Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN OBSERVASI

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN


TANAMAN HORTIKULTURA CABAI MERAH KRITING
(Capsicum Annum L.)

Disusun oleh:

Muhammad Ibnu Rizky (20180210019)

Dani Amar Setiawan (20180210022)

Syafira Afra Kamilah (20180210023)

Dwiana Intan Lestari (20180210024)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu tanaman


hortikultira family Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Cabai kriting
digunakan sebagai bumbu masakan dan bahan. Secara umum, buah cabai kriting
mengandung zat gizi antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi,
vitamin A, B1, B2, C dan senyawa alkaloid seperti capsicin oleoresin, flavonoid
dan minyak esensial. Kandungan tersebut banyak dimanfaatkan sebagai bumbu
masak, ramuan obat tradisional, industri pangan dan pakan unggas (Rukmana,
2002).

Produksi tanaman cabai kriting ini dari tahun ke tahun terus meningkat,
tahun 2009 produksinya sebesar 591.291 ton, sedangkan pada tahun 2010 produksi
nya sebesar 521.704 ton. Pada tahun 2011 produksi tanaman cabai kriting
mengalami penurunan sebanyak 69.590 ton. Untuk meningkatkan produksi
tanaman cabai kriting dapat menggunakan alternative pupuk hayati yang memiliki
keuntungan ekologis maupun ekonomis, selain itu pupuk hayati dapat berfungsi
sebagai penambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah
bagi tanaman.

Media tanaman (media tumbuh) merupakan salah satu unsur penting yang
menunjang pertumbuhan tanaman. Sebagian besar unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman disediakan melalui media tanam, selanjutnya diserap oleh
perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman.

Lahan pasir merupakan salah satu sumberdaya lahan yang memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai kawasan produksi pertanian, akan tetapi
kemampuannya untuk menyimpan air yang sangat rendah membuat penanaman
menggunakan media lahan pasir harus diberikan perlakuan yang sesuai. Pengaruh
pemberian berbagai macam pupuk kandang pada media lahan pasir pantai
menunjukkan bahwa memang memiliki tingkat pertumbuhan terbaik pada tanaman.
B. Tujuan
1. Mengetahui teknologi budidaya tanaman cabai merah keriting yang ditanam di
lahan pasir Pantai Bugel.
2. Membandingkan penanaman cabai merah kriting yang ditanam di lahan pasir
pantai dengan GAP tanaman cabai merah kriting.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Syarat Tumbuh Cabai

Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budi daya tanaman cabai adalah
sebagai berikut :
1) Iklim
Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga terhadap
tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24C -28C. Pada
suhu tertentu seperti15C dan lebih dari 32C akan menghasilkan buah cabai yang
kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu
dingin. (Tjahjadi, 1991), mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada
musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang
dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain:
2) Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkanadalahpenyinaran secara penuh,(sepanjang hari)bila
penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.
3) Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan
pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000
mm/tahun.
4) Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun suhu
yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 21C-28C, malam hari 13C
-16C, untuk kelembaban tanaman 80%.
5) Angin Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi.
Angin berfungsi menyediakan gas karbondioksida (CO2) yang dibutuhkannya.
6) Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400m
dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400
m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabaidapat tumbuh, tetapi tidak mampu
berproduksi secara maksimal
7) Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga ditanam pada
lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahantanah untuk cabai adalah
antara 0-100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010).
Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-
7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik)
sangat disukai (Gardner, et al.,1991). Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman
cabai dapat tumbuh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah
tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai
tidak suka dengan air yang menggenang.

Kebutuhan Pupuk NPK Tanaman cabai merah membutuhkan pupuk untuk


pertumbuhan dan produksi cabai merah, baik pupuk organik maupun pupuk
anorganik jenis pupuk majemuk. Pupuk majemuk cukup menggandung hara dengan
presentase kandungan unsur hara makro yang berimbangan yaitu NPK 16:16:16
(Novizan, 2007). Pupuk ini berbentuk padat mempunyai sifat lambat larut sehingga
diharapkan dapat mengurangikehilangan hara melalui pencucian, penguapan, dan
pengikatan menjadi senyawa yang tidak dapat tersedia bagi tanaman. Pupuk
majemuk memenuhi kebutuhan hara N, P, K, Mg dan Ca bagi tanaman, warnanya
kebiru-biruan dengan butiran mengkilap seperti mutiara (Marsono, 2007). Untuk
Pertumbuhannya tanaman cabai merah membutuhkan pupuk kandang sebanyak 15-
20 ton/hektar.Pupuk kandang diberikan seminggu sebelum tanam,atau kompos 5-
10 ton/hektardan SP-36 (300-400 kg/ha) diberikan sebagai pupuk dasar. Pupuk
susulan yangterdiri atas Urea 150-200 kg/hektar, ZA 400-500 kg/hektar dan KCl
(150-200 kg/hektar) atau pupuk NPK (16-16-16) 1 ton/hektar, diberikan 3 kali yaitu
1/3 bagian sebagai pupuk dasar, 1/3 bagian sebagai pupuk susulan pertama (30 HST)
dan 1/3 bagian sebagai pupuk susulan kedua (60 HST).
B. Tanah Pasir Pantai

