Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan
predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap
dengan makna intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca
titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal
ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian
kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk lengkap dengan makna menunjukkan
sebuah kalimat harus mengandun pokok pikiran yang lengkap sebagai
pengungkap maksud penuturannya hal ini menunjukkan bahwa penguasaan
bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak ditentukan oleh
penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang memadai.

Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai
penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa,
klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk berkomunikasi.
Sehingga pentinglah pemahaman mengenai sintaksis sebagai sebuah cabang
linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar
komunikasi menjadi efektif dan efisien.

Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakaiannya secara


tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya,
unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya,
unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam ini dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah. (Mustakim,1994:86).
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Tata Kalimat ?


2. Apa saja ciri-ciri tata kalimat ?
3. Apa saja macam-macam dan Fungsi kalimat ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tata kalimat


2. Untuk mengetahui ciri-ciri tata kalimat
3. Untuk mengetahui macam-macam dan fungsi kalimat

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tata Kalimat


Tata dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kaidah, aturan, dan susunan;
cara menyusun; sistem (biasanya digunakan dalam kata majemuk).
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud
tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda
tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan
kalimat perintah.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus
memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua
unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa.
Tata kalimat adalah kaidah penyusunan kata sehingga menjadi kalimat yang baik
dan benar dan mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran.

2.2 Ciri-ciri Tata Kalimat


Syarat sebagai kalimat, salah satu syaratnya adalah kelengkapan unsur kalimat,
yaitu subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap.
1) Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda),
sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Kata atau
beberapa kata dapat berfungsi sebagai subjek apabila kata atau beberapa kata
tersebut menandai pertanyaan: apa yang dikatakan oleh pembicara (penulis
atau pembicara). Subjek memiliki beberapa ciri:
1. Dalam kalimat runtut (bukan inversi), subjek berada sebelum (di
sebelah kiri) predikat.
2. Unsur pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nomina,
frasa nominal, atau klausa, namun pada beberapa kalimat lain, ada pula
subjek yang berkategori lain.

Contoh :
 Hasan mahasiswa pandai.
 Anak itu belum makan.
 Yang tidak ikut upacara akan ditindak.
 Berjalan kaki menyehatkan badan.
Kata atau beberapa kata yang dicetak miring pada kalimat di atas adalah
subjek. Subjek pada kalimat (1) adalah nomina, pada kalimat (2) berbentuk
frasa nominal, pada kalimat (3) klausa, dan pada kalimat (4) berkategori
verba.
Jika unsur subjek lebih panjang dari unsur predikatnya, subjek sering juga
diletakkan di akhir kalimat, seperti pada contoh berikut ini.
 Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
 Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Subjek yang berupa orang kedua atau orang pertama jamak pada kalimat
imperatif (perintah) sering dihilangkan seperti pada kalimat berikut:
 Tolong (kamu) bersihkan papan tulis ini.
 Mari (kita) makan.
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu
dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut:
 Anak itu menghabiskan kue saya. (subjek)
 Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu. (Pel.)
2) Predikat
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu, melakukan (tindakan) apa
atau keadaan bagaimana subjek, sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula
mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S.
Dalam kalimat biasa (bukan inversi), predikat terletak sesudah subjek.
Predikat kalimat dapat menduduki hampir semua kategori, termasuk bentuk
frasanya. Namun demikian, dalam kalimat biasa, predikat kebanyakan berupa
verba atau frasa verbal dan adjektiva atau frasa adjektival.
Contoh :
 Ayah tidur di kamar.
 Ayah sedang tidur di kamar.
 Orang itu cantik.
 Orang itu sangat cantik.
 Ayahku guru bahasa Indonesia.
3) Objek dan Pelengkap
Objek dan pelengkap dalam kalimat berada sesudah predikat yang berkategori
verba. Objek dan pelengkap biasanya berkategori nomina. Perhatikan kalimat
berikut:
1. Pak tani menanam
2. Pak tani bertanam jagung.
Untuk menentukan apakah nomina jagung yang berada di belakang predikat
kalimat a dan b termasuk objek atau pelengkap, dapat dilakukan dengan cara
memastikan mungkin tidaknya nomina tersebut diletakkan di depan kalimat
sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif. Ternyata,
hanya kata jagung pada kalimat a yang dapat diletakkan di awal kalimat
sehingga berfungsi sebagai subjek setelah kalimat tersebut diubah menjadi
kalimat pasif seperti pada kalimat berikut ini.
 Jagung ditanam pak tani.
Hal seperti ini tidak terjadi pada kalimat b. Dengan demikian,
kata jagung pada kalimat a adalah objek, sedang pada kalimat b adalah
pelengkap.
Contoh lain:
Ibu akan membelikan adik sepatu baru.
Nomina di belakang predikat pada kalimat tersebut ada dua buah,
yaitu adik dan sepatu baru. Mana di antara kedua nomina tersebut yang
tergolong objek? Untuk menentukan mana yang termasuk objek dan mana
yang termasuk pelengkap, kita kembali menggunakan kaidah di atas. Mana di
antara dua nomina tersebut yang dapat dijadikan sebagai subjek jika kalimat
tersebut diubah menjadi kalimat pasif, maka nomina itulah yang berfungsi
sebagai objek. Jika nomina tersebut tidak dapat dijadikan sebagai subjek pada
kalimat pasif berarti tergolong sebagai pelengkap. Perhatikan kalimat pasif
yang nomina sesudah predikatnya diubah menjadi subjek pada kalimat pasif
berikut:
1. Adik akan dibelikan sepatu baru oleh ibu.
2. Sepatu baru akan dibelikan adik oleh ibu.
Kalimat pasif a) adalah kalimat yang diterima, sedang kalimat pasif b)
adalah kalimat yang tidak berterima. Dengan kata lain, nomina adik pada
kalimat a) dapat dijadikan sebagai subjek pada kalimat pasif, sedang
nomina sepatu baru pada kalimat b) tidak dapat dijadikan sebagai subjek pada
kalimat pasif. Dengan fenomena ini, maka nomina adik pada kalimat b)
berfungsi sebagai objek, sedang nomina sepatu baru berfungsi sebagai
pelengkap.
5) Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang
bagian kalimat yang lainnya. Keterangan atau adverbial adalah verba,
adjektiva, atau nomina yang menerangkan predikat. Dari segi maknanya,
keterangan atau adverbial terbagi menjadi sembilan, yaitu keterangan waktu,
tempat dan arah, tujuan, cara, penyerta, alat, similatif, penyebaban, dan
kesalingan. Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat berikut ini
adalah keterangan atau adverbial.
 Dia mengerjakan soal itu sampai pukul 22. (waktu)
 Dia mengerjakan soal itu sampai nomor 100. (tempat)
 Dia bersedia menjadi saksi demi penegakan hukum. (tujuan)
 Dengan lantang wakil karyawan itu membacakan tuntutannya.
(cara)
 Dia merumuskan konsep itu dengan para asistennya. (penyerta)
 Kami berangkat dengan bus. (alat)
 Tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang. (similatif)
 Gaji terasa kurang terus karena inflasi tak
terkendalikan. (penyebaban)
 Kedua delegasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan
diplomatik satu samalain. (kesalingan)

2.3 Macam-Macam dan Fungsi Kalimat


Kalimat adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang menghasilkan sebuah
pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi menurut jenis dan
fungsinya yang di jelaskan pada bagian lain :
Contoh: 1. Kalimat lengkap (memiliki S dan P), Kalimat tidak lengkap, (tidak
memiliki S, P, atau keduanya)
2. Kalimat aktif, Kalimat pasif,
3. Kalimat perintah, Kalimat majemuk

1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas klausa, kalimat yang terdiri
atas satu unsur dan satu unsur P sebagai konstituennya. Hal itu berarti
banhawa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat
merupakan satu kesatuan.dalamkalimat tunggal,tentu saja terdapat semua
unsur manasuka, seperti keterangan tempat, waktu, dan alat.dengan demikian,
kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi dapat pula
dalam wujud yang panjang, seperti terlihat pada contoh berikut.

Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat


Ayah merokok. S-P
Adik minum susu. S-P-O
Ibu menyimpan uang di dalam laci S-P-O-K
Adik tertidur sejak tadi. S-P-K
Kemarin Anton tertidur. K-S-P
Di perpustakaan kakak mengerjakan pekerjaan rumah. K-S-P-O
Ada maling tadi malam. P-S
Dipukulnya binatang itu sejak tadi. P-S-K

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat


atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:

Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa


sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di
samping pola yang sudah ada.

Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)


Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi. (subjek pada
kalimat pertama diperluas)
Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru
mengandung dua atau lebih pola kalimat.

Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)

Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)

Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.


Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1.Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-
pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas kalimat
majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan,
serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.

2. Kalimat majemuk bertingkat


Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat
yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat.
Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari
unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Contoh : Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat
Contoh : Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Contoh : Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Contoh : Ayah pulang ketika kami makan malam
3. Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk adalah hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat
tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Contoh : Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian
bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
3. Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan
sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) Hanya terdiri atas dua kata
2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak
boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
Contoh: Adik menangis.
4. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru
sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih dengan minimal satu
unsur keterangan (K) terbentuklah kalimat luas.
Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius,
sewaktu pelajaran matematika.
5. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan
atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun,
kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh:
 Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti,
sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin
pagi.
 Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat
luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
 Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
 Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
6. Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua
unsur inti kalimat yaituunsur subjek dan unsur prediket (S+P)
Contoh:
 Anak itu sangat santun
 Arif ada di laboratorium.
 Kiki pergi ke Bandung.
 Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah
menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.

7. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti kalimat
yaitu unsur subjek atau predikat saja, atau malahan tidak terdiri atas klausa.
Artinya kalimat minor jenis yang terakhir itu tidak bisa ditentukan strukturnya,
seperti kalimat salam,motto, slogan, judul, dll.
Contoh: Diam!, Sudah siap?, Pergi!, Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
 Arif ada.
 Kiki pergi
 Ibu berangkat-ayah menunggu.
8. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara
singka, jelas, dan tepat.

Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.


Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku
9. Kalimat Tidak Efektif

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai
sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1) Kontaminasi = merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
- diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
- sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
- Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah
mengadakan pentas seni (salah)

2 ) Pleonasme = berlebihan, tumpang tindih


contoh :
- para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
- para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
- banyak siswa-siswa (banyak siswa)
- agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
- disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3) Tidak memiliki subjek
contoh:
- Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
- Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
- Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4) Adanya kata depan yang tidak perlu
- Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
- Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
- Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
5) Salah nalar
- waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
- Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
- Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
- Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
- Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk
subjek bernyawa)
6) Kesalahan pembentukan kata
- mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
- menyetop seharusnya menstop
- mensoal seharusnya menyoal
- ilmiawan seharusnya ilmuwan
- sejarawan seharusnya ahli sejarah
1. Kalimat Berpredikat nominal

Kalimat berpredikat nominal adalah kalimat yang predikatnya kata benda atau
frasa benda. Dalam bahasa Indonesia,ada jenis kalimat yang predikatnya terdiri
atas nomina (termasuk pronomina) atau frasa nomina dengan demikian, kedua
nomina atau frasa nominal yang di sejajarkan dapat membentuk kalimat asalkan
syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi.syarat untuk kedua unsur itu
penting karena jika tidak dipenuhi,nomina tadi tidak akan membentuk
kalimat.perhatikan contoh berikut

1.Buku cetakan bandung itu…..

2.Buku itu cetakan bandung.

Contoh lain adalah: 1)Buku terbitan Ganesha itu ….

2)Buku itu terbitan Ganesha.

Untaian kata seperti terlihat pada nomor (1) membentuk satu frasa dan bukan
berupa kalimat cetakan bandung itu merupakan pewatas bukan
predikat.Sebaliknya, urutan pada nomor (2) membentuk kalimat karena penanda
batas frasa itu memisahkan kalimat menjadi dua frasa nominal dengan cetakan
bandung sebagai predikat.

2.Kalinmat Berpredikat Verbal

Kalimat berpredikat verbal adalah kalimat yang predikatnya verbal atau (kata
kerja). Bahwa ada bermacam-macam verba yang tiap-tiap verba memengaruhi
jenis kalimat yang menggunakannya. Kita mengenal adanya verba taktransitif, dan
transitif. Verba transitif dibagi lagi menjadi ekatransitif atau monotransitif dan
dwitransitif. Akan tetapi, kalimat yang berpredikat verba hanya dibagi menjadi
tiga macam (Alwi, et.al, 1998), yaitu

1. Kalimat taktransitif,
Kalimat taktransitif adalah kalimat yang tidak berobjek dan tidak
berpelengkap.
Kalimat yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap hanya memiliki dua
unsur fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Pada umumnya urutan
katanya adalah subjek predikat. Kategori kata yang dapat mengisi fungsi
predikat terbatas pada verba taktransitif. Seperti halnya kalimat tunggal
lain, kalimat tunggal yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap juga
dapat diiringi oleh unsur tidak wajib, seperti keterangan
tempat,waktu,cara, dan alat. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat
verbal yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap dengan unsur tidak
wajib diletakkan dalam tanda kurang.
Contoh :
1. a. Bu camat sedang berbelanja.
b. Mahasiswa itu sedang berdiskusi.
c. Pengajarnya belum dating.
d. Rombongan Menteri mendarat (ditanah yang tidak datar).
e. Dia berjalan (dengan tongkat).
f. Anak-anak (biasanya) berenang (hari minggu pagi).
g. padinya menguning.

2. Kalimat ekatransitif atau monotransitif


Kalimat ekatransitif atau monotransitif adalah kalimat yang memiliki satu
objek. Menurut Alwi, et.al (1998), kalimat yang berobjek dan tidak
berpelengkap mempunyai tuga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan
objek. Predikat dalam kalimat ekatransitif adalah verba yang digolongkan
dalam kelompok verba ekatransitif. Karena itu, kalimat seperti itu disebut
pula kalimat ekatransitif. Dari segi makna, semua verba ekatransif
memiliki makna inheran perbuatan. Berikut ini adalah beberapa contoh
kalimat ekatransif.
Contoh :
a. Pemerintah akan memasak semua kebutuhan lebaran
b. Presiden merestui pembentukan panitia pemilihan umum
c. Nilai Ebtana Murni menentukan nasib para siswa
d. Banyaknnya para pensiunanan yang diperkerjakan kembali
mempersempit lapangan kerja bagi kaum muda
e. Dia memberangkatkan kereta api itu terlalu cepat

3. Kalimat dwitransitif
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tata kalimat adalah kaidah penyusunan kata sehingga menjadi kalimat yang baik
dan benar dan mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran dengan ciri-ciri terdapat subjek, predikat, objek dan keterangan.

Tata kalimat memiliki berbagai bentuk, seperti frase merupakan gabungan dari
dua kata atau lebih yang tidak terikat oleh sujek dan predikat. Klausa merupakan
gabungan dua kata atau lebih yang terikat oleh subjek dan predikat. Kalimat
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan makna
minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh tanda baca.

Terdapat pula jenis kalimat, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat inti,
kalimat luas, kalimat transformasi, kalimat mayor, kalimat minor, kalimat efektif
dan kalimat tidak efektif.

3.2 Saran

Setelah membaca jurnal ini saya harap dapat lebih dikembangkan lagi, dalam segi
penulisan masih kurangnya keterangan tentang “Tata Kalimat”, dalam penyusunan
makalah dan lain-lain. Kami menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan
dalam jurnal yang kami buat.

Anda mungkin juga menyukai