Anda di halaman 1dari 26

CASE REPORT SESSION

*Program Studi Profesi Dokter/ G1A219019/ Oktober 2019

** Pembimbing/ dr. Umi Rahayu, Sp.THT-KL**

Tonsilitis Akut

Reno Waisyah*, dr. Umi Rahayu, Sp.THT-KL**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN THT-KL

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Tonsillitis Akut

Oleh :
Reno Waisyah

Sebagai Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian THT-KL
Kedokteran Universitas Jambi
RSUD Raden Mattaher Jambi

Jambi, Oktober 2019


Pembimbing,

dr. Umi Rahayu, Sp.THT-KL


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena denga rahmat-
Nya penulis menyelesaikan tugas pada Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Penyakit THT yang berjudul “Tonsilitis Akut”.

Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Penyakit
THT, dan melihat penerapannya secara langsung di lapangan. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. Umi Rahayu, Sp.THT-KL
sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.

Penulis menyadari bahwa pemulisan tugas ini masih banyak kekurangan,


oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak yang membacanya. Semoga tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS .......................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12
BAB IV ANALISIS KASUS ........................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA . .................................................................................... 25
BAB I

PENDAHULUAN

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain:
fosa tonsil, kapsul tonsil, plika triangularis. Tonsil berfungsi sebagai
filter/penyaring organisme yang berbahaya. Bila tonsil sudah tidak dapat
menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis.
Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang
disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Tonsilitis akut adalah radang akut pada
tonsil akibat infeksi kuman terutama Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus.
Jenis Streptokokus meliputi Streptokokus β hemolitikus, Streptokokus viridans dan
Streptokokus piogenes. Bakteri penyebab tonsilitis akut lainnya meliputi
Stafilokokus Sp., Pneumokokus, dan Hemofilus influenzae. Hemofilus influenzae
menyebabkan tonsilitis akut supuratif.
Tonsilitis akut paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5
tahun dan 10 tahun. Penyebarannya melalui droplet infection, yaitu alat makan dan
makanan.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


- Nama : Nn. y
- Umur : 41 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Jelutung
- Agama : Islam
- Pendidikan : S1
- Pekerjaan : Guru
- Tanggal Pemeriksaan : 23 Mei 2019

2.2 Anamnesis
A. ANAMNESIS

Diambil secara : autoanamnesis

Pada tanggal : 14 Agustus 2012, Jam : 11.00 WIB

1. KELUHAN UTAMA: Penderita datang ke poliklinik THT RS


Muhammadiyah Palembang dengan keluhan rasa mengganjal di tenggorok
dan susah menelan yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, rasa mengganjal
di tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu
terakhir.

2. KELUHAN TAMBAHAN: batuk, pilek, hidung tersumbat, serak

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh batuk, pilek, hidung


tersumbat, demam, dan sakit kepala juga sering dirasakan. Keluhan hilang
timbul. Sejak 2 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorok dirasakan terus
menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. Penderita juga
mengeluhkan rasa sakit di tenggorok, nyeri menelan baik makanan padat
maupun cair, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan demam
yang dirasakan OS terutama ketika serangan. Sejak 1 bulan yang lalu keluhan
gangguan suara/suara serak, sukar membuka mulut, sesak nafas oleh penderita.
Penderita juga mengeluhkan saat tidur mendengkur (ngorok), rasa tercekik saat
tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak nafas, kadang dirasakan OS selama 2
minggu terakhir.
Dalam 3 bulan ini, keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan tersebut
dirasakan terutama setelah Penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas
atau minuman dingin dan terkadang keluhan tersebut akan hilang sendiri tanpa
pengobatan. Riwayat merokok disangkal oleh OS.
Sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan
disangkal oleh OS. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan
rasa penuh di telinga disangkal oleh OS. Keluhan jantung berdebar serta nyeri
persendian tidak ada. Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga disangkal. Mata
merah, mata berair, gatal-gatal dan kemerahan di kulit juga disangkal oleh OS.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU DAN PENGOBATAN

- OS mengeluhkan penyakit/keluhan yang sama sejak 3 bulan yang lalu, yang


dirasakan hilang timbul.
- Sebelumnya penderita belum mengobati keluhan-keluhan tersebut ke dokter
maupun ke bidan. Hanya obat beli di warung saja, yaitu obat penurun panas
dan obat batuk.
- Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis dan asthma disangkal oleh
OS.
- Riwayat alergi obat, makanan, debu/ udara dingin disangkal oleh OS.
- Riwayat dirawat di RS, operasi THT 3 bulan yang lalu karena keluar carian
putih kental dari telinga kiri. Sebelumnya di beri obat tetes dan antibiotik.
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan rasa nyeri di telinga kanan.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke Poli RSUD Raden mattaher dengan keluhan nyeri pada
telinga kanan sejak ±1 hari SMRS. Nyeri dirasakan mendadak. Pasien juga
mengeluhkan demam ±1 hari SMRS, demam timbul mendadak. Keluhan juga
disertai dengan keluar cairan dari telinga ±10 jam smrs. Setelah keluar cairan nyeri
dan demam dirasakan berkurang, cairan awalnya berwarna putih namun kemudian
keluar cairan bewarna kekuningan. Pasien juga mengeluhkan nyeri di telinga ketika
membuka mulut sehingga pasien sulit untuk makan dan berbicara. ±7 hari SMRS
pasien mengeluhkan batuk dan pilek (+).

Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan yang sama (-), Hipertensi (-), DM (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-).

I. HAL-HAL PENTING
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : +/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : +/+ Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri : +/- Bersin: - Trismus : - Sesak napas -

Bengkak : +/- Dingin/Lembab: - Ptyalismus : - Rasa sakit :-


Otore : -/- Debu Rumah: - Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal :-
Tuli : -/- Berbau: - Rasa Berlendir : -
Tinitus : -/- Mimisan: -/- Rasa Kering : -
Vertigo : -/- Nyeri Hidung: -
+Mual :- Suara sengau: -
Muntah : -

I. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum : Tampak sehat
- Kesadaran : compos mentis
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 36,8 °C
- Nadi : 102 x/menit
- TD : 120/80 mmHg
- Anemia : -/-
- Sianosis : -/-
- Stridor inspirasi : -/-
- Retraksi suprasternal :-
- Retraksi interkostal : -/-
- Retraksi epigastrial : -/-

a) Telinga
Inspeksi : edema (-) hiperemis (-) secret (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) pada retro-auricula, pre auricular, tragus
Nyeri saat di tarik daun telinga (+)

Daun Telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -

Liang Telinga Kanan Kiri


Atresia - -
Serumen prop - -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -

Hiperemis + -

Membrana Timpani Kanan Kiri


Hiperemis Sulit dinilai -
Retraksi Sulit dinilai -
Bulging Sulit dinilai -
Atropi Sulit dinilai -
Perforasi Sulit dinilai -
Bula Sulit dinilai -
Sekret Sulit dinilai -

Retro-aurikular Kanan Kiri


Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Nyeri tekan + -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Nyeri tekan + -

b) Hidung

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri


Vestibulum nasi Hiperemis (-), livide (-) Hiperemis (-), livide (-)
Kavum nasi Dbn Dbn

Selaput lender Dbn Dbn

Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)


Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis (-) Hipertrofi (-), hiperemis (-)
Meatus nasi inferior Dbn Dbn

Polip - -
Korpus alineum - -
Fenomena palatum mole (-) (-)

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


Kavum nasi - -
Selaput lender - -
Koana - -
Septum nasi - -
Konka superior - -
Adenoid - -
Massa tumor - -
Fossa rossenmuller - -
Transiluminasi Sinus Kanan Kiri
Tidak dilakukan

c) Mulut

Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-) raghade (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-)

Gigi Karies (-)


Kelenjar ludah Dbn

d) Faring

Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah

Palatum mole Hiperemis (-)

Palatum durum Hiperemis (-)


Plika anterior Hiperemis (-)

Plika posterior Hiperemis (-)


Tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-)

e) Laringoskopi indirect

Hasil
Pangkal lidah
Epiglottis

Sinus piriformis

Aritenoid Tidak dilakukan

Sulcus arytenoid

Corda vocalis
Massa

f) Kelenjar Getah Bening Leher

Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn

Regio II Dbn Dbn


Regio III Dbn Dbn

Regio IV Dbn Dbn


Regio V Dbn Dbn

Regio VI Dbn Dbn


area Parotis Dbn Dbn

Area postauricula Dbn Dbn

Area occipital Dbn Dbn

Area supraclavicula Dbn Dbn

g) Pemeriksaan Nervi Craniales

Kanan Kiri
Nervus I Dbn Dbn
Nervus II Dbn Dbn
Nervus III, IV, VI Dbn Dbn

Nervus V Dbn Dbn

Nervus VII Dbn Dbn

Nervus IX Dbn

Nervus X Dbn

Nervus XI Dbn

Nervus XII Dbn

II. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri


Tes rinne + +
Tes weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Tes schwabach Sama dgn pemeriksa/N Sama dgn pemeriksa/N

 Kesimpulan : telinga normal


PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.4. Diagnosis
Otitis Media Akut Stadium Perforasi

2.5. Diagnosis Banding

- Miringitis
- Efusi timpani serosa/membranosa
2.6. Tatalaksana
- Terapi
1. Paracetamol 500mg
2. Cuci telinga H2O2
3. Amoxicilin 3 x 500mg
2.7. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan pengobatan yang
diberikan.
- Memberitahukan pasien pentingnya follow up dan terapi yang adekuat.
- Memberitahukan pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
2.8.PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang
terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba
Eustachius.2

A. Tonsil Palatina1,2
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris,
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di
lateral orofaring. Dibatasi oleh:
 Lateral – muskulus konstriktor faring superior

 Anterior – muskulus palatoglosus

 Posterior – muskulus palatofaringeus

 Superior – palatum mole

 Inferior – tonsil lingual


Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat
dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat
retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting
mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur
pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan
pusat germinal

Fosa Tonsil1,2
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding
otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu
nervus glosofaringeal.

Pendarahan1,2,3
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-
cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan
cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina
asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan
cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri
lingualis dengan cabangnya arteri lingualis
dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub
bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian
posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi
oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan
arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung
dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul
tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal
Aliran getah bening1,2
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus
torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan
pembuluh getah bening aferen tidak ada

Persarafan1,2
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.

Imunologi Tonsil1,2
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada
tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B
berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen
komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel
limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal
pada folikel ilmfoid.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama
yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai
organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.

B. Tonsil Faringeal (Adenoid)1


Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring
terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.

C. Tonsil Lingual1,2
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata
TONSILITIS AKUT

A. DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi
melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis akut
adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.1

B. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :1,2
 Streptokokus beta hemolitikus
 Streptokokus viridans
 Streptokokus piogenes
 Virus influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet
infections )

C. Patologi Tonsilitis Akut

Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa
tonsil yang terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan
limfoid yang disebut folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya
bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang
yang disebut kripta. Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak
dan membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan
mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini
disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear,
bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus
yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang
menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.

Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran)


yang menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis
akut didiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis,
tonsilitis difteri, dan scarlet fever.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
 faring hiperemis
 nyeri tenggorok
 edema faring
 nyeri telan
 pembesaran tonsil
 sulit menelan
 tonsil hiperemia
 demam
 mulut berbau
 mual, anoreksia
 otalgia ( sakit di telinga )
 kelenjar limfa leher membengkak
 malaise

E. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-
kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau
detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat
membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan.1,2
Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi.
Pembesaran tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 – T4. Cody& Thane (1993)
membagi pembesaran tonsil dalam ukuran berikut :
T1 = batas medial tonsil melewati pilar
anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula
T2 = batas medial tonsil melewati ¼
jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak
pilar anterior-uvula
T3 = batas medial tonsil melewati ½
jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak
pilar anterior-uvula
T4 = batas medial tonsil melewati ¾
jarak pilar anterior-uvula atau lebih.

F. DIAGNOSIS

Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok.


Kemudian berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan.
Makin lama rasa nyeri ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak
mau makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi
dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus
glossofaringeus (IX).
Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan
nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien
terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini
disebut plummy voice. Mulut berbau busuk (foetor ex ore) dan ludah menumpuk
dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus). Pemeriksaan tonsilitis
akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat detritus yang memenuhi
permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran. Ismus
fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga
tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang
angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:

Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir
50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang
dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu
menelan, rasa mengganjal di tenggorok, nafas bau, malaise, sakit pada
sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.
Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa
kripti terisi oleh detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi
eksudat (purulent) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut.
Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil,
biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil
sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus
tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan
derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus,
Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :6
 Leukosit : terjadi peningkatan
 Hemoglobin : terjadi penurunan
 Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

H. KOMPLIKASI
Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses
peritonsil, abses parafaring dan otitis media akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik
dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan
infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut &
glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler
(plebitis).
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik
adalah :3
1. tonsilitis kronis
2. otitis media

I. PENATALAKSANAAN
- Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan
bila gejala berat.1
- Tonsilitis bakterial: antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin;
antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.1
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini telah dilaporkan seorang wanita berusia berusia 41 tahun yang
datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak ±1 hari SMRS. Nyeri
dirasakan mendadak. Pasien juga mengeluhkan demam ±1 hari SMRS, demam
timbul mendadak. Keluhan juga disertai dengan keluar cairan dari telinga ±10 jam
smrs. Setelah keluar cairan nyeri dan demam dirasakan berkurang, cairan awalnya
berwarna putih namun kemudian keluar cairan bewarna kekuningan. Pasien juga
mengeluhkan nyeri di telinga ketika membuka mulut sehingga pasien sulit untuk
makan dan berbicara. ±7 hari SMRS pasien mengeluhkan batuk dan pilek (+),
keluar ingus berwarna bening.

Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Nn.S dan didapatkan hasil


keadaan umum dalam batas normal, tampak adanya bulging dan perforasi pada
membrane timpani dan terdapat otorea berwarna kekuningan.

Hal tersebut diatas sesuai dengan definisi otitis media akut ialah peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan
sel-sel mastoid. OMA biasanya sering terjadi demam, nyeri telinga/otalgia, iritabel,
otorea, lethargy, anorexia dan vomiting. menunjukkan bahwa oma didiagnosis pada
anak-anak dengan bulging sedang hingga berat pada membrane timpani atau onset
awal dari otorea tanpa secondary dengan otitis eksterna.

Penatalaksanaan pada pasien ini adalah cuci telinga dengan menggunakan


H2O2, antibiotic yaitu amoxicillin 3 x 500mg dan pemberian paracetamol sebagai
analgetik

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Prognosis sangat tergantung
kepada tindakan pengobatan yang dilakukan dan komplikasi penyakitnya.
BAB V
KESIMPULAN

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain:
fosa tonsil, kapsul tonsil, plika triangularis. Tonsil berfungsi sebagai
filter/penyaring organisme yang berbahaya. Bila tonsil sudah tidak dapat
menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis.
Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang
disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis
tonsil lebih dari 3 bulan, setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang. Pada
umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang
berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada
tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal
di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau. Pada
pemeriksaan fisik tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan
jaringan parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan
beberapa kripti terisi oleh detritus.
Terapi pada tonsilitis kronis, berupa terapi lokal, ditujukan pada
higiene mulut dengan menggunakan obat kumur. Dapat juga dilakukan
tindakan operasi tonsilektomi sesuai dengan indikasinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :
Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi ketujuh. Jakarta
FKUI, 2012
2. Amina D, John V. Otitis, Media, Acute. NCBI. 2018. Available from URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
3. Puguh Setyo Nugroho, HMS Wiyadi, "Anatomi Dan Fisiologi Pendengaran
Perifer",.Vol.2,No.2, Mei – Agustus 2009. Available from URL:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklada99f6a28full.pdf
4. Ali Q, Yan L, Katherine B, John PB, Matija D. Update on otitis media –
prevention and treatment. Dove press. 2014 Available from URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3894142/
5. Jan Peter Thomas, Reinhard Berner, Thomas Zahnert, Stefan Dazert. Acute
Otitis Media—a Structured Approach. Deutsches Ärzteblatt International. 2014
;111(9). Available from URL :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3965963/pdf/Dtsch_Arztebl_
Int-111-0151.pdf

Anda mungkin juga menyukai