Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


“ PERILAKU KEKERASAN ”

MAKALAH

Disusun oleh :

1. ADITYA CHRISNA P (17.002)


2. AGNES FEBRI SUKMA C (17.003)
3. GITA PRADANA (17.014)
4. LILIS RAPITASARI (17.016)
5. MELA ANGGRIYANINGTIYAS (17.019)
6. YUNIAR SAFITRI (17.038)
7. YOHANES DWI L AKSANA (17.037)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG KAMPUS V


PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN
Jl. Dr. Soetomo No. 5 Telp. (0355) 791293 KodePos 66312
TRENGGALE K
2019 - 2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah sebagai media atau sarana belajar bagi pembaca untuk
mengetahui tentang “ASUHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN ”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ASUHAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERILAKU
KEKERASAN ”ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Trenggalek ,20 Februari 2019

Penulis,

DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................
B. TUJUAN………………..............................................................................
C. MANFAAT....................................................................................................

BAB II ISI
A. DEFINISI KEPERAWATAN..........................................................................
B. TIPE KEKERASAN .........................................................................................
C. ETIOLOGI.........................................................................................................
D. RENTANG RESPON .......................................................................................
E. GEJALA ATAU TANDA MARAH………………………………………….
F. PENATALAKSANA…………………………………………………………

BAB III GAMBARAN


GAMBARAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN.............................................
A. PENGKAJIAN………………………………………………………….......
B. DIAGNOSIS………………………………………………………………..
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN…………………………………………...
D. RENCANA TINDAKAN…………………………………………………
E. INTERVENSI………………………………………………………………
F. IMPLEMENTASI …………………………………………………………
G. EVALUASI…………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN.........................................................................................
B. SARAN.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perilaku kekerasan dianggap sebagai perilaku agresif yang ekstrem dari
marah atau ketakutan/panik. Perilaku kekerasan dipandang sebagai rentang
dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan. Keadaan yang
menimbulkan perilaku kekerasan antara lain emosi, perasaan frustasi, benci atau
marah. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku
menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang
bagus.Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak
terkontrol (Kusumawati,2010).

Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga


penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi dan
interjensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu responterhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu
tidak mengalami kecemasan, stress,dan merasa bersalah dan bahkan merusa diri
sendiri (Kusumawati, 2010 ).

B. Rumusan masalah

C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku


seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku
kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling maladaptif,
yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons
terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai
ancaman. (Stuart dan Sundeen).

Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang


ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya
kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.

B. Tipe kekerasan
1. Perilaku kekerasan pada diri sendiri : dapat berbentuk melukai diri
untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri.

2. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan


untuk melukai atau membunuh orang lain.

3. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak


lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di
lingkungan.

C. Etioligi
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perilaku kekerasan yaitu :
a. Frustasi
Seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan, menyebabkan ia menjadi frustasi, jika ia tidak mampu
mengendalikannya maka ia akan berbuat kekerasan disekitarnya.
b. Hilangnya harga diri
Pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk
dihargai. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri,lekas marah dan mungkin melakuan
tindakan kekerasan disekitar.
c. Kebutuhan penghargaan status dan prestise
Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan
dirinya, ingin dihargai dan diakui. Jika tidak mendapat pengakuan individu
tersebut maka dapat menimbulkan resiko perilaku kekerasan
(Helena,dkk.2011:80).

D. Rentang Respons

1. Asertif :Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti


orang lain. Frustasi Kegagalan mencapai tujuan, tidak
realitas/terhambat.

2. Pasif :Respons lanjutan yang pasien tidak mampu


mengungkapkan perasaan.

3. Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.

4. Amuk :Perilaku destruktif yang tidak terkontrol.

Perbandingan Perilaku Pasif, Asertif, Dan Agresif

NO KARAKTERISTI
PASIF ASERTIF • AMUK
K
1. Nada bicara • Negatif • Positif • Berlebihan
• Menghina diri • Menghargadiri sendiri Menghina orang
• Dapatkah saya • Saya dapat / akan lain
lakukan lakukan • Anda selalu/tidak
• Dapatkah ia pernah
lakukan
2. Nada suara • Diam • Diatur • Tinggi
• Lemah • Menuntut
• Merengek
3. Sikap tubuh • Melorot • Tegak • Tegang
. • Menundukan • Relaks • Bersandar ke
kepala depan
4. Personal Space • Orang lain dapat • Menjaga jarak yang • Memiliki teritorial
masuk pada teritorial menyenangkan orang lain
pribadinya Mempertahankan hak
tempat/teritorial
5. Gerakan • Minimal • Memperlihatkan • Mengancam,
• Lemah gerakan yang sesuai ekspansi gerakan
• Resah
6. Kontak mata • Sedikit/tidak ada • Sekali-sekali • melotot
(intermiten) sesuai
dengan kebutuhan
interaksi

E. Gejala Atau Tanda Marah

1. Emosi

• Tidak adekuat
• Tidak aman
• Rasa terganggu
• Marah (dendam)
• Jengkel
2. Intelektual
• Mendominasi
• Bawel
• Sarkasme
• Berdebat
• Meremehkan
3. Fisik
• Muka merah
• Pandangan tajam
• Napas pendek
• Keringat
• Sakit fisik
• Penyalahgunaan zat
• Tekanan darah meningkat
F. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan
pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika
yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya : Clorpromazine
HCL yang digunakan untuk mengendalikan psikomotornya. Bila
tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contoh :
Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan Transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti
neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek
anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
b. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi
ini bukan pemberian pekerjaan/kegiatan itu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan maupun berkomunikasi,
karena itu didalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi
sebagai bntuk kegiatan seperti membaca koran, main catur, setelah
mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog/berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kgiatan itu bagi dirinya. Tetapi ini merupakan
langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap
rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program
krgiatanya.
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit)
pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima
tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakat kesehatan, memberi perawatan pada anggot
keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang
mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah
perilaku maladaptive (primer) , mengulangi perilaku maladaptive
(sekunder) dan memulihakan perilaku maladaptif ke
perilakuadaptive (tersier) sehingga derajat kesehatan pasien dan
keluarga dapat ditingkatkan secara optimal.
d. Terapi somatik
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa
terapi somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku tindakan yang
ditunjukan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi adalah
perilaku pasien (Prabowo,2014)
BAB III

GAMBARAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU


KEKERASAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien marah, mengamuk, muka merah, bicara nglantur,
mata melotot.

2. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan.

3. Tujuan khusus :

 klien dapat menunjukkan hubungan peran sesuai


tanggungjawab.

 Membina hubungan saking percaya

 Terhindar dari cidera

4. Tindakan keperawatan :

a. Bina hubungan saling percaya

 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi


dengan klien.

 Berkenalan dengan klien, meliputi nama, nama


panjang yang saudara sukai.

 Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.

b. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.

c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukannya.

d. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

e. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.

f. Membantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol


fisik dengan nafas dalam dan pukul bantal.

g. Menganjurkan klien untuk memasukkan dalam kegiatan


harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

“Assalamu’alaikum bapak, perkenalkan nama saya…. Mba namanya siapa


ya? Sukanya di panggil apa?’’ ( mengeluhkan tangan sambil tersenyum
menunjukkan sikap terbuka )

“saya perhatikan bapak mondar mandir sambil memukul-mukul dinding,


bisa kita berbincang – bincang sekarang tentang apa saja yang
menyebabkan bapak memukul – mukul dinding ?’’

“berapa lama bapak ingin berbincang-bincang ?’’

b. Validasi

Bagaimana perasaan mba hari ini? Bagaimana dengan perasaan marahnya,


apakah masih merasa kesal?

c. Kontrak

Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan


marah mba? Berapa lama kita mau bincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang makan saja mba?

2. Fase Kerja

“Apa penyebab marah bapak ? Apakahbapak sebelumnya pernah marah


seperti ini? Terus penyebab marahnya bapak apa? Samakah dengan yang
sekarang? bapak, saat penyebab marah itu muncul, apa yang bapak rasakan?
(Tunggu respon klien) Apakah bapak merasa kesal dan dada mba berdebar-
debar? Mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mau ditekuk? Setelah
itu apa yang mba lakukan? Oh ya.. jadi bapak mengamuk, memecahkan piring
ya bapak, apakah dengan cara itu bapak marah? Apa cara tersebut menurut
bapak benar? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan bapak
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian? Ada beberapa cara mengontrol
marah dengan baik bapak , yang pertama dengan nafas dalam, yang kedua
dengan pukul bantal, yang ketiga berbicara dengan baik, dan yang keempat
dengan beribadah/berdoa, dan yang kelima dengan minum obat dengan benar
dan teratur. Bagaimana kalau kita belajar cara pertama dulu? Yaitu dengan
tarik nafas dalam. Begini pak, “ kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan
maka bapak dapat dengan berdiri ataupun duduk lalu tarik nafas dalam-dalam
dari hidung, tahan sebentar, keluarkan lewat mulut.. bagus bapak, iya bapak
bagus sekali…’’

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang


kemarahan dan cara belajar mengontrol marah pak?’’

“Tadi bapak sudah mempraktekkan tarik nafas dalam dengan bagus.’’

“Coba bapak ulangi sekali lagi pak, iya bagus sekali.’’

“Coba nanti pak ingat – ingat lagi penyebab marah pak ya?’’

“Besok kita bincang-bincang lagi ya pak? Mau dimana? Di ruang makan


saja ya? Jam 10 saja ya pak? Sekarang saya permisi dulu, sampai jumpa
besok ya pak?’’

STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

PERTEMUAN KE 2

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien cukup.

2. Diagnose keperawatan : resiko perilaku kekerasan.

3. TUK : klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.


4. Tindakan keperawatan :

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Melatih klien mnegontrol perilaku kekerasan dengan pukul bantal.

c. Menganjurkan klien memasukkan ke jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Fase Orientasi

“Selamat pagi pak, masih ingat dengan saya? Mba masih suka di panggil mba….?
Baik pak, sesuai dengan janji kita kemarin, saya akan membantu bapak untuk
menyelesaikan masalah yang bapak alami. Sebelumnya, bagaimana perasaan
bapak saat ini? Apakah ada hal yang membuat bapak marah hari ini? Baik pak,
nanti kita akan berbincang-bincang tentang cara mengontrol marah dengan pukul
bantal. Baik pak, mau dimana? Disini saja ya, nanti waktunya kira-kira 15 menit
dari sekarang.’’

2. Fase Kerja

“Begini pak, apabila ada yang menyebabkan bapak marah dan kesal, hal apa yang
bapak lakukan? Baik, sekarang saya akan mengajarkan bapak untuk mengontrol
marah pak dengan melakukan pukul bantal/ kasur. Jadi, kalau bapak ingin marah,
bapak dapat melampiaskannya melalui bantal. Sekarang saya contohkan dulu ya
pak? Ya, saya sudah mencontohkannya, sekarang coba bapak mempraktekkannya
lagi yang sudah saya contohkan tadi. Ya, bagus sekali. Bapak sudah bisa
mempraktekkannya. Cara ini bisa dilakukan secara rutin dan bapak bisa
memasukkannya ke dalam jadwal harian bapak ya.’’

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dan mempraktekkan


teknik tadi? Jadi kalau bapak sedang marah, kesal dan emosi, bapak bisa
melakukan cara tadi ya? Agar emosi bapak terlampiaskan. pak, jangan lupa untuk
memasukkan kegiatan tadi ke jadwal harian. Besok kita ketemu lagi ya untuk
membahas cara mengontrol marah dengan berbincang-bincang. Pak, besok mau
jam berapa? Jam 10 saja ya, di ruang makan. Sampai jumpa besok lagi ya pak,
selamat beristirahat.’’

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Faktor predisposisi

1. Psikoanalisis

Teori ini menyatakan bahwa agresif adalah merupakan hasil dari dorongan
insting ( instinctual drives )

2. Psikologis

Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari


peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan.

3. Biologis

Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas


sebagai berikut.

a. sistem limbic

Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi


serta perilaku makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu,
mengatur sistem informasi dan memori.

b. Lobus temporal

Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan


interpretasi pendengaran.

c. Lobus frontal

Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta


pengelolaan emosi dan alasan berfikir.

d. Neurotransmitter

Beberapa neurotransmitter yang berdampak pada agresivitas adalah


serotonin (5-HT), dopamine, norepineprin, acetylcholine, dan GABA
4. Perilaku ( behavioral )

a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar


mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif
terhadap frustasi.

b. Penekanan emosi berlebihan ( over rejection ) pada anak-anak atau


godaan ( seduction ) orang tua memengaruhi kepercayaan ( trust ) dan
percaya diri ( self esteem ) individu.

c. Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak


( child abuse ) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai koping.

Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil


belajar dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai
berikut.

a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan


kekerasan.

b. Eksternal : observasi panutan ( role model ), seperti orang tua,

kelompok, saudara, figure olahragawan atau artis,


serta media elektronik ( berita kekerasan, perang,
olahraga keras)

5. Sosial Kultural

a. Norma merupakan control masyarakat pada kekerasan. Hal ini


mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak
diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang control sosial yang
sangat ketat (strict) dapat menghambat ekpresi marah yang sehat dan
menyebabakn individu memilih cara yang maladaptive lainnya.

b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons


terhadap marah yang sehat.

Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau


perilaku kekerasan yang maladaptive antara lain sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.

b. Status dalam perkawinan.

c. Hasil dari orang tua tunggal ( single parent )

d. Penganguran
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan
struktur keluarga dalam sosial kultural.

Faktor Presipitasi

Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut

1. Internal

a. kelemahan

b. rasa percaya menurun

c. takut sakit

d. hilang control

2. Eksternal

a. penganiayaan fisik

b. kehilangan orang yang dicintai

c. kritik

B. DIAGNOSIS

Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang


lain, dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri


Rendah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perilaku kekerasan berhungan dengan harga diri rendah .

b. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan


dengan perilaku kekerasan.

D. RENCANA TINDAKAN

Risiko Perilaku Kekerasan

Tindakan Keperawatan untuk Pasien

1. Tujuan

a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual.
g. Sosial, dan dengan terapi psikofarmaka

2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
masa lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara:
1) verbal,
2) terhadap orang lain,
3) terhadap diri sendiri,
4) terhadap lingkungan.
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
1) fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam;
2) obat;
3) sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya;
4) spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan
napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara
spiritual, dan patuh minum obat.
h. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


1. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
2. Tindakan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda
dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain.
d. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh perawat.
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
e. Buat perencanaan pulang bersama keluarga.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx Kep : Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan,


diharapkan klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan criteria hasil :

1. Klien tampak tenang.

2. Klien dapat menceritakan perasaannya.

3. Klien dapat menceritakan penyebab marahnya.

4. Klien dapat menceritakan akibat marahnya.

5. Klien dapat mengetahui bagaimana cara mengontrol marahnya.

Intervensi SP I Pasien:

1. Bina hubungan saling percaya

2. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan.

3. Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.

4. Identifikasi bentuk perilaku kekerasan.

5. Identifikasi akibat perilaku kekerasan.


SP 2 Pasien:

1. Ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan antara lain :

a. Secara fisik (relaksasi, kegiatan, olahraga)

b. Secara verbal (sharing, menceritakan kepada oranglain)

c. Secara spiritual (berdoa, sholat)

d. Secara farmakologis (minum obat)

2. Bantu pasien mempraktekkan cara yang telah diajarkan.

3. Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol perilaku kekerasan yang


sesuai.

4. Masukkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang telah dipilih ke dalam


jadwal kegiatan harian.

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Dx. Kep : Resiko Perilaku Kekerasan

SP 1

Pukul 09.00-09.05

1. Membina hubungan saling percaya

Respon :

S : klien dapat menyebutkan nama perawat.

O : klien mau menceritakan masalahnya.

Pukul 09.05-09.10

2. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Respon :

S : klien mengatakan marah kepada orangtuanya karena orangtuanya sering


melarang-larang keinginannya.

O : klien tampak menceritakan perasaannya, tatapan mata tajam.

Pukul 09.10-09.20
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Respon :

S : klien mengatakan akan dijauhi oleh temannya jika terus menerus


mengamuk.

O : klien terlihat kesal.

SP 2

Pukul 11.00-11.15

1. Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan teknik nafas


dalam dan pukul bantal.

Respon :

S : klien mengatakan bersedia untuk diajari teknik nafas dalam dan pukul
bantal.

O : klien terlihat memperhatikan perawat saat diajarkan teknik tersebut.

2. Membantu klien untuk mempraktekkan cara pukul bantal.

Respon :

S : klien mengatakan mau mempraktekkan cara pukul bantal.

O : klien dapat mempraktekkan cara pukul bantal.

G. EVALUASI KEPERAWATAN

S: klien mengatakan dapat mengontrol rasa marahnya dengan teknik nafas


dalam dan pukul bantal. Klien mengatakan akan mempraktekkan teknik
tersebut apabila rasa marahnya datang kembali.

O : klien terlihat dapat mempraktekkan teknik nafas dalam dan pukul


bantal, klien tampak lebih puas dan lega, klien kooperatif.

A : masalah belum teratasi.

P : pertahankan intervensi.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pada kasus perilaku kekerasan tindakan yang dilakukan sesuai dengan


konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan
akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien
mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya
dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak
menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkunganBSaran

B.Saran

Untuk pasien :

1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu


mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi,
menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.

2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat


dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain

3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-


hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.

4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan


ketentuan dokter.

5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari


rumah sakit
Untuk perawat :

1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan :


mengkaji pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam
mengungkapkan marah.

2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien


yaitu menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk
dapat pemecehan masalahya.

3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi


kemarahannya dengan cara yang konstruktif.

4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat


dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.

5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :

1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah


dilakukan selama ini.

2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat


meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai