Disusun oleh:
Produksi tanaman cabai kriting ini dari tahun ke tahun terus meningkat,
tahun 2009 produksinya sebesar 591.291 ton, sedangkan pada tahun 2010 produksi
nya sebesar 521.704 ton. Pada tahun 2011 produksi tanaman cabai kriting
mengalami penurunan sebanyak 69.590 ton. Untuk meningkatkan produksi
tanaman cabai kriting dapat menggunakan alternative pupuk hayati yang memiliki
keuntungan ekologis maupun ekonomis, selain itu pupuk hayati dapat berfungsi
sebagai penambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah
bagi tanaman.
Media tanaman (media tumbuh) merupakan salah satu unsur penting yang
menunjang pertumbuhan tanaman. Sebagian besar unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman disediakan melalui media tanam, selanjutnya diserap oleh
perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman.
Lahan pasir merupakan salah satu sumberdaya lahan yang memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai kawasan produksi pertanian, akan tetapi
kemampuannya untuk menyimpan air yang sangat rendah membuat penanaman
menggunakan media lahan pasir harus diberikan perlakuan yang sesuai. Pengaruh
pemberian berbagai macam pupuk kandang pada media lahan pasir pantai
menunjukkan bahwa memang memiliki tingkat pertumbuhan terbaik pada tanaman.
B. Tujuan
1. Mengetahui teknologi budidaya tanaman cabai merah keriting yang ditanam di
lahan pasir Pantai Bugel.
2. Membandingkan penanaman cabai merah kriting yang ditanam di lahan pasir
pantai dengan GAP tanaman cabai merah kriting.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Syarat Tumbuh Cabai
Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budi daya tanaman cabai adalah
sebagai berikut :
1) Iklim
Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga terhadap
tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24C -28C. Pada
suhu tertentu seperti15C dan lebih dari 32C akan menghasilkan buah cabai yang
kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu
dingin. (Tjahjadi, 1991), mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada
musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang
dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain:
2) Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkanadalahpenyinaran secara penuh,(sepanjang hari)bila
penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.
3) Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan
pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000
mm/tahun.
4) Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun suhu
yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 21C-28C, malam hari 13C
-16C, untuk kelembaban tanaman 80%.
5) Angin Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi.
Angin berfungsi menyediakan gas karbondioksida (CO2) yang dibutuhkannya.
6) Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400m
dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400
m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabaidapat tumbuh, tetapi tidak mampu
berproduksi secara maksimal
7) Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga ditanam pada
lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahantanah untuk cabai adalah
antara 0-100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010).
Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-
7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik)
sangat disukai (Gardner, et al.,1991). Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman
cabai dapat tumbuh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah
tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai
tidak suka dengan air yang menggenang.
1. Penyediaan Benih
a. Penyiapan media semai
Benih disemaikan terlebih dahulu di media semai dengan komposisi tanah halus
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 serta dimasukkan dalam polybag
semai. Media disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian. Polybag semai disusun di
rak persemaian yang sudah dilengkapi dengan insek net untuk mencegah OPT yang
menyerang persemaian cabai merah.
b. Pemilihan benih
Varietas benih dipilih sesuai dengan selera petani dan selera pasar dengan
mempertimbangkan kualitas benih, Berikut merupakan ciri benih berkualitas:
Benih direndam dalam air hangat (suhu sekitar 50oC) selama 1 jam. Tujuan
perendaman ini adalah mempercepat perkecambahan dan menghilangkan hama dan
penyakit.
Siram media tanam dengan air sampai jenuh, setelah itu benih di tanam
dalam polybag. Tutup media tanam yang telah berisi benih selama 2-3 hari, setelah
berkecambah lakukan pemeliharaan.
d. Pemeliharaan bibit
Benih diriram setiap pagi secukupnya dan media dibersihkan dari gulma. Setelah
21-25 hari setelah semai dan memiliki daun 4-5 helai dengan tinggi 10-15 cm, benih
biasanya sudah siap pindah ke lahan.
2. Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan adalah kegiatan mempersiapkan lahan yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman, meliputi kegiatan persiapan/pengolahan lahan, pemupukan
dasar dan pemasangan mulsa plastik.
a. Pengolahan lahan
Lakukan pembersihan lahan dari sisa tanaman dan sampah
Lakukan penggemburan lahan dengan cara mencangkul sampai kedalaman
30-40 cm, kemudian lahan dibiarkan terkena sinar matahari selama 2
minggu.
Buat bedengan dengan lebar 1-1,2 m dengan tinggi 30 cm dengan jarak antar
bedengan 50 cm dan panjang bedengan disesuaikan dengan panjang lahan
yang dikehendaki. Lubang-lubang tanam dibuat dengan jarak 50 cm 60
cm, pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanam.
b. Pemberian kapur tanah
c. Pemupukan dasar
Berikan pupuk dasar dalam bentuk pupuk kandang yang sudah matang
sekitar 2 minggu sebelum tanam. Pupuk anorganik N, P, K diberikan 5 hari sebelum
tanam dengan cara ditebar, disiram atau ditutup mulsa.
d. Pemasangan mulsa
Gunakan mulsa plastik hitam perak dengan lebar 100-125 cm, bagian plastik
berwara perak mengahadap ke atas dan yang bawah hitam menghadap ke
tanah/bawah.
Tarik ujung mulsa, kaitkan pasak penjepit (terbuat dari 9ambiu) pada sisi-
sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah lepas.
e. Pembuatan lubang tanam
Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam pada
mulsa menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter 10 m cm yang
dipanaskan
Buat lubang tanam menurut sistem zigzag (segitiga) atau 2 baris berhadapan,
atau
Buat lubang tanam semuai dengan jarak tanam yaitu 50 60 cm.
3. Penanaman
4. Pemasangan Ajir
Ajir yang digunakan bisa terbuat dari bamboo atau kayu. Ukuran ajir 100-
125 cm dengan lebar sekitar 5 cm. Ajir ditancapkan di dekat batang tanaman.
Pengikatan tanaman ke ajir menggunakan tali dilakukan secara bertahap selama
masa tumbuh tanaman. Perlu diingat bahwa pengikatan tidak boleh terlalu
kencang/erat supaya tidak merusak batang tanaman. Ajir ini bermanfaat untuk
menyangga tanaman agar tidak mudah roboh.
5. Perempelan/pemangkasan
Merupakan kegiatan membuang tunas air, daun, bunga dan bagian tanaman
lain yang rusak atau terkena serangan OPT. Tunas banyak tumbuh selama masa
pertumbuhan. Sebaiknya tunas yang muncul di ketiak daun di bawah cabang utama
dibuang karena tunas ini tidak produktif dan hanya ikut menyerap unsur hara dari
tanah.
Perempelan tunas di ketiak daun biasanya dimulai umur 10-12 HST jika ditanam
didaratan rendah dan 15-20 HST jika didataran tinggi. Perempelan bunga pertama
pada cabang utama untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena kondisi
tanaman belum kuat. Perempelan daun di cabang utama pada saat tajuk tanaman
telah optimal. Perempelan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 75-80 HST
untuk dataran rendah dan 90 HST untuk dataran tinggi tergantung varietas yang
ditanam.
6. Pengairan
Memberi air sesuai kebutuhan tanaman di daerah perakaran tanaman dengan air
yang memenuhi standar baku mutu pada waktu, cara dan jumlah yang tepat.
Tanaman cabai tidak tahan kering sekaligus tidak tahan dengan genangan. Oleh
karena itu pengairan dilakukan secukupnya saja. Jumlah kebutuhan air pertanaman
selama masa pertumbuhan sekitar 250 ml/2 hari dan masa pembungaan serta masa
pembuahan sebanyak 450 ml/2 hari. Cara pengairan bisa dengan sistem leb (air
digenangkan di parit antar bedengan) selama 15-30 menit, dengan menggunakan
selang maupun dengan irigasi tetes.
Pada musim penghujan sistem pembuangan (drainase) diatur supaya aliran air
berjalan lancar sehingga akar cabai merah tidak tergenang air terlalu lama.
7. Pemupukan
Dosis Pupuk yang digunakan adalah 200 gram NPK (15:15:15) + 50 gram
ZA dilarutkan dengan air 20 liter. Pupuk (NPK+ZA) yang telah dicairkan diberikan
sebanyak 100 ml ½ gelas plastik) per tanaman. Pemberian dilakukan pada umur
saat tanam dan 2 (dua) minggu setelah tanam dengan dosis/takaran seperti diatas.
Pupuk susulan berikutnya adalah NPK (15:15:15) sebanyak 200 kg/ha atau
10 gram/tanaman yang diberikan pada umur 8 minggu setelah tanam Selain pupuk
kimia sebaiknya juga diberikan Pupuk Organik Hayati (POH) untuk memberikan
ketahanan pada tanaman cabai. POH mengandung berbagai macam jenis organisme
menguntungkan yang terkandung dalam POH sehingga dapat meningkatkan
ketersedian hara yang dibutuhkan oleh tanaman cabai. Dosis yang digunakan adalah
200 ml POH dilarutkan dalam 20 liter air dan diberikan sebanyak 200 ml (1 gelas
plastik) per tanaman dan diulang setiap 10 hari.
8. Pengendalian OPT
9. Panen
Kegiatan memetic buah yang telah siap yaitu pada saat mencapai kematangan
fisiologis sesuai varietas yang digunakan. Untuk menjamin keamanan pangan
penyemprotan pestisida dihentikan menjelang panen. kegiatan panen dilakukan
dengan interval 3-7 hari.
Buah yang telah dipanen disimpan dalam wadah dan tempat yang kering
dan bersih. Buah yang telah terkumpul disortasi antara buah yang baik dan sehat
dengan buah yang tidak baik/baik. Pemisahan buah berdasarkan ukuran bisa
dilakukan. Setelah disortasi, buah dimasukkan ke dalam keranjang atau karung dan
siap dipasarkan.
III. HASIL OBSERVASI
A. Teknologi Budidaya
B. Identifikasi Masalah
1. Penggunaan jarak tanam yang tidak sesuai dengan GAP
C. Analisis Masalah
Jarak tanam yang tidak sesuai GAP
Berdasarkan kasus diatas jarak tanam menjadi masalah dalam
produktivitas hasil panen cabai keriting varietas ladu milik Pak
Sukarman dan komunitas tani disana. Jarak tanam yang digunakan
adalah 40 x 40 cm, seharusnya jarak tanam yang digunakan adalah 50 x
60 cm. Jarak tanam berpengaruh terhadap proses fotosintesis pada
tanaman cabai dan juga berpengaruh terhadap perkembangan akar.
D. Penyelesaian Masalah
Dari hasil analisis yang ditemukan bahwa jarak tanam yang digunakan
oleh Pak Sukarman dan komunitas tani disana tidak sesuai dengan GAP
yaitu dengan menggunakan jarak tanam 40 x 40 cm. Jarak tanam
merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena
penyerapan energi matahari oleh permukaan daun sangat menentukan
pertumbuhan tanaman terutama pada saat perkembangan vegetative dan
juga yang menentukan naik atau turun hasil panen akibat laju fotosintesis
(Gardner, et al, 1991). Jarak tanam yang sesuai dengan GAP yaitu 50 x 60
cm, pada jarak tanam yang sesuai dengan GAP ini mampu memperbaiki laju
fotosintesis pada tanaman cabai dan perkembangan akar dengan tujuan hasil
produktivitas cabai keriting sesuai dengan GAP.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh. 2014. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Cabe Merah. Banda Aceh.
Gardner, F.P., R.B. Pearce & R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants
(Fisiologi Tanaman Budidaya. University of Indonesia Press. Jakarta.
Gunawan Budiyanto. 2009. Bahan Organik dan Pengelolaan Nitrogen Lahan Pasir.
UMY Press. Yogyakarta.
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/2161. Diakses pada 22
Desember 2019.
Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumber Daya Lahan. LP3M UMY.
Yogyakarta
Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta
Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Novizan. 2007.Petunjuk Pempukanyang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Sunardi dan Y. Sarjono. 2007. Penentuan Kandungan Unsur Makro Pada Lahan
Pasir Pantai Samas Bantul Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron
(AAN).http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/0216-3128-2007-3-
123.pdf.pdf. Diakses pada 22 Desember 2019.
Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Kanisius. Yogyakarta.
LAMPIRAN