Anda di halaman 1dari 9

George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan

PENEGAKAN HUKUM BAGI PELAKU PENGEBOMAN IKAN


DI KABUPATEN FLORES TIMUR

George Dieter Nakmofa


Pasca Sarjana Ilmu Hukum Unuversitas Nusa Cendana
Jln Adisucipto-Kupang 85001,
email: georgedieter25@yahoo.co.id

Abstract
This research aims is to study about the law enforcement for fishermen who catch fishes with bomb in East
Flores Regency. The research method uses empirical juridical. The data consist of primary and secondary data.
Data are analysed by using qualitative analysis. The research results conclude that the law enforcement for
fishermen who catch fishes with bomb in East Flores Regency are repressive, preventive and curative efforts.
The most law enforcement is the repressive effort. The obstacles in this law enforcement are limited number of
police personnel and the lack of facilities and infrastructure.

Keywords : Law Enforcement, Fishermen, Bombs.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penegakan hukum bagi pelaku yang menangkap ikan dengan
menggunakan bom. Metode penelitian menggunakan yuridis empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari data primer dan data sekunder. Seluruh data dianalisis menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa penegakan hukum yang dilakukan oleh sub sistem Peradilan Pidana di Kabupaten Flores
Timur meliputi upaya represif, preventif dan juga kuratif. Penegakan hukum yang paling banyak dalam bentuk
upaya represif. Kendala kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum ini meliputi jumlah personil kepolisian
yang terbatas dan kurangnya sarana dan prasarana.

Kata Kunci : Penegakan Hukum, Nelayan, Bom.

A. Pendahuluan pidana yang bertentangan dengan Pasal 84 dan


1. Latar Belakang Pasal 85 Undang-Undang No.31 Tahun 2004 Tentang
Menurut H.Supriadi dan Alimuddin, produk Perikanan. Akibat dari tindakan pemboman ikan juga
perikanan tangkap di Indonesia pada Tahun 2007 dapat merusak kehidupan ekosistem laut sehingga
adalah 4.924.430 ton.1 Meningkatnya eksploitasi hasil menghambat upaya konservasi dan perlindungan
perikanan, menyebabkan para nelayan maupun lingkungan laut termasuk perlindungan perikanan
perusahaan perikanan dalam melakukan proses daerah. Menurut Muhamad Erwin, pencemaran
eksploitasi sering terjadi persaingan yang tidak saja pantai, sedimen yang tebal akibat penebangan hutan
dilakukan secara legal, namun terkadang di hulu, penangkapan ikan dengan racun dan bom,
jugadilakukan secara ilegal. Salah satu bentuk penggalian batu karang, dan penangkapan ikan yang
tindakan eksploitasi hasil perikanan yang ilegal yaitu berlebihan di beberapa tempat juga mengancam
penggunaan bahan peledak atau yang dikenal keanekaragaman hayati pantai dan laut Indonesia
dengan istilah “bom ikan” dalam menangkap. yang tidak ada tandingnya di dunia.2 Maka penegakan
Penggunaan bahan peledak atau Bom ikan untuk terhadap pelaku pemboman ikan merupakan suatu
menangkap pada prinsipnya merupakan suatu tindak hal yang sangat mendesak. Kenyataannya
1
Supriyadi Alimuddin, 2011, Hukum Perikanan Di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, hlm 2.
2
Muhamad Erwin, 2009, Hukum Lingkungan (Dalam Sistem Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup), Bandung, Cetakan ketiga, Refika
Aditama hlm 156.

