Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
3. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi
Kontrak;
Definisi Lumsum
Untuk itu perlu diurai pemahaman tentang filosofi dasar kontrak lumsum sebenarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lumsum adalah uang yang dibayarkan
sekaligus untuk semua biaya (transpor, uang makan, dan sebagainya). Ini berarti lumsum
mengikat kepada total biaya. KBBI menggunakan Lumsum sebagai kata serapan dari Lump-
Sum.
PP 29/2000 pasal 21 berbunyi bahwa Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump
Sum (KBBI: Lumsum) merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang
mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.
Di dalam pasal 51 Perpres No. 54/ 2010, beberapa jenis kontrak memiliki ketentuan-
ketentuan:
Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga, semua risiko
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/ jasa, pembayaran didasarkan pada
tahapan produk/ keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak, sifat pekerjaan
berorientasi kepada keluaran (output based), total harga penawaran bersifat mengikat dan
tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah atau kurang.
Dimensi kuantitas dan kualitas barang/ jasa yang diperjanjikan harus diidentifikasi secara
tegas dan jelas dalam kontrak. Dimensi inilah yang mengikat penyedia barang/ jasa.
Peran panitia penerima barang/ jasa menjadi sangat penting karena panitia penerima
barang/ jasa mengambil alih peran pengawas bangunan untuk memastikan bahwa hasil
pekerjaan yang diserahkan sudah sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diperjanjikan.
Setiap pengurangan kualitas dan/ atau kuantitas adalah tindak pidana.
pengadaan benih;
Secaraa umum, Kontrak Unit Price adalah kontrak di mana volume pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume
pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan, atau dalam bahasa Inggris: "A Unit Price Contract
is a contract where the Bill of Quantity is subject to remeasurement".
Peraturan Pemerintah (PP) No. 29/2000 Pasal 21 ayat (2) mengatakan: "Kontrak kerja
konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(3) huruf a angka 2 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap
satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu yang volume pekerjaannya
didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah
dilaksanakan Penyedia Jasa".
Sebagai contoh, pengecoran beton dengan harga satuan US$ 60 per m3 sudah terpasang. Jika
1.000 m3 yang dicor, total harga kontrak menjadi US$ 60.000. Risiko Pengguna jasa dengan
sistem harga satuan termasuk sebagian besar yang terdapat dalam kontrak lump sum. Di
samping itu, kontrak harga satuan menuntut pemantauan ketat dan verifikasi terhadap jumlah
satuan sesungguhnya. Menelusuri berapa banyak yang ditambah, dikurangi, dipasang atau
dibongkar benar-benar merupakan suatu pekerjaan yang harus dikerjakan secara sungguh-
sungguh".
Mc Neil Stokes dalam bukunya Construction Law in Contractor's Language, halaman 34-35,
menulis mengenai kontrak unit price sebagai berikut (terjemahan bebas Penulis):
"Kontrak Harga Satuan
Dalam kontrak harga satuan, Penyedia Jasa dibayar suatu jumlah yang pasti untuk setiap
satuan pekerjaan yang dilaksanakan. Untuk menghindarl sengketa mengenal berapa pekerjaan
yang sesungguhnya dilaksanakan, setiap satuan pekerjaan harus ditentukan dengan tepat.
Dalam menggunakan metode harga satuan, Pengguna Jasa memperkirakan risiko atas jumlah
pekerjaan yang akan dilaksanakan; termasuk perkiraan risiko pekerjaan yang dibuat
Pengguna Jasa atau Perencana (Arsitek). Perkiraan ini, meskipun baru perkiraan harus akurat
dan oleh karena itu total biaya konstruksi dapat diperkirakan dengan tepat.
Penyedia Jasa menanggung risiko kenalkan harga satuan yang tercantum dalam kontrak.
Apabila Penyedia Jasa mengajukan penawaran atas dasar satuan pekerjaan, dia mendasarkan
harganya atas biaya melaksanakan jumlah pekerjaan yang diantisipasi. Jika selama masa
pelaksanaan pekerjaan jumlah pekerjaan tersebut banyak sekali berkurang, maka biaya per
satuan pekerjaan biasanya akan lebih besar daripada yang diperkirakan. Sebaliknya, jika
jumlah satuan pekerjaan tersebut banyak sekali bertambah, maka harga satuan yang
dikerjakan dapat turun, sehingga harga satuan asli menjadi tinggi. Ini tak adil".
Dari uralan di atas dapatlah disimpulkan bahwa bentuk kontrak harga satuan tidak
mengandung risiko Pengguna Jasa membayar lebih karena volume pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak lebih besar daripada kenyataan sesungguhnya sehingga Penyedia Jasa
mendapat keuntungan tak terduga.
Sebaliknya, Penyedia Jasa juga tidak menanggung risiko rugi apabila volume pekerjaan
sesungguhnya lebih besar daripada yang tercantum dalam kontrak karena yang dibayarkan
kepada Penyedia Jasa adalah pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan.
Yang menjadi masalah dalam bentuk kontrak semacam ini adalah banyaknya pekerjaan
pengukuran ulang yang harus dilakukan bersama antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
untuk menetapkan volume pekerjaan yang benar-benar terlaksana.
Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan unsure pekerjaan dengan spesifikasi
teknis tertentu, volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat
Kontrak ditandatangani, pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/ Jasa,
dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/ kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama
atas pekerjaan yang diperlukan.
KONTRAK GABUNGAN
Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah kontrak yang merupakan gabungan
dua sifat kontrak yaitu lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.
Yang patut diperhatikan sejak awal dalam Daftar Kuantitas dan Harga (DKH) penetapan item
yang bersifat Harga Satuan atau Lumpsum harus ditentukan terlebih dahulu. Hal ini penting
terkait proses sejak pemilihan penyedia yaitu pada proses koreksi aritmatik. Kekeliruan yang
terjadi adalah hal ini tidak dengan jelas tertuang dalam dokumen pemilihan/pelelangan.
Kontrak yang merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan
yang diperjanjikan.
Contohnya: Kontrak pembangunan gedung di atas lahan rawa. Dalam pekerjaan tersebut
terdapat volume pekerjaan yang dapat diestimasi dan yang tidak dapat diestimasi sejak
awal.
TURN KEY
Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai
seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat
berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan
Sistem ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industri jadi yang hanya
diperlukan sekali saja, dan tidak mengutamakan kepentingan untuk alih (transfer) teknologi
selanjutnya.
Jika boleh disimpulkan Kontrak Terima Jadi atau Turn Key ini bersifat lumpsum murni yaitu
termin fisik dan pembayaran hanya 1 kali yaitu pada saat progres fisik 100%.
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2012 pasal 51 Tentang Pengadaan Barang
dan Jasa, Kontrak Terima Jadi ( Turnkey ) adalah Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
dengan ketentuan sebagai berikut:
jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan.
pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan
bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
Dan biasanya untuk pekerjaan jenis kontrak Turn Key ini, untuk harga satuan pekerjaan
relatif lebih tinggi dari pada jenis kontrak lainnya. 4) Terima Jadi (Turnkey)
Kontrak Terima Jadi digunakan dalam hal Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
a) jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; dan