Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASTITIS


DI RUANG YUDHA
RS TK 03.06.01 CIREMAI CIREBON

Nama : Rahayu Ciptaning Budi


NIM : CKR0170205

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2019
A. KONSEP PENYAKIT

I. DEFINISI

Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada


wanita yang pernah hamil ,malahan dalam praktek sehari-hari yang
tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis.
(Prawiroharjo,1999)

Bilamana pembesaran payudara hampir terjadi pada semua wanita


pada dua sampai tiga hari pertama setelah kelahiran,tetapi jarang akan
menetap dan biasanya tidak disertai dengan peningkatan temperature
yang lebih tinggi.Kongesti cenderung terjadi menyeluruh dengan
pembesaran vena superficial. (Friedman,1998)

Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu


yang baru pertama kali menyusui bayinya.Mastitis hampir selalu
unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu. (Bobak,2005).

Mastitis adalah radang pada payudara. (Soetjiningsih,1997).


Mastitis adalah abses atau nanah pada payudara atau radang payudara.

II. ETIOLOGI
1. Organisme penyebab utama adalah Streptococcus aureus.
2. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat,akhirnya
terjadi mastitis.
3. Pakaian dalam (BH) yang terlalu ketat mengakibatkan
segmental engorgement.kalau tidak disusukan bisa terjadi
mastitis.
4. Putting susu yang lecet akan memudahkan masuknya kuman
menjalar ke duktus-duktus dan sinus.menyebabkan terjadinya
mastitis.
5. Ibu yang diit jelek kurang isirahat,anemia,akan mudah
terjadinya infeksi. (Soetjiningsih,1997).
6. Putting susu yang pecah-pecah atau terluka.
7. Adanya sumbatan pada saluran ASI.
8. Daya tahan tubuh yang lemah.
9. Kurang menjaga kebersihan putting payudara

III. MANIFESTASI KLINIS


1. Bengkak,nyeri seluruh payudara / nyeri local.
2. Kemerahan pada seluruh payuara / hanya local.
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol (Soetjiningsih,1997).
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak
seperti pecah-pecah.
5. Badan demam seperti terserang flu.
6. Menggigil,deman malaise. (Bobak,2005)
7. Nyeri tekan pada payudara. (Bobak,2005)
8. Bila sudah masuk tahap abses , gejalanya:
a. Nyeri bertambah hebat di payudara.
b. Kuli diatas abses mengkilap.
c. Suhu tubuh (39 – 40 C ).
d. Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara.sakit,seolah bayi
tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan
nanah.(Prawiroharjo,1999)

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menyokong payudara.
2. Berilah kompres lokal panas bila menggunakan sower hangat /
lap basah pada payudara.
3. Pakailah baju dan Bh yang longgar.
4. Istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi.
5. Banyak minum + 2 liter / hari.
Dengan cara-cara tersebut diatas biasanya peradangan akan
menghiang setelah 48 jam.Jarang sekali menjadi abses tetapi bila
dengan cara-cara tersebut diatas tidak ada perbaika setelah 12 jam
maka diberikan antibiotika selama 5 – 10 hari dan analgesic.
(Soejianingsih,1997)
6. Bila sudah terjadi abses.
Satu-satunya pengobatan adalah melakkan drainase bedah
melalui insisi radial diatas daerah yang berfluktuasi.Perawatan
khusus harus diberikan selama pembedahan untuk menjamin
drainase yang adekuat dari semua lokuasi pus pada
payudara.Pemulihan yang cepat dapat diharapkan jia drainase
dilakukan dengan baik. (Fnedman,1998)

V. KOMPLIKASI
1. Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya
terjadi karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat.Bila terdapat
daerah payudara teraba keras, merah dan tegang walaupun ibu telah
diterapi, maka kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya
abses.Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi
abses.Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi
adanya cairan yang terkumpul.
2. Mastitis berulang atau kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat.Ibu harus benar-benar beristirahat,
banyak minum, mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang, serta
mengatasi stress.Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri
biasanya diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali
sehari)
3. Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh
jamur seperti candida albicans.Keadaan ini sering ditemukan setelah
ibu mendapat terapi antibiotik.Infeksi jamur biasanya didiagnosis
berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang
saluran ASI.

VI. DIAGNOSA BANDING


1. Mastitis infeksi
2. Mastitis non infeksi

VII. PATOFISIOLOGI
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat
terjadi karena proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya
bermuara pada proses infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi
berawal dari proses laktasi yang normal. Namun karena sebab-sebab
tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran
ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI.
Hal ini membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak
dapat keluar dengan lancar.Akibatnya mammae menjadi
tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekan, permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari
plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon
imun. Terjadi inflmasi hingga sehingga mempermudah terjadinya
infeksi.
Selain itu mastitis noninfeksi terjadi karena menopause,
perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Pada saat
menjelang menopause terjadi penurunun hormon estrogen yang
menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan jaringan mati
dan air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara.
Penyumbatan menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya
melebarkan saluran di belakangnya, yang biasanya terletak di
belakang puting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan
yang disebut mastitis periductal.
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis
yang terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat
timbul fisura/robekan/perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal
laktasi akan menjadikanport de entry/tempat masuknya bakteri. Proses
selanjutnya adalah infeksi pada jaringan mammae.
VIII. PATHWAY
MASTITIS

Non infeksius: Infeksius:


Bakteri
Staphylococcus aureus
Statis ASI Menopause
dan Strepcococcus sp
Penurunan hormon
Tekanan meningkat
estrogen Masuk melalui luka
di dalam duktus ASI terbendung
( saluran ASI)
Jaringan mati Proses infeksi
KETIDAKEFEKTIFAN
Alveoli menjadi
POLA MENYUSUI Penumpukan jaringan mati
tegang Abses

Permeabilitas jaringan m Penyumbatan pada Pengumpulan nanah


ikat meningkat saluran payudara
s Mastitis supurativa
Abses Melebarkan saluran di
payudara
Respon inflamasi Suhu tubuh
meningkat Kerusakan jaringan
Kerusakan
jaringan HIPERTERMIA Abses

Respon inflamasi

Mastitis periductal

RESIKO INFEKSI

Kemerahan, bengkak, benjolan

NYERI AKUT
B. PENGKAJIAN

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,


pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah
pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi
data, analisa data dan diagnosa keperawatan.

1. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan
landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan
informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam
memberikan asuhan keperawatan.

2. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat
lain dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun
observasi. Data yang disimpulkan meliputi :
1) Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain :
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
2) Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak, nyeri.
3) Riwayat kesehatan masa lalu.
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya, apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama .
4) Pengkajian fisik meliputi :
a) Keadaan umum
b) Tingkah laku
c) BB dan TB
d) Pengkajian head to toe
5) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun,
leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada
penyebaran ureum dan kreatinin.
b) Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin
meningkat.
c) Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita
carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora
diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
6) Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi:
a) Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan
pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji
riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
b) Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi,
sebelum dan sesudah masuk RS.
c) Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan
sesudah sakit.
d) Personal hygiene
1. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3. Dikaji sebelum dan pada saat di RS
e) Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
1. Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien
berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS,
merasa rendah diri, mekanisme koping yang negative.
2. Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi
dengan masyarakat lain.
3. Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan frekuensi ibadah berkurang.

3. Klasifikasi Data

1) Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga,
mencakup hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri
pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun,
kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien
cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
2) Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau
penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri
tekan pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik.
4. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan
yang sama dengan masalah yang didapat pada klien.
N DATA ETIOLOGI MASALAH SCORE
O
1. Ds: Pasien mengeluh Menopause Nyeri akut berhubungan
nyeri pada bagian dengan proses inflamasi. 2
payudara. Penurunan hormon estrogen
Do: Pasien terlihat nyeri.
Jaringan mati
Skala nyeri 4-6.
Penumpukan jaringan mati

Penyumbatan pada saluran payudara

Melebarkan saluran di payudara

Kerusakan jaringan

Abses

Nyeri akut
2. Ds: Pasien merasakan Penyumbatan pada saluran payudara Resiko infeksi
adanya benjolan di berhubungan dengan 2
payudara. Melebarkan saluran di payudara kerusakan jaringan.
Do: Hasil rontgen ada
Kerusakan jaringan
benjolan di payudara.
TD : 130/80 mmHg Kemerahan, bengkak, benjolan
N : 65 x/menit
S : 39,5°C Resiko infeksi
RR : 20 x/menit
3. Ds : Pasien merasakan Penyumbatan pada saluran payudara Hipertemia berhubungan
suhu tubuhnya dengan respon inflamasi. 2
panas dan lemas. Melebarkan saluran di payudara
Do: Suhu tubuh 39,5°C.
Kerusakan jaringan

Abses

Respon inflamasi

Suhu tubuh meningkat

Hipertermia
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
3. Hipertemia berhubungan dengan respon inflamasi.

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
O Keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji tingkat nyeri 1. Membantu dalam S : Pasien mengeluh
berhubungan
S Telah dilakukan (keluhan nyeri, menentukan nyeri pada bagian
dengan tindakan lokasi, lamanya identifikasiderajat, payudara.
proses keperawatan dan intensitas ketidaknyamanan O : Skala nyeri 4-6.
inflamasi. selama 1x24 jam nyeri). dan dapat diberi A : Nyeri akut dapat
nyeri dapat 2. Berikan kompres tetapi yang tepat. teratasi.
teratasi. hangat. 2. Kompres hangat P : Intervensi
Kri Kriteria Hasil: 3. Ajarkan dan dapat menyebabkan dilanjutkan.
1. Nyeri mulai anjurkan klien vasodilatasi
berkurang/hil untuk melakukan sehingga aliran
ang. perawatan darah lancar.
2. Merasa payudara. 3. Dengan perawatan
nyaman. 4. Anjurkan klien yang benar dan
3. Dapat untuk tidak konsisten (tepat)
beraktivitas menggunakan dapat mengurangi
dengan penyangga yang rasa nyeri.
normal. terlalu ketat. 4. Penyangga yang
5. Kolaborasi dalam ketat dapat
pemberian menimbulkan rasa
analgetik dan nyeri.
antibiotic. 5. Antibiotik untuk
6. Kolaborasi dalam mencegah
melakukan penyebaran infeksi
insisiden biopsy secara berlebih dan
jika ada tumor. analgetik untuk
mengurangi nyeri.
6. Mencegah
komplikasi sejak
awal.
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji TTV dan 1. Peningkatan tanda S : Pasien merasakan
infeksi tindakan tanda-tanda vital dapat adanya benjolan
berhubungan keperawatan adanya infeksi. menunjukkan di payudara.
dengan selama 1x24 jam 2. Lakukan terjadinya infeksi. O : Hasil rontgen
kerusakan tidak terdapat perawatan luka/ 2. Perawatan luka yang ada benjolan
jaringan. tanda dan gejala abses dengan set steril dapat di payudara.
terjadinya infeksi. yang steril. mengurangi terjadi TD : 130/80 mmHg
Kriteria Hasil : 3. Kolaborasi pus atau resiko N : 65 x/menit
1. TTV dalam pemeriksaan infeksi. S : 39,5°C
batas darah lengkap. 3. Deteksi dini kondisi RR : 20 x/menit
normal 4. Kolaborasi dalam penyebaran infeksi A : Resiko infeksi
2. Mamae melakukan insisi/ pada tubuh ibu. dapat teratasi.
tidak merah biopsy dan 4. Untuk mengurangi P : Intervensi
dan regang pemberian abses dan dilanjutkan
lagi antibiotik. penyebaran infeksi.
3. Tidak ada 5. Berikan informasi 5. Menjaga personal
tanda infeksi pentingnya hygiene dapat
menjaga personal mencegah
hygiene. penyebaran infeksi
atau bakteri.
3. Hipertermia Setelah 1. Monitor suhu 1. Untuk mengetahui S : Pasien merasakan
berhubungan dilakukan tubuh suhu tubuh pasien. suhu tubuhnya
dengan tindakan 2. Monitor warna 2. Untuk mengetahui panas dan lemas.
respon kulit dan suhu
asuhan adanya perubahan O : Suhu tubuh
Inflamasi. tubuh.
keperawatan 3. Berikan kompres warna kulit. 39,5°C.
selama 1×24 dingin pada 3. Untuk membantu A : Hipertermia
jam diharapkan aksila dan lipatan menurunkan suhu dapat teratasi.
suhu tubuh paha, seka tubuh yang panas. P : Intervensi
dalam rentang dengan air 4. Untuk membantu dilanjutkan
normal (36ᵒC- hangat. menurunkan suhu
4. Kolaborasi
37ᵒC) dengan tubuh dengan teknik
pemberian
Kriteria hasil: antipiretik sesuai farmakologi.
1. Tidak ada anjuran 5. Untuk membantu
perubahan 5. Kolaborasi pemenuhan
warna pemberian cairan kebutuhan nutrisi.
kulit. intravena 6. Agar pasien lebih
2. Suhu 6. Anjurkan pasien nyaman dan
menggunakan
tubuh tidak mengurangi suhu
pakaian yang
melebihi tipis tubuhnya.
37°C
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Moyet, Lynda Juall. 2006. BukuSakuDiagnosaKeperawatan. Jakarta:


EGC
Doenges M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Jatiarso, Eko. 2012. Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis. Terdapat di :
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta.
Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai