Tonsilitis Akut
BAGIAN THT-KL
UNIVERSITAS JAMBI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Tonsillitis Akut
Oleh :
Reno Waisyah
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena denga rahmat-
Nya penulis menyelesaikan tugas pada Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Penyakit THT yang berjudul “Tonsilitis Akut”.
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Penyakit
THT, dan melihat penerapannya secara langsung di lapangan. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. Umi Rahayu, Sp.THT-KL
sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS .......................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12
BAB IV ANALISIS KASUS ........................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA . .................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain:
fosa tonsil, kapsul tonsil, plika triangularis. Tonsil berfungsi sebagai
filter/penyaring organisme yang berbahaya. Bila tonsil sudah tidak dapat
menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis.
Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang
disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Tonsilitis akut adalah radang akut pada
tonsil akibat infeksi kuman terutama Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus.
Jenis Streptokokus meliputi Streptokokus β hemolitikus, Streptokokus viridans dan
Streptokokus piogenes. Bakteri penyebab tonsilitis akut lainnya meliputi
Stafilokokus Sp., Pneumokokus, dan Hemofilus influenzae. Hemofilus influenzae
menyebabkan tonsilitis akut supuratif.
Tonsilitis akut paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5
tahun dan 10 tahun. Penyebarannya melalui droplet infection, yaitu alat makan dan
makanan.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
A. ANAMNESIS
I. HAL-HAL PENTING
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : +/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : +/+ Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri : +/- Bersin: - Trismus : - Sesak napas -
I. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum : Tampak sehat
- Kesadaran : compos mentis
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 36,8 °C
- Nadi : 102 x/menit
- TD : 120/80 mmHg
- Anemia : -/-
- Sianosis : -/-
- Stridor inspirasi : -/-
- Retraksi suprasternal :-
- Retraksi interkostal : -/-
- Retraksi epigastrial : -/-
a) Telinga
Inspeksi : edema (-) hiperemis (-) secret (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) pada retro-auricula, pre auricular, tragus
Nyeri saat di tarik daun telinga (+)
Hiperemis + -
b) Hidung
Polip - -
Korpus alineum - -
Fenomena palatum mole (-) (-)
c) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-) raghade (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-)
d) Faring
Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
e) Laringoskopi indirect
Hasil
Pangkal lidah
Epiglottis
Sinus piriformis
Sulcus arytenoid
Corda vocalis
Massa
Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Kanan Kiri
Nervus I Dbn Dbn
Nervus II Dbn Dbn
Nervus III, IV, VI Dbn Dbn
Nervus IX Dbn
Nervus X Dbn
Nervus XI Dbn
2.4. Diagnosis
Otitis Media Akut Stadium Perforasi
- Miringitis
- Efusi timpani serosa/membranosa
2.6. Tatalaksana
- Terapi
1. Paracetamol 500mg
2. Cuci telinga H2O2
3. Amoxicilin 3 x 500mg
2.7. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan pengobatan yang
diberikan.
- Memberitahukan pasien pentingnya follow up dan terapi yang adekuat.
- Memberitahukan pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
2.8.PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang
terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba
Eustachius.2
A. Tonsil Palatina1,2
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris,
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di
lateral orofaring. Dibatasi oleh:
Lateral – muskulus konstriktor faring superior
Fosa Tonsil1,2
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding
otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu
nervus glosofaringeal.
Pendarahan1,2,3
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-
cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan
cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina
asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan
cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri
lingualis dengan cabangnya arteri lingualis
dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub
bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian
posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi
oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan
arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung
dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul
tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal
Aliran getah bening1,2
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus
torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan
pembuluh getah bening aferen tidak ada
Persarafan1,2
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
Imunologi Tonsil1,2
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada
tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B
berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen
komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel
limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal
pada folikel ilmfoid.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama
yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai
organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.
C. Tonsil Lingual1,2
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata
TONSILITIS AKUT
A. DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi
melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis akut
adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.1
B. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :1,2
Streptokokus beta hemolitikus
Streptokokus viridans
Streptokokus piogenes
Virus influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet
infections )
Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa
tonsil yang terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan
limfoid yang disebut folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya
bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang
yang disebut kripta. Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak
dan membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan
mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini
disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear,
bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus
yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang
menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
faring hiperemis
nyeri tenggorok
edema faring
nyeri telan
pembesaran tonsil
sulit menelan
tonsil hiperemia
demam
mulut berbau
mual, anoreksia
otalgia ( sakit di telinga )
kelenjar limfa leher membengkak
malaise
E. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-
kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau
detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat
membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan.1,2
Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi.
Pembesaran tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 – T4. Cody& Thane (1993)
membagi pembesaran tonsil dalam ukuran berikut :
T1 = batas medial tonsil melewati pilar
anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula
T2 = batas medial tonsil melewati ¼
jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak
pilar anterior-uvula
T3 = batas medial tonsil melewati ½
jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak
pilar anterior-uvula
T4 = batas medial tonsil melewati ¾
jarak pilar anterior-uvula atau lebih.
F. DIAGNOSIS
Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir
50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang
dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu
menelan, rasa mengganjal di tenggorok, nafas bau, malaise, sakit pada
sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.
Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa
kripti terisi oleh detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi
eksudat (purulent) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut.
Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil,
biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil
sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus
tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan
derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus,
Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :6
Leukosit : terjadi peningkatan
Hemoglobin : terjadi penurunan
Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
H. KOMPLIKASI
Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses
peritonsil, abses parafaring dan otitis media akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik
dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan
infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut &
glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler
(plebitis).
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik
adalah :3
1. tonsilitis kronis
2. otitis media
I. PENATALAKSANAAN
- Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan
bila gejala berat.1
- Tonsilitis bakterial: antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin;
antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.1
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini telah dilaporkan seorang wanita berusia berusia 41 tahun yang
datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak ±1 hari SMRS. Nyeri
dirasakan mendadak. Pasien juga mengeluhkan demam ±1 hari SMRS, demam
timbul mendadak. Keluhan juga disertai dengan keluar cairan dari telinga ±10 jam
smrs. Setelah keluar cairan nyeri dan demam dirasakan berkurang, cairan awalnya
berwarna putih namun kemudian keluar cairan bewarna kekuningan. Pasien juga
mengeluhkan nyeri di telinga ketika membuka mulut sehingga pasien sulit untuk
makan dan berbicara. ±7 hari SMRS pasien mengeluhkan batuk dan pilek (+),
keluar ingus berwarna bening.
Hal tersebut diatas sesuai dengan definisi otitis media akut ialah peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan
sel-sel mastoid. OMA biasanya sering terjadi demam, nyeri telinga/otalgia, iritabel,
otorea, lethargy, anorexia dan vomiting. menunjukkan bahwa oma didiagnosis pada
anak-anak dengan bulging sedang hingga berat pada membrane timpani atau onset
awal dari otorea tanpa secondary dengan otitis eksterna.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Prognosis sangat tergantung
kepada tindakan pengobatan yang dilakukan dan komplikasi penyakitnya.
BAB V
KESIMPULAN
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain:
fosa tonsil, kapsul tonsil, plika triangularis. Tonsil berfungsi sebagai
filter/penyaring organisme yang berbahaya. Bila tonsil sudah tidak dapat
menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis.
Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang
disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis
tonsil lebih dari 3 bulan, setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang. Pada
umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang
berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada
tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal
di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau. Pada
pemeriksaan fisik tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan
jaringan parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan
beberapa kripti terisi oleh detritus.
Terapi pada tonsilitis kronis, berupa terapi lokal, ditujukan pada
higiene mulut dengan menggunakan obat kumur. Dapat juga dilakukan
tindakan operasi tonsilektomi sesuai dengan indikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :
Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi ketujuh. Jakarta
FKUI, 2012
2. Amina D, John V. Otitis, Media, Acute. NCBI. 2018. Available from URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
3. Puguh Setyo Nugroho, HMS Wiyadi, "Anatomi Dan Fisiologi Pendengaran
Perifer",.Vol.2,No.2, Mei – Agustus 2009. Available from URL:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklada99f6a28full.pdf
4. Ali Q, Yan L, Katherine B, John PB, Matija D. Update on otitis media –
prevention and treatment. Dove press. 2014 Available from URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3894142/
5. Jan Peter Thomas, Reinhard Berner, Thomas Zahnert, Stefan Dazert. Acute
Otitis Media—a Structured Approach. Deutsches Ärzteblatt International. 2014
;111(9). Available from URL :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3965963/pdf/Dtsch_Arztebl_
Int-111-0151.pdf