Anda di halaman 1dari 98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI
MEDAN

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA LIBOR, SUKU BUNGA


SBI, DAN INFLASI TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA
DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM

SKRIPSI

Diajukan oleh:

YUSTINA TAMBUNAN

040501077

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi
2007

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the factors which influence to the
time deposit interest rate at public bank in Indonesia. Data used for this research is
time series data from 1986-2005. Independent variable are LIBOR, SBI, and
inflation rate. The method used is OLS ( Ordinary Least Square ) by using
econometric model.
The result shows that LIBOR, SBI, and inflation rate have positively
influenced on time deposit interest rate. The LIBOR and inflation rate are
respectively influenced to time deposit interest rate at α = 5%. Mean while, SBI is
significantly at α = 1%.

Keywords: Time Deposit of Interest, LIBOR Rate of Interest, SBI Rate of


Interest, and Inflation

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang


mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di
Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (data
berkala) dari tahun 1986-2005.
Variabel independennya adalah suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan tingkat
inflasi. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu
dengan model ekonometrika.
Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa suku bunga LIBOR,
suku bunga SBI, dan tingkat inflasi secara bersama mempunyai pengaruh positif
terhadap suku bunga deposito berjangka. Suku bunga LIBOR dan tingkat inflasi
signifikan pada α = 5%. Sedangkan suku bunga SBI signifikan pada α = 1%.

Kata kunci: suku bunga deposito berjangka, suku bunga LIBOR, suku bunga SBI,
dan tingkat inflasi.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur bagi

Tuhan Allah yang sangat baik yang telah melimpahkan berkat kasih-Nya sehingga

penulis dimampukan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana dari program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas

Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini

adalah: “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga LIBOR, Tingkat Suku Bunga

SBI, dan Tingkat Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka

pada Bank Umum”.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan para pembaca tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku

bunga deposito berjangka pada bank umum.

Selama menyelesaikan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai

pihak baik dalam bentuk moril, material, terutama doa. Maka pada kesempatan

ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah

bersedia meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan

bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi

ini.

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah

memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai Dosen Penguji II yang juga telah

memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi

Pembangunan.

7. Seluruh Staff Pegawai Bank Indonesia Cabang Medan yang telah banyak

membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan

skripsi penulis.

8. Buat orang-orang yang mengasihi dan penulis kasihi, khususnya Daniel

Simalango, dan “All AGAVE” ( K’Welfania, Ruth Princes, Rita

Melayanti, Febrina, Luvani Amelia, Sriyanti, Christanty ) terima kasih atas

dukungan dan doanya serta juga buat teman-teman EP’04 terima kasih atas

dukungan dan kebersamaan kita selama perkuliahan di Fakultas Ekonomi.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan buat mamaku tercinta

Kasyani Harefa dan keluarga kakak I. Adi Tarigan ( K’ Kristina Tambunan )

serta adikku Memorys Tambunan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena

itu sangat diharapkan saran maupun kritikan yang membangun sehingga penulis

dapat memperbaiki kesalahan di lain kesempatan.

Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember

2007

( Yustina Tambunan )

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI

ABSTRACT........................................................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................................................

i
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................

i
i
i
DAFTAR ISI......................................................................................................................

v
i
DAFTAR TABEL..............................................................................................................

v
i
i
i
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................

i
x

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................

1
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................

4
1.3 Hipotesa...................................................................................................

5
1.4 Tujuan dan Mamfaat Penelitian............................................................

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

2.1 Tingkat Suku Bunga...............................................................................


7
2.1.1 Pengertian Suku Bunga.................................................................

7
2.1.2 Jenis–Jenis Suku Bunga................................................................

7
2.1.3 Teori Suku Bunga..........................................................................

9
2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga...................

1
4
2.1.5 Tingkat Suku Bunga Keseimbangan...........................................

1
7
2.2 Suku Bunga Deposito
Berjangka............................................................20
2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)......................................

2
1
2.3.1 Pengertian Suku Bunga SBI.........................................................

2
1
2.3.2 Karakteristik SBI...........................................................................

2
3
2.3.3 Tata Cara Penjualan SBI..............................................................

2
3
2.4 Suku Bunga
LIBOR.................................................................................24
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
2.5 Inflasi.......................................................................................................

2
5
2.5.1 Pengertian
Inflasi............................................................................25
2.5.2 Teori Inflasi.....................................................................................

2
7
2.5.3 Jenis – Jenis Inflasi.........................................................................

3
2
2.5.4 Kebijakan dalam Mengendalikan Inflasi.....................................

3
4

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................


39

3.1 Ruang Lingkup


Penelitian.......................................................................39
3.2 Jenis dan Sumber
Data............................................................................40
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan
Data.................................................40
3.4 Pengolahan
Data.......................................................................................40
3.5 Model Analisis
Data..................................................................................41
3.6 Test of Goodness Fit (Uji
Kesesuaian)…………………………………42
3.7 Defenisi Variabel
Operasional………………………………………….47

BAB IV HASIL DAN


PEMBAHASAN…………………………………………48

4.1 Gambaran Umum Ekonomi


Indonesia………………………………..48
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
4.2 Perkembangan Jumlah Bank Umum di
Indonesia…………………...51
4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito
Berjangka…………………….56
4.4 Perkembangan Jumlah Dana Deposito Berjangka
pada Bank
Umum....................................................................................60
4.5 Perkembangan Suku Bunga
LIBOR......................................................62
4.6 Perkembangan Suku Bunga
SBI............................................................64
4.7 Perkembangan
Inflasi..............................................................................66
4.8 Pembahasan Hasil
Penelitian..................................................................69

BAB V KESIMPULAN DAN


SARAN................................................................78

5.1 Kesimpulan...............................................................................................
78
5.2 Saran..........................................................................................................
80

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
No. Tabel Judul Hal

4.1 Perkembangan Jumlah Bank Umum dan Kantor...................54

4.2 Suku Bunga SBI dan Suku Bunga Rata-Rata

Deposito Berjangka pada Bank Umum..................................58

4.3 Jumlah Deposito Berjangka 3 Bulan pada Bank Umum........60

4.4 Jumlah Dana Deposito Berjangka 1 Bulan pada

Bank Umum.......................................................................... 61

4.5 Perkembangan Tingkat Suku Bunga LIBOR

Tahun 1986-2005................................................................... 62

4.6 Perkembangan Suku Bunga SBI

Tahun 1986-2005................................................................... 65

4.7 Perkembangan Laju Inflasi Tahun 1986-2005....................... 68

4.8 Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga LIBOR (X 1 ), Tingkat

Suku Bunga SBI (X 2 ), dan Tingkat Inflasi (X 3 ) Terhadap

Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka..................................

70

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
2.1 Teori Klasik tentang Suku Bunga................................. 10

2.2 Tingkat Suku Bunga Keseimbangan............................. 17

2.3 Dampak Kenaikan Penawaran Uang terhadap

Tingkat Suku Bunga..................................................... 19

2.4 Demand Full Inflation................................................... 28

2.5 Cost Push Inflation........................................................ 30

3.1 Uji Durbin-Watson........................................................46

4.1 Uji F- Statistik............................................................... 71

4.2 Uji Dw- Statistik........................................................... 77

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1980-an, Indonesia mengalami resesi ekonomi sebagai

implikasi dari resesi global yang terjadi pada negara-negara maju. Kondisi sektor

makro ekonomi khususnya sektor moneter mengalami gejala penurunan

intensitasnya. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan neraca pembayaran luar negeri

yang mencapai hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu sekitar US$

6.280 juta. Nilai yang sangat buruk untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang

diharapkan sebelumnya (Bank Indonesia, 1998:126).

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi keadaan

moneter ini. Pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan devaluasi rupiah sebesar

27,6% yang ditetapkan pada tanggal 30 Maret 1983 dengan patokan kurs yang

berlaku menjadi Rp.970; per US$ 1. Devaluasi ini disusul dengan beberapa

kebijakan lain, diantaranya adalah deregulasi sistem perbankan.

Permulaan berlakunya deregulasi perbankan ini adalah dengan

dikeluarkannya Paket Kebijakan 1 Juni 1983 atau lebih dikenal dengan

PAKJUN’83. Salah satu inti dari kebijakan 1 Juni 1983 yang memiliki relevansi

dengan judul penulis adalah dihapuskannya ketentuan yang mengatur pembatasan

ekspansi aktiva dalam negeri bersih perbankan, yang sebelumnya digunakan


Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
sebagai salah satu instrumen intervensi langsung. Sebagai gantinya, pemerintah

menggunakan instrumen tidak langsung yaitu penentuan cadangan wajib, Operasi

Pasar Terbuka (OPT), fasilitas diskonto dan moral suasion serta diberikannya

kebebasan pada bank pemerintah untuk menetapkan suku bunga deposito.

Sebelumnya, suku bunga deposito ini masih diatur oleh Bank Indonesia.

Selanjutnya, untuk keperluan Operasi Pasar Terbuka (OPT), sejak Februari 1984

Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berupa Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), dan menyediakan fasilitas diskonto dalam rangka pemenuhan kebutuhan

likuiditas jangka pendek perbankan.

Berdasarkan data statistik Ekonomi Keuangan dan Moneter Bank

Indonesia (Bank Indonesia, 2000:111), kenaikan suku bunga deposito pada bank-

bank umum, baik deposito dalam bentuk rupiah maupun deposito yang

dinominasi dalam bentuk dollar AS, dipicu oleh meningkatnya suku bunga SBI

dan tekanan inflasi.

Dengan adanya SBI maka pemerintah dapat melakukan pengendalian

terhadap jumlah uang beredar (M1) yang terdapat di masyarakat. Bila jumlah

uang beredar dapat dikendalikan maka pemerintah dapat juga mengendalikan

tingkat inflasi. Dalam mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat,

pemerintah akan menaikkan tingkat suku bunga SBI. Apabila tingkat suku bunga

SBI naik maka bank-bank umum akan menaikkan tingkat suku bunga deposito

guna memperoleh likuiditas dari masyarakat dalam jumlah besar. Karena tingkat

suku bunga deposito yang tinggi maka masyarakat akan lebih cenderung untuk

mengalokasikan dana yang dimilikinya dalam bentuk deposito. Dengan demikian,

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
jumlah uang beredar dalam masyarakat akan mengalami penurunan, sehingga

tingkat inflasi pun dapat dikendalikan.

Penurunan tingkat suku bunga di Indonesia dari tahun ke tahun akan

makin terbatas. Hal ini terkait dari faktor-faktor risiko, baik risiko eksternal

maupun internal. Dari sisi eksternal, risiko yang muncul terkait dengan

membaiknya prospek negara-negara maju serta prospek perlambatan penurunan

tingkat suku bunga internasional. Dalam kondisi tersebut penurunan suku bunga

akan semakin terbatas sehubungan dengan upaya Bank Indonesia dalam

mempertahankan perbedaan tingkat suku bunga domestik terhadap tingkat suku

bunga internasional agar tetap menarik bagi penanam modal asing. Di sisi

internal, risiko yang muncul terkait dengan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi

ke depan, yang diperkirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya

permintaan agregat.

Dalam upaya tetap mempertahankan level suku bunga pada tingkat yang

positif, ruang bagi penurunan suku bunga diperkirakan akan semakin sempit. Hal

ini dikarenakan oleh pergerakan suku bunga juga diarahkan untuk tetap memberi

insentif bagi masyarakat untuk menabung sekaligus mendorong iklim investasi.

Dengan dikeluarkannya kebijakan perpindahan modal secara bebas tahun 1967

oleh pemerintah dalam upaya menarik modal investasi asing, maka perbedaan

suku bunga antarnegara akan memiliki pengaruh penting terhadap pergerakan

tingkat suku bunga domestik.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor yang mempengaruhi

pergerakan suku bunga simpanan pada perbankan, dalam hal ini adalah suku

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
bunga deposito, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan

mengaitkan pengaruh dari sisi internal dan dari sisi eksternal.

Dari sisi eksternal dikaitkan dengan suku bunga internasional yaitu suku bunga

London Inter Bank Offered Rate (LIBOR), dan dari sisi internal dikaitkan dengan

suku bunga SBI dan tingkat inflasi. Berdasarkan uraian pada latar belakang di

atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul ”Analisis

Pengaruh Suku Bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan Inflasi terhadap Tingkat

Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank Umum ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka ada beberapa

rumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang

dilakukan, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaruh suku bunga LIBOR terhadap tingkat suku bunga

deposito berjangka pada bank umum?

2. Bagaimanakah pengaruh suku bunga SBI terhadap tingkat suku bunga

deposito berjangka pada bank umum?

3. Bagaimanakah pengaruh inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito

berjangka pada bank umum?

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
1.3 Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara

yang diambil untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian.

Berdasarkan permasalahan di atas maka sebagai jawaban sementara penulis

membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Suku bunga LIBOR mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku

bunga deposito berjangka pada bank umum.

2. Suku bunga SBI mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga

deposito berjangka pada bank umum.

3. Inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga deposito

berjangka pada bank umum.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan daripada penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga LIBOR terhadap

tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga SBI terhadap

tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi terhadap tingkat suku

bunga deposito berjangka pada bank umum.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Adapun yang menjadi manfaat daripada penulisan ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca lainnya tentang faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka

pada bank-bank umum dan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan.

2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambil

keputusan di masa yang akan datang dan juga sebagai bahan referensi.

3. Dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti lainnya yang berhubungan

dengan penelitian ini.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat Suku Bunga

2.1.1 Pengertian Suku Bunga

Bunga bank dapat dikatakan sebagai balas jasa yang diberikan kepada

nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga dapat juga dikatakan

sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa karena telah menggunakan

uang orang lain. Namun dalam dunia perbankan, suku bunga dapat dikatakan

sebagai harga yang harus dikeluarkan oleh bank kepada nasabah yang menyimpan

dana (yang memiliki simpanan).

2.1.2 Jenis-Jenis Suku Bunga

Ada berbagai jenis suku bunga yang dapat dikelompokkan menjadi empat

jenis yaitu:

1. Suku Bunga Dasar (Bank Rate)

Suku bunga dasar adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh

bank sentral atas kredit yang diberikan oleh perbankan, dan tingkat

suku bunga yang ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto surat-

surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Pasar

perhitungan tingkat suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersial

untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan kepada

nasabahnya.
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
2. Suku Bunga Efektif (Effective Rate)

Suku bunga efektif adalah tingkat suku bunga yang dibayar atas harga

beli suatu obligasi (bond). Semakin rendah harga pembelian obligasi

dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat

bunga efektifnya, dan sebaliknya. Jadi ada hubungan terbalik antara

harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya.

3. Suku Bunga Nominal (Nominal Rate)

Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang dibayarkan tanpa

dilakukan penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi.

4. Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate)

Suku bunga padanan adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap

hari (bunga harian), setiap bulan (bunga bulanan), dan setiap tahun

(bunga tahunan) untuk sejumlah pembayaran atau investasi selama

jangka waktu tertentu, yang apabila secara anuitas akan memberikan

penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.

Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana

dari masyarakat maka suku bunga dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:

a. Bunga Simpanan

Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan

atas balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank

yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada

nasabahnya. Contohnya: giro, bunga tabungan, bunga deposito.

b. Suku Bunga Pinjaman

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Bunga pinjaman adalah biaya atau harga yang harus dibayar oleh

nasabah (peminjam) kepada bank atas dana yang diberikan

kepadanya. Contoh: bunga kredit.

2.1.3. Teori Suku Bunga

1. Teori Klasik

Menurut teori klasik, bunga adalah harga dari penggunaan Loanable

Funds atau merupakan nilai balas jasa modal dalam suatu waktu, ada anggota

masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk

konsumsinya selama periode tersebut, mereka adalah kelompok penabung,

bersama-sama jumlah seluruh tabungan mereka membentuk suplay atau demand

akan loanable funds. Di lain pihak, dalam periode yang sama ada anggota

masyarakat yang membutuhkan, mungkin mereka ingin mengkonsumsi lebih dari

pendapatan yang diterima selama periode tersebut. Dengan kata lain, mereka

digolongkan pengusaha yang membutuhkan dana untuk operasi atau perluasan

usahanya.

Demikian para penabung dan investor ini akan bertemu di pasar Loanable

Funds dan dari proses tawar menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan

tingkat bunga kesepakatan/ keseimbangan.

Tingkat bunga

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
s

i1

i0 i1

i0

Dana investasi (loanable


funds)
0 S0 S1

Gambar 2.1
Teori Klasik Tentang Suku Bunga

2. Teori Keynes

Menurut Keynes tingkat bunga merupakan fenomena moneter yang artinya

tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang. Uang akan

mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP) sepanjang uang itu mempengaruhi

tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi

keinginan untuk mengadakan investasi.

Ada tiga motif mengapa orang menghendaki untuk memegang uang tunai,

dimana ketiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan akan

uang yang disebut dengan Liquidity Preference.

a. Motif Transaksi (Transaction Motive)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Keynes mengemukakan bahwa alasan masyarakat memegang uang

tunai adalah untuk keperluan sehari-hari, seperti: konsumsi, membiayai

pembayaran-pembayaran atau kewajiban-kewajiban tertentu. Besar

kecilnya keinginan meminta uang guna pemuasan motif transaksi ini

berhubungan erat dengan besarnya keuntungan yang diharapkan dari

tingkat bunga.

b. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)

Setiap orang menyimpan uang untuk dipergunakan dalam keperluan

yang mendadak misalnya untuk keperluan persediaan biaya sakit. Bagi

sebuah perusahaan persediaan kas yang ditahan atas dasar motif ini

ditujukan untuk menjaga apabila persediaan perusahaan menderita

kerugian.

c. Motif Spekulasi (Speculative Motive)

Sesuai dengan namanya, motif dari memegang uang ini adalah

terutama untuk tujuan memperoleh keuntungan, yang bisa diperoleh

dari seandainya pemegang uang tersebut meramal apa yang terjadi

dengan betul. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan

langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut

(tingkat bunga) dengan unsur permintaan uang untuk tujuan spekulasi.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan apabila tingkat

bunga tinggi maka permintaan kecil. Orang perlu memegang uang

tunai dan karena kegiatan spekulasi tersebut bisa mendapatkan

keuntungan maka orang akan bersedia membayar harga tertentu untuk

memegang uang tunai.

Permintaan akan uang menurut Keynes disebut dengan Liquidity

Preperence (permintaan uang) tergantung dari tingkat bunga. Sumbu horizontal

mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu vertikal untuk tingkat

bunga.

Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat

bunga. Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya

suatu tingkat bunga yang normal. Jika mereka memegang surat berharga di waktu

suku bunga naik, maka harganya akan turun dan mereka akan menderita kerugian

(capital loss). Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat

berharga yang dipegangnya, dengan sendirinya menambah uang kas yang

dipegang pada waktu tingkat bunga naik.

Hubungan permintaan negatif dengan tingkat bunga juga berkaitan dengan

ongkos memegang uang kas (Opportunity Cost of Holding Money). Makin tinggi

tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas (dalam bentuk

tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan diwujudkan dalam bentuk

uang kas), sehingga keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya jika

tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah

sehingga permintaan akan uang kas juga naik.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
3. Teori Paritas Tingkat Bunga

Teori paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang paling penting

mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas, yaitu apabila

penduduk masing-masing negara bebas memperjual-belikan devisa. Teori ini pada

pokoknya mengatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara

yang satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah

diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu

dengan yang lain.

Secara aljabar:

Rn = Rf + E*

Rn = tingkat bunga (nominal) di dalam negeri

Rf = tingkat bunga (nominal) di luar negeri

E* = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing

yang diperkirakan akan terjadi.

Dalam analisis diasumsikan bahwa tingkat bunga dalam perekonomian

terbuka kecil, sama dengan dunia, tingkat bunga Rn = 1. Namun demikian karena

beberapa alasan tingkat bunga berbeda di seluruh dunia. Ketika diasumsikan

tingkat bunga dalam perekonomian terbuka kecil ditentukan oleh tingkat bunga

dunia sedang diterapkan hukum satu harga. Jika tingkat suku bunga domestik

berada di atas tingkat bunga dunia, masyarakat dari luar negeri akan memberikan

pinjaman pada negara itu yang membuat tingkat bunga domestik turun. Jika bunga

domestik berada di bawah tingkat bunga dunia, penduduk domestik akan

memberikan pinjaman ke luar negeri untuk mendapatkan pengembalian yang

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
lebih tinggi, yang mendorong tingkat bunga domestik naik. Akhirnya tingkat

bunga domestik akan sama dengan tingkat bunga dunia. Dalam prakteknya ada

biaya transaksi untuk memudahkan dana dari luar dan dalam negeri. Oleh sebab

itu teori paritas tingkat bunga ini lebih tepat jika berbunyi: bahwa tingkat bunga

antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi

yang diperkirakan dari mata uang yang satu terhadap yang lain dan biaya

transaksi. Dalam sistem devisa bebas biaya transaksi itu rendah, tetapi dalam

sistem devisa yang kurang bebas biaya transaksi tersebut bisa tinggi. Oleh karena

itu dalam sistem devisa yang tidak bebas ada kemungkinan tingkat bunga dalam

negeri sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah

dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Dalam menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan suku bunga

pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya artinya baik bunga simpanan maupun

bunga pinjaman saling mempengaruhi di samping pengaruh faktor-faktor yang

lain.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga

secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kebutuhan Dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman

meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat

terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
apabila dana simpanan yang ada banyak, sementara permohonan

pinjaman sedikit maka bunga simpanan adalah turun.

2) Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka di samping faktor promosi

yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam

arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka jika hendak

membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan di atas

bunga pesaing, misalnya: 17%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman

harus berada di bawah bunga pesaing.

3) Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun untuk bunga pinjaman

tidak boleh melebihi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4) Target Laba yang Diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan

besar maka suku bunga juga besar dan sebaliknya.

5) Jangka Waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan semakin tinggi

bunganya, hal ini disebabkan kemungkinan resiko di masa mendatang.

Demikian juga sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek maka

bunganya relatif rendah.

6) Kualitas Jaminan

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga

kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh: jaminan sertifikat

deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama

perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan, yaitu apabila kredit

yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti: sertifikat

deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk

dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

7) Reputasi Perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat

menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena

biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet di

masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

8) Produk yang Kompetitif

Masudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk

produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika

dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

9) Hubungan Bank

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya: nasabah utama (primer) dan

nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan

serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama

biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga

dalam penentuan suku bunganya berbeda dengan nasabah biasa.

10) Jaminan Pihak Ketiga

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Pihak ketiga dalam hal ini adalah pihak yang memberikan jaminan kepada

penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit,

baik dari segi kemampuan membayar, nama perusahaan maupun

loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan relatif lebih

rendah, sebaliknya apabila pihak ketiganya kurang bonafit atau tidak

dapat dipercaya maka kemungkinan tidak dapat digunakan sebagai

jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

2.1.5 Tingkat Suku Bunga Keseimbangan

Tingkat suku bunga keseimbangan adalah titik dimana jumlah uang yang

diminta sama dengan jumlah uang yang ditawarkan. Gambar di bawah ini

menjelaskan tentang kurva penawaran uang vertikal dan kurva permintaan uang

yang melengkung ke bawah. Hanya pada tingkat suku bunga r* jumlah uang

beredar (penawaran uang) sama dengan jumlah uang yang diminta. Untuk

memahami mengapa r* adalah keseimbangan maka perlu disesuaikan apakah

yang terjadi jika tingkat suku bunga bukan r*.

Tingkat bunga

Kelebihan
Penawaran
r1 uang

Titik keseimbangan

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
r*

r2
Kelebihan
permintaan uang

Md

0 M1 d Ms M2 d

Gambar 2.2
Tingkat Suku Bunga Keseimbangan

Pada r 1 , jumlah uang yang diminta adalah M 1 d dan jumlah uang yang

ditawarkan melebihi jumlah uang yang diminta. Artinya ada lebih banyak uang

beredar dibandingkan yang ingin dipegang oleh rumah tangga dan perusahaan.

Pada r 1 perusahaan dan rumah tangga akan berusaha mengurangi uang yang

mereka pegang dengan membeli obligasi untuk mendapatkan tingkat suku bunga

yang tinggi. Jika tingkat suku bunga pada awalnya cukup tinggi sehingga

menciptakan penawaran uang yang berlebih, tingkat suku bunga langsung jatuh

sehingga dapat mencegah orang-orang yang ingin mengeluarkan uangnya untuk

mendapatkan obligasi.

Sedangkan pada r 2 , jumlah uang yang diminta (M 2 d ) melebihi

penawaran uang yang sekarang beredar, dimana perusahaan dan rumah tangga

tidak memiliki uang yang cukup untuk melakukan transaksi. Jika tingkat suku

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
bunga pada awalnya cukup rendah maka akan mengakibatkan permintaan uang

yang berlebih sehingga tingkat suku bunga akan naik.

Tingkat bunga

Tingkat suku Kelebihan


Bunga Keseim- penawaran uang
s s
bangan di M 0 di M 1
14%

Tingkat suku bunga


keseimbangan di
s
M1
7%
d
M

s s
0 M0 M1
Uang
(M)

Gambar 2.3
Dampak Kenaikan Penawaran Uang
Terhadap Tingkat Suku Bunga

Pada tingkat suku bunga 14% ada penawaran uang yang berlebihan dan

kelebihan itu langsung menekan tingkat suku bunga ke bawah, karena rumah

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
tangga dan perusahaan berupaya membeli obligasi untuk mendapatkan tingkat

suku bunga yang tinggi. Maka ketika itu terjadi, tingkat suku bunga turun dan

penurunannya berlanjut hingga mencapai tingkat keseimbangan yang baru yaitu

sebesar 7%.

Maka pada titik itu, M 1 s = M d dan pasar berada dalam keseimbangan.

2.2 Suku Bunga Deposito Berjangka

Deposito berjangka (time deposito) merupakan simpanan dimana

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian

nasabah penyimpan dengan bank. Di Indonesia deposito berjangka dapat disimpan

dalam bentuk Rupiah atau Dollar AS. Tabungan deposito berjangka memiliki

jangka waktu penarikan dalam 1, 3, 12, dan 24 bulan.

Deposito berjangka merupakan sumber dana terbesar bagi perbankan.

Bank cenderung mengumpulkan dana yang berasal dari deposito berjangka,

karena penarikan untuk jenis tabungan ini mudah diprediksi.

Upaya yang dilakukan untuk menarik minat nasabah untuk menanamkan

dananya dalam bentuk deposito berjangka, ada beberapa kebijakan yang

dilakukan oleh perbankan. Kebijakan ini meliputi :

1. Menawarkan bunga yang sangat menarik bagi tabungan deposito

berjangka.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
2. Memberikan kemudahan-kemudahan perpajakan bagi pemegang deposito

berjangka.

3. Mempromosikan deposito berjangka di daerah pedesaan, sehingga

menarik orang-orang yang biasanya menyimpan kekayaannya dalam

bentuk ternak, tanah, emas, dan sebagainya.

4. Mengendalikan inflasi serendah mungkin, sehingga opportunity cost bagi

pemegang deposito berjangka adalah minimal.

Diberlakukannya kebijakan 1 Juni 1983, yang antara lain menghapus pagu

kredit kepada semua bank, terutama memberikan pengaruh yang sangat baik

terhadap bank-bank yang ada, terutama bagi bank-bank pemerintah. Bank-bank

pemerintah diperkenankan menentukan tingkat suku bunga deposito berjangka

banknya sendiri. Kebijakan ini telah memicu perkembangan jumlah deposito

berjangka yang dihimpun oleh bank-bank umum.

2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

2.3.1. Pengertian Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam

rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengeluaran hutang

berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Bagi Bank Indonesia, Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) adalah sekuritas dalam rangka melaksanakan kebijakan

moneter dalam operasi pasar terbuka (Open Market Operation). Sebagai otoritas

moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam

paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral) di Bank

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Indonesia yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk

mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

Bila jumlah uang beredar ingin dikurangi, maka Bank Indonesia akan

menaikkan tingkat suku bunga SBI, agar minat membeli SBI semakin tinggi.

Sebaliknya, jika ingin menambah jumlah uang beredar, maka Bank Indonesia

akan menurunkan tingkat suku bunga SBI agar minat membelinya semakin

berkurang.

Mengingat resiko SBI sangat kecil, biasanya tingkat suku bunga SBI

paling rendah di antara instrumen pasar uang lainnya. Makanya apabila Bank

Indonesia menaikkan tingkat suku bunga SBI akibatnya tingkat suku bunga

tabungan juga akan naik agar nasabah perbankan tidak memindahkan depositonya

ke dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai salah satu operasi pasar

terbuka, penjualan SBI diprioritaskan kepada lembaga perbankan. Meskipun

demikian, tidak ditutup kemungkinan masyarakat baik perorangan maupun

perusahaan untuk memiliki SBI.

Pembelian SBI oleh masyarakat tidak dapat dilakukan secara langsung

pada Bank Indonesia melainkan harus melalui bank umum serta pialang pasar

uang dan pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

2.3.2 Karakteristik SBI:

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
• Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus

berikut:

Nilai nominal x 360


360 + (tingkat diskonto x jangka waktu)

• Pembelian SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka.

Besarnya diskonto adalah nilai nominal dikurangi dengan nilai tunai.

• Pajak penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.

• Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya

kelipatan Rp 50 juta.

• Jangka waktu maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan

untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

2.3.3 Tata Cara Penjualan SBI

- Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.

- Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari Selasa.

- Lelang SBI dilakukan setiap hari Rabu dan dapat diikuti oleh seluruh

bank umum, pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan

penyelesaian transaksi hari Kamis.

- Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan

penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI

lelang yang diumumkan tercapai.

- Untuk menjaga keamanan dari kehilangan serta penghindaran

pemalsuan, maka pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Depot

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Simpanan sebagai bukti atas penyimpanan fisik warkat SBI pada Bank

Indonesia tanpa pungutan biaya penyimpanan (Dahlan, 2004:220).

2.4 Suku Bunga LIBOR

Suku bunga London Inter Bank Offered Rate (LIBOR) merupakan suku

bunga internasional yang digunakan sebagai suku bunga padanan antarbank di

negara yang berbeda. Suku bunga ini memiliki jangka waktu 1, 3, 6 bulan dan 1

tahun. Pergerakan suku bunga ini sesuai dengan pergerakan pasar uang yang

mengikuti kondisi ekonomi dunia. LIBOR merupakan suku bunga yang

digunakan oleh bank-bank di dunia, jika jenis surat berharga atau jenis tabungan

yang digunakan didominasi oleh mata uang asing atau dalam bentuk US$. Suku

bunga yang diberikan atas jenis tabungan atau surat berharga ini, juga akan diukur

sesuai dengan pergerakan nilai US$.

Di Indonesia, perkembangan suku bunga di dalam negeri selain

dipengaruhi oleh laju inflasi, juga dipengaruhi oleh suku bunga internasional.

Penurunan dan peningkatan suku bunga di dalam negeri ini sejalan dengan

kebijakan Bank Indonesia untuk mengupayakan perbedaan selisih antara tingkat

suku bunga domestik dengan suku bunga internasional berada pada tingkat yang

wajar, guna mengurangi ekspansi moneter yang berasal dari aliran modal masuk,

terutama yang berjangka pendek.

Mobilitas arus modal luar negeri di Indonesia pada dasarnya selain

didorong oleh tingginya keterbukaan perekonomian Indonesia, juga sangat terkait

dengan besarnya tingkat kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
perekonomian dan perbedaan suku bunga dalam negeri (interest rate) yang cukup

tinggi.

2.5 Inflasi

2.5.1 Pengertian Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai keadaan dimana terjadi kenaikan harga-

harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus dalam jangka

waktu yang cukup lama. Pengertian inflasi juga banyak ragamnya. Ini terjadi

karena luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian.

Hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian

tersebut melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi tentang inflasi,

demikian pula dalam memformulasi kebijakan-kebijakan untuk solusinya. Namun

pada prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan pandangan bahwa inflasi

merupakan suatu fenomena dan dilema ekonomi.

Inflasi juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang

mengidentifikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin

merosotnya nilai mata uang suatu negara. Jadi inflasi merupakan suatu keadaan

dimana terjadi kenaikan harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus

menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-

harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan

harga-harga tersebut.

Namun tidak semua kenaikan harga menyebabkan inflasi. Harga masing-

masing barang dan jasa ditentukan dengan banyak cara. Dalam pasar bersaing,

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
interaksi banyak pembeli dan penjual yakni bekerjanya penawaran dan permintaan

menentukan harga. Dalam pasar yang tidak terlalu bersaing harga ditetapkan oleh

keputusan produsen.

Ketika harga semua barang naik, kenaikan itu bisa atau tidak menjadi

bagian dari inflasi pada kelompok barang yang lebih besar. Inflasi adalah

kenaikan tingkat harga keseluruhan. Itu terjadi ketika harga naik secara serempak.

Inflasi dapat diukur dengan melihat sejumlah barang dan jasa dan menghitung

kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode waktu. Deflasi adalah

menurunnya tingkat harga secara keseluruhan. Itu terjadi ketika harga turun secara

serempak.

Kenaikan harga bukanlah semata karena pengaruh teknologi, sifat-sifat

barang maupun karena pengaruh ketika menjelang hari raya, tetapi karena adanya

pengaruh inflasi yang pada umumnya berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Dari pengertian di atas ada 3 hal penting yang ditekankan, yaitu:

• Adanya kecenderungan harga-harga yang meningkat artinya bisa saja

tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik

dibandingkan sebelumnya, namun tetap menunjukkan tendensi yang

meningkat.

• Bahwa tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus ( sustained

) yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa

beberapa waktu lamanya.

• Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum

yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu, bukan hanya pada

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
satu atau beberapa komoditi saja akan tetapi untuk harga barang secara

umum.

Inflasi itu buruk karena inflasi dapat menurunkan keseluruhan standar

kehidupan sebab mengakibatkan barang dan jasa mahal. Inflasi mengubah

distribusi pendapatan. Kelompok yang paling sering disebutkan ketika membahas

dampak inflasi adalah orang yang hidup berdasarkan pendapatan tetap. Jika

pendapatan tetap dan harga naik, maka kemampuan untuk membeli barang dan

jasa turun secara sebanding.

2.5.2 Teori Inflasi

a. Teori Kuantitas

Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun

teori ini masing-masing sangat berguna untuk menggambarkan proses inflasi di

zaman modern terutama di negara sedang berkembang. Teori ini menyoroti proses

inflasi dari jumlah uang beredar dan harapan masyarakat terhadap harga- barang

dan jasa.

Menurut teori ini ada 2 sumber inflasi, yaitu:

1. Demand Full Inflation

Ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan agregatif (bersifat agregat)

dimana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full

employment). Kenaikan kesempatan agregatif (agregat demand) selain

dapat meningkatkan harga-harga juga bisa meningkatkan produksi.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Jika kondisi produksi sudah berada pada kesempatan kerja penuh maka

kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output (produksi)

tetapi hanya mendorong kenaikan harga yang juga biasa disebut sebagai

inflasi murni (pure inflation).

`
AS

P4 AD 4

P3
AD 3

P2
AD 2

P1
AD 1

0 Q Qfe Q

Gambar 2.4
Kurva Demand Full Inflation

2. Cost Push Inflation

Inflasi yang terjadi akibat pergeseran kurva agregat disebut cost push

inflation. Pada kondisi ini, tingkat penawaran lebih rendah jika

dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini terjadi karena adanya

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa harus

mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu.

Penawaran total terus menurun karena adanya kenaikan biaya produksi.

Jika berlangsung lama maka akan mengakibatkan inflasi yang disertai

resesi.

Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong

oleh beberapa faktor, yaitu:

- Tuntutan kenaikan upah dari para pekerja yang biasanya

dikoordinir oleh organisasi serikat buruh.

- Adanya industri yang memonopoli yang menguasai pasar dan

menaikkan harga.

- Kenaikan bahan baku industri.

- Pemerintah yang terlalu berambisi untuk menguasai sumber-

sumber ekonomi dalam jumlah yang besar, yang seharusnya dapat

diberi pada pihak swasta.

- Adanya isu yang mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap

suatu barang melonjak drastis.

Tingkat harga

AS 3

P3
AS 2

P2 AS 1

P1
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
AD

0 Q2 Q1 Qfe
Produksi
Gambar 2.5
Kurva Cost Push Inflation

b. Aliran Klasik

Teori inflasi klasik berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan

oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai

dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih

cepat dari pertambahan barang, maka nilai uang akan merosot dan ini sama

dengan kenaikan harga. Jadi menurut klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang

beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka

solusinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit.

c. Aliran Keynes

Keynes mengemukakan bahwa inflasi didasarkan pada teori makro yang

menyoroti aspek lain selain inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena

masyarakat ingin hidup di luar batas ekonominya. Proses inflasi menurut

pandangan ini adalah proses perebutan rezeki di antara kelompok-kelompok sosial

yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang dapat disediakan oleh

masyarakat tersebut.

Teori inflasi Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada

pada full employment. Kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun

tingkat kuantitas uang konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan

naik. Kenaikan harga ini menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk

transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini mencegah

pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.

d. Aliran Monetarisme

Teori inflasi monetarisme mengemukakan bahwa inflasi timbul

disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga

jumlah uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan

permintaan barang dan jasa di sektor riil. Inflasi dapat diturunkan dengan cara

menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijaksanaan

moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif atau melebihi kontrol terhadap

peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas dasar nilai tukar valuta

asing.

e. Teori Ekspektasi

Menurut teori ini dikatakan bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi

laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi

rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan

semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik

untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
2.5.3 Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang sebagai berikut:

1. Berdasarkan Asal

a) Domestic Inflation

Adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan

karena adanya kenaikan harga dari dalam negeri baik karena perilaku

masyarakat maupun pemerintah.

b) Imported Inflation

Adalah inflasi yang terjadi dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan

harga di luar negeri.

2. Berdasarkan Intensitas

a. Creeping Inflation

Adalah inflasi yang terjadi dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan

harga di luar negeri. Creeping inflation merupakan inflasi yang terjadi

dengan laju pertumbuhan yang berlangsung lambat ( merayap atau terjadi

karena kenaikan harga yang perlahan-lahan ). Umumnya dialami oleh

negara-negara sedang berkembang.

b. Hyper Inflation

Adalah inflasi yang sangat berat dan terjadi karena kenaikan harga yang

umum berlangsung secara cepat.

3. Berdasarkan Bobot

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
a. Inflasi Ringan

Ini disebut juga creeping inflation yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan

secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per

tahun.

b. Inflasi Sedang

Adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada antara 10-30% per

tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan

pertumbuhan ekonomi suatu negara.

c. Inflasi Berat

Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada antara 30-

100% per tahun. Pada kodisi demikian, sektor-sektor produksi hampir

lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh negara.

d. Inflasi Sangat Berat

Inflasi sangat berat disebut juga hyper inflation yaitu inflasi dengan laju

pertumbuhan melampaui 100% per tahun, sebagaimana terjadi pada

perang dunia II.

2.5.4 Kebijakan dalam Mengendalikan Inflasi

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Ada 4 cara atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan

mengendalikan laju inflasi hingga ke tingkat yang paling rendah dan paling aman

bagi kinerja perekonomian dan struktur ekonomi kebijakan itu meliputi:

1) Kebijakan Moneter

Dalam ekonomi moneter dijelaskan bahwa inflasi merupakan fenomena

moneter. Kebijakan ini dijalankan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah

uang beredar dalam masyarakat, sehingga terjadi keseimbangan antara: jumlah

uang yang beredar dan jumlah output secara nasional. Untuk mengendalikan

tingkat inflasi dan jumlah uang beredar, bank sentral menggunakan instrumen-

instrumen kebijakan moneter, yaitu:

• Operasi Pasar Terbuka ( Open Market Operatinal )

Pengendalian jumlah uang beredar melalui operasi pasar terbuka dilakukan

dengan menjual dan membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Di

Indonesia, salah satu alat yang sering digunakan Bank Indonesia untuk

mengendalikan jumlah uang beredar adalah Sertifikat Bank Indonesia (

SBI ) dimana Bank Indonesia memberikan balas jasa berupa pendapatan

bunga. Jika Bank Indonesia ingin mengurangi jumlah uang beredar maka

pemerintah menarik jumlah uang beredar dari masyarakat dengan

menaikkan tingkat bunga SBI sehingga masyarakat semakin banyak

membeli SBI. Sebaliknya, jika ingin menambah jumlah uang beredar

maka BI berusaha menarik SBI dari tangan masyarakat dengan cara

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
membeli. Agar semakin banyak SBI yang dijual, maka akan diturunkan

tingkat bunga SBI.

• Fasilitas Diskonto ( Discount Rate )

Bank sentral dapat memberi pinjaman terhadap bank umum yang

mengalami kesulitan dana dalam rangka ekspansi kredit. Pinjaman oleh

bank sentral kepada bank umum disebut juga fasilitas diskonto. Tingkat

diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank

umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu, yang

mengalami kekurangan uang sehingga mereka harus meminjam uang

kepada bank sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah

untuk mengurangi dan menambah jumlah uang beredar.

Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah

menurunkan tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan demikian

keinginan bank-bank umum untuk meminjam uang dari bank sentral

menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya,

bila ingin menahan laju pertambahan maka pemerintah menaikkan suku

bunga pinjaman uang dari bank sentral sehingga pertambahan jumlah uang

beredar dapat ditekan.

• Giro Wajib Minimum ( Reserve Requirement Ratio )

Penetapan cadangan wajib minimum juga dapat mengubah jumlah uang

beredar. Jika bank sentral menurunkan giro wajib minimum maka daya

ekspansi kredit bank umum akan meningkat, sehingga jumlah uang

beredar bertambah. Sebaliknya jika giro wajib minimum dinaikkan maka

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
daya ekspansi kredit bank umum menurun dan jumlah uang beredar juga

berkurang.

• Imbauan Moral ( Moral Suasion )

Bank sentral dapat juga melakukan imbauan moral. Instrumen ini sangat

kualitatif sifatnya dan tidak menuntut bank umum untuk menaatinya.

Biasanya imbauan moral merupakan pernyataan bank sentral ( misalnya:

oleh Gubernur BI ) yang bersifat makro untuk dijadikan masukan bagi

bank-bank umum dalam pengelolaan aset dan kewajibannya.

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam

mengurangi jumlah uang beredar agar inflasi dapat ditekan, yaitu sebagai berikut:

• Meningkatkan Pajak

Semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan

masyarakat, maka semakin kecil konsumsi masyarakat dan diperkecil lagi

oleh MPC masyarakat yang bersangkutan. Sehingga dengan naiknya pajak

yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan masyarakat akan

menekan tingkat konsumsi, hal ini dapat juga menekan jumlah uang yang

beredar.

• Menekan Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah yang dapat ditekan melalui kebijakan fiskal

adalah subsidi dan anggaran pembangunan (anggaran rutin tak dapat

dikurangi). Anggaran pembangunan dapat ditekan pemerintah dengan

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
penjadwalan kembali proyek-proyek yang dianggarkan dalam APBN atau

dibiayai oleh bantuan luar negeri.

• Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi

Dengan menetapkan deregulasi-deregulasi dalam perizinan serta

kemudahan dalam pendistribusian barang sehingga mengakibatkan harga

barang jadi turun atau paling tidak tetap, sehingga perekonomian tidak

berada dalam keadaan inflasi.

3. Kebijakan Output

Jika output meningkat maka dampaknya akan menekan laju inflasi. Untuk

meningkatkan jumlah output dapat dilakukan dengan menurunkan tarif pajak.

Mengurangi pungutan yang berdampak pada biaya tinggi, menurunkan bea masuk

barang impor dan debirokratisasi perizinan. Dengan bertambahnya output, harga

dapat ditekan menjadi lebih murah. Jumlah uang beredar harus sebanding dengan

output. Kondisi demikian dapat mencegah terjadinya inflasi.

4. Kebijakan Harga dan Indexing

Kebijakan ini dapat dilakukan dengan cara menentukan harga dasar atau

harga patokan setempat (HTP) terhadap produk-produk tertentu. Penentuan

besarnya upah minimum regional harus sesuai dengan harga barang-barang

kebutuhan hidup. Jika index harga naik maka gaji naik. Tindakan demikian dapat

dilakukan untuk mencegah laju inflasi.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan

dalam mengumpulkan data dan atau informasi empiris guna memecahkan

permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang

diperlukan menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menggunakan tiga variabel yang dianggap

mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum, yaitu:

 Suku bunga LIBOR yaitu suku bunga internasional yang berlaku pada

negara-negara maju dan digunakan sebagai acuan antarbank pada negara-

negara maju dan berkembang dalam upaya menarik modal.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
 Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yaitu suku bunga yang

ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam

pengendalian jumlah uang beredar.

 Inflasi yaitu proses kenaikan harga-harga barang secara umum yang

berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama, yang

mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat serta jatuhnya nilai riil mata

uang.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang bersifat

kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan

Bank Indonesia cabang Medan pada kurun waktu 1986-2005.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode kepustakaan

(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan

kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, dan laporan-laporan penelitian ilmiah

yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data time series

dalam kurun waktu selama 20 tahun (1986-2005).

3.4 Pengolahan Data

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Penulis mempergunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah

data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model

matematis, yaitu suatu pernyataan hubungan yang berlaku di antara suku bunga

LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi terhadap suku bunga deposito.

Dengan menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen, penelitian ini menggunakan alat analisa ekonometrika, yaitu

meregresikan variabel-variabel yang ada dengan Ordinary Least Square (OLS).

Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan

analisa statistik, yaitu persamaan regresi linear berganda.

Adapun model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y= f (X1, X2, X3)………………………….(1)

Kemudian dibentuk dalam metode ekonometrika dengan persamaan

regresi linear berganda, yaitu sebagai berikut:

Y= α + β1X1 +β 2X2 + β3X3 + μ………….(2)

Keterangan:

Y = Suku Bunga Deposito Berjangka (%)

α = Intercept

X1 = Suku Bunga LIBOR (%)

X2 = Suku Bunga SBI (%)

X3 = Tingkat Inflasi (%)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

μ = Error Term

Secara matematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

∂Y
> 0, artinya apabila suku bunga LIBOR (X1) mengalami kenaikan, maka (Y)
∂X 1

suku bunga deposito berjangka akan mengalami kenaikan, ceteris

paribus.

∂Y
> 0, artinya apabila suku bunga SBI (X2) mengalami kenaikan, maka (Y)
∂X 2

suku bunga deposito berjangka akan mengalami kenaikan, ceteris

paribus.

∂Y
> 0, artinya apabila tingkat inflasi (X3) mengalami kenaikan, maka (Y) suku
∂X 3

bunga deposito berjangka akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6 Test of Goodness Fit (Uji Kesesuaian)

1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar

kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel

dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1).

2. Uji F-Statistik

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk

pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = bk…………bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b1 = 0…………………I = 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-

tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak. Artinya, variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

R2 / k −1
F* =
(1 − R 2 ) /(n − k )

Dimana:

R 2 = koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model

persamaan

n = jumlah sampel

3. Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen

dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini

digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

hipotesis, biasanya b dianggap = 0. artinya, tidak ada pengaruh variabel X1

terhadap Y.

Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini

berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata

(signifikan) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

(bi − b)
t* =
Sbi

Dimana:

bi = koefisien variabel ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

a. Multikolinerity

Multikolinerity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah

terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinerity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-

hitung, t-hitung, serta standard error.

Adanya multikolinerity ditandai dengan:

a) Standard error tidak terhingga.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α =

1%.

c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

d) R 2 sangat tinggi.

b. Autokorelasi

Autokorelasi terjadi bila error term (μ) dari waktu yang berbeda

berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi

serial apabila:

Variabel (εi.εj) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah

autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu:

a) Dengan memplot grafik.

b) Dengan Durbin-Watson (Uji D-Wtest).

Σ(et − (et − 1)) 2


D-hit =
Σe 2 t

Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu

diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk nilai α.

Hipotesis yang digunakan adalah:

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Inconclusive Inconclusive

Autokorelasi (-)
Autokorelasi (+)
Ho: Accept

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Gambar 3.1
Uji Durbin-Watson

Dimana:

Dw < dl : tolak Ho (ada korelasi positif)

Dw > 4-dl : tolak Ho (ada korelasi negatif)

Du < Dw < 4-du : terima Ho (tidak ada korelasi)

dl ≤ Dw ≤ du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

(4-du) ≤ Dw ≤ (4-dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.7 Defenisi Variabel Operasional

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
1. Suku bunga deposito berjangka adalah harga yang harus dibayar oleh

pihak bank kepada masyarakat yang menabung uang dalam bentuk

deposito selama periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam persentase.

2. Suku bunga LIBOR adalah suku bunga internasional yang berlaku pada

negara-negara maju (negara-negara industri). Digunakan sebagai acuan

oleh antarbank pada negara-negara maju dan berkembang dalam upaya

menarik modal yang dinyatakan dalam persentase.

3. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah suku bunga yang

ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam upaya

pengendalian jumlah uang beredar dan dinyatakan dalam persentase.

4. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara umum yang

berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama, yang

mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat serta jatuhnya nilai riil

mata uang dan dinyatakan dalam persentase.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Ekonomi Indonesia

Krisis ekonomi dan moneter yang menimpa perekonomian Indonesia

sudah berlangsung beberapa tahun. Berbagai kebijaksanaan ekonomi dan moneter

yang diterapkan pemerintah sampai dengan tahun 2000, untuk perbaikan ekonomi

nasional, nampaknya mulai membuahkan hasil meskipun masih jauh dari harapan.

Secara lebih nyata, hasil pembangunan telah berhasil memajukan desa yang

terisolir dan mengurangi penduduk miskin. Tanda-tanda pemulihan nasional ke

arah perbaikan mulai tampak di tahun 1999 dan berlanjut tahun 2000, setelah
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
sebelumnya pada pertengahan tahun 1997 sampai 1998 dilanda krisis yang sangat

serius.

Ekonomi Indonesia hingga triwulan III 2000, dilihat dari Produk Domestik

Bruto (PDB) 2000 atas harga konstan 1993, diperkirakan tumbuh sebesar 4,54%.

Sedangkan menurut dasar harga berlaku Produk Domestik Bruto per kapita tahun

1999 tercatat sebesar Rp 5.436,4 ribu sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun

1998 yaitu sebesar Rp 4.880 ribu.

Laju inflasi tahun 2000 mencapai 9,40% jauh lebih tinggi dibandingkan

dari tahun 1999 yaitu sebesar 2,01%. Namun bila dibandingkan dengan laju

inflasi tahun1998, masih jauh lebih rendah. Seiring dengan menurunnya laju

inflasi tersebut, suku bunga deposito pun mulai membaik, dalam arti pada tingkat

kewajaran yaitu sekitar 12,95%, padahal tahun sebelumnya (1998) sempat

menembus angka hampir 50%. Kembalinya suku bunga pada tingkat kewajaran

tersebut diharapkan berdampak pada bergairahnya kembali iklim usaha dan

investasi di Indonesia.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjelang pemilihan

Presiden keempat 20 Oktober 1999, menunjukkan masih di atas 7.832 rupiah per

dolar AS. Sebelumnya, selama empat minggu berturut-turut, sempat melonjak di

atas 8.000 rupiah. Sepanjang tahun 2000, praktis nilai tukar rupiah selalu berada

di atas angka 7000. Keberadaan nilai tukar di atas 7.000 rupiah per dolar

dipengaruhi oleh kondisi sosial politik. Faktor-faktor sosial politik ternyata tidak

mendukung upaya perbaikan ekonomi. Responnya, rupiah langsung mengalami

kemerosotan 161 poin hingga menjadi 7.575 rupiah per dolar AS di minggu

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
pertama Februari 2000. Selama Februari pergerakan nilai tukar rupiah terus

mengalami naik turun. Bahkan sempat diperhatikan, sampai memasuki minggu

keempat Maret 2000 pun rupiah masih goyah, meski belum memasuki kategori

under valued dari taksiran APBN 2000 yang mematok 7.500 rupiah per dolar AS.

Sampai minggu terakhir April kemerosotan tidak dapat dihindari. Pada minggu

tersebut rupiah mulai memasuki ambang batas nilai 8.000 rupiah per dolar AS.

Diperkirakan apabila sudah melewati batas ini, rupiah akan sulit diperbaiki

melalui perangkat moneter. Terbukti walaupun ada intervensi Bank Indonesia

pada kondisi pasar saat itu ternyata tidak memberikan hasil.

Namun pada tahun berikutnya, kinerja perekonomian Indonesia pada tahun

2001 lebih rendah dibandingkan pada tahun 2000. Tingkat inflasi Indonesia

selama tahun 2001 telah mencapai 12,55%, padahal untuk tahun sebelumnya

hanya sebesar 9,40%. Tingginya tingkat inflasi tersebut dipacu oleh kenaikan

harga bahan bakar minyak pada pertengahan Juni 2001 yang diikuti oleh kenaikan

tarif dasar listrik dan kenaikan pulsa telepon.

Seiring dengan naiknya tingkat inflasi, suku bunga deposito berjangka 1

bulan pada bank umum juga mengalami kenaikan. Suku bunga tersebut pada

bulan September 2001 dicatat sebesar 15,49% lebih tinggi jika dibandingkan

dengan tahun 2000 yang hanya mencapai 11,96%. Namun jika dibandingkan

dengan tahun 1999, angka tersebut masih jauh berada di bawah, yakni pada angka

23,57%. Kembalinya suku bunga pada tingkat yang wajar diharapkan dapat

merangsang kembali dunia usaha dan iklim investasi di Indonesia.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Pada tahun 2004 perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan

sebesar 5,13% dibanding tahun 2003. Pertumbuhan PDB ini lebih tinggi dari

pertumbuhan yang ditargetkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) dimana pertumbuhan PDB ditargetkan sebesar 4,8%.

Meningkatnya arus investasi masuk dianggap sebagai salah satu

kontributor meningkatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2004 ini. Investasi

merupakan salah satu faktor produksi sebagaimana tercermin melalui laju

pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, investasi menjadi penggerak atau

lokomotif kegiatan ekonomi nasional. Peningkatan investasi tahun 2004 ini, lebih

didasari oleh meningkatnya tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan

modalnya di Indonesia akibat kondisi ekonomi Indonesia yang mulai stabil.

Melalui indikator makro ekonomi, suku bunga juga merupakan faktor

indikator terpenting yang mampu mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Penurunan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dimana

pergerakan suku bunga ini diikuti oleh suku bunga domestik lainnya berdampak

bagi penurunan investasi, baik yang berasal dari dalam negeri (PMDN) maupun

dari modal asing (PMA)

4.2 Perkembangan Jumlah Bank Umum di Indonesia

Tingkat inflasi yang tinggi serta kondisi ekonomi makro secara umum

yang tidak bagus, bersamaan dengan kondisi perbankan yang tidak dapat

memobilisasikan dana dengan baik, telah membuat pemerintah mengambil suatu

kebijakan untuk mengatur situasi yang tidak menguntungkan itu, pemerintah

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
melakukan serangkaian kebijakan berupa deregulasi di sektor riil dan moneter.

Pada awal tahun 1980-an diluncurkan deregulasi perbankan yang pertama kali

bersamaan dengan restrukturisasi ekonomi secara keseluruhan, terutama untuk

memperbaiki sektor keuangan dan sektor produktif riil yang berorientasi ekspor.

Deregulasi 1 Juni 1983 merupakan titik awal dari liberalisme ekonomi

Indonesia yang mengikuti irama

”idiologi ekonomi” dunia yang cenderung menganut sistem pasar bebas.

Perubahan orientasi menuju ke arah penciptaan pasar bebas tersebut makin

terdorong terutama sejak diluncurkannya Paket Deregulasi 27 Oktober 1988

(Pakto’88) dengan kebebasan pendirian bank-bank. Sejak Pakto’88 itulah

pertumbuhan bank baik dari segi jumlah bank, volume usaha, kredit yang

diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun mengalami perkembangan

pesat. Akibatnya, tingkat persaingan antarbank semakin kuat.

Industri perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dan

keberadaannya mutlak diperlukan dalam kegiatan dan pembangunan ekonomi.

Lembaga ini berperan sebagai perantara keuangan yang melakukan pengerahan

dana masyarakat, sekaligus menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

Pakto’88 telah memungkinkan berdirinya bank-bank baru sebagai

konsekuensi dari misi dan tujuan kebijakan itu sendiri, yakni ”pasarisasi” lembaga

keuangan atau perbankan agar pelaku-pelakunya makin banyak. Secara kuantitatif

kebijakan Pakto’88 dinilai berhasil dalam menghadirkan pemain-pemain baru di

sektor perbankan. Setiap tahun jumlah terus bertambah, meskipun persentase

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
pertumbuhannya makin menurun dan tidak secepat pada saat diberlakukannya

kebijakan tersebut.

Paket kebijakan ini selain memberi fasilitas kemudahan kepada bank untuk

menambah kantor operasionalnya, juga memberi keringanan penyetoran modal

yakni hanya Rp 10 Milyar. Pemerintah juga memberikan kesempatan untuk

mendirikan bank campuran, dengan persyaratan bahwa bank asing tersebut telah

memiliki kantor perwakilan di Indonesia.

Hasil dari proses ini, yakni kehadiran kelembagaan yang tidak cukup kuat untuk

mencapai tujuan ”pasarisasi” sektor keuangan atau perbankan itu sendiri, yakni

efesiensi dan harga modal yang lebih rendah. Yang justru terjadi sebaliknya, yakni

harga modal makin tinggi, seperti ditunjukkan oleh tingginya tingkat suku bunga

sejak diberlakukannya Pakto’88 tersebut.

Modal disetor bagi bank campuran ditetapkan sebesar Rp 50 Milyar dan

kepada pihak asing tersebut diberikan kesempatan penyetoran modal maksimum

sebesar 85%, dan bank nasional sebagai mitranya sebesar 15%. Syarat untuk bank

campuran pun tidak terlalu ketat sehingga begitu mudah untuk masuk ke dalam

sektor keuangan di Indonesia pada saat itu.

Melihat perkembangan jumlah bank umum (Tabel 4.1), dapat dilihat

bahwa Pakto’88 telah berhasil mengundang para pemilik modal untuk mendirikan

sejumlah bank-bank baru. Keadaan itu sekaligus menunjukkan bahwa cukup

banyak pemilik modal yang tidak berpengalaman masuk ke sektor ini. Tetapi yang

terjadi kemudian, kaitan yang erat antara pengusaha yang terlibat dalam bisnis

dengan usaha perbankan sulit dipisahkan.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Tabel 4.1
Perkembangan Jumlah Bank Umum dan Jumlah Kantor

Bank Bank Pembangunan Bank Swasta Bank Asing Jumlah Bank


Persero Daerah Nasional dan Umum
Tahun Campuran

JB JK JB JK JB JK JB JK
JB JK
1988 7 1034 27 270 66 631 11 22 111

1957

1994 7 1490 27 645 166 3203 40 86 240

6026

1995 7 1635 27 705 165 3458 41 90 240

6590

1996 7 1707 27 745 164 3964 41 94 239

7314

1997 7 1843 27 822 144 4150 44 100 222

7860

1998 7 1875 27 822 1304 4150 44 106 208

7661

1999 7 1853 27 825 92 4150 40 104 164

7113

2000 5 1739 26 825 81 3892 39 101 151

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
6547

2001 5 1807 26 857 80 3988 34 113 145

6765

2002 5 1885 26 909 76 4043 34 114 141

7001

2003 5 2072 26 1003 76 4523 31 126 138

7730

2004 5 2112 26 1064 72 4635 30 128 133

7939

2005 5 2133 26 1090 71 4777 29 132 131

8132

Sumber : Bank Indonesia Medan

Jika diamati lebih lanjut dari penambahan jumlah bank tersebut,

pertumbuhan yang cepat dialami oleh bank umum swasta nasional, bank asing dan

campuran, sedangkan jumlah bank pemerintah tidak mengalami perubahan,

kecuali jumlah kantor operasionalnya. Pada tahun 2000-2005 jumlah bank umum

mulai mengalami penurunan baik untuk bank umum pemerintah, bank

pembangunan daerah, bank swasta nasional, bank asing dan campuran. Secara

nasional, jumlah bank umum sebelum Pakto’88 diluncurkan, jumlah bank

mencapai 111 bank. Pada tahun 1995 penambahan jumlah bank umum mencapai

angka tertinggi, yaitu 240 bank. Jumlah ini kemudian berlahan-lahan mengalami

penurunan, sehingga pada tahun 2005 jumlah bank sebanyak 131 bank dengan

jumlah kantor operasionalnya sebanyak 8132 kantor.

Jumlah bank umum swasta nasional sebelum dicanangkan Pakto’88,

sebanyak 66 bank dan jumlah kantor operasionalnya sebanyak 631 kantor. Sampai
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
akhir tahun 1995 jumlahnya meningkat menjadi 165 bank dengan jumlah kantor

operasionalnya sebanyak 3458 kantor. Sejak saat itu jumlah bank swasta

mengalami penurunan karena merger dan likuidasi yang dilakukan pemerintah

pada 1 November 1997. Sementara jumlah bank asing dan campuran sebelum

Pakto’88 hanya sebelas bank dan jumlah kantor operasionalnya 22 bank. Jumlah

ini meningkat menjadi masing-masing 44 bank dengan 100 kantor, pada tahun

1997. Jumlah itu berlahan mengalami penurunan hingga tahun 2005 mencapai 29

bank dengan 132 kantor operasionalnya.

Sejak tahun 1997 tidak ada penambahan jumlah bank baru yang mencolok.

Menurut beberapa kalangan pada saat itu bank-bank pemerintah sebaiknya

digabung menjadi bank yang kuat. Alasan penggabungan ini agar bank-bank

pemerintah mampu menghadapi persaingan global yang sudah mulai terasa pada

tahun 1997.

4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito Berjangka

Suku bunga perbankan sudah menjadi masalah serius sejak

diluncurkannya Deregulasi 1 Juni 1983. Sebab, dalam masa sebelum kebijakan 1

Juni 1983 itu, suku bunga hanya mengikuti tabel yang dikeluarkan Bank

Indonesia berdasarkan Instruksi Presiden No. 28 tahun 1968. Namun, sejak

Deregulasi itu, bank-bank mulai menetapkan suku bunganya sendiri. Dalam masa

itu, hingga Oktober 1988 dapat dilihat belum terjadi gejolak yang cukup berarti,

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
sebab selama itu bank-bank pemerintah masih sangat dominan mempengaruhi

pasar.

Pada masa-masa awal Pakto’88 bahkan sampai sekarang, senjata yang

selalu digunakan kalangan perbankan adalah suku bunga. Sejumlah bank dan

bahkan sebagian besar bank menggunakan suku bunga sebagai strategi untuk

mengumpulkan dana dari masyarakat. Jadi, penurunan suku bunga tidak bisa

dilihat sebagai efesiensi suatu bank, tetapi karena pengaruh bank-bank pesaing.

Setiap penurunan suku bunga selalu mengakibatkan perpindahan dana ke bank-

bank lain yang menetapkan suku bunga yang lebih tinggi.

Dalam situasi normal, kondisi seperti ini tidaklah menjadi masalah, namun

dalam situasi rentan likuiditas perilaku ”perang bunga” sangat berpengaruh.

Diketahui pula, sejumlah bank menetapkan ”premi rate” terhadap nasabah-

nasabah tertentu dengan jumlah dana tertentu pula. Ada bank yang selalu likuid

dan ada bank yang kesulitan likuiditasnya. Kondisi ini menyebabkan bank-bank

dalam suasana penuh gejolak suku bunga.

Pada tahun 1991 pemerintah mengambil kebijakan uang ketat, yang

sekaligus menaikkan suku bunga ke tingkat yang tidak wajar. Seluruh aktivitas

ekonomi terhenti akibat kenaikan suku bunga, tidak terkecuali dunia perbankan

sendiri. Pada saat itu suku bunga melambung sampai 30% untuk simpanan dana

dan 37% untuk suku bunga kredit.

Kebijakan uang ketat dikeluarkan untuk mendinginkan mesin ekonomi

setelah ekonomi nasional yang semakin panas akibat pengaruh tingkat inflasi.

Tingginya tingkat inflasi itu jugalah yang menyebabkan bank-bank umum

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
terpaksa menaikkan suku bunga kredit dan suku bunga simpanan, seperti deposito

berjangka. Pengaruh tingginya tingkat inflasi dan dengan adanya suku bunga yang

rendah akan mengakibatkan rendahnya minat pemilik uang untuk menanamkan

uangnya ke bank. Jadi untuk mengimbangi inflasi, suku bunga bank menjadi

pengaman agar dana-dana bisa masuk dan tidak lari keluar dari perbankan.

Kebijakan uang ketat terus berlanjut hingga akhir tahun 1992, walaupun

saat itu suku bunga SBI sudah mengalami penurunan. Dengan dimotori oleh suku

bunga pada bank pemerintah, suku bunga berlahan turun kendati pada saat yang

bersamaan sejumlah bank-bank swasta masih mempertahankan suku bunga yang

tinggi. Pada tahun 1993 hingga awal 1994 kondisi suku bunga benar-benar turun.

Tabel 4.2
Suku Bunga SBI dan Suku Bunga Rata-Rata
Deposito Berjangka pada Bank Umum
(%)

Tahun Suku bunga SBI 3 bulan Suku bunga deposito berjangka 3 bulan

1994 11,59 14,27

1995 13.30 17,15

1996 13.10 17,03

1997 17.38 23,92

1998 37,84 49,23

1999 12,64 12,95

2000 14,31 13,84

2001 17,63 17,24

2002 13,12 13,63

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
2003 8,34 7,14

2004 7,29 6,71

2005 12,83 13,05

Sumber : Bank Indonesia Medan

Pergerakan suku bunga pada bank-bank umum menjadi mulai normal,

terutama setelah tahun 1994. Dapat dikatakan pergerakan arahnya mengikuti

perilaku pergerakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Hal ini

memudahkan bank-bank umum mengikuti arah pergerakan suku bunga untuk

jenis suku bunga kredit dan suku bunga simpanan seperti simpanan deposito

berjangka.

Berdasarkan tabel di atas ( tabel 4.2 ) diketahui bahwa pergerakan

perubahan suku bunga SBI cenderung diikuti oleh pergerakan suku bunga

deposito berjangka pada rata-rata bank umum.

Pada tahun 2005, suku bunga hasil lelang SBI baik untuk 1 bulan dan 3 bulan

mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 Bank

Indonesia mengambil kebijakan moneter yang cenderung ketat,seperti yang

tercermin dari kenaikan suku bunga BI rate, yang diperkuat pula dengan kenaikan

beberapa indikator suku bunga, seperti suku bunga SBI. Suku bunga SBI

meningkat menjadi 12,83%, sedangkan pada tahun 2004 suku bunga SBI sebesar

7,29%. Kenaikan suku bunga SBI mulai diikuti oleh perubahan suku bunga

deposito berjangka, yaitu pada tahun 2004 tingkat suku bunganya sebesar 6,71%

dan pada tahun 2005 tingkat suku bunganya sebesar 13,05%.

Kebijakan kenaikan suku bunga instrumen moneter (SBI) pada tahun 2005

menjadi 12,83% dipengaruhi oleh peningkatan laju inflasi akibat pasca kenaikan
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ini mengakibatkan kenaikan harga-harga.

Akibatnya jumlah uang beredar mengalami peningkatan, dimana peningkatan itu

tidak sesuai dengan yang ditargetkan.

4.4 Perkembangan Jumlah Dana Deposito Berjangka pada Bank Umum

Peningkatan suku bunga instrumen moneter yang diikuti oleh kenaikan

suku bunga deposito berjangka telah mendorong terjadinya peningkatan simpanan

masyarakat. Pada perbankan, khususnya dalam bentuk simpanan berjangka

(deposito). Setelah tumbuh negatif sepanjang tahun 2003-2004, pertumbuhan

simpanan deposito berjangka tahun 2005 semakin menunjukkan perkembangan

yang positif. Kondisi tersebut mendorong pesatnya pertumbuhan dana secara

agregat pada bank-bank umum.

Tabel 4.3
Jumlah Deposito Berjangka 3 Bulan
pada Bank Umum
( Juta Rupiah )
Tahun Bank Bank Pembangunan Bank Swasta Bank Asing Total
Persero Daerah Nasional dan
Campuran
2000 42.281 783 25.075 4.995 73.132
2001 51.743 1.320 24.389 6.580 83.131
2002 46.838 2.305 26.676 4.631 80.449
2003 31.267 1.908 30.455 6.192 69.822
2004 22.260 1.668 22.031 6.165 52.155
2005 29.080 4.152 26.968 7.752 67.953
Sumber : Bank Indonesia Medan

Pada tahun 2004 simpanan deposito berjangka 3 bulan berjumlah 52.155

juta rupiah. Jumlah itu mengalami peningkatan menjadi 67.953 juta rupiah pada

Juli 2005, dimana tingkat suku bunga deposito pada bulan itu sebesar 7,03%.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Di samping faktor suku bunga, peningkatan dana deposito tersebut juga

terkait dengan perpindahan dana perorangan yang sebelumnya ditanamkan di

reksa dana. Hal ini sejalan dengan semakin baiknya pemahaman pemilik dana

akan resiko investasi di pasar Surat Utang Negara (SUN).

Kondisi ini terlihat dari kembalinya simpanan masyarakat atau terjadinya

penambahan deposito milik perorangan yang naik mencapai 66,5 triliun rupiah

(Maret-September), setelah gejolak redemtion reksa dana secara besar-besaran

adanya kenaikan suku bunga lebih lanjut dan mencerminkan preferensi

masyarakat akan likuiditas jangka pendek. Bagi nasabah yang membutuhkan

dananya dalam jangka pendek, penanaman uang untuk jangka waktu 1 bulan akan

mempermudah penarikannya. Jika dana tersebut belum dibutuhkan dan ekspektasi

akan adanya kenaikan suku bunga deposito berjangka benar ada akan

memberikan keuntungan bagi nasabah, yaitu pendapatan bunga akibat pengaruh

peningkatan tingkat suku bunga tersebut. Perkembangan dana pada jumlah

deposito berjangka 1 bulan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4
Jumlah Dana Deposito Berjangka 1 bulan
pada Bank Umum ( Juta Rupiah )

Tahun Bank Bank Pembangunan Bank Swasta Bank Asing Total


Persero Daerah Nasional dan
Campuran
2000 106.058 2.675 115.936 38.752 263.421
2001 126.362 4.363 130.256 42.134 303.115
2002 115.329 6.296 141.086 35.624 298.335
2003 107.765 6.386 137.799 39.937 291.886
2004 100.339 7.512 159.082 48.302 315.235
2005 110.277 13.046 165.298 58.266 346.086
Sumber : Bank Indonesia Medan

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
4.5 Perkembangan Suku Bunga LIBOR

Tingkat bunga dalam suatu perekonomian yang relatif kecil dan terbuka

hubungan ekonomi dunia, akan cenderung sama dengan tingkat bunga di pasar

internasional. Perekonomian yang kecil dan terbuka seperti ini tidak dapat secara

bebas menentukan tingkat bunganya sendiri. Keadaan ini menyebabkan tingkat

bunga LIBOR harus ikut diperhitungkan sebagai faktor yang ikut berperan dalam

menentukan tingkat suku bunga dalam negeri. Tingkat bunga domestik

bergantung pada tingkat bunga internasional. Tingkat bunga domestik ini tidak

dapat secara umum berada lebih rendah di tingkat bunga internasional, sebab hal

tersebut akan mengakibatkan pelarian modal (capital outflow).

Perkembangan tingkat bunga LIBOR selama periode 1986-2005 dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5
Perkembangan Tingkat Suku Bunga LIBOR
Tahun 1986-2005
(%)
Tahun Suku Bunga LIBOR

1986 4,825

1987 7,540

1988 9,310

1989 8,390

1990 9,332

1991 4,250

1992 3,637

1993 3,375

1994 6,520

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
1995 5,752

1996 5,685

1997 5,952

1998 5,025

1999 6,122

2000 6,299

2001 1,880

2002 1,400

2003 1,170

2004 2,500

2005 3,375

Sumber: International Finansial Statistic, IMF, berbagai edisi

Tingkat bunga LIBOR menunjukkan fluktuasi yang naik turun, hal ini

disebabkan perekonomian dunia yang terus berfluktuasi, hal ini dapat dilihat dari

tahun 1990 sampai dengan 1993 mengalami penurunan, dan mulai naik kembali

hingga tahun 2000. Pada tahun 2001-2003 menunjukkan nilai yang cukup stabil,

hal ini terjadi karena perekonomian dunia mulai membaik, dan tingkat bunga

berada pada posisi yang normal. Pada tahun 2005 mulai menaik kembali karena

dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia, sehingga suku bunga LIBOR juga

mengalami kenaikan hingga 3,375% per tahun.

4.6 Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah membuat kegiatan

ekonomi melemah, sehingga kebijakan moneter sangat diharapkan untuk dapat

mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kebijakan ini
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
dilakukan melalui pengendalian pertambahan jumlah uang beredar agar sesuai

kebutuhan riil perekonomian. Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai

salah satu piranti operasi pasar terbuka, penjualan SBI diprioritaskan kepada

lembaga perbankan.

Bank Indonesia dapat mempengaruhi tingkat bunga secara tidak langsung,

melalui penggunaan SBI. Kebijakan uang ketat dilakukan oleh BI salah satunya

adalah dengan memperbanyak volume penerbitan SBI, sedangkan kebijakan uang

longgar adalah dengan mengurangi SBI sehingga penyerapan likuiditas dapat

berkurang.

Perkembangan yang terjadi setiap bulan atau tiga bulan bahkan pertahun

selalu mengalami perubahan. Seiring dengan perkembangan positif yang terjadi

pada likuiditas perekonomian, yang memberikan keyakinan terhadap membaiknya

prospek inflasi sehingga membuka ruang gerak bagi BI untuk memberikan sinyal

penurunan suku bunga secara bertahap melalui penurunan suku bunga instrumen

moneter (SBI) guna mempercepat proses pemulihan ekonomi. Penurunan tersebut

dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan suku bunga riil dan suku bunga

dalam dan luar negeri ( interest rate of differential).

Pada tabel dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga SBI tahun 1998

meningkat cukup tajam sekitar 37,84%. Persentase ini lebih dari tahun

sebelumnya. Hal ini terjadi karena inflasi yang mencapai 77% akibat dari krisis

moneter. Makanya sangat diperlukan penyesuaian tingkat suku bunga SBI yang

nantinya akan mempengaruhi tingkat suku bunga perbankan melalui pengendalian

jumlah uang beredar. Dan pada tahun 1999 tingkat suku bunga SBI mengalami

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
penurunan, ini juga sangat berpengaruh terhadap suku bunga deposito berjangka.

Namun pada tahun selanjutnya, tingkat suku bunga SBI mengalami penurunan,

yaitu pada tahun 2004 sekitar 7,30% dan pada tahun berikutnya SBI kembali

mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2005 SBI berada pada posisi

12,83%.

Tabel 4.6
Perkembangan Suku Bunga SBI
Tahun 1986-2005
(%)
Tahun Tingkat Suku Bunga SBI

1986 13,98
1987 11,54
1988 15,30
1989 11,64
1990 17,87
1991 18,03
1992 13,79
1993 9,08
1994 11,59
1995 13,34
1996 13,10
1997 17,37
1998 37,84
1999 12,64
2000 14,31
2001 17,63
2002 13,12

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
2003 8,34
2004 7,29
2005 12,83
Sumber: Bank Indonesia Medan

4.7 Perkembangan Inflasi

Setiap negara pasti akan mengalami apa yang dikatakan dengan inflasi.

Naik turunnya suatu inflasi tergantung pada keanekaragaman mekanisme kegiatan

perekonomian di dalam negara tersebut. Misalnya di Indonesia, dapat dipengaruhi

oleh kenaikan harga BBM, kenaikan tarif jasa publik, berlimpahnya kredit

konsumtif, spekulasi tanah, dan ekspansi APBN. Negara Indonesia yang memiliki

perekonomian terbuka terhadap perekonomian dunia menyebabkan peka terhadap

gejolak perekonomian dunia. Keterbukaan perekonomian ini dapat dilihat dari

tingginya rasio perdagangan luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto.

Inflasi di Indonesia selalu mengalami perubahan mulai tahun 1986 sampai

tahun 1996. Namun perubahannya tidak begitu tajam. Akan tetapi pada tahun

1997-1999 tingkat inflasi di Indonesia relatif tinggi. Hal ini disebabkan antara

lain, kondisi moneter yang sangat buruk. Krisis yang melanda Indonesia

memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi peningkatan inflasi. Terutama

saat nilai tukar rupiah sangat rendah, bahkan sampai titik terendah yaitu: Rp

16.000 per US$. Hal ini juga mengakibatkan harga barang impor menjadi sangat

mahal, terutama Indonesia yang sebagian besar masih mengimpor alat-alat

produksi dari luar negeri. Dengan demikian maka biaya produksi akan sangat

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
meningkat, sehingga harga produk yang dihasilkan juga naik yang pada akhirnya

meningkatkan inflasi.

Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia, berusaha

untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia dengan berusaha menekan

laju inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,63% melalui penekanan jumlah uang

beredar di masyarakat dengan menaikkan suku bunga SBI. Pada saat itu

diharapkan uang yang beredar di masyarakat akan terserap oleh bank-bank umum

akibat dari tingkat suku bunga perbankan yang juga ikut naik. Sehingga pada

tahun berikutnya, tahun 1999, laju inflasi sudah dapat dikendalikan. Pada tahun

2000 dan tahun 2001 inflasi kembali meningkat menjadi 9,40% dan 12,55% yang

kemudian turun menjadi 10,04% pada tahun 2002. Tahun 2003 tingkat inflasi

sebesar 5,16%. Untuk lebih jelasnya maka perkembangan inflasi di Indonesia

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7
Perkembangan Laju Inflasi Tahun 1986-2005
(%)

Tahun Inflasi

1986 4,31

1987 6,25

1988 8,90

1989 5,47

1990 5,97

1991 9,52

1992 4,94

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
1993 9,77

1994 9,24

1995 8,64

1996 6,47

1997 11,05

1998 77,63

1999 2,01

2000 9,40

2001 12,55

2002 10,04

2003 5,16

2004 6,40

2005 17,11

Sumber: Bank Indonesia Medan

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis regresi merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa

hubungan persamaan antarvariabel. Untuk mengalisis pengaruh suku bunga

LIBOR, suku bunga Sertifikat Bank Indonsia (SBI), dan tingkat inflasi terhadap

suku bunga deposito berjangka, digunakan analisa regresi linier berganda, dimana

variabel terikat (dependen variabel) adalah tingkat suku bunga deposito berjangka

periode 1986-2005. Sedangkan variabel bebas (independen variabel) adalah suku

bunga LIBOR, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan tingkat

inflasi periode 1986-2005. (Lihat lampiran: 1 )

Model estimasi persamaannya adalah sebagai berikut:

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Y= α + β1X1 +β 2X2 + β3X3 + μ

Dimana:

Y = Suku Bunga Deposito Berjangka (%)

α = Intercept

X1 = Suku Bunga LIBOR (%)

X2 = Suku Bunga SBI (%)

X3 = Tingkat Inflasi (%)

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

μ = Error Term

Berdasarkan regresi linier berganda dengan bantuan komputer program

Eview 4.1 dengan metode Ordinary Least Squre (OLS) diperoleh hasil estimasi

sebagai berikut:

Tabel 4.8
Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga LIBOR (X 1 ), Tingkat Suku Bunga
SBI (X 2 ), dan Tingkat Inflasi (X 3 ) Terhadap Tingkat Suku Bunga
Deposito Berjangka.

Y = - 2.296677 + 0.554227 X 1 + 1.057662 X 2 + 0.109935 X 3


Std.error (1.865) (0.219) (0.183) (0.071)
t- statistik (-1.230) (2.520)** (5.778)*** (2.295)**
R2 = 0.950
Adjusted R 2 = 0.940
Dw-statistik = 1.673
F-statistik = 101.381

Keterangan:
(**) : signifikan pada α = 5%
(***) : signifikan pada α = 1%

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
1. Koefisien Determinasi (R 2 )

Koefisien determinasi (R 2 ) adalah koefisien yang menyatakan hubungan

yang dijelaskan oleh variabel dependen dan variabel independen tersebut.

Dari hasil perhitungan estimasi regresi dapat diperoleh nilai (R 2 ) sebesar

0.950. Artinya, variabel tingkat suku bunga LIBOR (X1), tingkat suku bunga SBI

(X2), dan tingkat inflasi (X3) secara bersama menjelaskan variabel suku bunga

deposito berjangka sebesar 95%, sedangkan sisanya sebesar 5% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

2. Uji F- Statistik

Uji F- statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel tingkat suku

bunga LIBOR (X1), tingkat suku bunga SBI (X2), dan tingkat inflasi (X3) mampu

secara serentak atau secara bersama-sama mempengaruhi suku bunga deposito

berjangka.

Berdasarkan hasil model analisis regresi diperoleh bahwa F-hitung > F-

tabel

(101.38 > 3.24 ), dengan demikian Ho ditolak. Artinya, secara bersama-sama

tingkat suku bunga LIBOR (X1), tingkat suku bunga SBI (X2), dan tingkat inflasi

(X3) berpengaruh nyata terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka, pada

tingkat kepercayaan 95%.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Ho diterima Ha diterima

101.38

Gambar 4.1
Uji F-statistik

3. Uji t- statistik

Berdasarkan hasil estimasi (regresi) model yang telah diperoleh, dapat

dibuat suatu interpretasi model yang diambil pada metode penelitian, sebagai

berikut:

a. Tingkat suku bunga LIBOR (X1)

Tingkat suku bunga LIBOR (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap

tingkat suku bunga deposito berjangka, dengan koefisien sebesar 0.554. Hal ini

berarti jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga LIBOR sebesar 1%, ceteris

paribus maka tingkat suku bunga deposito berjangka akan mengalami

peningkatan sebesar 0.55%.

Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga LIBOR

signifikan pada α = 5%, dengan t-hitung > t-tabel (2.520 > 2.120). Dengan

demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel tingkat suku bunga LIBOR berpengaruh

nyata terhadap suku bunga deposito berjangka pada tingkat kepercayaan 95%.
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada

tingkat suku bunga LIBOR, maka suku bunga deposito berjangka akan meningkat,

ceteris paribus.

b. Tingkat suku bunga SBI (X2)

Tingkat suku bunga SBI (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap

tingkat suku bunga deposito berjangka, dengan koefisien sebesar 1.057. Hal ini

berarti jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga SBI sebesar 1%, ceteris paribus

maka tingkat suku bunga deposito berjangka akan mengalami peningkatan sebesar

1.057 %.

Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga SBI

signifikan pada α = 1%, dengan t-hitung > t-tabel (5.778 > 2.921). Dengan

demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh

nyata terhadap suku bunga deposito berjangka pada tingkat kepercayaan 99%.

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada

tingkat suku bunga SBI, maka suku bunga deposito berjangka akan meningkat,

ceteris paribus.

c. Inflasi (X3)

Tingkat inflasi (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku

bunga deposito berjangka, dengan koefisien sebesar 0.109. Hal ini berarti jika

terjadi kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, ceteris paribus maka tingkat suku

bunga deposito berjangka akan mengalami peningkatan sebesar 0.10%.

Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat inflasi signifikan pada α =

5%, dengan t-hitung > t-tabel (2.295 > 2.210). Dengan demikian, Ho ditolak.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Artinya, variabel tingkat inflasi berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito

berjangka pada tingkat kepercayaan 95%.

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada

tingkat inflasi , maka suku bunga deposito berjangka akan meningkat, ceteris

paribus.

4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

 Multikolinearity

Multikolinearity adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi variabel

independen di antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini tidak

terdapat gejala multikolinearitas di antara variabel-variabel independennya. Hal

ini dapat terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan

hipotesa yang sudah ditentukan.

Dari model analisis:

Y= α + β1X1 +β 2X2 + β3X3 + μ……….( 1 )

Suku bunga deposito berjangka = f ( LIBOR, SBI, INFLASI )

Kemudian dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen, hal

ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel

independen. Sehingga diperoleh hasil analisis regresi variabel independennya

sebagai berikut:

a) LIBOR = f ( SBI, Inflasi )

LIBOR = α + β 2X2 (SBI) + β3X3 (Inflasi) + μ…..( 2 )

Dari hasil analisis regresi diperoleh R 2 sebesar 0.186. Artinya, variabel

suku bunga SBI (X2), dan tingkat inflasi (X3) mampu memberi penjelasan

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
sebesar 18% terhadap variabel suku bunga LIBOR. R 2 Y, X1, X2, X3 >

R 2 X2, X3

(0.95 > 0.18). Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity

karena R-Square (persamaan 2) lebih kecil daripada R-Square (persamaan

1).

b) SBI = f (LIBOR, Inflasi)

SBI = α + β1X1 ( LIBOR) +β3X3 (Inflasi) + μ……...( 3 )

Dari hasil analisis regresi diperoleh R 2 sebesar 0.820. Artinya, variabel

suku bunga LIBOR (X1) dan tingkat inflasi (X3) mampu memberi

penjelasan sebesar 82% terhadap variabel suku bunga SBI. R 2 Y, X1, X2,

X3 > R 2 X1, X3

(0.95 > 0.82). Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity

karena R-Square (persamaan 3) lebih kecil daripada R-Square (persamaan

1).

c) Inflasi = f ( LIBOR, SBI )

Inflasi = α + β1X1 ( LIBOR) + β 2X2 (SBI) + μ……...( 4 )

Dari hasil analisis regresi diperoleh R 2 sebesar 0.817. Artinya, variabel

suku bunga LIBOR (X1) dan variabel suku bunga SBI (X2) memberi

penjelasan sebesar 81% terhadap variabel inflasi. R 2 Y, X1, X2, X3 > R 2

X1, X2

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
(0.95 > 0.81). Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity

karena R-Square (persamaan 4) lebih kecil daripada R-Square (persamaan

1).

 Autocorrelation / Serial Corelation

Autocorrelation terjadi apabila error term (μ) dari periode waktu yang

berbeda (observasi data cross section) berkorelasi.

a. Hipotesa

Ho : ρ = 0, berarti tidak ada autokorelasi

Ha : ρ ≠ 0, berarti ada autokorelasi

b. Kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95% adalah sebagai berikut:

dw < dl : tolak Ho (ada korelasi positif)

dw > 4-dl : tolak Ho (ada korelasi negatif)

du < dw < 4-du : terima Ho (tidak ada korelasi)

dl ≤ dw ≤ du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

(4-du) ≤ dw ≤ (4-dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

c. Berdasarkan hasil output program Eviews 4.1 diperoleh nilai Dw hitung

sebesar 1.673. Sementara nilai-nilai tabel yang diperoleh adalah:

k = 3, dan n = 20

α = 5%

du = 1.616

dl = 0.993

4-du = 2.384

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
4-dl = 3.007

c. Kesimpulan

Berdasarkan hasil regresi di atas dapat diperoleh bahwa Ho diterima

dimana du < dw < 4-du (1.616 < 1.673 < 2.384). Artinya, tidak terdapat

korelasi serial di antara disturbance term-nya.

Inconclusive Inconclusive

Autokorelasi ( + ) Autokorelasi (

-)

Ho diterima

0 0.993 1.616 2 2.384 3.007 4

1.673

Gambar 4.2
Uji Dw-statistik

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum, maka penulis dapat

mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

• Variabel tingkat suku bunga LIBOR (X1), tingkat suku bunga SBI (X2),

dan tingkat inflasi (X3) ternyata berpengaruh signifikan terhadap tingkat

suku bunga deposito berjangka.

• Koefisien variabel suku bunga LIBOR (X1), ternyata berpengaruh positif

terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Hal ini ditunjukkan oleh

koefisien regresi (X1) yaitu sebesar 0.554. Artinya, setiap terjadi kenaikan

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
tingkat suku bunga LIBOR sebesar 1%, ceteris paribus maka tingkat suku

bunga deposito berjangka akan mengalami peningkatan sebesar 0.554.

Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga LIBOR

signifikan pada α = 5%, dengan t-hitung > t-tabel (2.520 > 2.120). Dengan

demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel tingkat suku bunga LIBOR

berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito berjangka pada tingkat

kepercayaan 95%.

• Koefisien variabel suku bunga SBI (X2), ternyata berpengaruh positif

terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Hal ini ditunjukkan oleh

koefisien regresi (X2) yaitu sebesar 1.057. Artinya, setiap terjadi kenaikan

tingkat suku bunga SBI sebesar 1%, ceteris paribus maka tingkat suku

bunga deposito berjangka akan mengalami peningkatan sebesar 1.057 %.

Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga SBI

signifikan pada α = 1%, dengan t-hitung > t-tabel (5.778 > 2.921). Dengan

demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel tingkat suku bunga SBI

berpengaruh nyata terhadap suku bunga deposito berjangka pada tingkat

kepercayaan 99%.

• Koefisien variabel inflasi (X3) ternyata berpengaruh positif terhadap

tingkat suku bunga deposito berjangka. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien

regresi (X3) yaitu sebesar 0.109. Artinya, setiap terjadi kenaikan tingkat

inflasi sebesar 1%, ceteris paribus maka tingkat suku bunga deposito

berjangka akan mengalami peningkatan sebesar 0.109%.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat inflasi signifikan

pada α = 5%, dengan t-hitung > t-tabel (2.295 > 2.210). Dengan demikian,

Ho ditolak. Artinya, variabel tingkat inflasi berpengaruh nyata terhadap

suku bunga deposito berjangka pada tingkat kepercayaan 95%.

• Koefisien determinasi (R 2 ) adalah sebesar 0.950. Artinya, variabel tingkat

suku bunga LIBOR (X1), tingkat suku bunga SBI (X2), dan tingkat inflasi

(X3) secara bersama menjelaskan variabel suku bunga deposito berjangka

sebesar 95%, sedangkan sisanya sebesar 5% dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

• Hasil uji F-statistik berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan

bahwa diperoleh F-hitung > F-tabel (101.38 > 3.24 ), dengan demikian Ho

ditolak. Artinya, secara bersama-sama tingkat suku bunga LIBOR (X1),

tingkat suku bunga SBI (X2), dan tingkat inflasi (X3) berpengaruh nyata

terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka, pada tingkat kepercayaan

95%.

5.2 Saran

• Bank Indonesia selaku pembuat kebijakan moneter harus berusaha

menurunkan pergerakan tingkat suku bunga domestik, dalam hal ini adalah

tingkat suku bunga deposito berjangka, karena peningkatan suku bunga

deposito ini akan berpengaruh pada pergerakan suku bunga pinjaman.

Kenaikan suku bunga deposito berjangka akan mengakibatkan kenaikan

suku bunga kredit perbankan, akibatnya beban bunga yang akan

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
dibayarkan si peminjam itu sendiri. Pengaruhnya bagi perbankan adalah

kredit perbankan akan sulit disalurkan, sehingga mengurangi pendapatan

perbankan itu sendiri.

• Pergerakan suku bunga internasional harus secara cepat diperhatikan.

Selisih pertumbuhan tingkat suku bunga dalam negeri harus diusahakan

seminimal mungkin. Perubahan suku bunga internasional yang tidak

direspon secara cepat oleh suku bunga dalam negeri akan mempengaruhi

aliran modal, baik aliran modal masuk atau modal keluar. Aliran modal

masuk dan keluar yang secara tiba-tiba akan mengganggu keadaan

moneter dalam negeri.

• Pergerakan suku bunga internasional juga mempengaruhi jumlah aliran

dana pada perbankan, yang dalam hal ini adalah dana yang berhasil

dihimpun dalam bentuk deposito berjangka. Jika suku bunga internasional

lebih tinggi maka banyak pemilik dana lebih senang menanamkan dananya

ke dalam bentuk investasi atau membeli surat berharga. Jika suku bunga

perbankan (suku bunga deposito berjangka) lebih menarik maka pemilik

dana akan cenderung memilih menanamkan modalnya ke dalam bentuk

deposito karena memberi keuntungan yang lebih baik dibandingkan

menanamkan dananya dalam bentuk surat berharga lainnya. Salah satu

keuntungan menanamkan modal dalam bentuk deposito adalah faktor

resikonya kecil. Oleh karena itu, tingkat suku bunga deposito berjangka

harus lebih menarik agar dapat menarik dana dari sipemilik dana.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA

Boediono, 2001. Ekonomi Makro, Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE.

Darmawan, Indra,1992. Pengantar Uang dan Perbankan, Jakarta: Rineka Cipta.

Deliarnov, 1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Gujarati, Damodar, Alih Bahasa oleh Sumarno Zain, 1995. Ekonometrika Dasar,

Jakarta: Erlangga.

Hasyim, 1995. Dasar-Dasar Operasi Bank, Jakarta: Rineka Cipta.

Ikhsan, Mohamad, Penentuan Tingkat Bunga di Indonesia: Dampak Deregulasi

1983 hingga 1989, Jurnal Ekonomi Indonesia, April 1992.

Iswardono, 1996. Uang dan Bank, Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Iswara, A. Gian dan Nopirin, 1986. Ringkasan Bacaan Pilihan, Edisi Pertama,

Yogyakarta: BPFE.

Ikhsan, Mohammad, 1992. Penentuan Tingkat Bunga di Indonesia: Dampak

Deregulasi 1983 hingga 1989, Jurnal Ekonomi Indonesia.

Kasmir, 1990. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja

Grafindo.

Khalwati, Tajul, 2000. Inflasi dan Solusinya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Mankiw, Gregori, 2003. Teori Makro Ekonomi, Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.

Nasution, Mulia, 1998. Ekonomi Moneter : Uang dan Bank. Jakarta: Djambatan.

Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter, Edisi I, Yogyakarta: BPFE.

Rindjin, Ketut, 2000. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Susanti, Hera, dkk, 2000. Indikator-Indikator Makro Ekonomi, Jakarta: Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

-----, Statistik Ekonomi dan Keuangan, Bank Indonesia.

Tambunan, Tulus, 1998. Krisis Ekonomi, Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Lampiran : 1

Tabel
Tingkat Suku Bunga Depposito Berjangka, Suku Bunga LIBOR,
Suku Bunga SBI, dan Inflasi

Tahun Suku Bunga Deposito Suku Bunga Suku Bunga Inflasi


Berjangka(%) LIBOR(%) SBI(%) (%)
1986 14,26 4,825 13,98 4,31
1987 17,54 7,540 11,54 6,25
1988 17,75 9,310 15,30 8,90
1989 17,06 8,390 11,64 5,47
1990 20,99 9,332 17,87 5,97
1991 21,89 4,250 18,03 9,52
1992 16,72 3,637 13,79 4,94
1993 11,79 3,375 9,08 9,77
1994 14,27 6,520 11,59 9,24
1995 17,15 5,752 13,34 8,64
1996 17,03 5,685 13,10 6,47
1997 23,92 5,952 17,37 11,05

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
1998 49,23 5,025 37,84 77,63
1999 12,95 6,122 12,64 2,01
2000 13,24 6,299 14,31 9,40
2001 17,24 1,880 17,63 12,55
2002 13,64 1,400 13,12 10,04
2003 7,14 1,170 8,34 5,16
2004 6,71 2,500 7,29 6,40
2005 13,03 3,375 12,83 17,11
Sumber : Bank Indonesia Medan*
Keterangan:

* Data telah diolah

Lampiran : 2

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga LIBOR (X1), Tingkat Suku Bunga SBI
(X2), dan Tingkat Inflasi (X3) Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito
Berjangka

Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 11/22/07 Time: 08:35
Sample: 1986 2005
Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -2.296677 1.865714 -1.230991 0.2361
X1 0.554227 0.219855 2.520878 0.0227
X2 1.057662 0.183035 5.778453 0.0000
X3 0.109935 0.071368 1.540390 0.1430
R-squared 0.950022 Mean dependent var 17.17750
Adjusted R-squared 0.940652 S.D. dependent var 8.674455
S.E. of regression 2.113231 Akaike info criterion 4.511170
Sum squared resid 71.45193 Schwarz criterion 4.710316
Log likelihood -41.11170 F-statistic 101.3810
Durbin-Watson stat 1.673977 Prob(F-statistic) 0.000000

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga SBI (X2), dan Tingkat Inflasi (X3)
Terhadap Tingkat Suku Bunga LIBOR (X1)

Dependent Variable: X1
Method: Least Squares
Date: 11/22/07 Time: 08:36
Sample: 1986 2005
Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.477508 2.026752 0.729003 0.4759
X2 0.356395 0.182481 1.953051 0.0675
X3 -0.133389 0.071777 -1.858389 0.0805
R-squared 0.186398 Mean dependent var 5.116950
Adjusted R-squared 0.090680 S.D. dependent var 2.444718
S.E. of regression 2.331240 Akaike info criterion 4.668159
Sum squared resid 92.38959 Schwarz criterion 4.817519
Log likelihood -43.68159 F-statistic 1.947370
Durbin-Watson stat 0.897059 Prob(F-statistic) 0.173181

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga LIBOR (X1) dan Tingkat Inflasi (X3)
Terhadap Tingkat Suku Bunga SBI (X2)

Dependent Variable: X2
Method: Least Squares
Date: 11/22/07 Time: 08:36
Sample: 1986 2005
Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.832671 1.582072 4.950895 0.0001
X1 0.514200 0.263280 1.953051 0.0675
X3 0.352441 0.040452 8.712544 0.0000
R-squared 0.820887 Mean dependent var 14.53150
Adjusted R-squared 0.799815 S.D. dependent var 6.258518
S.E. of regression 2.800188 Akaike info criterion 5.034731
Sum squared resid 133.2979 Schwarz criterion 5.184091
Log likelihood -47.34731 F-statistic 38.95611
Durbin-Watson stat 1.307239 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga LIBOR (X1) dan Tingkat Suku Bunga
SBI (X2) Terhadap Tingkat Inflasi (X3)

Dependent Variable: X3
Method: Least Squares
Date: 11/22/07 Time: 08:37

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
Sample: 1986 2005
Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -15.66795 5.075468 -3.086997 0.0067
X1 -1.265853 0.681156 -1.858389 0.0805
X2 2.318189 0.266075 8.712544 0.0000
R-squared 0.817728 Mean dependent var 11.54150
Adjusted R-squared 0.796284 S.D. dependent var 15.91130
S.E. of regression 7.181556 Akaike info criterion 6.918390
Sum squared resid 876.7707 Schwarz criterion 7.067750
Log likelihood -66.18390 F-statistic 38.13350
Durbin-Watson stat 1.659549 Prob(F-statistic) 0.000001

SURAT PERNYATAAN

Nama : Yustina Tambunan

NIM : 040501077

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi

Adalah benar telah membuat skripsi dengan judul ”Analisis Pengaruh Suku

Bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga

Deposito Berjangka pada Bank Umum ”, guna memenuhi salah satu syarat untuk

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009
memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

Medan, Desember 2007


Yang membuat pernyataan

Yustina Tambunan
NIM: 040501077

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan
Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai