Anda di halaman 1dari 15

Model pembelajaran matematika Knisley (MPMK) adalah model pembelajaran

yang dikembangkan Jeff Knisley atas dasar teori belajar Kolb Learning Style (KLS)

yang berpendapat bahwa gaya belajar siswa dalam memahami pengalaman yaitu

pengalaman konkret dan konseptualisasi abstrak, serta dua pendekatan dalam mengubah

pengalaman. Selain itu, pada setiap individu memiliki kecenderungan dalam belajar

yang dijelaskan dalam learning cycle atau lingkaran pembelajaran. Gaya belajar David

Kolb memuat empat kuadran kecenderungan seseorang dalam proses belajar (Ghufron

& Risnawati, 2014 : 17) yaitu :

1. Kuadran perasaan/ pengalaman konkret (concrete experience) yaitu dimana individu

belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman konkrit, lebih

mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain.

Dalam proses belajar, individu cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi

terhadap perubahan yang dihadapi.

2. Kuadran pengamatan/ refleksi pengamatan (reflection observation) yaitu dimana

individu belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai,

menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak hal-hal yang

diamati. Dalam proses belajar, individu akan menggunakan pikiran dan perasaannya

untuk membentuk opini atau pendapat.

3. Kuadran pemikiran/konseptualisasi abstrak (abstact conceptualization) yaitu

individu belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide -

ide, merencanakan secara sistematis dan pemahaman intelektual dari situasi atau

perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, individu akan mengandalkan


perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapinya.

4. Kuadran tindakan/ eksperimen aktif (active experimentation) yaitu dimana individu

belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan

tugas, dan berani mengambil resiko. Dalam proses belajar, individu akan

menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada

orang lain dan prestasinya.

Korespondensi atau bisa dikatakan hubungan antara gaya belajar Kolb dan

aktivitas pebelajar menurut interpretasinya dalam konteks matematika (Knisley,

2003 : 9) diantaranya gaya belajar kongkrit-reflektif berkorespondensi dengan

aktivitas pebelajar sebagai allegorizer, gaya belajar kongkrit-aktif berkorespondensi

dengan aktivitas pebelajar sebagai integrator, gaya belajar abstrak-reflektif

berkorespondensi dengan aktivitas pebelajar sebagai analiser, dan gaya belajar

abstrak-aktif berkorespondensi dengan aktivitas pebelajar sebagai sinteser.

Sehingga pada tiap-tiap tahapan pembelajaran, guru memiliki peran yang

berbedabeda. Ketika siswa melakukan konkrit-reflektif, guru bertindak sebagai

storyteller (pencerita). Ketika siswa melaksanakan konkrit-aktif, guru bertindak

sebagai pembimbing dan motivator. Ketika siswa sedang melakukan abstrak-

reflektif, guru berperan sebagai narasumber dengan menjustifikasi tentang konsep-

konsep baru melalui penjelasan yang masuk akal agar mendapat suatu kesimpulan

yang logis. Dan ketika siswa melakukan abstrak-aktif, guru berperan sebagai coach

(pelatih). Pada prosesnya, model pembelajaran Knisley (MPMK) memiliki empat

tahap yang dijabarkan dalam beberapa langkah pembelajaran.


Tahap dan langkah pembelajaran Knisley mengarahkan siswa dalam

membangun pemahamannya secara mandiri. Empat tahapan model pembelajaran

matematika Knisley sebagai berikut.

1. Pada tahap allegorisasi, siswa dituntun untuk dapat merumuskan konsep baru

secara figuratif dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah diketahui dengan

baik. Pada tahap ini, siswa belum dapat membedakan konsep baru dengan

konsep lama yang telah dikuasai.

2. Pada tahap integrasi, Siswa merealisasikan suatu konsep sebagai sesuatu yang

baru, dianggap belum mengetahui bagaimana menghubungkan dengan apa yang

telah diketahuinya. Lalu melakukan perbandingan, pengukuran dan eksplorasi

untuk membedakan konsep baru yang telah diketahui. Selanjunya siswa diberi

tugas yang bersifat mengeksplorasi karakteristik dari konsep baru, sehingga

siswa dapat dengan baik mengaitkan hubungan konsep baru dengan konsep

lama.

3. Pada tahap analisis, aiswa menghubungkan konsep baru dengan konsep yang

telah diketahuinya, tetapi mereka kekurangan informasi yang diperlukan untuk

membuat ciri yang khas (unik) dari konsep itu. Sehingga siswa perlu membuat

atau memilih pernyataan yang terkait dengan konsep baru, memberi contoh

kontra untuk menyangkal pernyataan yang salah dan membuktikan pernyataan

yang benar bersama-sama dengan guru. Pada tahap ini konsep baru menjadi

bagian dari pengetahuan yang telah ada.

4. Pada tahap sintesis, Siswa melakukan latiha setelah menguasai konsep dan dapat

menggunakannya untuk memecahkan masalah, mengembangkan strategi, dan


menciptakan allegoris karena konsep baru dengan ciri khas yang unik telah

menjadi alat dalam mengembangkan strategi dalam melakukan allegorisasi

kembali. Tahap sintesis meliputi penguasaan topik, konsep baru menjadi suatu

alat. Siswa dapat menggunakannya untuk mengembangkan strategi individu

untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran ini membentuk siklus di

setiap tahapnya. Siklus dari model pembelajaran matematika Knisley (MPMK).

Abstrak - Aktif Konkret - Aktif

Abstrak - Relatif
C. Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK)

MPMK dikembangkan atas teori gaya belajar dari Kolb yang berpendapat,

a student’s learning style is determined by two faktors – whether the student

prefers the concrete to the abstract, and whether the sudent prefers active

experimentation to reflective observation (Knisley, 2003:1).

Kedua dimensi gaya belajar ini menghasilkan empat gaya belajar yaitu :

Concrete, reflective: Those who build on previous experience. Concrete, active:

Those who learn by trial and error. Abstract, reflective: Those who learn from

detailed explanations. Abstract, active: Those who learn by developing individual

strategies. ( Knisley, 2003 : 2).

Salah satu model pembelajaran yang selaras dengan proses pembelajaran

yang dituntut oleh kurikulum 2013 adalah Model Pembelajaran Matematika yang

pernah dikembangkan oleh Knisley disebut Model Pembelajaran Matematika

Knisley (MPMK).

Menurut Knisley (2003) Model Pembelajaran ini terdiri dari empat tahap,

tahap pembelajaran yang dapat membimbing siswa dalam mengkonstruksi konsep

pembelajaran matematika .

Tahap-tahap tersebut antara lain:

a. Kongkrit-reflektif yaitu guru menjelaskan konsep secara figuratif dalam konteks

yang familiar berdasarkan istilah-istilah yang terkait dengan konsep yang telah

diketahui siswa.
b. Kongkrit-aktif yaitu guru memberikan tugas dan dorongan agar siswa melakukan

eksplorasi, percobaan, mengukur, atau membandingkan sehingga dapat

membedakan konsep baru ini dengan konsepkonsep yang telah diketahuinya.

c. Abstrak-reflektif yaitu siswa membuat atau memilih pernyataan yang terkait dengan

konsep baru, memberi contoh kontra untuk menyangkal pernyataan yang salah, dan

membuktikan pernyataan yang benar bersama-sama dengan guru berdasarkan

penjellasan secara rinci.

d. Abstrak-aktif yaitu siswa melakukan practice (latihan) menggunakan konsep baru

untuk memecahkan masalah dan mengembangkan strategi.

Keunggulan Model Pembelajaran Matematika Knisley terletak pada tahap-tahap

pembelajarannya yang terstruktur, dimana pengalaman belajar yang diperoleh siswa

akan lebih tahan lama dalam memori karena siswa membangun sendiri

pengetahuannya, pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran 15 matematika.

Menurut Mulyana (2010: 8) MPMK berpengaruh baik terhadap peningkatan

pemahaman matematika siswa pada sekolah level bawah. Pada sekolah level sedang,

MPMK berpengaruh baik terhadap peningkatan conceptual understanding, dan

secara keseluruhan MPMK berpengaruh baik terhadap conceptual understanding

dan adaptive reasoning.


Berdasarkan hasil penelitian studi kasus untuk mata kuliah seminar pendidikan

di IKIP Siliwangi oleh peneliti sendiri yang belum di publish mendapatkan hasil

yaitu sebagai berikut.

1. Siswa yang memperoleh materi pembelajaran aritemtika sosial melalui

pendekatan saintifik dengan model pembelajaran matematika knisley mencapai

ketuntasan individual akan tetapi tidak mencapai ketuntasan klasikal

2. Siswa yang memperoleh materi pembelajaran aritemtika sosial melalui

pendekatan saintifik dengan model pembelajaran matematika knisley lebih baik

dalam pemahaman konsep matemtika tetapi siswa belum dapat sepenuhnya

menganalis soal dengan baik

3. Siswa yang memperoleh materi pembelajaran aritemtika sosial melalui

pendekatan saintifik dengan model pembelajaran matematika knisley

mendapatkan respon yang positif dari sebagian besar siswa.

4. Dari penelitian terdahulu diatas persamaannya adalah model pembelajaran yang

digunakan, yaitu Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK).

Sedangkan perbedaannya adalah dari kemampuan yang digunakan yaitu

kemampuan pemahaman konsep matematis siwa.

Persamaan penelitian terdahulu oleh Puji Nurfauziah dan Vina Triyana Dewi

(Vol. 7, No. 3 (2018) 356-362) yang diteliti adalah dari model pembelajaran

yaitu Model Pembelajaran Matematika Knisley (MPMK). Mereka mengambil

populasi di salah satu perguruan tinggi meneliti kesukaran dalam materi

trigonometri. Peneliti menggunakan strategi MPMK yaitu model pembelajaran

yang bermakna dan menitikberatkan pada diskusi mahasiswa, sebagai cara untuk
mahasiswa menemukan konsep baru terhadap materi yang sedang diajarkan.

Adapun bahan ajar menggunakan 5 butir soal essay. Pembelajaran berlangsung

secara individu dengan mengikuti langkah-langkah pada MPMK. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil konsep materi trigonimetri. Peneliti

mendapatkan hasil bahwa dengan menggunakan bahan ajar trigonometri dengan

model matematika knisley, mahasiswa menemukan konsep berdasarkan analisis

gambar yang berdasar pada pengetahuan sebelumnya mengenai materi yang

diteliti.

Pembelajaran dengan model matematika knisley lebih efektif daripada

pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan penalaran

(Kusumayanti & Wutsqa, 2016), selain hal tersebut pembelajaran dengan model

matematika knisley juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

(Romadoni, 2016).

Romadoni, E. M. C. (2016). IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN MATEMATIKA KNISLEY ( MPMK ) DALAM UPAYA

MENINGKATKAN. PROSIDING Universitas Muhamamadiyah Surakarta,

(Knpmp I), 570–579.

Dedy, E., Mulyana, E., & Sudihartinih, E. (2012). Pengembangan Bahan Ajar

Kalkulus Vektor berdasarkan Model Pembelajaran Matematika knisley Sebagai


Upaya Meningkatkan Kompetensi Matematika Mahasiswa. Pythagoras: Jurnal

Pendidikan Matematika, 7(1)

Ghufron, M. N., & Risnawita, R. (2014). Gaya Belajar Kajian Teoritik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Model Pembelajaran Matematika Knisley

a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Trianto adalah suatu perencanaan atau

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang

akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuantujuan pengajaran, tahap-tahap

dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan

kelas.Model pembelajaran digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar

secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan materi

pembelajaran. Fungsi model pembelajaran yaitu sebagai pedoman bagi para

pendidik maupun perancang pengajaran dalam proses dilaksanakannya suatu

pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh

sifat dari materi diajarkan, tujuan pembelajaran tersebut, serta tingkat

kemampuan dari peserta didik. Berdasarkan penjelasan yang telah

disebutkan sebelumnya, model pembelajaran adalah suatu kerangka

konseptual yang memaparkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar serta berfungsi sebagai

pedoman bagi para pengajar.

Model pembelajaran Knisley adalah model pembelajaran yang

dikembangkan oleh Jeff Knisley. Jeff Knisley adalah seorang asisten

profesor matematika di East Tennessee State University. Jeff Knisley

mengembangkan model pembelajaran ini dalam perkuliahan matematika

(Kalkulus dan Statistika). Knisley mengembangkan model pembelajaran ini


dengan cara mengadopsi dari model pembelajaran David Kolb yang lebih

dikenal dengan Kolb’s model atau experiential learning milik David Kolb

dalam jurnal penelitiannya yang berjudul A Four-Stage Model of

Mathematical Learning. Knisley menganggap bahwa model pembelajaran

David Kolb merupakan gaya belajar matematika. Model pembelajaran

Knisley mengacu pada model pembelajaran David Kolb yang berpendapat

bahwa: “Gaya belajar seorang peserta didik ditentukan oleh dua faktor:

peserta didik lebih memilih konkret ke abstrak dan peserta didik lebih

tertarik percobaan aktif dan pengamatan reflektif”. Kedua dimensi gaya

belajar tersebut menghasilkan empat gaya belajar, yaitu, konkret-reflektif

adalah belajar berdasarkan atas pengalaman yang telah dimiliki pembelajar,

konkret-aktif adalah belajar melalui trial and eror (coba-coba), abstrak-

reflektif adalah belajar melalui penjelasan secara rinci, dan abstrak-aktif

adalah belajar mengembangkan strategi sendiri. Maka dari itu, keempat gaya

belajar tersebut merupakan kombinasi dari kedua faktor yaitu konkret-

reflektif, konkret-aktif, abstrak-reflektif dan abstrak-aktif. Gaya belajar Kolb

dapat diinterpretasikan sebagai tahap belajar matematika. Selanjutnya dapat

disebutkan seluruh tahapan pada Model Pembelajaran Matematika Knisley

menyiratkan pembelajaran matematika berdasarkan pengetahuan yang

terstruktur dengan baik dan menghubungkan konsep baru dengan

pengetahuan peserta didik sebelumnya. Menurut Knisley, empat tahap

pembelajaran yang berbeda untuk memperoleh konsep baru yaitu,

allegorisasi, integrasi, analisis, dan sintesis.


Langkah-Langkah Model Pembelajaran Matematika Knisley

Berikut langkah-langkah model pembelajaran matematika Knisley:

a. Allegorisasi, yaitu suatu konsep baru dikemas dalam konteks familiar

lalu dihubungkan dengan konsep yang telah diketahui berdasarkan

pengalaman yang telah dimiliki mahasiswa sebelumnya. Pada tahap ini,

mahasiswa belum mampu membedakan konsep baru dari konsep-konsep

yang dikenal.

b. Integrasi, yaitu perbandingan, pengukuran, dan eksplorasi digunakan

untuk membedakan konsep baru dari konsep yang dikenal lalu belajar

melalui coba-coba. Pada tahap ini, mahasiswa menyadari sebuah konsep

baru tetapi tidak tahu bagaimana kaitannya dengan apa yang sudah

diketahui.

c. Analisis, yaitu konsep baru menjadi bagian dari pengetahuan, lalu belajar

melalui penjelasan secara rinci. Pada tahap ini, mahasiswa dapat

mengaitkan konsep baru dengan konsep yang dikenal.

d. Sintesis, yaitu konsep baru telah terbentuk, mahasiswa belajar

mengembangkan strategi sendiri dan menjadi alat untuk strategi

pengembangan. Pada tahap ini, mahasiswa melakukan practice (latihan)

menggunakan konsep baru untuk memecahkan masalah.

Kelebihan Model Pembelajaran Matematika Knisley

a. Memudahkan untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman pada

mahasiswa selama pembelajaran berlangsung, karena model


pembelajaran matematika Knisley menggunakan pandangan learning as

understanding.

b. Model pembelajaran matematika Knisley memuat aktivitas mengamati,

menanya, mencoba, mengasosiasikan, mengkomunikasikan yang sesuai

dengan pendekatan saintifik.

c. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak tegang.

Kekurangan Model Pembelajaran Matematika Knisley Jika pertama kali

menggunakan model pembelajaran matematika Knisley, peserta didik akan

mengalami kesulitan beradaptasi saat melakukan langkah-langkahnya.

Pengembangan Modul menggunakan Model Knisley Pengembangan

bahan ajar berbentuk modul menggunakan model pembelajaran matematika

Knisley adalah pengembangan bahan ajar yang berbentuk sebuah modul

cetak yang akan digunakan dalam perkuliahan berupa selembaran-

selembaran yang berisi materi dimulai dari materi dasar, konsep yang telah

diketahui sebelumnya, konsep baru, contohcontoh soal, dan evaluasi berupa

latihan-latihan soal.

Pengembangan modul menggunakan model pembelajaran matematika

Knisley ini dapat dijadikan referensi dalam perkuliahan. Pengembangan

modul ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan bahan ajar.

Modul ini disusun secara terstruktur dan sistematis dengan menggunakan

langkah-langkah model pembelajaran matematika Knisley, yaitu : a. Pada

tahap Allegorisasi, disusun isi materi dasar. b. Pada tahap Integrasi, terdapat

materi berbentuk konsep yang telah dipelajari sebelumnya. c. Pada tahap


Analisis, terdapat materi berbentuk konsep baru yang masih berkaitan

dengan konsep yang telah dipelajari sebelumnya. d. Pada tahap Sintesis,

terdapat latihan-latihan soal yang berhubungan dengan konsep yang telah

dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai