Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.Hubungan pengetahuan tentang Keputihan dengan Penaganan Keputihan .


Melalui http://digilib.unimus.ac.id (28/12/2010)

Arikunto,S.2006 .Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktik , Jakarta:PT Reneka Cipta

Junaidi.2009.BKKPN. Melalui ,(http://www.suaradokter.com)

Depkes RI Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2011 Depkes RI Survey Demografi
Kesehatan Indonesia trahun 2011

Manuba.2010 .Ilmu kebidanan , penyakit kandungan dan keluarga bencana. Jakarta :EGC

Notoadmojo,S.2003, Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan ,Andi offset,


Yogyakarta

Hadiyanto .2008 Pendidikan Kesehatan Keluarga .Arean jakarta .

Riwidikdo,H.2010. Statistik untuk penelitian kesehatan. Yogyakarta : Bagian penerbit


pustaka Rihana

Soetjiningsih ., 2004.Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahan , Sagung Seto: Jakarta

Purwanto . 19999. Pengantar perilaku Manusia .Jakarta :EGC

Prawiroharjo ,S 2008 Ilmu Kandung. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Nursalam .2007. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta :Salemba
Medika

Mansur, H.2010.Belajar Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan . Jakarta :Salemba
Madeika

Arya.2010 Belajar Psikologi Remaja Terrsedia dalam : (http://belajarpsikologi


.com/pengertian –remaja /. (diakses 25 April 2012)

Wijayanti .2009 Kesehatan Reproduksi dan Konrasepsi .Jakarta : trans info mesia Sugiyono .
2003. Statistika untuk Penelitian Alfa Beta Bandung.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum
Penilitian ini dilaksanakan paa bulanmei-Juni 2012 di MA Pondok Pabelan ,
dengan jumlah responden 50 siswi yang diambil secara acak dari jumlah populasi
sebanyak 102 siswi MA Pabelan.
B. Hasil penelitian
1. Analisis Univariat
a. Distribusi frkeuensi tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang Keputihan Remaja Putri
MA Pondok Pesantren Pabelan
Pengetahuan Frekuensi %
Baik 34 68,0%
Kurang 16 38.0%
Total 50 100%
Sumber: data primer 2012
Tabel 4.1 menunjukan bahwa mayoritas siswi MA Pabelan memiliki
pengetahuan baik 34 siswi (68.0%).
b. Distribusi Frekuensi usaha preventif terjadinya keputihan
Tabel 4.2
Distribsi Frekuensi Usaha Preventif remaja Putri siswi MA pabelan
memiliki usaha yang relatif baik terhadap penaganan keputihan yaitu
sebanyak 29 siswi (58.0%)
2. Analisis Bivartiv
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non
parametrik yaitu kolerasi Kendall Tau karena datanya Ordinial dan
respondennya lebih dari 30 .
Hubungan antara pengetahuan dengan sikap penaganan keputihan remaja
siswi Putri siswi MA Pabelan.
Tabel 4.3
Hubungan antara penegetahuan remaja dan usaha preventif terjadinya
keputihan paa siswi MA Pabelan
Pengertahuan Usaha Preventif Total P 𝜏
Buruk Baik
F % F % F %
Kurang 12 75.0 4 25.0 16 100 0,001 0,459
Baik 9 26.5 250 73,5 34 100
Jumlah 21 42% 29 58% 50 100
Sumber: data primer 2012
Tabel 4.3 menunjukan bahwa siswiyang mempunyai pengetahuan tentang
keputihan baik dengan jumlah 34 siswi yaitu sekitar 68.0% diantaranya ada 25
siswi mempunyai usaha preventif baik dan ada 9 siswi dengan usaha buruk
terhadap penangannan keputihan . Sedangkan siswi dengan pengetahuan
sebanyak 16 siswi atau sekitar 58.0% , diantaranya ada 12 siswi dengan usaha
preventif relatif buruk , dan ada 4 siswi dengan usaha preventif baik . Hal ini
menunjukan bahwa semakin baik pengetahuan tentang keputihan , maka usaha
pencegahan yang dimiliki cenderung juga relatif bik terhadap penanganan
keputihannya.
Hasil analisis korelasi koefisien Kendall Tan (𝜏) dengan SPSS 17 diperoleh
hasil (𝜏) 0,5459 dan p-value 0,001. Hasil nilai probabilitas lebih kecil dari
taraf signifikan 5% (0,001<0,05),
Data tersebut dapat dijelaskan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
usaha preventif terjadinya keputihan atau Ho ditolak dan Ha diterima .Hal ini
berarti , bahwa pengetahuan tentang keputihan memiliki hubungan dengan
usaha preventif terjadinya keputihan pada remaja putri siswi MA Pabelan .
Lewbih lanjut hasil dari (𝜏) dimasukan dalam rumus z untuk mengetahui z
hitung yang kemuian dibandingkan data dengan z tabel , dimana dapat
dihitung sebagai berikut:
𝜏
𝑧 = 2(2N+5)
√9N(N−1)