Tanah pasir pantai mempunyai ciri-ciri diantaranya bertekstur kasar, mudah


diolah, gaya menahan air rendah dan permeabilitas semakin kurang baik. Sifat tanah
pasir memiliki kohesi dan konsistensi (ketahanan partikel dalam tanah terhadap
pemisahan) sangat kecil. Tanah pasir pantai didominasi oleh pasir dengan
kandungan lebih dari 70%, porositas rendah atau kurang dari 40%, sebagian besar
ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar cepat, tetapi
kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Dari segi kimia, tanah pasir cukup
mengandung unsur fospor dan kalium yang belum siap diserap tanaman, tetapi
lahan pasir kekurangan unsur nitrogen (Sunardi dan Sarjono, 2007). Kandungan
bahan organik yang dimiliki oleh tanah pasiran rendah karena temperatur dan aerasi
memungkinkan tingkat dekomposisi bahan organik tinggi. Selain itu, stabilitas
agregat dan kandungan liat tanah pasiran rendah sehingga pada saat hujan, air dan
hara akan mudah hilang melalui proses pergerakan air ke bawah (Gunawan
Budiyanto, 2009). Di sebagian lahan pantai yang ada di Selatan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), terhampar memanjang dari pantai parang endok di Kabupaten
Bantul sampai pantai Glagah Kabupaten Kulon Progo. Bahan asal lahan pantai ini
di dominasi oleh fraksi pasir, yang dikenal tanah pasir pantai. Bahan baku lahan ini
berasal dari proses deflasi abu vulkanik dan materi pasir yang dibawa oleh aliran
sungai yang membela Daerah Istimewa Yogyakarta yang bermuara di laut selatan.
Setelah diendapkan dipinggiran pantai, dengan bantuan gelombang laut selatan
yang terkenal besar, materi pasir ini disebarkan disepanjang pantai-pantainya
(Gunawan Budiyanto, 2014).

C. GAP Tanaman Cabai

Penerapan GAP melalui SOP yang spesifik dimaksudkan untuk


meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan petani agar
memenuhi kebutuhan konsumen dan memiliki daya saing tinggi. Oleh sebab itu
diperlukan panduan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi petani dalam melaksanakan budidaya cabai merah sehingga
diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum, dan
ramah lingkungan.
Kegiatan budidaya yang dinilai berkaitan erat dengan tujuan dan target yang
ditetapkan adalah penyediaan benih, persiapan lahan, penanaman, pemsangan ajir,
perempelan, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT, panen dan penanganan
pasca panen. dalam hal penyediaan benih, harus menggunakan benih bermutu dan
varietas yang dianjurkan (Dinas Pertanian Pangan Aceh, 2014).

1. Penyediaan Benih
a. Penyiapan media semai

Benih disemaikan terlebih dahulu di media semai dengan komposisi tanah halus
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 serta dimasukkan dalam polybag
semai. Media disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian. Polybag semai disusun di
rak persemaian yang sudah dilengkapi dengan insek net untuk mencegah OPT yang
menyerang persemaian cabai merah.

b. Pemilihan benih

Varietas benih dipilih sesuai dengan selera petani dan selera pasar dengan
mempertimbangkan kualitas benih, Berikut merupakan ciri benih berkualitas:

 Daya kecambah tinggi


 Ketegaran tumbuh (vigor) baik
 Tumbuh serentak
 Tahan hama dan penyakit
c. Perlakuan benih

Benih direndam dalam air hangat (suhu sekitar 50oC) selama 1 jam. Tujuan
perendaman ini adalah mempercepat perkecambahan dan menghilangkan hama dan
penyakit.

