orang anak yaitu “E”, sebenernya dari pernikahan keduanya ini klien “AM”

mempunyai dua orang anak namun anak bungsunya tidak terselamatkan karena

lahir premtaur dan tidak mendapat pertolongan medis.

Dari ketiga anak klien “AM”, yang paling dekat dengan klien “AM” adalah

anak keduanya yaitu “D” karena ia sering sekali mengunjungi klien “AM” karena

tempat tinggalnya yang dekat dengan klien “AM” dan anak keduanya paling sering

membantu dalam proses pembuatan rangginang usaha klien “AM”. Suami klien

“AM” yang kedua yaitu “D” meninggal 4 tahun yang lalu, hal ini yang

mengakibatkan klien “AM” merasa sangat terpukul karena selama ini usahanya

selalu dikerjakan bersama suaminya, saat suaminya telah meninggal klien “AM”

harus mengerjakan semuanya sendiri terlebih ketinga anaknya yang sudah tidak

tinggal bersama dengan ia. Klien “AM” sering mengeluh merasakan sakit pada

bagian kakinya jika beraktivitas terlalu berat karena asam urat yang diritanya.

Klien memiliki satu saudara yaitu kakak perempuannya yang tinggal

berdekatan dengan rumahnya, namun hubungan klien “AM” dengan kakak

kandungnya sangat renggang hal ini terjadi karena kakak kandung “AM”

menganggap bahwa kehidupan “AM” lebih baik dari pada hidupnya sehingga ia

tidak pernah mau berkunjung ke rumah klein “AM” namun anak – anak dan cucu

dari kakak klein “AM” masih sering mengunjungi klien “AM” untuk mengobrol

dan memberi makanan.


88

Gambar 4.2 Social Life Road Klien “AM”

Alat asesmen yang digunakan praktikan adalah Social Road Life Map, fungsi

dari alat ini adalah untuk menggali informasi mengenai perjalanan hidup dan

mencari tahu peristiwa penting dalam perjalanan hidup klien “AM” yang

berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi klien hingga saat ini, kurva

kebawah menggambarkan kehidupan klien “AM” yang sedang merasa terpuruk

atau sedih sedangkan kurva keatas menggambarkan kebahagiaan yang dialami klien

“AM”.

Klien “AM” mulai merasa terpuruk saat harus berpisah dengan suami

pertamanya, terlebih karena umur pernikahannya yang masing terbilang baru. Klien

“AM’ merasa bangkit kembali saat menikah kembali karena suaminya menjadi

patner yang baik dalam memulai usahanya. Klien mengalami kesedihan lagi karena

anak bungsunya harus meninggal karena lahir prematur dan tidak mendapat

pertolongan medis.
89

Di tahun 1999 usaha awug dan dodol klien “AM” mengalami perkembangan

pesat sampai pengiriman ke luar kota hal ini tentu menggemberikan bagi klien

“AM”. Klein merasa sedih dan mulai kesepian saat semua anaknya telah

berkeluarga dan meninggalkan ia bersama suaminya. Beberapa tahun kemudian

cucu klien “AM” lahir dan sering mengunjungi rumah klien “AM” sehingga klien

“AM” merasa Bahagia karena rumahnya ramai kembali.

Di tahun 2015 suami klien S meninggal hal ini yang membuat klien “AM”

merasa sangat terpuruk karena harus menjali hidup sendiri, di tahun 2017 klien

“AM” juga mengalami kesedihan karena pasar terbesarnya mengalami

kebangkrutan sehingga klien “AM” harus mencari pasar yang baru. Setahun

kemudian pada tahun 2018 cucu yang paling dekat dengan klien “AM” mengalami

penipuan tentunya hal ini membuat klien “AM” merasa sedih. Di tahun 2018 pula

klien “AM” mendapat pasar baru dair Tutugan sehingga hasil penjualannya

meningkat.

4..4 Dinamika Keberfungsian Sosial Klien AM

1. Keberfungsian Biologis

Klien “AM” adalah seorang Ibu berusia 55 tahun yang mempunyai berat

badan ± 70 kg dan ± 150 cm. Keadaan fisik klien “AM” terlihat normal artinya

tidak ada kecacatan yang dapat mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Dari

segi penampilan, badan klien terlihat gemuk, kulit berwarna sawo matang,

karena sudah memsuki fase lanjut usia sehingga kulitnya mulai mengalami

keriput. Untuk kesehariannya klien AM menggunakan daster karean

menurutnya menggunakan baju panjang membuat gerah dan sulit bergerak.


90

Cara berkomunikasi klien hanya bisa menggunakan bahasa sunda, hal ini

terlihat ketika selama proses wawancara. Klien “AM” selalu menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh praktikan menggunakan bahasa

sunda. Secara medis klien “AM” memiliki riwayat penyakit yaitu asam urat,

mudah lelah karena faktor usia yang sudah memasuki usia lanjut. Kondisi

rumah klien “AM” terbilang rapih walaupun banyak debu yang masuk karena

lantainya masih dari semen dan dekat dengan halaman rumahnya.

2. Keberfungsian Psikologis

“AM” merupakan tipe orang yang ramah dengan lingkungan sekitarnya,

pribadi yang periang termasuk terhadap praktikan yang baru dikenalnya.

Menurut pengakuan klien sendiri dia adalah tipe orang yang mudah dekat

dengan orang lain dan menerima segala perlakuan orang lain. Klien sangat

sering berkumpul dengan tetangga didekat rumahnya karena ia tinggal sendiri

dirumah sehingga ia mencari teman untuk hanya sekedar mengobrol. Emosi

klien “AM” terkadang tidak stabil, ini terlihat ketika praktikan mewawancarai

klien “AM”. Ketika praktikan menanyakan mengenai suaminya klien “AM”

menjadi berkaca-kaca karena suaminya merupakan seseorang pribadi yang

tangguh dan pekerja keras. Klien “AM” juga meluapkan emosinya saat

membicarakan hubungan dengan kakak kandungnya yang kurang harmonis

karena sebuah keirian dan klien merasa ikhlas.

Dari aspek intelektual, klien “AM” hanya bersekolah hingga kelas 4 SD

sehingga sangatlah kurang dalam ilmu pengetahuan. Klien “AM” juga tidak

pernah mendapatkan pelatihan atau keterampilan tertentu. Dan hal tersebut


91

menurun kepada anak “AM” yang hanya tamatan SD dikarenakan

perekonomian yang rendah sehingga anak “AM” pun hanya menjadi buruh dan

penguasaha makanan seperti klien “AM”. Walaupun klien “AM” tidak pernah

mendapat pelatihan namun rangginang buatannya memiliki rasa yang enak dan

laku di pasaran.

3. Keberfungsian Sosial

Klien “AM” lahir di Desa Cigugurgirang pada tanggal 12 April 1955.

Saat ini klien “AM” tinggal sendiri di rumahnya. Untuk melihat hubungan

klien dengan lingkungan sekitarnya, praktikan menggunakan ecomap sebagai

tools assessmen. Berikut ini adalah gambaran hubungan klien “AM” dengan

lingkungan sekitarnya yang disajikan dalam bentuk ecomap :

Ketua
RT

Gambar 4.3 Ecomap Klien “AM”

Dilihat dari ecomap, hubungan “AM” dengan kakak perempuannya tidak

harmonis karena kecemburuan yang diciptakan oleh kakak kandung klien yang

merasa bahwa hidupnya tidak bahagia seperti kehidupan klien. Namun anak –

anak dan cucu dari kaka klien masih sering bermain dan mengunjungi klien,
92

klien mengaku ikhlas dan tabah atas perlakuan kakak kandungnya. Dari ketiga

anak klien anak keduanya yang paling dekat dengan klien, paling sering

mengunjungi klien karena memang jaraknya paling dekat dengan rumah klien

serta sering membantu klien dalam proses pembuatan rangginang sampe proses

pembungkusannya.

Klien “AM” sangat dekat dengan penerima manfaat dari rumah zakat

yang sejenis yaitu sesama produk makanan ringan seperti keripik dan rempeyek,

klien sering berdiskusi mengenai pembelian bahan yang murah untuk pembuatan

dan sering kali jika pemesanan banyak dan tidak mampu dikerjakan oleh klien

“AM” ia membagi pesananya dengan pembuat ranggianng lain. Relawan

inspirasi merupakan orang yang berpengaruh terhadap klien selain melalui

penyaluran bantuan dari rumah zakat, relawan inspirasi juga sering mengunjungi

klien dan menanyakan kondisi kesehatannya.

Klien sangat dekat dengan cucu – cucunya, baginya cucunya merupakan

kebahagiaan yang membuat hidupnya menjadi tidak sepi lagi. Klien “AM” setiap

sore hari sering mengunjungi warung yang ada didepan rumahnya untuk sekedar

mengobrol hubungannya dengan pemilik warung tersebut sangat timbal balik

terbukti dengan banyaknya bantuan yang diberikan warung tersebut saat klien

mengalami kesulitan modal usaha. Hubungan klien kurang baik dengan Ketua

RT setempat karena klien merasa tidak pernah mendapat bantuan sama sekali

walaupun kondisinya janda dan hidup sendirian, dan setiap ada acara di

masyarakat klien tidak pernah diundang untuk hadir.


93

4. Keberfungsian spiritual

Klien “AM” menganut agama Islam. Klien rajin melakukan ibadah

sholat wajib 5 waktu di rumah. Sebelum dirinya sering mengalami sakit karena

faktor usia, klien “AM” selalu mengikuti pengajian diberbagai daerah dan

mengikuti salat di masjid namun sekarang karena fisiknya yang tidak kuat lagi

sehingga klien melakukan aktivitas agamanya hanya didalam rumah saja.

Menurut klien “AM” saat beribadah adalah saat yang tepat untuk mengadu

segala masalh dan klien akan merasa lebih tenang setelah melakukan ibadah

seperti sholat, mengaji dan berdoa kepada Tuhan. Klien “AM” juga tidak

mengingkari dan tetap bersyukur menjalani setiap ketetapan Tuhan seperti

ditinggal meninggal oleh suaminya secara tiba – tiba tanpa menderita penyakit

apapun, dan klien “AM” juga ikhlas mengenai hubungannya yang tidak

harmonis dengan kakak kandungnya sendiri, menurut klien “AM” masih ada

Tuhan untuk mengadukan segala yang ia alami.

4.5 Kondisi dan Situasi Sosial Keluarga

Kondisi sosial keluarga “AM” kurang baik. Ayah “AM” dan Ibu “AM”

telah meninggal dunia, sebelum meninggal dunia klien “AM” sangat bergantung

kepada kedua orang tuanya. Sedangkan suami “AM” telah meninggal dunia 4

tahun silam semenjak itu klien harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Hubungan

dengan saudara kandung satu – satunya yaitu kakak klien “AM” dapat dikatan tidak

harmonis karena kakak klien tidak pernah mengunjungi klien walaupun rumah

mereka jaraknya sangat dekat, kakak klien sudah sejak lama menganggap bahwa

kehidupan klien “AM” sangat bahagia hal tersebut yang membuat kakak klien
94

mengalami keirian sampai sekarang, bahkan saat klien “AM” mengalami maslah

keuanganpun kakaknya enggan untuk membantu.

Situasi sosial keluarga “AM” saat ini adalah klien menjadi orang tua tunggal

dan tinggal sendiri karena anak – anaknya telah berkeluarga dan hidup memisah

darinya. Dari ketiga anak klien yang paling sering mengunjungi klien adalah anak

kedua klien karena anak klien “AM” yang lain jaraknya cukup jauh dari rumah klien

dan memiliki kesibukan yang cukup memakan waktu. Klien sudah sering kali

diajak untuk tinggal bersama anak kedunya namun klien merasa akan merepotkan

dan lebih memilih tinggal sendiri dirumahnya dengan perekonomian rendah dan

hidup sederhana dengan rumah terbuat dari bilik dan lantai yang hanya disemen.

4.6 Gambaran kondisi Ekonomi, Politik, dan Sosial Budaya dalam Hubungan

Masalah Klien.

1. Gambaran Kondisi Ekonomi

Klien “AM” tergolong warga yang tidak mampu. Kedua orang tua klien

“AM” hanya bekerja sebagai pedagang dan buruh serabutan. Sehingga klien

“AM” pun hanya bekerja sebagai pedagang dan pembuatan rangginang,

penjualan rangginang ini pun hanya menunggu jika ada pesanan dating

kerumah tidak berjualan setiap hari disuatu tempat. Kondisi keluarga klien

“AM” yang kekurangan dalam segi biaya membuat klien “AM” hanya

menempuh pendidikan hingga kelas 4 sekolah dasar, kemudian klien “AM”

mengikuti arahan dari kedua orang tuanya untuk menikah. Klien “AM”

mengaku kesulitan mencari pekerjaan karena pendidikannya hanya mencapai

sekolah dasar sehingga klien “AM” memutuskan untuk membuat usaha


95

makanan ringan dan dikhususkan dalam pembuatan rangginang dan

ranggining. Klien “AM” memenuhi kebutuhannya dengan hasil penjualan

rangginang dan ranggining yang tidak menentu, terkadang tetangga sekitar

memberi sayuran atau makanan untuk klien “AM” karena klien tinggal sendiri

dan masyarakat disekelilingnya sering kali merasa iba. Menurut klien “AM”

upah yang didapatkan setiap harinya kisaran Rp 30.000/hari tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga klien “AM” harus pintar dalam

mengatur keuangan dalam hidupnya dengan penghasilan yang didapatnya.

Menurut Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

146/HUK2013 Tentang Penetapan Kriteria Dan Pendataan Fakir Miskin dan

Orang Tidak Mampu bahwa fakir miskin dan orang tidak mampu meliputi :

a. Tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai

sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar;

Klien “AM” memiliki pekerjaan sebagai pedagang dan pembuat

rangginang dengan penghasilan Rp 30.000/hari yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya

b. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi

konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;

Klien “AM” biasa membelanjakan penghasilannya untuk

membeli sayur (kol dan kangkung) dan beras. Klien “AM” makan

sehari tidak menentu jumlahnya tergantung tersedianya bahan makanan

dan terkadang makanan yang dikonsumsi klien “AM” didapatkan dari


96

tetangga sekitar klien. Klien mengonsumsi daging ayam/ikan jika

dibelikan anaknya terdapat hajatan pernikahan tetangga/saudaranya.

Namun klien lebih sering mengonsumsi sayuran karena klien tidak

begitu menyukai daging.

c. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,

kecuali puskesmas atau yang disubsidi pemerintah;

Klien “AM” apabila mengalami sakit hanya diobati dengan

ramuan tradisional herbal yang ia buat sendiri atau mengkonsumsi obat

warung. Anak bungsu klien “AM” harus meninggal karena lahir

prematur dan tidak mampu mendapat pertolongan medis karena

terkendala masalah biaya.

d. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap

anggota rumah tangga;

Klien “AM” membeli pakaian hanya pada saat anakanya

mebelikan, biasanya hal ini terjadi saat momen Idul Fitri, namun hal

tersebut pun tidak pasti karena anak klien ada kelebihan uang setelah

kebutuhannya dapat terpenuhi.

e. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai

jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama;

Anak klien “AM” ketiganya hanya bersekolah hingga Sekolah

Dasar karena ketidakmampuan perekonomian, namun menurut klien

“AM” ada rizki tersendiri untuk anak – anaknya walaupun tidak

menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


97

f. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan

kondisi tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah

usang/berlumut atau tembok tidak diplester;

Dinding rumah klien “AM” terbuat dari ¼ tembok hanya pada

bagian depan rumah saja dan ¾ bambu yang dianyam sehingga apabila

terdapat angin kencang masuk ke sela-sela dinding dan jika hujan deras

sering kali mengalami kebocoran.

g. Kondisi lantai terbuat dari tanah atau kayu/semen/keramik dengan

kondisi tidak baik/kualitas rendah;

Kondisi lantai rumah klien “AM” merupakan semen dengan

kondisi yang sudah pecah-pecah sehingga sulit dibersihkan dan debu –

debu berada dimana – mana.

h. Atap terbuat dari ijuk/rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi

tidak baik/ kualitas rendah;

Atap rumah klien “AM” terbuat dari genteng dengan kondisi

tidak baik/kualitas rendah sehingga sering bocor.

i. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau

listrik tanpa meteran;

Penerangan bangunan tempat tinggal klien menyalur dari rumah

keponakan perempuan klien “AM” yang rumahnya berada

disampingnya.

j. Mempunyai sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tak

terlindung/air sungai/air hujan/lainnya.


98

Sumber air minum klien berasal dari sumur dan terkadang

mendapat bantuan air PDAM dari keponakannya yang tinggal

disebelahnya.

2. Kondisi politik

Politik dalam kaitannya dengan permasalahan klien adalah mengenai

bagaimana klien mampu mengungkapkan pendapatnya dan didengarkan

pendapatnya di lingkungan dimana klien berada. Untuk kaitan dengan sarana

atau media yang bisa digunakan klien dalam mengungkapkan pendapat memang

ada, kegiatan rapat dan kumpul dengan ketua RT dan RW rutin dilakukan setiap

bulan. Namun rapat tersebut hanya untuk bebrapa orang saja yang mendapat

undangan sedangkan klien “AM” tidak pernah mendapat undangan tersebut

sehingga klien tidak memiliki hak untuk mengikuti rapat rutin tersebut.

Klien jarang mengungkapkan pendapat karena merasa takut dan tidak

didengar pendapatnya. Namun dalam pemilihan perangkat desa dll klien “AM”

yang usianya memasuki usia lanjut masih dapat menggunakan hak pilihnya.

3. Kondisi sosial budaya

Klien berasal dari suku sunda. Klien “AM” merupakan penduduk asli

Desa Cigugurgirang. Menurut klien di daerah sunda adat istiadat ramah-tamah

masih kental. Penduduk yang satu akan bekerja sama menolong penduduk yang

lainnya jika terdapat masalah. Klien “AM” mengatakan jiwa gotong royong

masyarakat di Kampung Sukamaju tergolong bagus, klien “AM” sendiri

merasa sangat terbantu jika mengalami kendala seperti mendapt bantuan untuk

memenuhi kebutuhan pokok. Klien “AM” sangat suka berkumpul dan bercerita
99

dengan ibu-ibu di lingkungan sekitarnya, terutama warung yang ada didepan

rumahnya untuk mengusir rasa kesepian jika hanya sendirian dan berdiam

dirumah saja.

4.7 Gejala Masalah Klien dan Jenis Permasalahan yang Dihadapi AM

Berdasarkan hasil obersevasi, asessmen, dan studi dokumentasi serta

gambaran keberfungsian klien “AM”, adapun hambatan yang dialami dalam

pengembangan usaha sebagai berikut :

1. Klien merasa pesimis akan pengembangan usaha milik klien

Klien sering berfikiran negatif dan menganggap bahwasanya banyak wirausaha

yang jauh lebih baik dibandingkan wirausaha miliknya sehingga klien merasa

tidak layak untuk bersaing dengan para wirausaha yang sejenis dengan usaha

milik klien. Menurut klien usaha sejenis lainnya sudah memasuki penjualan

online dengan berbagai varian sedangkan klien hanya menjual versi

originalnya saja dan takut untuk mengembangkan variasi produk lainnya

karena sempat mengalami kegagalan saat mencoba membuat vairasi lain.

2. Klien “AM” takut untuk mengembangkan usahanya

Klien “AM” pernah mengalami kerugian sebelumnya sehingga takut untuk

mengembangkan usahanya seperti menambah jumlah produk.

3. Klien “AM” kurang dapat memasarkan hasil usahanya

Klien “AM” kurang dapat memasarkan hasil usahanya dikarenakan tidak

mengetahui segment pasar yang akan dituju klien dalam menjual hasil

wirausahanya. Sehingga klien hanya dapat membuat hasil usahanya tidak

secara rutin. Klien hanya menunggu dirumah jika ada pesanan ia baru akan
100

membuatnya. Sebelumnya klien “AM” telah memasok produknya di warung

dan pasar namun justru tidak laku dan klien harus mengalami kerugian.

Terlebih saat pasar utamanya di Jakarta mengalami kebangkrutan, sebelumnya

pasar dari Jakarta bisa memesan ribuan bungkus rangginang dari klien “AM”.

4. Labeling produk yang belum ada

Produk klien “AM” yang sudah sampai dikirimkan di luar kota namun belum

ada branding dari produknya, sehingga konsumennya yang sudah memesan

kesulitan jika ingin memesan kembali pada klien dan tidak mengetahui nama

produknya, menurut klien labeling produk sulit dan tidak dapat dilakukan oleh

klien.

5. Memerlukan bantuan orang lain dalam proses pembuatan

Fisik klien “AM” yang sudah memsuki usia lanjut sering mengeluhkan sakit

pada beberapa bagian tubuhnya seperti pinggang, kaki, dan tangan jika bekerja

terlalu keras sehingga hasil produksi klien saat ini kurang. Sebelum suami klien

meninggal produksinya jauh lebih banyak karena klien tidak bekerja sendiri.

6. Klien “AM” tidak memiliki modal dalam mengembangkan usahanya

Klien “AM” sering merasa pesimis dalam mendapatkan modal yang cukup

besar untuk mengembangkan usahanya karena untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya masih kurang. Oleh karena itu klien membutuhkan sistem sumber

lain yang dapat membantu klien memiliki modal usaha.

7. Klien “AM” memiliki penghasilan yang kurang layak

Klien “AM” memiliki penghasilan Rp 30.000/hari yang tidak sebanding

dengan kerja kerasnya dalam pembuatna rangginang yang bisa memakan


101

waktu seharian.

Permasalahan yang dihadapi klien “AM” yakni berkaitan dengan

kemandirian klien dalam pengembangan usaha, pemasaran yang belum memadai,

perasaan kurang percaya diri dalam pengembangan usahanya, belum memiliki

bantuan tenaga dalam pengembangan usahanya sehingga berdampak pada kondisi

perekonomiannya yang terbilang kurang mampu serta tidak memiliki rencana

kedepannya.

4.8 Analisis Mendalam Mengenai Situasi Problematik

Asesmen mendalam terkait situasi problematik ini membahas keadaan yang

ada di dalam diri klien dan merupakan pandangan dari diri klien terhadap masalah

yang dirasakan olehnya. Hasil asesmen biologis, psikologis, sosial, dan spiritual ,

wawancara serta observasi yang telah praktikan lakukan diketahui bahwa asesmen

tersebut tidak hanya pada aspek individu dari klien tersebut namun, ada aspek –

aspek lainnya yang berdampak kepada masalah klien khususnya pada kemandirian

klien dalam melakukan perencaan pengembangan usahanya.

Gejala - gejala masalah yang timbul dari diri klien membuat praktikan tidak

hanya fokus pada penyelesaian masalah untuk mengembangkan usaha klien

melainkan ada beberapa faktor dalam diri klien yang perlu diatasi.

Klien “AM” berpendidikan rendah yaitu hanya sampai kelas 3 SD, klien

mengaku hanya bisa membaca itupun tidak lancar dan hanya bisa menulis namanya

sendiri sehingga ia merasa bahwa tidak memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Suami klien “AM” yang kedua yaitu “D” meninggal 4 tahun yang lalu, hal

ini yang mengakibatkan klien “AM” merasa sangat terpukul karena selama ini
102

usahanya selalu dikerjakan bersama suaminya, saat suaminya telah meninggal klien

“AM” harus mengerjakan semuanya sendiri terlebih ketinga anaknya yang sudah

tidak tinggal bersama dengan ia. Klien “AM” sering mengeluh merasakan sakit

pada bagian kakinya jika beraktivitas terlalu berat karena asam urat yang diritanya.

Setelah suaminya meninggal klien merasa sangat kesulitan baik dalam menjalankan

usaha dan menlajutkan kehidupannya. Hal ini berdampak kepada perasaan klien

yang menganggap bahwa sudah tidak ada lagi bantuan dan ia merasa tidak bisa

mandiri dalam melakukan usahanya.

Klien memiliki satu saudara yaitu kakak perempuannya yang tinggal

berdekatan dengan rumahnya, namun hubungan klien “AM” dengan kakak

kandungnya sangat renggang hal ini terjadi karena kakak kandung “AM”

menganggap bahwa kehidupan “AM” lebih baik dari pada hidupnya sehingga ia

tidak pernah mau berkunjung ke rumah klein “AM”. Hal ini membuat klien malas

untuk mengembangkan usaha untuk memperbaiki kondisi kehidupannya.

Klien jarang mengungkapkan pendapat karena merasa takut dan tidak

didengar pendapatnya. Klien sering berfikiran negatif dan menganggap

bahwasanya banyak wirausaha yang jauh lebih baik dibandingkan wirausaha

miliknya sehingga klien merasa tidak layak untuk bersaing dengan para wirausaha

yang sejenis dengan usaha milik klien. Menurut klien usaha sejenis lainnya sudah

memasuki penjualan online dengan berbagai varian sedangkan klien hanya menjual

versi originalnya saja dan takut untuk mengembangkan variasi produk lainnya

karena bayangan klien pengembangan usaha rentan dengan kerugian


103

Klien “AM” pernah mengalami kerugian sebelumnya sehingga takut untuk

mengembangkan usahanya seperti menambah jumlah produk. Klien “AM” sering

merasa pesimis dalam mendapatkan modal yang cukup besar untuk

mengembangkan usahanya karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masih

kurang. Oleh karena itu klien membutuhkan sistem sumber lain yang dapat

membantu klien memiliki modal usaha.

Klien dikenal sebagai sosok yang ramah dan baik dilingkungannya namun

hal ini terkadang dislaah artikan oleh beberapa orang disekelilingnya. Ada beberapa

tetangga klien “AM” yang masih menawar harga ranginang dan rangginang klien

dan beberapa ada yang mengambil barang terlebih dahulu dan membayarnya

belakangan, hal tersebut menyebabkan perekonomian dari klien “AM” dan sulit

untuk berkembang menjadi lebih baik.

Berdasarkan dari gejala – gejala masalah yang dirasakan oleh klien seperti

takut memulai sesuatu, tidak berani mengambil keputusan, ragu, tidak bebas

bertindak sesuai keinginan dan kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang lain, kurang

kreatif dan inovatif, memiliki kepercayaan diri rendah serta tidak memiliki

kepuasan atas usaha yang telah ia lakukan, maka diketahui yang menjadi

permasalahan klien adalah rendahnya rasa kemandirian klien karena ia merasa tidak

memiliki potensi dan keterampilan yang memadai, dan kurangnya perencanaan

pengembanagan usaha kedepannya agar klien dapat berkembang dan terhindar dari

kerugian.
104

4.9 Fokus Masalah AM

Berdasarkan hasil observasi serta wawancara praktikan terhadap klien

“AM” serta berdasarkan gejala-gejala yang dialami klien ”AM” selama ini,

praktikan menyimpulkan bahwa fokus masalah yang dialami klien “AM” yakni:

Ketidakmandirian dan kurangnya kemampuan klien “AM” dalam

merencanakan pengembangan usaha. Praktikan ingin menghubungkan anak klien

“D” untuk membantu proses produksi produk klien “AM”.

Selain itu, praktikan juga menganggap pentingnya penanganan masalah

peningkatan ekonomi ini agar klien juga bisa terus meningkatan produknya sebagai

ciri khas atau oleh-oleh dari Desa Cigugurgirang.

4.10 Rumusan Konstelasi & Fakta Dominan Masalah

Berdasarkan hasil observasi serta wawancara terlihat bahwa klien

merupakan orang yang memiliki semangat tinggi dan ramah pada lingkungan di

sekelilingnya. Klien “AM” merupakan pribadi yang tabah dan ikhlas dalam

menjalai kehidupannya, terlihat dengan sikap tabah dan ikhlas klien menghadapai

hubungannya yang tidak harmonis dengan kakak kandungnya, saat suami klien

meninggan serta saat anak – anaknya telah pergi meninggalkannya sendiri dirumah.

Motivasi serta dukungan dari keluarga juga masih sangat kurang, karena klien

“AM” mengerjakan semuanya sendiri termasuk memenuhi kebutuhannya. Sebelum

orang tua klien “AM” meninggal mereka lah yang membantu klien dalam

memenuhi kebutuhannya.

Masalah yang dialami klien “AM” pasti menimbulkan suatu timbal balik,

dimana penyebab masalah yang ditimbulkan pasti ada sebuah penyebab yang
105

menghasilkan masalah tersebut dan dari penyebab itu akan ada akibat yang pasti

ditimbulkan, berikut ini penyebab dan dampak masalah yang dialami oleh klien

“AM” :

1. Penyebab Masalah

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri klien “AM”

dan keluarganya yang mempengaruhi keadaan dan kondisi kehidupan dari

klien pada saat ini. Berikut ini beberapa faktor-faktor internal yang

mempengaruhi kondisi kehidupan dari klien “AM” dan keluarganya :

Permasalahan yang dialami klien “AM” yaitu rendahnya kemampuan

dalam merencanakan pengembangan usaha di masa depan yang

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1) Klien AM takut untuk memulai mengembangkan usahanya

Klien AM memiliki potensi yang dapat dikembangkan karena

produknya sudah dikenal lingkungan sekitarnya dengan rasa yang

enak, namun klien AM takut jika ia menambah kuantitas produknya

ia akan mengalami kerugian karena tidak menemui pasar yang tepat.

2) Kurang memiliki informasi mengenai jaringan penjualan

Klien “AM” bersekolah hingga kelas 4 SD, sehingga untuk

pengetahuan klien AM hanya sebatas membaca dan menulis itupun

tidak lancar. Klien juga tidak pernah mengikuti pelatihan apapun.

Klien hanya menyukai membuat makanan sehingga ia akhirnya

memutuskan untuk membuat produk ranggining dan rangginang.


106

Produk klien memiliki rasa yang enak hal ini didapat dari penuturan

para tetangga yang sering membeli produk klien, nemun klien masih

kebingungan untuk menjual produk – produknya dan sangat

kekurangan informasi mengenai pasar atau tempat penjualan yang

yang tepat.

3) Kurang memiliki pengetahuan mengenai wirausaha

Pekerjaan klien sebagai pedagang rangginang hanya mendapatkan

penghasilan berupa Rp 30.000/hari. Hal tersebut tidak sebanding

dengan kerja keras dan upaya yang harus klien capai. Klien juga

takut untuk memulai usaha karena takut mengalami kerugian seperti

yang pernah ia alami dahulu.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan penyebab yang datang dari luar diri seseorang

maupun yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Berikut faktor

eksternal yang mempengaruhi kondisi perekonomian klien “AM” dan

keluarganya :

1) Lingkungan Sosial Tidak Kooperatif

Ada beberapa tetangga klien “AM” yang masih menawar harga

ranginang dan rangginang klien dan beberapa ada yang mengambil

barang terlebih dahulu dan membayarnya belakangan, hal tersebut

menyebabkan perekonomian dari klien “AM” dan keluarganya sulit

untuk berkembang menjadi lebih baik.


107

2) Status Ekonomi

Status ekonomi dari keluarga klien “AM” bisa dikatakan masuk

dalam kategori menengah kebawah, hal ini dikarenakan pendapatan

dari “AM” tidak menentu setiap harinya. Walaupun dalam kondisi

tersebut klien “AM” dapat mengelola pendapatan setiap harinya

untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Akibat Masalah

Akibat yang ditimbulkan dari masalah yang dihadapi oleh klien “AM” yaitu

“AM” sulit dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan rantai kemiskinan

keluarga klien “AM”akan terus menerus ada. Selain itu klien “AM” belum

memiliki pengetahuan dan informasi yang memedai untuk mengembangkan

usaha dan penjualannya. Akibat yang ditimbulkan lainnya yaitu klien “AM”

mengalami perasaan takut untuk mengembangkan usaha karena tidak

tersedianya modal dan takut mengalami kerugian.

4.10.1. Kemungkinan Perkembangan Masalah

Kemungkinan perkembangan permasalahan apabila permasalahan tersebut

tidak ditindak lanjuti :

1. Tidak akan memiliki peluang untuk meningkatkan kondisi perekonomiannya

jika kapasitas diri dan pengetahuan yang dimiliki oleh klien masih rendah,

sehingga akan mempengaruhi kondisi dari keluarganya.

2. Keberfungsian sosial klien akan terganggu

3. Usaha yang klien jalani akan tetap sama dan tidak menemukan variasi lain

karena takut mencoba


108

4.10.2. Potensi dan Sumber

Selain memandang permasalahan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan,

praktikan juga akan menjelaskna mengenai potensi peluang klien terhadap aspek-

aspek potensi dan sumber yang dimiliki oleh “AM”. Potensi dan sumber yang

dimiliki oleh klien “AM” merupakan kekuatan dalam membantu memecahkan

masalahnya. Potensi dan sumber yang dimiliki terbagi menjadi dua bagian yaitu

sumber internal dan sumber eksternal yang dimiliki oleh klien. Berikut praktikan

akan menjelaskan beberapa potensi dan sumber yang dapat digunakan sebagai aset

memecahkan masalah klien “AM” adalah :

a. Potensi

Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan oleh praktikan, potensi yang

terlihat dari klien “AM” yaitu :

1) Klien “AM” memiliki potensi berupa keterampilan dalam membuat produk

makanan yang disukai oleh konsumen.

2) Klien “AM” memiliki kondisi fisik yang normal

3) Klien “AM” memiliki keinginan untuk berubah dan juga bersedia untuk

didampingi dan dibantu oleh praktikan

4) Klien “AM” memiliki minat dalam pembuatan makanan.

5) Segi sosial, dimana klien “AM” jiwa sosial yang sangat tinggi suka menolong

dan suka berbagi sehingga banyak disukai oleh orang di lingkungannya.

b. Sumber

Sumber yang dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien

“AM” adalah :
109

1) Sumber Internal

Potensi dan sumber internal adalah kekuatan yang datangnya dari diri klien

“AM”: Memiliki keahlian dalam membuat berbagai produk makanan seperti

rangginang, ranggining, awug dan dodol bahkan membuat makanan yang

belum pernah ia buat. Tidak mudah mengeluh dan merasa lelah.

2) Sumber Eksernal

Potensi dan sumber eksternal adalah kekuatan yang datangnya dari luar seperti

keluarga, teman atau lingkungan lainnya yang dapat mendukung upaya

penyelesaian masalah dari klien “AM” dimana potensi serta sumber tersebut

dijabarkan melalui :

a) “D” selaku anak kedua klien “AM”

“D” merupakan anak kedua dari klien “AM” yang berusia 38 tahun. “D”

juga memiliki kondisi fisik yang sehat dan memiliki keterampilan yang

sama dengan klien “AM” yaitu ahli dalam pembuatan berbagai jenis

makanan, “D” sering kali dimintai bantuan untuk membuat makanan dalam

berbagai acara oleh masyarakat disekitarnya. “D” adalah anak dari klien

“AM” yang paling sering mengunjungi klien karena jarkanya yang paling

dekat dan “D” adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja sehingga bisa

kapan saja mngunjungi klien “AM”. “D” juga sering membantu pembuat

ranggining dan ranginang dari klien “AM”.

b) Rumah Zakat

Rumah Zakat merupakan yayasan yang salah satu programnya berfokus

pada kemiskinan, program ini dinamakan program “Senyum Mandiri”.


110

Program ini diperuntukan untuk masyarakat kurang mampu yang

dikoordinir oleh relawan inspirasi di setiap desa. Relawan Inspirasi ini

merupakan tokoh masyarakat di Desa yang sudah mendapat kepercayaan

dari masyarakat setempat. Program senyum mandiri ini dapat dimanfaatkan

untuk membantu klien “AM” memecahkan masalahnya. Rumah Zakat

melalui relawan inspirasi dapat melakukan pendampingan yang rutin

terhadap klien “AM” untuk memantau pemberian bantuan yang telah

diberikan.

c) PKK

PKK merupakan suatu perkumpulan di Desa Cigugurgirang yang aktif

membantu dalam promosi produk yang ada di desa dengan mengikuti bazar

maupun kegiatan tertentu. Termasuk dalam hal ini produk klien “AM” yang

ikut dipromosikan membuat hasil penjualan klien meningkat.

d) Pemerintah Desa Cigugurgirang

Pemerintah Desa Cigugurgirang cukup aktif dalam menampung aspirasi

dari warga sekitarnya, diharapkan dengan keterbukaan ini bisa bermanfaat

bagi klien “AM”, salah satunya tawaran mengenai kios yang dimiliki oleh

pihak desa untuk dimanfaat klien “AM” untuk berjualan.

4.10.3. Rumusan Kebutuhan Perubahan Klien dalam Mengatasi Fokus Masalah

Klien membutuhkan dukungan dari orang – orang terdekat untuk berubah

sehingga klien akan semakin termotivasi dan percaya diri dalam menjalani proses

untuk merubah perilaku – perilakunya yang kurang baik. Klien juga

membutuhkan pengawasan khusus agar intervensi yang dilakukan berjalan sesuai


111

harapan. Praktikan memutuskan rumusan kebutuhan perubahan dalam mengatasi

permasalahan klien terkait fokus masalah yang dialami yaitu :

a. Mencari pasar produk yang lebih besar agar penjualan klien “AM” meningkat

dan hasil penjualannya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dam

dapat digunakan untuk modal selanjutnya.

b. Menambah bantuan tenaga dalam proses pembuatan produk, dalam hal ini

anak klien “AM” yaitu “D” dapat membantu karena memang memiliki

keahlian yang sama dengan klien dan jarak tempuh D dengan rumah klien

dekat.

c. Labeling produk agar kedepannya produk klien “AM” dapat dikenal

masyarakat dan konsumen yang telah membeli produk klien “AM” dapat

membeli lagi produk tersebut dan pesar klien “AM” tentunya akan semakin

luas.

d. Terapi realitas kepada klien yang bertujuan untuk memberikan gambaran

kepada klien mengenai evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan selama ini

dan rencana kedepan serta komitmen untuk melaksanakan segala yang sudah

direncanakan.

e. Kebutuhan akan konseling agar klien dapat menceritakan masalah yang

selama ini dipendam dan mampu menemukan pilihan-pilihan solusi untuk

pemecahan masalahnya

f. Kebutuhan terapi EFT (Emotional Freedom Technique) untuk

membebaskan hambatan dalam pikiran klien agar dapat mengatasi


112

perasaan tertekan yang dialami klien “AM” dalam menghadapi konflik

dengan saudaranya dan perasaan kesepian karena harus tinggal sendirian.

g. Kebutuhan akan dukungan. Dalam hal ini diperlukan dukungan dari

berbagai pihak terutama keluarga sebagai lingkungkungan terdekat klien

“AM” untuk mendukung segala hal yang bersifat positif demi perubahan

klien agar klien mau dan mampu berusaha untuk merubah dirinya sehingga

menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan juga menjadi lebih baik

daripada sebelum-sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai