MAKALAH
Disusun oleh :
Penulis,
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................
B. TUJUAN………………..............................................................................
C. MANFAAT....................................................................................................
BAB II ISI
A. DEFINISI KEPERAWATAN..........................................................................
B. TIPE KEKERASAN .........................................................................................
C. ETIOLOGI.........................................................................................................
D. RENTANG RESPON .......................................................................................
E. GEJALA ATAU TANDA MARAH………………………………………….
F. PENATALAKSANA…………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN.........................................................................................
B. SARAN.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku kekerasan dianggap sebagai perilaku agresif yang ekstrem dari
marah atau ketakutan/panik. Perilaku kekerasan dipandang sebagai rentang
dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan. Keadaan yang
menimbulkan perilaku kekerasan antara lain emosi, perasaan frustasi, benci atau
marah. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku
menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang
bagus.Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak
terkontrol (Kusumawati,2010).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Tipe kekerasan
1. Perilaku kekerasan pada diri sendiri : dapat berbentuk melukai diri
untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri.
C. Etioligi
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perilaku kekerasan yaitu :
a. Frustasi
Seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan, menyebabkan ia menjadi frustasi, jika ia tidak mampu
mengendalikannya maka ia akan berbuat kekerasan disekitarnya.
b. Hilangnya harga diri
Pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk
dihargai. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri,lekas marah dan mungkin melakuan
tindakan kekerasan disekitar.
c. Kebutuhan penghargaan status dan prestise
Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan
dirinya, ingin dihargai dan diakui. Jika tidak mendapat pengakuan individu
tersebut maka dapat menimbulkan resiko perilaku kekerasan
(Helena,dkk.2011:80).
D. Rentang Respons
NO KARAKTERISTI
PASIF ASERTIF • AMUK
K
1. Nada bicara • Negatif • Positif • Berlebihan
• Menghina diri • Menghargadiri sendiri Menghina orang
• Dapatkah saya • Saya dapat / akan lain
lakukan lakukan • Anda selalu/tidak
• Dapatkah ia pernah
lakukan
2. Nada suara • Diam • Diatur • Tinggi
• Lemah • Menuntut
• Merengek
3. Sikap tubuh • Melorot • Tegak • Tegang
. • Menundukan • Relaks • Bersandar ke
kepala depan
4. Personal Space • Orang lain dapat • Menjaga jarak yang • Memiliki teritorial
masuk pada teritorial menyenangkan orang lain
pribadinya Mempertahankan hak
tempat/teritorial
5. Gerakan • Minimal • Memperlihatkan • Mengancam,
• Lemah gerakan yang sesuai ekspansi gerakan
• Resah
6. Kontak mata • Sedikit/tidak ada • Sekali-sekali • melotot
(intermiten) sesuai
dengan kebutuhan
interaksi
1. Emosi
• Tidak adekuat
• Tidak aman
• Rasa terganggu
• Marah (dendam)
• Jengkel
2. Intelektual
• Mendominasi
• Bawel
• Sarkasme
• Berdebat
• Meremehkan
3. Fisik
• Muka merah
• Pandangan tajam
• Napas pendek
• Keringat
• Sakit fisik
• Penyalahgunaan zat
• Tekanan darah meningkat
F. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan
pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika
yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya : Clorpromazine
HCL yang digunakan untuk mengendalikan psikomotornya. Bila
tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contoh :
Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan Transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti
neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek
anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
b. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi
ini bukan pemberian pekerjaan/kegiatan itu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan maupun berkomunikasi,
karena itu didalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi
sebagai bntuk kegiatan seperti membaca koran, main catur, setelah
mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog/berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kgiatan itu bagi dirinya. Tetapi ini merupakan
langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap
rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program
krgiatanya.
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit)
pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima
tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakat kesehatan, memberi perawatan pada anggot
keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang
mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah
perilaku maladaptive (primer) , mengulangi perilaku maladaptive
(sekunder) dan memulihakan perilaku maladaptif ke
perilakuadaptive (tersier) sehingga derajat kesehatan pasien dan
keluarga dapat ditingkatkan secara optimal.
d. Terapi somatik
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa
terapi somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku tindakan yang
ditunjukan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi adalah
perilaku pasien (Prabowo,2014)
BAB III
GAMBARAN
PERTEMUAN 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien marah, mengamuk, muka merah, bicara nglantur,
mata melotot.
3. Tujuan khusus :
4. Tindakan keperawatan :
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Validasi
c. Kontrak
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
“Coba nanti pak ingat – ingat lagi penyebab marah pak ya?’’
PERTEMUAN KE 2
A. PROSES KEPERAWATAN
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, masih ingat dengan saya? Mba masih suka di panggil mba….?
Baik pak, sesuai dengan janji kita kemarin, saya akan membantu bapak untuk
menyelesaikan masalah yang bapak alami. Sebelumnya, bagaimana perasaan
bapak saat ini? Apakah ada hal yang membuat bapak marah hari ini? Baik pak,
nanti kita akan berbincang-bincang tentang cara mengontrol marah dengan pukul
bantal. Baik pak, mau dimana? Disini saja ya, nanti waktunya kira-kira 15 menit
dari sekarang.’’
2. Fase Kerja
“Begini pak, apabila ada yang menyebabkan bapak marah dan kesal, hal apa yang
bapak lakukan? Baik, sekarang saya akan mengajarkan bapak untuk mengontrol
marah pak dengan melakukan pukul bantal/ kasur. Jadi, kalau bapak ingin marah,
bapak dapat melampiaskannya melalui bantal. Sekarang saya contohkan dulu ya
pak? Ya, saya sudah mencontohkannya, sekarang coba bapak mempraktekkannya
lagi yang sudah saya contohkan tadi. Ya, bagus sekali. Bapak sudah bisa
mempraktekkannya. Cara ini bisa dilakukan secara rutin dan bapak bisa
memasukkannya ke dalam jadwal harian bapak ya.’’
3. Fase Terminasi
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Faktor predisposisi
1. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa agresif adalah merupakan hasil dari dorongan
insting ( instinctual drives )
2. Psikologis
3. Biologis
a. sistem limbic
b. Lobus temporal
c. Lobus frontal
d. Neurotransmitter
5. Sosial Kultural
d. Penganguran
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan
struktur keluarga dalam sosial kultural.
Faktor Presipitasi
1. Internal
a. kelemahan
c. takut sakit
d. hilang control
2. Eksternal
a. penganiayaan fisik
c. kritik
B. DIAGNOSIS
Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan
D. RENCANA TINDAKAN
1. Tujuan
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
masa lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara:
1) verbal,
2) terhadap orang lain,
3) terhadap diri sendiri,
4) terhadap lingkungan.
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
1) fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam;
2) obat;
3) sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya;
4) spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan
napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara
spiritual, dan patuh minum obat.
h. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
mengontrol perilaku kekerasan.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan :
Intervensi SP I Pasien:
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
SP 1
Pukul 09.00-09.05
Respon :
Pukul 09.05-09.10
Respon :
Pukul 09.10-09.20
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Respon :
SP 2
Pukul 11.00-11.15
Respon :
S : klien mengatakan bersedia untuk diajari teknik nafas dalam dan pukul
bantal.
Respon :
G. EVALUASI KEPERAWATAN
P : pertahankan intervensi.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
Untuk pasien :