1934 5055 2 PB PDF
1934 5055 2 PB PDF
E-ISSN 2579-8618
Biaya merupakan komponen penting dalam sistem penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit
yangmana menu tersebut dapat mempengaruhi daya terima makanan pasien, termasuk pada pasien jiwa
khususnya skizofrenia. Mengetahui hubungan daya terima makanan dengan biaya sisa makanan pada
pasien skizofrenia. Penelitian dengan desain Cross sectional dilakukan kepada 36 pasien (18 orang di
ruang UPI dan 18 orang di ruang Mintenance) dengan teknik pengumpulan sampel purposive sampling.
Daya terima diukur dari sisa makanan selama 9 kali makan besar selama 3 hari dan dikonversi ke dalam
rupiah untuk mengetahui biaya sisa makanan yang terbuang. Penelitian berlangsung pada bulan
November – Desember 2017. Analisis data menggunakan uji spearman. Daya terima makanan pada
pasien skizofrenia diketahui baik sebesar 55,6% dari 20 orang dan 44,4% memilki daya terima tidak
baik, sedangkan biaya yang terbuang dari sisa makanan sebanyak Rp 8.940 pada bangsal UPI dan Rp
811 pada bangsal Maintenance. Dari hasil uji hubungan daya terima makanan dengan biaya sisa
makanandidapatkan hasil p= 0,000; r= 0,966. Adanya hubungan antara daya terima makanan dengan
biaya sisa makanan pada pasien skizofrenia (p= 0,000), dan semakin tinggi tinggi sisa makanan, maka
akan semakin tinggi biaya sisa makanan yang terbuang.
Kata Kunci: Biaya Sisa Makanan, Daya Terima Makanan, Pasien Skizofrenia
ABSTRACT
Cost is an important component of the hospital food service where the menu can effect the food
acceptance of patient’s, including the mental patients, especially schizophrenia. To know the relation of
food acceptance with the cost of food waste among schizophrenia. Cross sectional study was conducted
on 36 patients (18 person in UPI room and 18 person in Maintenance room) with purposive sampling
technique. Food acceptance is measured from leftovers of 9 main food for 3 days and converted into
rupiah to determine the cost of food waste. The reasearch took place from November to December 2017
Data analysis used spearman test. The acceptance of food in schizophrenia patients is known to be
55,6% of 20 persons and 44,4% have poor of food acceptance, while the wasted cost of leftovers is Rp
8,940 on the UPI room and Rp 811 in the Maintenance room. The result of relation between food
acceptance with cost of food waste obtained result p= 0,000; r= 0,966. There is a relationship between
food acceptance and the cost of food waste in schizophrenia patients (p= 0,000), and the higher of food
waste, the higher the cost of wasted food.
* Korespondensi: 1 Program Studi SI Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor.
Surel: ditajulia31@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
19
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
20
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
21
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
22
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
Tabel 2. Distribusi Rata-rata Sisa Makanan Pasien Skizofrenia Menurut Ruang Perawatan
Daya Terima Unit Perawatan Intensif Bangsal Maintenance
(UPI)
Rerata (%) ± (SD) Rerata (%) ± (SD)
Baik (sisa makanan < 25%) 19,50 ± 2,12 7,44 ± 6,34
Tidak baik (sisa makanan ≥ 25%) 44,06 ± 10,23 0
Tabel 4. Rata-rata Sisa makanan dan Rata-rata Biaya Terbuang dari Sisa Makanan Pasien
berdasarkan ruang perawatan
Variabel Ruang Perawatan
Unit Perawatan Intensif (UPI) Bangsal Maintenance
Persentase sisa Makanan (%) 41,33 ± 12,48 7,44 ± 6,34
Rerata ± (SD)
Biaya Sisa (Rupiah) Rp 8.940 ± 2.700 Rp 811 ± 656
Harga Menu (Rupiah) Rp. 21.634 Rp. 10.383
Persentase sisa terhadap harga 41,32 ± 12,48 7,81 ± 6,31
menu
23
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
24
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
dengan penelitian yang dilakukan kali bagian dari terapi primer farmakologik
ini yangmana, pasien dengan status yang dibutuhkan dalam penyembuhan
akut pada ruang perawatan UPI, jenis pasien skizofrenia.antipsikotik atipikal
makanan yang menyisakan sisa paling yang memiliki efek samping neurologis
banyak ada pada bahan makanan lauk lebih ringan daripada antipsikotik
nabati sebesar 55,11%, sedangkan pada tipikal (Cascade et al., 2010). beberapa
pasien di ruang perawatan Maintenance efek samping pada 59 pasien rawat inap
ada pada bahan makanan sayur dengan skizofrenia yang telah diberikan terapi
9,63%. Pada pasien dengan status akut antipsikotik, yaitu diantaranya: sedasi
di ruang perawatan UPI seluruh jenis (44,1%); mual/muntah (27,1%); diare
makanan memilki sisa makanan yang (27,1%); insomnia (16,9%); anoreksia
tinggi (≥25%), hal ini (5,1%) (Yulianty et al., 2017).
menunjukanbahwa pada pasien dengan Penyakit mental pada umumnya
status akut memilki daya terima yang berhubungan dengan anoreksia
tidak baik dengan rata-rata sisa nervosa adalah gangguan depresi
makanan ≥25%. mayor, gangguan kegelisahan dan
Analisis yang dilakukan halusinasi. Frekuensi terjadinya
penelitian ini menemukan bahwa sisa anoreksia nervosa pada pasien
makanan yang tinggi, terutama pada skizofrenia sebesar 1 – 4% . anoreksia
pasien pada ruang UPI karena nervosa bisa terjadi sebagai gejala
kurangnya nafsu makanan pasien spectrum manifestasi dari skizofrenia,
akibat konsumsi terapi obat dan secara bersamaan gejala dari
antipsikotik yang dijalani pasien, psikopatologi dari skizofrenia
dimana pada fase akut terapi obat (Kouidrat et al., 2014). Beberapa efek
antipsikotik lebih tinggi dosisnya dari samping tersebut dapat mempengaruhi
pada pasien diruang Maintenance daya terima pasien skizofrenia dengan
sehingga efek samping yang makanan dan menyebabkan
didapatkan lebih besar. Selain itu terganggunya asupan zat gizi pasien,
pasien cenderung memilih makanan selain itu penggunaan antipsikotik pada
yang dikonsumsi sesuai dengan pasien skizofrenia memiliki
asumsinya sendiri akan makanan kemungkinan dalam menyebabkan
tersebut, dalam hal ini penelitian lain jejas hati yang diinduksi oleh obat
menambahkan bahwa ada perbedaan (Drug Induce Liver Injury/ DILI).
kesukaan makanan pada pasien Adanya kerusakan pada hati akan
skizofrenia yang disebabkan karena memberikan pengaruh pada pada
rendahnya kesukaan pasien skizofrenia fungsi saluran cerna dan penggunaan
kepada makanan perbedaan ini terkait makanan dalam tubuh sehingga sering
dengan mekanisme vegetative yang menyebabkan gangguan gizi seperti
berbeda pada pasien skizofrenia konstipasi akibat terganggunya saluran
(Folley, 2010). pencernaan.
Pasien skizofrenia Rata-rata biaya sisa makanan
mengkonsumsi jenis obat antipsikotik dari rata-rata sisa makanan terbesar ada
II atau antipsikotik atipikal. Obat pada pasien dengan status akut pada
antipsikotik merupakan salah satu ruang perawatan UPI sebesar Rp
25
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
8.940,00 dengan rata-rata sisa makanan terjadinya daya terima yang tidak baik,
41,3% dari seluruh jenis makanan yang hal ini berkaitan dengan patofisiologi
dikonsumsi, sedangkan pada pasien di pasien skizofrenia akut yang tergantung
ruang Maintenance biaya sisa makanan akan obat antipsikotik atipikal yang
yang terbuang sebesar Rp 811,00 diberikan sehingga efek samping yang
dengan rata-rata sisa makanan diterima dari konsumsi obat
7,81%.Penelitian pada pasien rawat antipsikotik akan mempengaruh pada
inap di salah satu Rumah Sakit Umum daya terima makanan yang diberikan,
diketahui rata-rata biaya sisa makanan dibandingkan dengan pasien pada
yang terbuang dalam sehari sebesar Rp ruang perawatan Maintenance yang
2.939,00 (Pratiwi, 2015). Penelitian sudah memulai pengobatan sosial
lain pasien rawat inap di salah satu selain dari obat antipsikotik yang
Rumah Sakit Jiwa dengan pasien dikonsumsi.
skizofrenia diketahui rata-rata biaya Hasil perhitungan yang telah
sisa makanan yang terbuang sebesar Rp dilakukan diketahui sisa makanan yang
1.529,33 atau 9,97% (Irawati et al, tinggi (≥25%) menghasilkan rata-rata
2010). biaya sisa terbesar Rp 9.530,00 apabila
Hasil dari kedua peneitian hasil ini diakumulasikan dalam sebulan
sebelumnya lebih rendah dari hasil maka biaya yang terbuang dari daya
penelitian yang dilakukan kali ini. Hal terima pasien terhadap makanan yang
ini dapat merugikan rumah sakit karena tidak baik menghasilkan sebesar Rp
seperti yang diketahui bahwa biaya 285.900,00,-. Biaya yang hilang berasal
makanan mengambil bagian terbesar dari anggaran belanja bahan makanan.
dari biaya pengelolaan rumah sakit, jika jumlah sisa biaya makanan dapat
sebesar 20-40% adalah untuk bahan dikurangi, maka dapat meningkatkan
makanan sehingga adanya biaya yang efesiensi anggaran belanja bahan
terbuang dari sisa makanan akan makanan yang mempengaruhi
menjadikan biaya yang ada terbuang anggaran untuk menu, pembelian bahan
secara sia-sia dan tidak optimal makanan serta pengolahan dan
(Yulianti, 2013). pendistribusian makanan (Burns,
Hasil analisis uji Spearman 2007).
yang dilakukan untuk mengetahui Daya terima yang
hubungan antara kedua variabel, mempengaruhi sisa makanan pada
diketahui terdapat hubungan yang pasien tersebut akan mempengaruhi
signifikan antara daya terima makanan biaya dari makanan yang dikonsumsi
pada pasien dengan biaya sisa makanan pasien. biaya yang hilang secara sia-sia
(p= 0,000). dari seluruh responden yang ini akan berdampak pada anggaran
berjumlah 36 orang, 20 orang atau yang digunakan untuk pengadaan
55,6% memiliki daya terima yang baik bahan makanan, khususnya biaya total
(<25%) sedangkan sisanya sebanyak 16 untuk bahan makanan (Chudrin, 2006).
orang atau 44,4% memiliki daya terima
yang tidak baik (≥25%). Menurut ruang KESIMPULAN
perawatan, pasien dengan status akut
Terdapat hubungan yang
pada ruang perawatan UPI memiliki
signifikan antara daya terima makanan
kemungkinan yang lebih besar dalam
26
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
pada pasien dengan biaya sisa makanan Makanan Biasa. Jurnal Gizi Klinik
(P= 0,001).Untuk pihak rumah sakit Indonesia , No.3:, Vol. 1, pp.108–
khususnya instalasi gizi agar 112.
mempertimbangkan kondisi pasien Folley B, and Park S. 2010. Relative
skizofrenia dalam pemberian makanan, Food Preferance and Hedonic
sehingga dapat memperkecil sisa Judgments in Schizophrenia.
makanan yang mengarah pada Psychiatry Res. 175(1-2). pp: 1-
efektifitas biaya makanan, pemberian 11.
makanan pada pasien skizofrenia Gobel, S.Y.V., Prawiningdyah, Y. &
dengan memperhatikan gangguan gizi Budiningsari, R.. 2011. Menu
anoreksia sehingga pemberian makan Pilihan Diet Nasi Yang Disajikan
dapat dilakukan dengan porsi sedikit Berpengaruh Terhadap Tingkat
namun sering dan mengadakan evaluasi Kepuasan Pasien VIP di Rumah
terhadap menu yang disajikan terutama Sakit Umum Daerah Provinsi
pada jenis makan lauk nabati dan sayur, Sulawesi Tenggara. Jurnal Gizi
mulai dari cara pengolahan, variasi dan Klinik Indonesia, 7(3). pp: 112-
rasa. Bagi peneliti selanjutnya perlu 120.
diteliti lebih jauh bagaimana pengaruh Hadiyanto, H., 2016. Hubungan Antara
penyakit skizofrenia, efek samping obat Terapi Modalitas Dengan Tanda
antipsikotik yang dikonsumsi serta Gejala Prilaku Kekerasan Pada
pengaruhnya terhadap asupan zat gizi. Pasien Skizofrenia Diruang Rawat
Inap RSJ. Prof.dr. Soerojo
DAFTAR PUSTAKA Magelang [Skripsi]. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi
Burns, J., 2007. Changing Foodservice
Waluyo.
Systems: A Balancing Act
Irawati, Prawiningdyah, Y. &
Between Patient Satisfaction and
Budiningssari, D., 2010. Analisis
Cost. J Foodservice Bus Res,
Sisa Makanan dan Biaya Sisa
10(6), pp.63–78.
Makanan Pasien Skizofrenia
Cascade, E. et al., 2010. Real-world
Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa
Data On Atypical Antipsychotic
Madani Palu. Jurnal Giziz Klinik
Medication Side Effects.
Indonesia, vol-6 no: 5. pp.123–
Psychiatry (Edgmont), 7(7), pp.9–
131.
12.
Iqbal, M., 2014. Pengaruh Room
Chudrin, T., 2006. Makanan Dalam
Service terhadap Kepuasan dan
Prespektif Al-Quran dan Ilmu Gizi
Daya Terima Makanan Pasien
Edisi 1., Jakarta: Balai Penerbit
[Tesis]. Universitas Gajah Mada
FKUI.
Yogyakarta.
Depkes RI, 2009. Pedoman
Kaplan & Sadock., 2010. Buku Ajar
Penyelenggaraan Makanan
Psikiatri Klinis 2nd Edition.,
Rumah Sakit. Departemen
Jakarta: Penerbit Buku
Kesehatan RI. Jakarta.
Kedokteran EGC.
Djamaluddin, M., Endy, P. & Ira, P.,
Kemenkes RI, 2013. Pedoman
2005. Analisis Zat Gizi dan Biaya
Pelayanan Gizi Rumah Sakit,
Sisa Makanan pada pasien dengan
Jakarta: Kemenkes RI.
27
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018
28