576
George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan
penggunaan bom dalam melakukan penangkapan (prevention) yaitu segala usaha atau tindakan yang
ikan masih terjadi pada wilayah perikanan daerah dimaksud untuk mencegah terjadinya pelanggaran
termasuk di Kabupaten Flores Timur. Hal ini menjadi hukum. Sedangkan tindakan represif (repression)
menarik untuk dilakukan penelitian sehingga rumusan yaitu segala usaha atau tindakan yang harus
masalahnya adalah: Bagaimanakah penegakan dilakukan oleh aparat negara tertentu sesuai dengan
hukum perikanan terhadap pelaku pemboman ikan ketentuan-ketentuan hukum acara yang berlaku bila
di wilayah Hukum Peradilan Kabupaten Flores Timur? telah terjadi sesuatu pelanggaran hukum.5
Berdasarkan beberapa pendapat diatas
2. Metode Penelitian dapat disimpulkan bahwa penegakan hukum
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
maka metode yang digunakan dalam penelitian ini mewujudkan ketentuan hukum atau perundang-
yaitu metode penelitian yuridis empiris dengan undangan dalam kehidupan nyata. Tanpa penegakan
menggunakan data primer dan data sekunder. hukum maka kaidah-kaidah hukum yang tercermin
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam peraturan perundang-undang tidak akan dapat
pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan berfungsi secara baik. Pelanggaran dan
studi pustaka. Teknik yang digunakan untuk ketidakpatuhan terhadap hukum atau perundang-
menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan undangan merupakan hal yang sering terjadi dalam
menggunakan teknik analisis kualitatif. kehidupan di masyarakat, sehingga perbuatan yang
3. Kerangka Teori bertentangan dengan hukum atau peraturan
a. Pengertian Penegakan Hukum perundang-undangan inilah yang memerlukan
Penegakan hukum merupakan hal yang tindakan dari aparat yang berwenang untuk
penting dalam mewujudkan tujuan terbentuknya suatu menindak para pelaku sesuai dengan aturan yang
produk hukum atau tujuan hukum, sehingga perlu berlaku.
dipahami dan dicermati oleh aparat penegak hukum. b. Efektifitas Penegakan Hukum
Tujuannya agar para penegak hukum itu mampu Pelaksanaan penegakkan hukum perlu
melaksanakan penegakan hukum dengan baik dalam didukung oleh berbagai faktor yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, efektifitasnya. Menurut Soejono Soekanto, faktor-
secara konsepsional maka inti dan arti penegakan faktor tersebut adalah sebagai berikut : (1). faktor
hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hukumnya sendiri; (2). faktor penegakan hukum; (3).
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam faktor sarana dan fasilitas yang mendukung
kaidah-kaidah yang mantap, me-ngejewantah dan penegakan hukum; (4). faktor masyarakat; dan (5).
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta,
akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan dan rasa yang didasarkan yang didasarkan pada
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup 3. karsa manusia didalam pergaulan hidup. 6 Faktor-
Menurut Notitie Handhaving Millieurecht faktor yang mempengaruhi efektivitas penegakan
sebagaimana dikutip oleh Jur Andi Hamzah hukum tersebut, bila dilihat lebih jauh sebenarnya
mengemukakan bahwa, orang Amerika dan Kanada merupakan bagian dari teori sistem hukum yang
membedakan pengertian law enforcement yang dikemukakan Lawrence M. Friedman.
berarti penegakan hukum secara represif, sedangkan Menurut Lawrence M. Friedman dalam
compliance dalam arti preventif terjadinya kutipan Hamid Chalid, sistem hukum terdiri dari 3
pelanggaran hukum lingkungan. 4 Menurut Titik komponen yaitu : legal structure, legal substance, dan
legal culture.7 Hal ini juga ditegaskan oleh Siswanto
Triwulan Tutik, tindakan pencegahan preventif
3
Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Cetakan ke sebelas, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm
5.
4
Andi Hamzah, 2008, Penegakan Hukum Lingkungan, Cetakan Kedua, Jakarta,Sinar Grafika, hlm 48.
5
Titik Triwulan Tutik, 2010, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Jakarta , Prestasi Pustaka, hlm 282-283.
6
Soerjono Soekanto, op.cit, hlm 8.
7
Hamid Chalid, 2009, Menuju Kejaksaan Progresif (Studi Tentang Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi), Jakarta,
Masyarakat Transparansi Indonesia, hlm 35.

577
George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan
Sunarso bahwa, penegakan hukum sebagai bagian peledak sebagaimana diatur dalam Pasal 84 Undang-
dari legal sistem, tidak dapat dipisahkan dengan Undang Nomor No. 31 Tahun 2004 Tentang
substansi hukum (legal substance) dan budaya Perikanan.
hukum (legal culture).8 Jadi dengan demikian maka
dapat disimpulkan bahwa efektifitas penegakan B. Hasil dan Pembahasan
hukum dapat terjadi apabila semua sub sistem hukum Penegakan hukum yang dilakukan oleh 4 sub
berfungsi secara baik. sistem peradilan pidana di Kabupaten Flores Timur
c. Pengertian Pengeboman Ikan terhadap pelaku bom ikan dapat diuraikan sebagai
Pengeboman ikan merupakan perbuatan berikut :
yang dikategorikan sebagai suatu tindak pidana. 1. Kepolisian Resort (Polres) Larantuka
Adapun kata pengeboman berasal dari kata “Bom”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
Kata bom berasal dari bahasa Yunani âüìâïò bahwa penegakan hukum yang dilakukan oleh Polres
(bombos), sebuah istilah yang meniru suara ledakan Larantuka terhadap pelaku tindak pidana pemboman
„bom‟ dalam bahasa tersebut. Bom adalah alat yang ikan meliputi beberapa bentuk tindakan yaitu :
menghasilkan ledakan yang mengeluarkan energi a. Tindakan Preventif
secara besar dan cepat. Ledakan yang dihasilkan Tindakan preventif yang dilakukan Polres
menyebabkan kehancuran dan kerusakan terhadap Larantuka dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
benda mati dan benda hidup di sekitarnya, yang tindak pidana pemboman ikan di wilayah perikanan
diakibatkan oleh pergerakan tekanan udara dan Flores Timur. Tindakan preventif tersebut, tidak
pergerakan fragmen-fragmen yang terdapat di dalam dimaksudkan terhadap pelaku tindak pidana
bom, maupun serpihan fragmen benda-benda pemboman ikan saja tetapi tindakan tersebut
disekitarnya. Selain itu, bom juga dapat membunuh dilakukan terhadap seluruh masyarakat khususnya
manusia dengan hanya suara yang dihasilkannya para nelayan di Kabupaten Larantuka.
saja. Bom telah dipakai selama berabad-abad dalam Kenyataannya menunjukan bahwa,
peperangan konvensional maupun non-konvensional. meskipun terdapat tindakan penyuluhan yang
Sedangkan menurut M.Marwan dan Jimmy P, bom dilakukan Polres Larantuka, namun kegiatan
adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk tersebut hanya dilakukan 1 (satu) kali dalam
meledak, biasanya berbentuk seperti wadah yang setahun yaitu ketika ada kerja sama antara Polres
berisi bahan peledak dan diatur agar menyebabkan dengan pemerintah setempat (Pemerintah
kerusakan saat diledakan. 9 Kabupaten Flores Timur). Sementara itu
Berdasarkan pengertian di atas dapat pengawasan terhadap kegiatan penangkapan ikan
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dilakukan setiap hari oleh Pokmas. Hal ini berarti
pengeboman ikan adalah penggunaan bahan peledak bahwa peran Pokmas lebih dominan dalam
untuk menghasilkan ledakan yang mengeluarkan pengawasan kegiatan penangkapan ikan
energi secara besar dan cepat di wilayah perikanan dibandingkan peran Polres Larantuka. Tindakan
agar dapat membunuh ikan-ikan sehingga pengawasan yang jarang dilakukan oleh Polres
memudahkan pelaku pengeboman untuk menangkap Larantuka secara langsung disebabkan karena
ikan. Menurut P. Joko Subagyo bahwadala m jumlah petugas Polres Larantuka sampai pada
pembudiyaan ikan ini dihindari timbulnya pencemaran bulan Oktober tahun 2014 berjumlah 412 orang
dan pengrusakan sumber daya ikan dan lingkungan, belum sebanding dengan jumlah penduduk
sehingga penggunaan alat-alat seperti bahan peledak Kabupaten Flores Timur sebanyak ± 241.082 jiwa
atau alat yang dapat membahayakan kelestarian serta luas wilayah 5.983,38 km (daratan 1.812.85
sumber daya ikan tidak diperkenankan.10 Maka km dan lautan 4.170,53 km). Khusus penanganan
pengertian “bom” dalam tulisan ini adalah bahan
8
Siswanto Sunarso, 2005, Wawasan Penegakan Hukum Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti , hlm 110.
9
Marwan M. dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum (Dictionary Of Law Complete Edition), Surabaya, Reality Publisher, hlm 111.
10
P.Joko Subagyo, 2009, Hukum Laut Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, hlm 12.

578
George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan
tindak pidana pemboman ikan ditangani langsung untuk menjaga lingkungan laut. Penyuluhan hukum
oleh unit Pidum Polres Larantuka sebanyak 12 yang seharusnya secara rutin disampaikan kepada
orang. Terbatasnya jumlah petugas kepolisian yang masyarakat meliputi :
melakukan penegakan hukum terhadap pelaku 1) Tata cara penangkapan dan pengelolaan
tindak pidana bom ikan, tentunya sangat ikan yang sesuai peraturan perundang-
mempengaruhi efektifitas penegakan hukum kasus undang;
tersebut. 2) Akibat hukum terhadap pelanggaran
Berdasarkan uraian di atas dapat peraturan perundang-undangan perikanan;
disimpulkan bahwa Polres Larantuka dalam 3) Dampak penggunaan alat tangkap yang
penegakan hukum terhadap tindak pidana dilarang, misalnya penggunaan bom ikan
pemboman ikan telah melakukan 2 bentuk tindakan dapat merusak lingkungan laut dan dapat
preventif sebagai upaya mencegah terjadinya menghambat populasi ikan karena daya
tindak pidana pemboman ikan. Tindakan preventif ledaknya membunuh seluruh ikan yang
itu meliputi penyuluhan hukum perikanan dan msuk dalam jangkauan ledak serta khusus
pengawasan kegiatan perikanan. Namun menurut bom ikan dapat ledakannya dapat
penulis, tindakan yang dilakukan mengalami membunuh pelaku apabila dilakukan
beberapa hambatan yang sangat mempengaruhi dengan cara yang salah.
efektivitas tindakan preventif tersebut. Jadi tindakan b. Tindakan represif
preventif yang dilakukan belum mampu Tindakan represif merupakan bentuk
membangun kesadaran masyarakat dan belum tindakan penegakan hukum kedua yang dilakukan
mampu mencegah secara efektif tindakan Polres Larantuka dalam upaya penanggulangan
pemboman ikan di wilayah perikanan kabupaten masalah tindak pidana pemboman ikan di wilayah
Flores Timur. Minimnya tindakan penyuluhan dan perairan Kabupaten Flores Timur. Tindakan represif
pengawasan yang dilakukan Polres Larantuka, yang dilakukan juga dapat dipahami sebagai
sangat berpengaruh terhadap tingkat kesadaran bentuk tindakan kontrol terhadap kehidupan sosial
masyarakat dan ketaatan masyarakat terhadap di masyarakat. Artinya ketika terjadi pelanggaran
hukum. Faktor kebutuhan ekonomi dikalangan para terhadap norma-norma hukum maka aparat
nelayan yang didukung oleh kurangnya penegak hukum akan mengontrol melalui tindakan
pengawasan, menjadi alasan bagi masyarakat represif beserta sanksinya. Hal ini dilakukan agar
untuk melakukan tindak pidana pemboman ikan. hak-hak masyarakat dan lingkungan laut dapat
Peran tindakan preventif sebenarnya sangat terlindungi. Hal ini sejalan dengan pendapat
dibutuhkan, karena merupakan solusi kausatif Sadjijono bahwa konsep perlindungan hukum,
terhadap perilaku tindakan pemboman ikan hampir merupakan salah satu fungsi kepolisian, mengingat
menjadi budaya dikalangan para nelayan fungsi kepolisian berkaitan erat dengan adanya
khususnya nelayan yang berasal dari Kecamatan kewajiban masyarakat untuk mematuhi hukum dan
Lamakera karena sudah dilakukan hampir lebih dari kewajiban pemerintah untuk menjaga, memelihara,
dua generasi. Hal ini selaras dengan pendapat melindungi dan mempertahankan hak-hak
Sadjijono bahwa, oleh karena itu langkah preventif, masyarakat melalui penegakan hukum. 12
adalah usaha mencegah bertemunya niat dan Sehubungan dengan hak-hak nelayan dalam
kesempatan berbuat jahat, sehingga tidak terjadi bidang perikanan, menurut Marhaeni Ria Siombo,
kejahatan atau kriminalitas.11 Melalui penyuluhan nelayan melakukan penangkapan ikan yang
yang rutin sebenarnya akan mampu membangun merupakan pekerjaannya untuk mendapatkan
kesadaran hukum dan kecintaan para nelayan

11
Sadjijono, 2009, Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance, Surabaya, Laksbang Mediatama, hlm 194.
12
Ibid, hlm 91.

579
George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan
nafkah bagi keperluan hidupnya dan dalam konteks kepolisian. Tindakan kuratif merupakan suatu
inilah negara wajib melindungi hak warga bagian dalam upaya membangun kesadaran
negaranya. 13 Di samping hak nelayan dalam hukum bagi pelaku tindak pidana untuk tidak
melakukan penangkapan ikan tersebut maka dia mengulangi lagi perbuatannya. Tindakan kuratif
wajib memperhatikan aspek-aspek kelestarian dari dilakukan disela-sela tindakan represif yaitu pada
sumber daya ikan yaitu melakukan penangkapan saat pelaku menjalani pemeriksaan, di saat yang
ikan yang tidak merusak lingkungan abiotik sama juga penyidik memberi nasehat dan
maupun biotik lainnya. Apabila kewajibannya membina pelaku untuk tidak mengulangi
dilanggar maka nelayan akan mendapatkan sanksi perbuatannya. Tindakan kuratif ini sebenarnya bila
hukum sesuai peraturan perundang-undangan dimaksimalkan oleh pihak Polres Larantuka dapat
yang mengatur. bermanfaat bagi proses pembangunan kesadaran
Pada tahun 2012, terdapat 3 (tiga) laporan hukum masyarakat khususnya pelaku tindak
polisi perihal tindakan pemboman ikan yang pidana.
berhasil ditangani oleh Polres Larantuka dan 1
(satu) laporan polisi yang masih dalam tingkat 2. Kejaksaan Negeri Larantuka
penyelidikan Polres Larantuka. Sementara itu Sehubungan dengan perannya dalam
tahun 2014 terdapat 2 (dua) laporan polisi terkait penegakan hukum terhadap pelaku pemboman ikan,
tindak pemboman ikan yang ditangani Polres Kejaksaan Negeri Larantuka lebih memfokuskan
Larantuka. Dari 2 (dua) laporan polisi tersebut, 1 pada tindakan represif. Tindakan represif meliputi
(satu) masih dalam penyelidikan, sedangkan 1 proses pemberkasan, penuntutan hingga eksekusi
(satu) laporan lainnya telah berhasil ditangani terhadap putusan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
polisi. Tahun 2013 Polres Larantuka tidak untuk memberi efek jera terhadap pelaku, Kejaksaan
mendapat laporan polisi mengenai tindak pidana Negeri Larantuka menuntut para pelaku dengan
pemboman ikan. ancaman hukuman maksimal dan juga menyita kapal
Data tersebut berbeda dengan fakta empiris yang digunakan oleh para pelaku.
bahwa masyarakat sering memberikan informasi Berikut ini data penuntutan yang dilakukan
dan laporan kepada aparat kepolisian perihal oleh Kejaksaan Negeri Larantuka pada tahun 2014
adanya tindakan pemboman ikan, namun sejauh terhadap para pelaku pemboman ikan yaitu :
ini, Polres Larantuka seringkali tidak melakukan a. Muhamad Ahmad, tuntutan 2 tahun 6 bulan, denda
penindakan. Hal ini disebabkan oleh adanya 100 juta subsider 5 bulan kurungan.
beberapa hambatan yaitu : (i). kurangnya b. Said Samsul ,tuntutan 7 bulan, denda 100 juta
ketersediaan sarana prasarana seperti speedboad subsider 1 bulan kurungan.
yang hanya berjumlah 1 buah dan minimnya biaya c. Afandi Said, tuntutan 7 bulan, denda 100 juta
operasional untuk kegiatan penangkapan para subsider 1 bulan kurungan.
pelaku pengeboman ikan; dan (ii). secara kuantitas d. Isnan Ismail, tuntutan 7 bulan, denda 100 juta
jumlah personil polisi di Polres Larantuka tidak subsider 1 bulan kurungan.
sebanding dengan kebutuhan di masyarakat. Data di atas menunjukan bahwa terhadap 4
c. Tindakan kuratif pelaku tindak pidana pemboman ikan di tuntut dengan
Tindakan kuratif merupakan salah satu jangka waktu hukuman yang berbeda. Terdapat 2
kategori jangka waktu hukuman yang di tuntut
bentuk tindakan penegakan hukum yang dilakukan
oleh Polres Larantuka dalam mengatasi tindak terhadap 4 orang terpidana tersebut yaitu :
(a).tuntutan dengan ancaman hukuman 2 tahun 6
pidana pemboman ikan. Tindakan kuratif yang
dilakukan oleh Polres Larantuka bukan merupakan bulan, denda 100 juta subsider 5 bulan kurungan; (b).
tuntutan dengan ancaman hukuman 7 bulan, denda
suatu tindakan yang terprogram tetapi suatu
100 juta subsider 1 bulan kurungan.
tindakan spontanitas yang keluar dari diri aparat
13
Marhaeni Ria Siombo, 2010, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama, hlm 28-29.

580
George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan
Perbedaan ancaman hukuman yang pelaku pemboman ikan, Pengadilan Negeri Larantuka
digunakan dalam proses penuntutan terhadap 4 juga berupaya melindungi kehidupan perikanan dan
orang pelaku tindak pidana pemboman ikan, lingkungan laut. Hal ini tampak pada salah satu
disebabkan karena ketiga orang yang dituntut dengan pertimbangan putusan Pengadilan Negeri Larantuka
ancaman 7 bulan dan denda 100 juta subsider 1 bulan terhadap Muhammad Ahmad yang menyatakan
kurungan masih berusia di bawah 18 tahun dan bahwa: “Hal yang memberatkan, perbuatan terdakwa
masuk kategori anak. Sementara itu terhadap dapat menjadi presenden buruk kepada para pelaku
Muhamad Ahmad berusia 56 tahun, sehingga di tuntut kegiatan perikanan lainnya; perbuatan terdakwa tidak
2 tahun 6 bulan. Pasal 84 Undang-Undang No.31 mendukung program pemerintah dalam menjaga
Tahun 2004 tentang Perikanan memberikan ancaman kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan”. 14
hukuman atas tindak pidana itu paling lama 6 tahun Berdasarkan pertimbangan hakim ini, terdapat dua
penjara. hal penting menyangkut perikanan yaitu :
Berdasarkan uraian di atas menunjukan a) Pertimbangan hakim mengenai tindakan
bahwa Kejaksaan Larantuka dalam melakukan pemboman ikan dapat menimbulkan presenden
penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana buruk kepada para pelaku kegiatan penangkapan
pemboman ikan lebih memfokuskan pada tindakan ikan. Tindakan itu juga merupakan bentuk
represif. Menurut penulis, tindakan represif melalui perlindungan terhadap kepentingan masyarakat
strategi tuntutan dengan ancaman hukuman yang khususnya nelayan yang menjadi korban
tinggi, berpeluang memberi efek jera bagi pelaku dan kegiatan penangkapan ikan. Tindakan
menjadi pembelajaran bagi para nelayan untuk tidak pemboman ikan dapat menimbulkan suatu
melakukan tindakan serupa, sehingga penegakan persaingan tidak sehat antar para nelayan yang
hukum dapat mencapai hasil yang efektif. berpotensi mengganggu keamanan dan
Minimnya data tindak pidana pemboman ikan ketertiban umum. Perbuatan kelompok yang
yang dimiliki oleh Kejaksaan Negeri Larantuka sangat menangkap ikan dengan bom ikan sangat
bertolak belakang dengan informasi dari masyarakat berpengaruh terhadap hasil tangkapan kelompok
mengenai tingginya aktivitas pemboman ikan di yang menggunakan alat tangkap yang sesuai
wilayah perikanan daerah Kabupaten Flores Timur. peraturan perundang-undangan sehingga hasil
Hal ini menunjukkan bahwa Kejaksaan Negeri tangkapannya menjadi menurun.
Larantuka belum efektif dalam melakukan upaya b) Pertimbangan hakim mengenai tindakan pelaku
perlindungan hukum terhadap perikanan daerah di tidak mendukung program pemerintah dalam
Kabupaten Flores Timur. menjaga kelestarian sumber daya ikan dan
lingkungan. Hal ini menunjukkan bentuk
3. Pengadilan Negeri Larantuka perlindungan terhadap pemerintah dan
Penegakan hukum terhadap pelaku tindak lingkungan laut. Akibat dari ledakan bom ikan,
pidana pemboman ikan melalui Lembaga Pengadilan selain membunuh ikan-ikan juga merusak
Negeri Larantuka, juga tidak terlepas dari upaya lingkungan laut misalnya terumbu karang menjadi
memberi keadilan kepada masyarakat dan pelaku hancur. Perbuatan pelaku yang menggangu dan
serta melindungi lingkungan laut. Sebagai upaya merusak kelesrarian lingkungan laut dianggap
penegakan hukum, Pengadilan Negeri Larantuka sebagai hal yang memberatkan dalam
tetap berpedoman pada tugas utama pengadilan yaitu pertimbangan hakim ketika memberi putusan.
memeriksa, mengadili dan memutus semua perkara Berdasarkan uraian diatas, menunjukan
yang diajukan oleh jaksa penuntut umum berdasarkan bahwa penegakan hukum yang dilakukan
keadilan. Khususnya penegakan hukum terhadap Pengadilan Negeri Larantuka lebih difokuskan
14
Putusan No.45/PID.SUS/2014/PN.LTK, hlm 22.

581
George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan
pada bentuk represif. Hal ini dapat dipahami merupakan bentuk represif. Untuk tindakan kuratif
karena tugas utama dari pengadilan adalah juga dilakukan di rutan Larantuka yakni berupa
mengadili, memeriksa dan memutus perkara. pembinaan terhadap terpidana. Pola pembinaan pada
Sementara itu upaya preventif dan upaya kuratif prinsipnya berupa pembinaan kerohanian,
yang dilakukan Pengadilan Negeri Larantuka, pembinaan perilaku, kerja dan pendidikan.
masih sebatas pembinaan maupun penyuluhan Khususnya pembinaan kerja hanya difokuskan pada
secara insidentil atau informal kepada bidang mebeler dan pengelasan melalui kerjasama
masyarakat yang secara kebetulan mengikuti rutan dan tempat-tempat mebeler dan pengelasan
sidang di Pengadilan Negeri Larantuka. Adapun yang ada di Kota Larantuka. Melalui upaya pembinaan
caranya di saat memimpin sidang terkait dengan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran hukum
tindak pidana pemboman ikan, majelis hakim dan sikap perilaku yang baik bagi pelaku. Selanjutnya
seringkali memberikan nasehat kepada terpidana dengan kesadaran hukum dan sikap perilaku yang
maupun masyarakat yang mengikuti jalannya baik diharapkan setelah terpidana selesai menjalani
persidangan untuk tidak melakukan masa hukumannya, dapat bersosialisasi dengan
penangkapan ikan dengan menggunakan bom masyarakat dan tidak mengulangi perbuatannya.
karena dapat merusak lingkungan laut dan
merugikan kehidupan masyarakat selanjutnya. C. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
4. Rumah Tahanan Negara Larantuka disimpulkan bahwa penegakan hukum terhadap
Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah pelaku pemboman ikan yang dilakukan oleh 4 sub
diputus bersalah dan menjadi terpidana, para pelaku sistem peradilan pidana di Kabupaten Flores Timur
pemboman ikan yang telah menjadi terpidana yakni Kepolisian Larantuka, Kejaksaan Negeri
menjalani masa hukumnya di rumah tahanan negara Larantuka, Pengadilan Negeri Larantuka, Rumah
Larantuka. Setelah menjadi narapidana, seharusnya Tahanan Negara Larantuka pada hakekatnya lebih
para pelaku bom ikan menjalani masa hukumannya difokuskan pada bentuk tindakan represif. Sebaliknya
di Lembaga Pemasyarakatan (LP). Namun di kurang dimaksimalkan tindakan preventif dan kuratif.
Kabupatan Flores Timur belum memiliki LP sehingga Hal tersebut terjadi karena dalam penegakan hukum
sesuai SK Menteri Kehakiman No.M.04.UM.01.06 di Kabupaten Flores Timur mengalami hambatan dari
Tahun 1983 tentang Penetapan LP Tertentu sebagai segi kuantitas penegak hukum, sarana dan
Rutan, narapidana dapat tetap ditahan atau menjalani prasarana.
hukumannya di rutan. Jadi rutan Larantuka, tidak saja
berfungsi sebagai tempat menahan para tersangka DAFTAR PUSTAKA
dan terdakwa tetapi juga sebagai tempat menjalani
masa hukuman karena ketiadaan LP. Kondisi dimana Alimuddin, Supriyadi H, 2011, Hukum Perikanan Di
rutan Larantuka menampung tersangka, terdakwa Indonesia, Jakarta:Sinar Grafika.
dan terpidana, menunjukan bahwa rutan Larantuka Chalid, Hamid, 2009, Menuju Kejaksaan Progresif
menjalankan 2 fungsi sekaligus yakni sebagai tempat (Studi Tentang Penyelidikan, Penyidikan, dan
untuk menahan para tersangka, terdakwa dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi), Jakarta:
sebagai tempat pembinaan terhadap para Masyarakat Transparansi Indonesia
narapidana. Erwin, Muhammad, 2009, Hukum Lingkungan (Dalam
Jadi atas dasar penjelasan tersebut, dapat Sistem Kebijakan Pembangunan Lingkungan
disimpulkan bahwa penegakan hukum yang Hidup), Bandung: Refika Aditama
dilakukan di rutan Larantuka pada umumnya

582
George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan
Hamzah, Andi, 2008, Penegakan Hukum Lingkungan,
Jakarta:Sinar Grafika.
M Marwan dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum
(Dictionary Of Law Complete Edition),
Surabaya: Reality Publisher
Ria Siombo, Marhaeni 2010, Hukum Perikanan
Nasional dan Internasional , Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama
Sadjijono, 2009, Hukum Kepolisian POLRI dan Good
Governance , Surabaya: Laksbang
Mediatama.
Soekanto, Soerjono, 2012, Faktor-Faktor Yang
Mengpengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Subagyo, P. Joko 2009, Hukum Laut Indonesia,.
Jakarta: Rineka Cipta
Sunarso Siswanto, 2005, Wawasan Penegakan
Hukum Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
Tutik, Titik Triwulan, 2010, Pengantar Hukum Tata
Usaha Negara Indonesia, Prestasi Pustaka,
Jakarta. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
Surat Keputusan Menteri Kehakiman No.
M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang
Penetapan Lembaga Pemasyarakatan
Tertentu Sebagai Rumah Tahanan Negara
Putusan No.:45/PID.SUS/2014/PN.LTK

583
George Dieter Nakmofa, Penegakan Hukum Bagi Pelaku Pengeboman Ikan

584

Anda mungkin juga menyukai