0,459
Z=
2(250+5)

950(50−1)

0,459 0,459 0,282


Z= = =
2(100+5) √ 210 √0,01
√ 22050
450(49)

0,459
Z= = 4,59
0,1

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh nilai z hitung = 4,59 , sedangkan untuk nilai z tabel
didapatkan dari rumus :

Z =1-tingkat kepercayaan /2

Z= ½ =0,5 -0,005=0,495= tabel = 2,58

Dilihat dari tabel z untuk 0,495 ditemukan nilai z tabel 2,58

Berdasarkan nilai z didapat bahwa z hitung > z tabel (4,95>2,58) maka didapat disimpulkan
bahwa terapat hubugan antara pengetahuan remaja putri dengan usaha preventif terjadinya
keputihan.

C. Pembahasan
1. Pengetahuan tentang keputihan pada remaja putri di MA Pondok Pabelan
Dari hasil penilitian diketahui bahwa pengetahuan tentang keputihan remaja
putri siswi MA Pabela menunjukan mayoritas memiliki pengetahuan sudah
baik yaitu sebanyak 34 siswi , sekitar 68,0%. Dengan demikian harapkan
perilaku dari kesehatan sudah cukup baik .Pengetahuan yang baik sangat
berpengaruh pada perilaku individu ,pengetahuan menurut Notoadmojo (2003)
adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu . Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
berbagai hal, salah satunya adalah pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan pendidikan yang tinggi maka orang akan semakin luas pula
pengetahuannya . Hal ini juga di dukung penelitian Kurnianing Puspitasari
(2010) yang mengatakan bahwa pada kenyataannya pendidikan formal
memegang peran utama dalam tingkat pengetahuan seseorang.
Selain pendidikan , menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan juga dipengaruhi
oleh informasi dimana dalam penilitian ini responden menapatkan informasi
tentang keputihan tidak hanya melalui bangku sekoalh saja. Tetapi terdapat
wadah yang merupakan bagian dari kegiatan pondok yaitu BKSM yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk mendapatkan informasi . BKSM memiliki 1
tenaga kesehatan yaitu bidan, namun keberadaan bidan di BSKM tidak begitu
aktif dalam memberikan informasi kepada santri seputar kesehatan reproduksi
kususnya keputihan ,sehingga keputihan tidak menjadi poin perhatian yang
kusus yang harus ditangani.
Dapat dilihat bahwa remaja putri yang mempunyai tingkat pengetahuan dalam
kategori kurang , lebih sedikit yaitu 16 responden sekitar 32,0% dibandingkan
kategori baik .Tingkat pengetahuan kurang berarti mereka tidak mempunyai
kemampuan untuk menjabarkan materi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan cara fikir dan keyakinana yang dimiliki oleh masing masing
remaja berbeda sehingga remaja putri sulit untuk menerima hal-hal yang baru
yang diperkenalkan oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dapat terjadi karena
kurangnya informasi yang didapat (Notoadmojo, 2003 : 124).
Dilihat dari penidikan merka yang sama /sederajat , seharusnya siswi
mempunyai pengetahuan yang sama , namun pada kenyataannya masih ada
beberapa siswi yang pengetahuan kurang.Hal ini bisa saja terjadi karena daya
tangkap dari masing – masing siswi berbeda-beda . Siswi yang pasif dalam
setiap kegiatan akan cenderung sulit menerima hal-hal baru , sehingga dengan
masalah keputihan menganggap sesuatu yang wajar , dan tidak perlu
ditangani.
Lingkungan adalah segala apa yang berpengaruh pada individu dan
berperilaku, karena turut mempengaruhi perkembangan pembawaandan
kehidupan manusia, sehingga dapat mempengaruhi perilaku manusia dan
kenyataaannya akan menuntut suatu keharusan sebagai mahluk sosial yang
dalam keadaan bergaul satu dengan lainnya (Purwanto,1999). Di Pondok
Pabelan , belum pernah diadakan kegiatan seperti penyuluhanyang membahas
mengenai kesehatan reproduksi kususnnya keputihan . Tenaga kesehatan yang
bertugas di BKSM hanya memberikan pelayanan di tempat saja , sehingga
harapan santri untuk mendapatkanpengetahuan sangat sedikit , artinya
dukungan tenaga kesehatan kepada santri untuk menambah ilmu dan
pengalaman kurang . Disisi lain Peran pengasuh pondok adalah sebagai
pengganti orang tua , namun pada kenyataannya dengan banyakknya santri
putri yang mempunyai problem berbeda-beda , sehingga tentang kesehatan
reproduksi tidak tertangani dan belum pernah dibahas , hal ini pula yang
menyebabkan pengetahuan para santri kurang aktif .
2. Usaha preventif terjadinya keputihan pada remaja putri MA Pabelan
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 29 responden yaitu sekitar 58,0%
mempunyai usaha relatif baik terhadap usaha preventif terjadinya keputihan,
Usaha preventif mempunyai reaksi atau responyang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek . Usaha preventif belum
merupakan tindakan atau aktifitas , akan tetapi merupakan presdiposisi
tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo 2007). Upaya preventif adalah sebuah
usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya penyakit menular
seksual .Prevensi secara etmologi berasal dari bahasa latin, praevenire , yang
artinya atang sebelum atau antisipasi , atau mencegah untuk tidak terjai
sesuatu .
Hasil penelitian menunjukan bahwa banyak dari mereka yang sudah mengerti
cara mengatasi keputihan dengan personal hygine yang benar, mereka sudah
mengetahui cara cebok yang benar, pemakaian celana yang tepat, tidak
menggunakan sabun pembersih daerah kewanitaan yang dapat menimbulkan
terjadinya keputihan , dan cara mencegah terjadinya keputihan yang dapat
mengarah kepatologis. Kebersihan merupakan sebagian dari iman, oleh sebab
itu para santri mau berusaha menjaga kebersihan diri sendiri.
Hasil penelitian menunjukan bahwa masih banyak remaja putri yang
mempunyai usaha preventif relativf buruk yaitu 21 responden yaitu sekitar
42,0%. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor , seperti pengalaman yang
kurang dalam menagani keputihan , banyak para santri yang enggan bertanya
atau menceritakan pada orang mengenai yang alami dan kebiasaan malu untuk
bertanya tentang cara mengatasi keputihan . Banyak dari sntri yang cenderung
tidak menjaga kebersihan diri , menganggap bahwa keputihan yang terjadi
adalah hal yang wajar dan tidak perlu di atasi , sehingga siswi yang menderita
keputihan fisiologis atau patologis cenderung tidak melakukan
penatalaksanaandan pengobatan . Selain itu yang mendukung terjadinya usaha
yang relatif buruk , karena sarana prasarana yang jauh dari asrama santri putri
seperti BKSM, perijinan yang jauh juga membuat santri enggan untuk
konsultasi atau menggali pengetahuan tentang kesehatan reproduksi , sehingga
membuat usaha santri putri cenderung buruk.
3. Hubungan antara pengetahuan dengan usaha preventif terjadinya keputihan
pada remaja putri MA Pondok Pabelan
Hasil analisis korelasi koofisien Kendal Tau dengan SPSS 17 diperoleh hasil 𝜏
0,459 dan p- value 0,001. Hasil nilai probabilitas lebih kecil dri tarif
signifikan 5% (0,001<0,005), hal ini menunjukan Ha diterima, engan
demikian kesimpulannya adalah ada hubungan antara pengetahuan tentang
keputihan dengan usaha preventif terjadinya keputihan pada remaja putri siswi
MA Pabelan . Sikap positif atau baik terhadap nilai –nilai kesehatan tidak pasti
selalu terwujud alam tindakan sebenarnya. Hal ii dipengaruhi beberapa hal
antaraa lain , pengalaman, kepribadian, pengaruh orang lain yang dianggap
penting , pengaruh kebudayaan , media massa , lembaga pendidikan dan
lembaga agama pengaruh faktor emosional , sumber atau sarana fasilitas.
Sikap juga terdiri dari beberapa tingkatan , antara lain menerima, merespon,
menghargai,bertanggug jawab.
Penelitian yang dilakukan Kurnia Magfiroh (2010) dengan judul Hubungan
Pengetahuan dengan penaganan Keputihan pada siswi pondok pesantren Darul
Hasanah desa Kali Kondang Demak. Penelitian ini kenggunakan jenis metode
penilitian survei analitik korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional .
Responden pada penelitian ini sebanyak 30 siswi kelas 3 dengan alat ukur
koesioner dan analisa data c-squer . Sebagai besar resonden mempunyai tigkat
pengetahuan cukup dengan pengetahuan pencegahan baik sebesar 28
responden . Hasil uji c-squer menunjukan rho hasil . rho tabel (7,041>5,99)
Dari hasil penelitian yang mempunyai pengetahuan baik dengan usaha
preventif relatif buruk yaitu 9 siswi yaitu sekitar 26,5% dan yang memiliki
pengetahuan baik dngan usaha preventif baik yaitu sebanyak 25 sisiwi atau
sekitar 73,5%. Responen dengan pengetahuan baik namun usaha preventif
relatif buruk dapat disebabkan faktor lingkungan , serta informasi , dalam
memperoleh pengetahuan yang baik , namun siswi yang pengetahuannya baik
tersebut tidak selalu mengimplementasikan dalam bentuk usaha preventif
maupu usaha yang positif dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi
seperti kebudayaan yang sudah diajarkan sejak kecil oleh orang tua , atau
teman yang biasanya merupakan sarana untuk bertukar pendapat
ataupengalaman , hal tersebut didukung dengan Notoadmojo 2007 bahwa
pengetahuan akan mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang , tetapi
sebelum menjadi sebuah perilaku akan muncul sebuh sikap yang merupakan
reaksi tertutup seseorang terhadap suatu objek. Sikap menggabarkan suka atau
tidak suka seseorang terhadap suatu objek . Sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat . Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain.
Distribusi responden yang mempunyai pengetahuan kurang dengan usaha
preventif relatif buruk sebanyak 12 siswi atau sekitar 75,0% dan yang
memiliki pengetahuan kurang dengan usaha preventif relatif baik sebanyak 4
siswi atau sekitar 25,0% . Pada 4 responden mempunyai usaha preventif relatif
baik dapat disebabkan karena responden mempunyai kepribadian tentang
kebersihan diri dengan baik . Bakal dari orang tua sejak kecil yang sudah
melaekat sehingga menjadi kebiasaan yang baik walaupun santri tidak
mengerti maksud dan teorinya . Teman pondok atau pengasuh pondok yang
dipercayai yang dianggap penting dapat merubah sikap pada umumnya.
Sikap positif atau baik terhadap nilai nilai kesehatan tidak selalu terwujud
dalam tindakan nyata . Hal ini dipengaruhi beberapa hal antara lain,
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang ianggap penting , pengaruh
kerbudayaan, media massa , lembaga pendidikan dan lembaga agama
pengaruh faktor emosional, sumber atau fasilitas .
Sikap juga terdiri dari beberapa tingkatan , anatara lain menerima , merespon,
menghargai , dan bertanggung jawab (Notoadmojo 2007)
Adopsi perilaku baru melalui proses perubahan yanitu pengetahuan
(Knowlage)- sikap (Etitud)- praktik (Practice) Namun hasil proses tersebut
tidak selalu seperti teori diatas , bahkan didalam praktik sehari- hari terjadi
sebaliknya. Artinya , seseorang dapat bersikap positif meskipun
pengetahuannya msih kurang (Notoadmojo, 2007)
Adapun kesimpulan yang dapat di tarik yaitu tidak ada kesenjangan teori dan
hasil penelitian berdasarkan penelitian didapatkan hasil, ada hubungan antara
pengetahuan baik atau cukup baik terdapat condong atau memiliki sikap relatif
baik terhadap penagananan keputihan . Diharapkan hal ini apat meningkatkan
kesadaran pada seluruh siswi pondok Pesantren pabelan , tentang kesehatan
dirinya kususnya deteksi dirinya kususnya deteksi dini tentang keputihan
serta akibat yang dapat ditimbulkan karena keputihan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan antara
lain sebagai berikut:
1. Sebanyak 34 (68,0%) remaja putri siswi MA Pondok Pabelan memiliki
pengetahuan tentang keputihan dalam kategori baik.
2. Mayoritas remaja putri memiliki usaha preventif yang relatif baik
terdapat penanganan keputihan dengan jumlah sebanyak 29 siswi
(58,0%)
3. Adapun hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan usaha
preventif terjadinya keputihan pada remaja putri siswi MA Pondok
Pabelan dengan nilai z hitung (4,95) > z tabel (2,58), p= 0,0012
(p<0,005)

B. Saran
Beberapa saran yang harus didapat disampaikan berdasarkan penelitian ini
antara lain:
1. Bagi remaja putri di MA Pondok Pabelan
Diharap mengupayakan menigkatkan pengetahuan tentang keputihan,
karena menyangkut kesehatan organ reproduksi , dengan mencari
informasi dari berbagai media , dan berupaya untuk selalu menjaga
perawatan kebersihan diri karena mampu membantu mengatasi
tertjadinya keputihan .
2. Bagi BKSM Pondok Pesantren Pabelan
Tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu remaja putri untuk
memberikan penyuluhan dan memberikan pemahaman mengenai
kesehatan reproduksinya khususnya keputihan .
3. Bagi Peneliti
Penulis berharap pada penelitian selanjutnya agar dapat melakukan
penelitian lebih lajut.

Anda mungkin juga menyukai