Siram media tanam dengan air sampai jenuh, setelah itu benih di tanam
dalam polybag. Tutup media tanam yang telah berisi benih selama 2-3 hari, setelah
berkecambah lakukan pemeliharaan.

d. Pemeliharaan bibit
Benih diriram setiap pagi secukupnya dan media dibersihkan dari gulma. Setelah
21-25 hari setelah semai dan memiliki daun 4-5 helai dengan tinggi 10-15 cm, benih
biasanya sudah siap pindah ke lahan.

2. Persiapan Lahan

Kegiatan persiapan lahan adalah kegiatan mempersiapkan lahan yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman, meliputi kegiatan persiapan/pengolahan lahan, pemupukan
dasar dan pemasangan mulsa plastik.

a. Pengolahan lahan
 Lakukan pembersihan lahan dari sisa tanaman dan sampah
 Lakukan penggemburan lahan dengan cara mencangkul sampai kedalaman
30-40 cm, kemudian lahan dibiarkan terkena sinar matahari selama 2
minggu.
 Buat bedengan dengan lebar 1-1,2 m dengan tinggi 30 cm dengan jarak antar
bedengan 50 cm dan panjang bedengan disesuaikan dengan panjang lahan
yang dikehendaki. Lubang-lubang tanam dibuat dengan jarak 50 cm  60
cm, pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanam.
b. Pemberian kapur tanah

Lakukan pemberian kapur tanah dengan kaptan/dolomit sebanyak 1,5 ton/ha


yang diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah (apabila kondisi pH tanah
kurang dari 5,5).

c. Pemupukan dasar

Berikan pupuk dasar dalam bentuk pupuk kandang yang sudah matang
sekitar 2 minggu sebelum tanam. Pupuk anorganik N, P, K diberikan 5 hari sebelum
tanam dengan cara ditebar, disiram atau ditutup mulsa.

d. Pemasangan mulsa
 Gunakan mulsa plastik hitam perak dengan lebar 100-125 cm, bagian plastik
berwara perak mengahadap ke atas dan yang bawah hitam menghadap ke
tanah/bawah.
 Tarik ujung mulsa, kaitkan pasak penjepit (terbuat dari 9ambiu) pada sisi-
sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah lepas.
e. Pembuatan lubang tanam
 Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam pada
mulsa menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter 10 m cm yang
dipanaskan
 Buat lubang tanam menurut sistem zigzag (segitiga) atau 2 baris berhadapan,
atau
 Buat lubang tanam semuai dengan jarak tanam yaitu 50  60 cm.
3. Penanaman

Merupakan kegiatan pemindahan bibit dari persemaian ke lahan atau areal


penanaman hingga tanaman berdiri tegak dan tumbuh secara optimal di lapangan.
Sebelum bibit ditanam, bedeng disiram air terlebih dahulu supaya tanah lembab
sehingga bibit lebih mudah beradaptasi dengan media tanam. Bibit dan tanah
dikeluarkan dari polybag lalu ditanam di lobang tanam dampai leher akar. Lbang
tanam di tambah tanah dan dipadatkan.

4. Pemasangan Ajir

Ajir yang digunakan bisa terbuat dari bamboo atau kayu. Ukuran ajir 100-
125 cm dengan lebar sekitar 5 cm. Ajir ditancapkan di dekat batang tanaman.
Pengikatan tanaman ke ajir menggunakan tali dilakukan secara bertahap selama
masa tumbuh tanaman. Perlu diingat bahwa pengikatan tidak boleh terlalu
kencang/erat supaya tidak merusak batang tanaman. Ajir ini bermanfaat untuk
menyangga tanaman agar tidak mudah roboh.

5. Perempelan/pemangkasan

Merupakan kegiatan membuang tunas air, daun, bunga dan bagian tanaman
lain yang rusak atau terkena serangan OPT. Tunas banyak tumbuh selama masa
pertumbuhan. Sebaiknya tunas yang muncul di ketiak daun di bawah cabang utama
dibuang karena tunas ini tidak produktif dan hanya ikut menyerap unsur hara dari
tanah.
Perempelan tunas di ketiak daun biasanya dimulai umur 10-12 HST jika ditanam
didaratan rendah dan 15-20 HST jika didataran tinggi. Perempelan bunga pertama
pada cabang utama untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena kondisi
tanaman belum kuat. Perempelan daun di cabang utama pada saat tajuk tanaman
telah optimal. Perempelan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 75-80 HST
untuk dataran rendah dan 90 HST untuk dataran tinggi tergantung varietas yang
ditanam.

6. Pengairan

Memberi air sesuai kebutuhan tanaman di daerah perakaran tanaman dengan air
yang memenuhi standar baku mutu pada waktu, cara dan jumlah yang tepat.
Tanaman cabai tidak tahan kering sekaligus tidak tahan dengan genangan. Oleh
karena itu pengairan dilakukan secukupnya saja. Jumlah kebutuhan air pertanaman
selama masa pertumbuhan sekitar 250 ml/2 hari dan masa pembungaan serta masa
pembuahan sebanyak 450 ml/2 hari. Cara pengairan bisa dengan sistem leb (air
digenangkan di parit antar bedengan) selama 15-30 menit, dengan menggunakan
selang maupun dengan irigasi tetes.

Pada musim penghujan sistem pembuangan (drainase) diatur supaya aliran air
berjalan lancar sehingga akar cabai merah tidak tergenang air terlalu lama.

7. Pemupukan

Penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila kandungan unsur hara


dalam tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara
optimal. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang/kompos sebanyak
5.000 kg/ha dan NPK (15:15:15) sebanyak 200 kg. Pupuk dasar diberikan pada
tengah bedengan dengan membuat larikan sedalam 10- 15 cm. Pupuk kandang
ditabur pada larikan secara merata dilanjutkan dengan pemberian pupuk NPK
(15:15:15). Pemberian pupuk kimia tergantung jenis tanah. Semakin ringan
teksurnya maka semakin tinggi dosis pupuk. Apapun jenis tanah, pupuk kandang
dianjurkan untuk diberikan pada tanah.

Dosis Pupuk yang digunakan adalah 200 gram NPK (15:15:15) + 50 gram
ZA dilarutkan dengan air 20 liter. Pupuk (NPK+ZA) yang telah dicairkan diberikan
sebanyak 100 ml ½ gelas plastik) per tanaman. Pemberian dilakukan pada umur
saat tanam dan 2 (dua) minggu setelah tanam dengan dosis/takaran seperti diatas.

Pupuk susulan berikutnya adalah NPK (15:15:15) sebanyak 200 kg/ha atau
10 gram/tanaman yang diberikan pada umur 8 minggu setelah tanam Selain pupuk
kimia sebaiknya juga diberikan Pupuk Organik Hayati (POH) untuk memberikan
ketahanan pada tanaman cabai. POH mengandung berbagai macam jenis organisme
menguntungkan yang terkandung dalam POH sehingga dapat meningkatkan
ketersedian hara yang dibutuhkan oleh tanaman cabai. Dosis yang digunakan adalah
200 ml POH dilarutkan dalam 20 liter air dan diberikan sebanyak 200 ml (1 gelas
plastik) per tanaman dan diulang setiap 10 hari.

8. Pengendalian OPT

Kegiatan pengendalian OPT dilakukan dengan sistem terpadu untuk menurunkan


populasi OPT atau intensitas serangan tidak merugikan secara ekonomis dan aman
bagi lingkungan.

9. Panen

Kegiatan memetic buah yang telah siap yaitu pada saat mencapai kematangan
fisiologis sesuai varietas yang digunakan. Untuk menjamin keamanan pangan
penyemprotan pestisida dihentikan menjelang panen. kegiatan panen dilakukan
dengan interval 3-7 hari.

10. Pasca panen

Buah yang telah dipanen disimpan dalam wadah dan tempat yang kering
dan bersih. Buah yang telah terkumpul disortasi antara buah yang baik dan sehat
dengan buah yang tidak baik/baik. Pemisahan buah berdasarkan ukuran bisa
dilakukan. Setelah disortasi, buah dimasukkan ke dalam keranjang atau karung dan
siap dipasarkan.
III. HASIL OBSERVASI
A. Teknologi Budidaya

Aspek Komponen Petani


No GAP Keterangan
Budidaya Observasi Bpk. Sukarman
1 Penyiapan Pembersihan Pembersihan lahan Pembersihan dari gulma dan benda Sesuai
lahan lahan terhadap tanaman liar lain yang tidak diharapkan.
(gulma) secara manual dan
penggunaan herbisida
gramason.
Penyiapan Luas lahan 10.000 m2 Pembersihan lahan, penggemburan Sesuai
lahan kemudian di olah dengan cara cangkul/traktor sampai
menggunakan traktor untuk kedalaman 30-40 cm, didiamkan
membalikkan tanah selama 2 minggu, dibuat bedengan
sedalam 20-40 cm dengan lebar 1-1,2 m dengan tinggi
dicampur pupuk kandang 30 cm dengan jarak 50 x 60 cm,
30 ton dan pemberian pada tiap bedengan 2 baris tanaman,
kapur, tanah dibuat rata dan diberi kapur jika pH <5,5
lalu di pasang mulsa.
Alat yang Traktor Traktor Sesuai
digunakan
Waktu 2 minggu 2 minggu Sesuai
sebelum tanam
2 Penyiapan Varietas yang Ladu (Laba Baru) - -
bahan digunakan
tanam Bentuk bahan Benih disemai terlebih Benih disemai terlebih dahulu Sesuai
tanam yang dahulu menjadi bibit menjadi bibit tanaman cabai.
digunakan tanaman cabai.

Asal bahan Beli dari produsen PT. - -


tanam East West Seed dengan
Brand Cap Panah Merah.
Perlakuan Dilakukan persemaian Dilakukan persemaian Sesuai
benih
3 Penanaman Waktu tanam Sore hari Tanam pada pagi dan sore hari Sesuai
dan sistem
penanaman

Pola tanam Monokultur Monokultur dan polikultur Sesuai


Jarak tanam 40 x 40 cm 50 x 60 cm Tidak Sesuai
Pergiliran Semangka atau melon - -
Tanaman
4 Pemelihar Cara Mengunakan sumur bor Disiram Sesuai
aan pengairan lalu disiram dengan
dipompa
Frekuensi Pengairan dilakukan setiap Jumlah kebutuhan air/tanaman Sesuai
pengairan hari di pagi hari 2-3 jam selama masa pertumbuhan sekitar
yang disesuaikan dengan 250 ml/2hari dan masa pembungaan
masa pertumbuhan serta pembuahan sebanyak 450
tanaman. ml/2hari.
Jenis dan Pupuk kandang 30 ton dan Pemebrian Pupuk NPK 16-16-16 Sesuai
takaran pupuk NPK (300-
yang 500 kg/ha) diberikan dengan cara
digunakan pupuk dilarutkan dalam air
(2 gr/lt) kemudian disiramkan pada
lubang tanam atau
sekitar tanaman (100-200
ml/tanaman), setiap 10-14 hari,
dimulai satu bulan sesudah tanam
Waktu dan Dipupuk 1 minggu sekali NPK 15:15:15 sebanyak 200 kg/ha Hampir
cara menggunakan NPK, tsp, atau 10 gram/tanaman yang sesuai
pemupukan dan ponska. Jika diberikan pada umur 8 minggu
pembuahan interval waktu setelah tanam serta pupuk organik
pemberian menjadi 3 hari hayati/poh sebanyak 200 ml poh
sekali. dilartkan dalam 20 liter air dan
diberikan sebanyak 200 ml/tanaman
dan diulang setiap 10 hari.
Jenis OPT Hama thrips Hama thrips (Thips parvispinus Sesuai
yang Karny) , lalat buah (Bactrocera sp),
mengganggu kutu daun persik (Myzus persicae
Sulz), ulat grayak (Spodoptera litura
F.), kutu kebul (Bemisia tabaci).
Pengendalian Pengendaliannya dengan Secara biologis yaitu Hampir
OPT yang menyemprotkan menyemprotkan biopestisida nabati sesuai.
dilakukan biopestisida nabati dari dari larutan daun antawali, kapur, dan
larutan tembakau. kunyit. Secara mekanik dengan
memotong daun yang tererang hama
atau mencabut tanaman jika belum
terjadi serangan yg banyak.
Pemeliharaan Tidak ada pemangkasan Penyiangan dan pemangkasan. Sesuai
lain yang jika memang harus hanya
dilakukan dihilangkan pd bagian tunas
dekat pangkal batang.
5 Panen dan Dasar Cabai berwarna merah Cabai mencapai kematang fisiologis Sesuai
Pasca melakukan sempurna sesaui varietas yang digunakan
Panen panen
Umur tanaman 2-3 bulan Dapat dipanen pertama pada saat Sesuai
saat panen umur 60-70 hari
Cara panen di petik menggunakan Di petik menggunakan tangan / Sesuai
tangan manual
Perlakuan Tidak ada Kemasan diberi lubang angin yang Tidak sesuai
paska panen cukup atau menggunakan karung
jala. Tempat penyimpanan harus
kering, sejuk dan cukup
sirkulasi udara.
Hasil yang 15 ton/ha Varietas ladu bisa mencapai 20 Tidak sesuai
diperoleh ton/ha.
Pemasaran/ko Jual langsung kepada
nsumsi hasil pelanggan.
panen
IV. PENYELESAIAN MASALAH
A. Kasus
Pak Sukarman merupakan petani di lahan pasir Bugel Kulon Progo,
Pak Sukarman dan komunitas tani di daerah tersebut menanam cabe merah
keriting pada lahan seluas 10.000 m2. Dengan varietas cabai yang digunakan
adalah ladu ( Laba baru) yang berasal dari PT. East West Seed. Penanaman
cabai dilakukan dengan menggunakan pola tanam monokultur dan jarak
tanam nya 40 x 40 cm. Pak Sukarman dan komonitas tani disana mengalami
kerasahan pada saat melihat hasil panen yang hanya sebesar 15 ton/ha
pasalnya mereka sudah melakukan pemeliharaan dengan baik yaitu
pemupukan yang dilakukan 1 minggu sekali, pemberian pestisida,
pengairan yang dilakukan setiap hari dan pembersihan gulma. Bagaimana
solusi agar hasil panen cabai merah keriting pada lahan Pak Sukarman
sesuai dengan GAP?

B. Identifikasi Masalah
1. Penggunaan jarak tanam yang tidak sesuai dengan GAP
C. Analisis Masalah
Jarak tanam yang tidak sesuai GAP
Berdasarkan kasus diatas jarak tanam menjadi masalah dalam
produktivitas hasil panen cabai keriting varietas ladu milik Pak
Sukarman dan komunitas tani disana. Jarak tanam yang digunakan
adalah 40 x 40 cm, seharusnya jarak tanam yang digunakan adalah 50 x
60 cm. Jarak tanam berpengaruh terhadap proses fotosintesis pada
tanaman cabai dan juga berpengaruh terhadap perkembangan akar.
D. Penyelesaian Masalah
Dari hasil analisis yang ditemukan bahwa jarak tanam yang digunakan
oleh Pak Sukarman dan komunitas tani disana tidak sesuai dengan GAP
yaitu dengan menggunakan jarak tanam 40 x 40 cm. Jarak tanam
merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena
penyerapan energi matahari oleh permukaan daun sangat menentukan
pertumbuhan tanaman terutama pada saat perkembangan vegetative dan
juga yang menentukan naik atau turun hasil panen akibat laju fotosintesis
(Gardner, et al, 1991). Jarak tanam yang sesuai dengan GAP yaitu 50 x 60
cm, pada jarak tanam yang sesuai dengan GAP ini mampu memperbaiki laju
fotosintesis pada tanaman cabai dan perkembangan akar dengan tujuan hasil
produktivitas cabai keriting sesuai dengan GAP.

V. PENUTUP

Kesimpulan

Tahapan penyiapan lahan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil


tanaman cabai keriting. Hasil panen cabai keriting Pak Sukarman sekitar 15 ton/ha
sedangkan hasil tersebut tidak sesuai dengan potensi hasil varietas ladu yang bisa
mencapai 20 ton/ha. Hal itu disebabkan penerapan jarak tanam yang dilakukan Pak
Sukarman tidak sesuai untuk tanaman tersebut. Maka dari itu, Pak Sukarman harus
melakukan GAP yang sesuai untuk tanaman cabai keriting terutama pada penentuan
jarak tanam yaitu 50 x 60 cm. Sebab dengan jarak tanam yang sesuai dapat
menciptakan iklim mikro yang cocok untuk tanaman, pertumbuhan yang baik, serta
produktifitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh. 2014. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Cabe Merah. Banda Aceh.

Gardner, F.P., R.B. Pearce & R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants
(Fisiologi Tanaman Budidaya. University of Indonesia Press. Jakarta.

Gunawan Budiyanto. 2009. Bahan Organik dan Pengelolaan Nitrogen Lahan Pasir.
UMY Press. Yogyakarta.
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/2161. Diakses pada 22
Desember 2019.
Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumber Daya Lahan. LP3M UMY.
Yogyakarta
Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta
Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Novizan. 2007.Petunjuk Pempukanyang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Sunardi dan Y. Sarjono. 2007. Penentuan Kandungan Unsur Makro Pada Lahan
Pasir Pantai Samas Bantul Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron
(AAN).http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/0216-3128-2007-3-
123.pdf.pdf. Diakses pada 22 Desember 2019.
Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Kanisius. Yogyakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai