Anda di halaman 1dari 10

Darussalam Nutrition Journal, Mei 2018, 2(1):19-28 ISSN 2579-8588

E-ISSN 2579-8618

HUBUNGAN DAYA TERIMA MAKANAN DENGAN BIAYA SISA


MAKANAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA

(The Relation of Dietary Acceptance With Cost of Wasted Food among


Schizophrenia Patients)

Dita Julia1*, Susi Nurohmi1, Ayu Rahadiyanti1, Amilia Yuni Damayanti2


ABSTRAK

Biaya merupakan komponen penting dalam sistem penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit
yangmana menu tersebut dapat mempengaruhi daya terima makanan pasien, termasuk pada pasien jiwa
khususnya skizofrenia. Mengetahui hubungan daya terima makanan dengan biaya sisa makanan pada
pasien skizofrenia. Penelitian dengan desain Cross sectional dilakukan kepada 36 pasien (18 orang di
ruang UPI dan 18 orang di ruang Mintenance) dengan teknik pengumpulan sampel purposive sampling.
Daya terima diukur dari sisa makanan selama 9 kali makan besar selama 3 hari dan dikonversi ke dalam
rupiah untuk mengetahui biaya sisa makanan yang terbuang. Penelitian berlangsung pada bulan
November – Desember 2017. Analisis data menggunakan uji spearman. Daya terima makanan pada
pasien skizofrenia diketahui baik sebesar 55,6% dari 20 orang dan 44,4% memilki daya terima tidak
baik, sedangkan biaya yang terbuang dari sisa makanan sebanyak Rp 8.940 pada bangsal UPI dan Rp
811 pada bangsal Maintenance. Dari hasil uji hubungan daya terima makanan dengan biaya sisa
makanandidapatkan hasil p= 0,000; r= 0,966. Adanya hubungan antara daya terima makanan dengan
biaya sisa makanan pada pasien skizofrenia (p= 0,000), dan semakin tinggi tinggi sisa makanan, maka
akan semakin tinggi biaya sisa makanan yang terbuang.

Kata Kunci: Biaya Sisa Makanan, Daya Terima Makanan, Pasien Skizofrenia

ABSTRACT

Cost is an important component of the hospital food service where the menu can effect the food
acceptance of patient’s, including the mental patients, especially schizophrenia. To know the relation of
food acceptance with the cost of food waste among schizophrenia. Cross sectional study was conducted
on 36 patients (18 person in UPI room and 18 person in Maintenance room) with purposive sampling
technique. Food acceptance is measured from leftovers of 9 main food for 3 days and converted into
rupiah to determine the cost of food waste. The reasearch took place from November to December 2017
Data analysis used spearman test. The acceptance of food in schizophrenia patients is known to be
55,6% of 20 persons and 44,4% have poor of food acceptance, while the wasted cost of leftovers is Rp
8,940 on the UPI room and Rp 811 in the Maintenance room. The result of relation between food
acceptance with cost of food waste obtained result p= 0,000; r= 0,966. There is a relationship between
food acceptance and the cost of food waste in schizophrenia patients (p= 0,000), and the higher of food
waste, the higher the cost of wasted food.

Keyword: The Cost of Wasted Food, Food Acceptance, Schizophrenia Patients

* Korespondensi: 1 Program Studi SI Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor.
Surel: ditajulia31@gmail.com
2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor

19
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

PENDAHULUAN berlangsung dalam waktu yang cukup


lama (Salmawati, 2006)
Penyelenggaraan makanan rumah Gangguan jiwa berat yang banyak
sakit merupakan salah satu institusi dikenali adalah skizofrenia (Kemenkes
penting dalam tersedianya makanan di RI, 2013). Prevalensi skizofrenia di
rumah sakit. Penyelenggaraan makanan Indonesia mencapai 1,7 per seribu
di rumah sakit dilaksanakan dengan orang dari populasi pada semua
tujuan untuk menyediakan makanan tingkatan umur. Aceh dan Yogyakarta
yang kualitasnya baik, jumlah sesuai adalah daerah dengan prevalensi
kebutuhan serta pelayanan yang layak skizofrenia tertinggi yaitu 2,7%,
dan memadai bagi pasien yang sedangkan pada provinsi Jawa Tengah
membutuhkan (Depkes RI, 2009). yang mencangkup kota Magelang
Beberapa rumah sakit di Indonesia diketahui tidak kalah tinggi prevalensi
diketahui memiliki sisa makanan yang pasien skizofrenia yaitu
masih cukup tinggi. Hasil penelitian 2,3%(Kemenkes RI, 2013). Pasien
sisa makanan yang dilakukan pada skizofrenia pada tahun 2016 di Rumah
Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid dan Sakit Dr.Soerojo berjumlah 292 orang
RSUD Kota Makassar didapatkan hasil yang tersebar di 24 ruang rawat inap
bahwa sisa makanan pasien di kedua (Hadiyanto, 2016).
rumah sakit tersebut termasuk tinggi Sisa makanan yang tidak
(≥25%) dengan proporsi terbesar pada dikonsumsi oleh pasien menyebabkan
makan pagi sebesar 30,9% (Masud et adanya biaya yang hilang secara sia-sia
al., 2015). Penelitian lain yang dan akan berdampak terhadap anggaran
dilakukan pada pasien rawat inap di yang digunakan untuk pengadaan
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, bahan makanan, khususnya biaya total
makanan pasien bersisa banyak (≥25 untuk bahan makanan (William, 2009).
%) pada jenis makanan sayur yaitu Penelitian tentang daya terima dan
sebesar 67,8 %, lauk hewani bersisa biaya sisa makanan di berbagai rumah
52,2 % dan lauk nabati bersisa 50,8 % sakit di Indonesia telah banyak
(Nida, 2011). dilakukan pada beberapa tahun
Tolak ukur keberhasilan terakhir, namun bagaimana daya
penyelenggaraan makanan adalah terima makanan yang berbeda pada
makanan yang disajikan dapat diterima pasien skizofrenia yang turut
dan makanan tersebut habis termakan dipengaruhi oleh emosi serta pegobatan
tanpa meninggalkan sisa makanan. Ada dan efek fisiologi dari penyakit yang
dua faktor yang mempengaruhi daya diderita dan hubungannya dengan biaya
terima makanan, yaitu faktor internal sisa makanan serta kurangnya
dan faktor eksternal. (Djamaluddin et observasi terkait sisa makanan pasien
al., 2005). Pada pasien rumah sakit jiwa sebagai media evaluasi
jiwa, cara makan dan nafsu makan penyelenggaraan makanan rumah sakit
pasien gangguan jiwa sangat jiwa. Oleh karena itu peneliti tertarik
dipengaruhi oleh keadaan emosi. Suatu untuk melakukan penelitian dengan
saat makan seperti biasa dan pada saat judul” Hubungan Daya Terima
lain tidak mau makan yang dapat

20
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

Makanan Dengan Biaya Sisa manasubjek yang di ikut sertakan


Makanan Pada Pasien Skizofrenia Di dalam penelitian ini akan sesuai dengan
Unit Perawatan Intensif (UPI) Dan tujuan penelitian. Kriteria eksklusi pada
Ruang Maintenance Rumah Sakit Jiwa penelitian ini adalah Pasien skizofrenia
Prof.Dr.Soerojo Magelang”. Tujuan yang menderita penyakit lain selain
penelitian ini adalah untuk mengetahui gangguan jiwa (penyakit degeneratif,
hubungan daya terima makanan dengan penyakit mulut dan gangguan saluran
daya terima makanan pada pasien pencernaan) pada saat penelitian
skizofrenia di ruang perawatan yang dilakukan.
berbeda.
Jenis dan cara pengumpulan data
Alat ukur untuk mengetahui
METODE
daya terima makanan adalah hasil sisa
makanan pasien. Data diperoleh dengan
Desain, tempat, dan waktu
metode comstock 7 poin 9 kali makan
Jenis penelitian ini adalah selama 3 hari. Kategori daya terima
penelitian observasional analitik makanan adalahbaik (sisa
dengan rancangan crosssectional. makanan<25%) dan Tidak baik(sisa
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah makanan ≥25%) (Gobel et al., 2011).
Sakit Jiwa Prof.Dr.Soerojo Magelang. Alat yang digunakan untuk mengukur
Waktu penelitian dilakukan pada bulan biaya sisa makananadalah form
November – Desember 2017. konversi sisa makanan menjadi biaya
sisa makanan (Iqbal, 2014). Kategori
Jumlah dan cara pengambilan untuk biaya sisa makanan adalah rasio
subjek yang dinyatakan dalam rupiah.
Populasi adalah semua
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Pengolahan dan analisis data
Prof.Dr.Soerojo Magelang, sedangkan Data sisa makanan yang telah di
sampel penelitian ini adalah seluruh dapatkan selanjutnya akan di analisis
pasien skizofrenia rawat inap di RSJ. dengan Microsoft Excel 2010 for
Prof. Dr. Soerojo Magelang sebanyak Windows. Analisis dilakukan dengan
292 pasien. Hasil perhitungan sampel univariat dan bivariat. Analisis
didapatkan besar sampel 36 subjek hubungan menggunakan Spearman
(Sastroasmoro & Ismael 2011) dengan dengan program Analisa Statistik pada
kriteria inklusi, pasien rawat inap di progrm komputer.
bangsal UPI dan Maintenance Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soerojo Magelang, HASIL
pasien skizofrenia dengan kondisi
RSJ Prof. Dr. Soerojo
tenang dan dapat makan sendiri,
Magelang merupakan Rumah Sakit
mendapatkan pengobatan antipsikotik.
Jiwa dengan Akreditas A, yang
Teknik yang digunakan dalam
merupakan pelayanan unggulan untuk
pemilihan subjek penelitian adalah
kesehatan jiwa anak dan
nonprobability samplingdengan
remaja.Penyelenggaraan makanan di
metode sampling purposiveyang

21
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang


memiliki sistem kombinasi dimana Dr. Soerojo Magelang, yaitu Bangsal
makanan besar dimasak dan diproduksi Unit Perawatan Intensif (UPI) dan
langsung oleh dapur instalisasi gizi bansal Maintenance.
sedangkan untuk snack diproduksi oleh Subjek penelitian ini adalah
catering kue basah.Pembelian bahan pasien skizofrenia yang rawat inap di
makanan dilakukan dengan sistem ruang UPI dan Maintenance RSJ. Prof.
lelang kepada beberapa perusahaan Dr. Soerojo Magelang sebanyak 36
yang terpilih. orang yang seluruhnya memenuhi
Unit cost yang digunakan untuk kriteria inklusi. Karakteristik subjek
menghitung biaya makan pasien selama berdasarkan jenis kelamin, umur,
berada di Rumah Sakit di RSJ Prof. Dr. tingkat pendidikan, pekerjaan dan daya
Soerojo Magelang, dalam terima menurut ruang perawatan dapat
perhitungannya telah mencangkup dilihat pada tabel 1.
biaya bahan pangan, biaya tenaga kerja Sebagian besar subjek memiliki
dan biaya overhead. Siklus menu yang daya terima yang baik dalam makanan,
ditetapkan oleh Rumah Sakit ini adalah terutama pasien pada ruang
menu 10 hari + 1 hari atau siklus 10 Maintenance. Rata-rata daya terima
hari dengan menu 31. Rumah Sakit makanan subjek pada ruang UPI dan
Jiwa Prof. Dr. Soerojo menerapkan Maintenance, rata-rata sisa makanan
sistem desentralisasi dalam menurut jenis bahan makanan serta
pendistribusian bahan makanan ke rata-rata biaya terbuang dari sisa
bangsal-bangsal.Secara umum terdapat makanan subjek dapat dilihat pada
dua ruang perawatan untuk pasien jiwa tabel 2, 3 dan 4.
di rumah Sakit Jiwa Prof.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Ruang Perawatan
Variabel p
Unit Perawatan Intensif Maintenance
Jenis Kelamin
Laki-laki 8 (44,4%) 8 (44,4%)
Perempuan 10 (55,6%) 10 (55,6%)
Umur
≤ 27 tahun 7 (38,9%) 2 (11,1%) 0,190
28 – 41 tahun 8 (44,4%) 12 (66,7%)
≥ 41 tahun 3 (16,7%) 4 (22,2%)
Pendidikan
Tinggi ( ≥ SMA ) 4 (22,2%) 6 (33,3%)
Rendah (< SMA) 14 (77,8%) 12 (66,7%)
Pekerjaan
Bekerja 2 (11,1%) 9 (50%)
Tidak bekerja 16 (88,9%) 9 (50%)
Daya terima
Baik (< 25%) 2 (11,1%) 18 (100%) 0,001
Tidak baik (≥ 25%) 16 (88,9%) 0 (0%)

22
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

Tabel 2. Distribusi Rata-rata Sisa Makanan Pasien Skizofrenia Menurut Ruang Perawatan
Daya Terima Unit Perawatan Intensif Bangsal Maintenance
(UPI)
Rerata (%) ± (SD) Rerata (%) ± (SD)
Baik (sisa makanan < 25%) 19,50 ± 2,12 7,44 ± 6,34
Tidak baik (sisa makanan ≥ 25%) 44,06 ± 10,23 0

Tabel 3. Distribusi Rata-rata Sisa Makanan Menurut Bahan Makanan


Daya Terima Unit Perawatan Intensif (UPI) Bangsal Maintenance
(%) (%)
Makanan Pokok (MP) 55,02 4,71
Lauk Hewani (LH) 52,33 7,33
Lauk Nabati (LN) 55,11 7,92
Sayur 52,98 9,63
Buah 19,47 0,91
Snack 3,42 1,75

Tabel 4. Rata-rata Sisa makanan dan Rata-rata Biaya Terbuang dari Sisa Makanan Pasien
berdasarkan ruang perawatan
Variabel Ruang Perawatan
Unit Perawatan Intensif (UPI) Bangsal Maintenance
Persentase sisa Makanan (%) 41,33 ± 12,48 7,44 ± 6,34
Rerata ± (SD)
Biaya Sisa (Rupiah) Rp 8.940 ± 2.700 Rp 811 ± 656
Harga Menu (Rupiah) Rp. 21.634 Rp. 10.383
Persentase sisa terhadap harga 41,32 ± 12,48 7,81 ± 6,31
menu

Tabel 5. Analisis Hubungan Daya terima dengan Biaya Sisa Makanan


Daya Terima Biaya (Rp) P r
Baik (<25%) Rp. 1.118 0,000 0,966
Tidak baik (≥25%) Rp. 9.530

Karakteristik pasien skizofrenia bahwa rata-rata pasien memiliki daya


pada penelitian ini yaitu perempuan terima tidak baik (sisa makanan ≥25%)
sebesar 55,6% (20 orang), Sebagian sebesar 44,06%.Adanya hasil tersebut
besar (53%) berada pada kelompok dapat disimpulkan bahwa pasien pada
umur 27 – 41 tahun. Berdasarkan hasil ruang UPI memiliki sisa makanan yang
daya terima makanan pasien rata-rata lebih banyak sebesar 44,06% atau sisa
daya terima makanan pasien makanan ≥25% sebagai indikator daya
skizofrenia diketahui, bahwa rata-rata terima makanan tidak baik.
daya terima makanan yang baik (sisa Hasil analisis biaya terbuang
makanan < 25%) terdapat pada pasien dari sisa makanan didapatkan hasil
pada bangsal Maintenance dengan rata- bahwa rata rata biaya yang terbuang
rata sisa makanan 7,44%. Adapun, pada dari sisa makanan pasien skizofrenia
pasien pada ruang UPI didapatkan hasil terbesar ada pada pasien dengan ruang

23
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

perawatan UPI sebesar Rp 8.940,00 per kondisi pasien skizofrenia ketika


orang atau 41,33% dari harga menu, masuk rumah sakit Masalah tersebut
sedangkan rata-rata harga makanan seperti dengan teman akrab, rekan
sebesar Rp 21.634, karena pasien kerja, pekerjaan yang terlalu berat,
diruang UPI merupakan pasien kelas ekonomi, dan masalah keluarga.Hal ini
VIP.. berkaitan dengan etiologi skizofrenia,
Berdasarkan hasil uji hubungan menyebutkan bahwa seseorang yang
dari dua variabel yaitu daya terima memiliki kerentanan spesifik apabila
makanan dengan biaya sisa makanan dikenai sesuatu pengaruh dari
pada pasien skizofrenia pada ruang UPI lingkungannya dapat menimbulkan
dan Maintenance RSJ. Prof. Dr. stres yang dapat memperkuat gejala
Soerojo Magelang diketahui ada skizofrenia (Kaplan & Sadock, 2010).
hubungan yang signifikan diantara Menurut tingkat pendidikan dan
kedua variabel. pekerjaan pasien, diketahui bahwa
pasien skizofrenia di dominasi dengan
PEMBAHASAN tingkat pendidikan rendah dan tidak
Menurut hasil penelitian yang bekerja. Pasien yang memiliki jenjang
dilakukan diketahui bahwa kejadian pendidikan rendah cenderung kurang
skizofrenia pada penelitian ini memperhatikan kualitas hidup sehat
persentase tertinggi banyak terjadi pada dikarenakan kurangnya pengetahuan
perempuan sebesar 55,6% pada dua pasien tentang penyakit dan
kelompok ruang perawatan. Hasil ini pengobatannya, sehingga pasien
tidak sesuai dengan penelitian menjadi tidak patuh dan menyebabkan
sebelumnya yang dilakukan di Rumah outcome menjadi tidak optimal
Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang (Lesmanawati, 2014) Penelitian lain
pada tahun 2016 yang menyatakan menyatakan bahwa faktor yang
bahwa pasien skizofrenia banyak menyebabkan penyandang skizofrenia
terjadi pada pada pasien dengan jenis tidak memilki pekerjaan adalah karena
kelamin laki-laki sebanyak 60% adanya gejala negatif atau disfungsi
(Muhammad et al., 2016). Tingginya neurokognitif yang mendasarinya
pasien dengan jenis kelamin (Dewi et al., 2013). Tingkat pendidikan
perempuan pada penelitian ini karena yang dimiliki pasien akan berkaitan erat
penggambilan sampel dilakukan secara dengan keterampilan serta pekerjaan
nonrandom, sehingga sampel dengan yang dimiliki, tingkat pendidikan yang
jenis kelaminperempuan lebih banyak, rendah akan menyebabkan susahnya
dan hasil tidak sesuai dengan hasil mencari pekerjaan untuk pasien.
penelitian sebelumnya(Sastroasmoro & Sisa makanan termasuk lauk
Ismael, 2011). Variabel umur di nabati dan sayur pada pasien
penelitian ini, diketahui persentase skizofrenia termasuk tinggi sebesar
terbanyak untuk pasien skizofrenia 13,05% dan 42,17% (Irawati et al.,
dengan rentang umur 28 – 41 tahun, 2010). Penelitian lain pada pasien jiwa
Pada rentang umur tersebut seseorang menyatakan bahwa sisa makanan yang
memiliki permasalahan yang tinggi pada jenis makanan sayur 67,8%,
kompleks. Hal ini sejalan dengan lauk hewani 52,2% dan lauk nabati
50% (Nida, 2011). Hal ini sejalan

24
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

dengan penelitian yang dilakukan kali bagian dari terapi primer farmakologik
ini yangmana, pasien dengan status yang dibutuhkan dalam penyembuhan
akut pada ruang perawatan UPI, jenis pasien skizofrenia.antipsikotik atipikal
makanan yang menyisakan sisa paling yang memiliki efek samping neurologis
banyak ada pada bahan makanan lauk lebih ringan daripada antipsikotik
nabati sebesar 55,11%, sedangkan pada tipikal (Cascade et al., 2010). beberapa
pasien di ruang perawatan Maintenance efek samping pada 59 pasien rawat inap
ada pada bahan makanan sayur dengan skizofrenia yang telah diberikan terapi
9,63%. Pada pasien dengan status akut antipsikotik, yaitu diantaranya: sedasi
di ruang perawatan UPI seluruh jenis (44,1%); mual/muntah (27,1%); diare
makanan memilki sisa makanan yang (27,1%); insomnia (16,9%); anoreksia
tinggi (≥25%), hal ini (5,1%) (Yulianty et al., 2017).
menunjukanbahwa pada pasien dengan Penyakit mental pada umumnya
status akut memilki daya terima yang berhubungan dengan anoreksia
tidak baik dengan rata-rata sisa nervosa adalah gangguan depresi
makanan ≥25%. mayor, gangguan kegelisahan dan
Analisis yang dilakukan halusinasi. Frekuensi terjadinya
penelitian ini menemukan bahwa sisa anoreksia nervosa pada pasien
makanan yang tinggi, terutama pada skizofrenia sebesar 1 – 4% . anoreksia
pasien pada ruang UPI karena nervosa bisa terjadi sebagai gejala
kurangnya nafsu makanan pasien spectrum manifestasi dari skizofrenia,
akibat konsumsi terapi obat dan secara bersamaan gejala dari
antipsikotik yang dijalani pasien, psikopatologi dari skizofrenia
dimana pada fase akut terapi obat (Kouidrat et al., 2014). Beberapa efek
antipsikotik lebih tinggi dosisnya dari samping tersebut dapat mempengaruhi
pada pasien diruang Maintenance daya terima pasien skizofrenia dengan
sehingga efek samping yang makanan dan menyebabkan
didapatkan lebih besar. Selain itu terganggunya asupan zat gizi pasien,
pasien cenderung memilih makanan selain itu penggunaan antipsikotik pada
yang dikonsumsi sesuai dengan pasien skizofrenia memiliki
asumsinya sendiri akan makanan kemungkinan dalam menyebabkan
tersebut, dalam hal ini penelitian lain jejas hati yang diinduksi oleh obat
menambahkan bahwa ada perbedaan (Drug Induce Liver Injury/ DILI).
kesukaan makanan pada pasien Adanya kerusakan pada hati akan
skizofrenia yang disebabkan karena memberikan pengaruh pada pada
rendahnya kesukaan pasien skizofrenia fungsi saluran cerna dan penggunaan
kepada makanan perbedaan ini terkait makanan dalam tubuh sehingga sering
dengan mekanisme vegetative yang menyebabkan gangguan gizi seperti
berbeda pada pasien skizofrenia konstipasi akibat terganggunya saluran
(Folley, 2010). pencernaan.
Pasien skizofrenia Rata-rata biaya sisa makanan
mengkonsumsi jenis obat antipsikotik dari rata-rata sisa makanan terbesar ada
II atau antipsikotik atipikal. Obat pada pasien dengan status akut pada
antipsikotik merupakan salah satu ruang perawatan UPI sebesar Rp

25
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

8.940,00 dengan rata-rata sisa makanan terjadinya daya terima yang tidak baik,
41,3% dari seluruh jenis makanan yang hal ini berkaitan dengan patofisiologi
dikonsumsi, sedangkan pada pasien di pasien skizofrenia akut yang tergantung
ruang Maintenance biaya sisa makanan akan obat antipsikotik atipikal yang
yang terbuang sebesar Rp 811,00 diberikan sehingga efek samping yang
dengan rata-rata sisa makanan diterima dari konsumsi obat
7,81%.Penelitian pada pasien rawat antipsikotik akan mempengaruh pada
inap di salah satu Rumah Sakit Umum daya terima makanan yang diberikan,
diketahui rata-rata biaya sisa makanan dibandingkan dengan pasien pada
yang terbuang dalam sehari sebesar Rp ruang perawatan Maintenance yang
2.939,00 (Pratiwi, 2015). Penelitian sudah memulai pengobatan sosial
lain pasien rawat inap di salah satu selain dari obat antipsikotik yang
Rumah Sakit Jiwa dengan pasien dikonsumsi.
skizofrenia diketahui rata-rata biaya Hasil perhitungan yang telah
sisa makanan yang terbuang sebesar Rp dilakukan diketahui sisa makanan yang
1.529,33 atau 9,97% (Irawati et al, tinggi (≥25%) menghasilkan rata-rata
2010). biaya sisa terbesar Rp 9.530,00 apabila
Hasil dari kedua peneitian hasil ini diakumulasikan dalam sebulan
sebelumnya lebih rendah dari hasil maka biaya yang terbuang dari daya
penelitian yang dilakukan kali ini. Hal terima pasien terhadap makanan yang
ini dapat merugikan rumah sakit karena tidak baik menghasilkan sebesar Rp
seperti yang diketahui bahwa biaya 285.900,00,-. Biaya yang hilang berasal
makanan mengambil bagian terbesar dari anggaran belanja bahan makanan.
dari biaya pengelolaan rumah sakit, jika jumlah sisa biaya makanan dapat
sebesar 20-40% adalah untuk bahan dikurangi, maka dapat meningkatkan
makanan sehingga adanya biaya yang efesiensi anggaran belanja bahan
terbuang dari sisa makanan akan makanan yang mempengaruhi
menjadikan biaya yang ada terbuang anggaran untuk menu, pembelian bahan
secara sia-sia dan tidak optimal makanan serta pengolahan dan
(Yulianti, 2013). pendistribusian makanan (Burns,
Hasil analisis uji Spearman 2007).
yang dilakukan untuk mengetahui Daya terima yang
hubungan antara kedua variabel, mempengaruhi sisa makanan pada
diketahui terdapat hubungan yang pasien tersebut akan mempengaruhi
signifikan antara daya terima makanan biaya dari makanan yang dikonsumsi
pada pasien dengan biaya sisa makanan pasien. biaya yang hilang secara sia-sia
(p= 0,000). dari seluruh responden yang ini akan berdampak pada anggaran
berjumlah 36 orang, 20 orang atau yang digunakan untuk pengadaan
55,6% memiliki daya terima yang baik bahan makanan, khususnya biaya total
(<25%) sedangkan sisanya sebanyak 16 untuk bahan makanan (Chudrin, 2006).
orang atau 44,4% memiliki daya terima
yang tidak baik (≥25%). Menurut ruang KESIMPULAN
perawatan, pasien dengan status akut
Terdapat hubungan yang
pada ruang perawatan UPI memiliki
signifikan antara daya terima makanan
kemungkinan yang lebih besar dalam

26
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

pada pasien dengan biaya sisa makanan Makanan Biasa. Jurnal Gizi Klinik
(P= 0,001).Untuk pihak rumah sakit Indonesia , No.3:, Vol. 1, pp.108–
khususnya instalasi gizi agar 112.
mempertimbangkan kondisi pasien Folley B, and Park S. 2010. Relative
skizofrenia dalam pemberian makanan, Food Preferance and Hedonic
sehingga dapat memperkecil sisa Judgments in Schizophrenia.
makanan yang mengarah pada Psychiatry Res. 175(1-2). pp: 1-
efektifitas biaya makanan, pemberian 11.
makanan pada pasien skizofrenia Gobel, S.Y.V., Prawiningdyah, Y. &
dengan memperhatikan gangguan gizi Budiningsari, R.. 2011. Menu
anoreksia sehingga pemberian makan Pilihan Diet Nasi Yang Disajikan
dapat dilakukan dengan porsi sedikit Berpengaruh Terhadap Tingkat
namun sering dan mengadakan evaluasi Kepuasan Pasien VIP di Rumah
terhadap menu yang disajikan terutama Sakit Umum Daerah Provinsi
pada jenis makan lauk nabati dan sayur, Sulawesi Tenggara. Jurnal Gizi
mulai dari cara pengolahan, variasi dan Klinik Indonesia, 7(3). pp: 112-
rasa. Bagi peneliti selanjutnya perlu 120.
diteliti lebih jauh bagaimana pengaruh Hadiyanto, H., 2016. Hubungan Antara
penyakit skizofrenia, efek samping obat Terapi Modalitas Dengan Tanda
antipsikotik yang dikonsumsi serta Gejala Prilaku Kekerasan Pada
pengaruhnya terhadap asupan zat gizi. Pasien Skizofrenia Diruang Rawat
Inap RSJ. Prof.dr. Soerojo
DAFTAR PUSTAKA Magelang [Skripsi]. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi
Burns, J., 2007. Changing Foodservice
Waluyo.
Systems: A Balancing Act
Irawati, Prawiningdyah, Y. &
Between Patient Satisfaction and
Budiningssari, D., 2010. Analisis
Cost. J Foodservice Bus Res,
Sisa Makanan dan Biaya Sisa
10(6), pp.63–78.
Makanan Pasien Skizofrenia
Cascade, E. et al., 2010. Real-world
Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa
Data On Atypical Antipsychotic
Madani Palu. Jurnal Giziz Klinik
Medication Side Effects.
Indonesia, vol-6 no: 5. pp.123–
Psychiatry (Edgmont), 7(7), pp.9–
131.
12.
Iqbal, M., 2014. Pengaruh Room
Chudrin, T., 2006. Makanan Dalam
Service terhadap Kepuasan dan
Prespektif Al-Quran dan Ilmu Gizi
Daya Terima Makanan Pasien
Edisi 1., Jakarta: Balai Penerbit
[Tesis]. Universitas Gajah Mada
FKUI.
Yogyakarta.
Depkes RI, 2009. Pedoman
Kaplan & Sadock., 2010. Buku Ajar
Penyelenggaraan Makanan
Psikiatri Klinis 2nd Edition.,
Rumah Sakit. Departemen
Jakarta: Penerbit Buku
Kesehatan RI. Jakarta.
Kedokteran EGC.
Djamaluddin, M., Endy, P. & Ira, P.,
Kemenkes RI, 2013. Pedoman
2005. Analisis Zat Gizi dan Biaya
Pelayanan Gizi Rumah Sakit,
Sisa Makanan pada pasien dengan
Jakarta: Kemenkes RI.

27
Julia, et al Vol. 2, No. 1, Mei 2018

Kouidrat, Y. et al., 2014. Eating Mahdi Bogor [Skripsi]. Institud


Disorders in Schizophrenia : Pertanian Bogor.
Implications for Research and Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2011.
Management. Schizophrenia Dasar- Dasar Metodologi
Research and Treatment. pp: 1-7. Penelitian Klinis, Jakarta: CV.
Lesmanawati D.A.S. 2014. Analisis Sagung Seto.
Efektivitas Biaya Penggunaan William, P. 2009. Foodservice
Terapi Antipsikotik Pada Pasien perspective in institutions
Skizofrenia Di Instalasi Rawat [papers]. University of
Inap Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Wollongong.
{Tesis]. Universitas Gajah Mada Yulianti, I., 2013. Sisa Makanan dan
Yogyakarta. Kepuasan pada Pasien Rawat
Marwick, K., Taylor, M. & Walker, S., Inap kelas III di Rumah Sakit
2012. Antipsychotics and Swasta di Gresik , Jawa Timur
Abnormal Liver Function Tests. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.
systematic review Clin Yulianty, M.D., Cahaya, N. &
Neuropharm, 35(5). pp: 244-253. Srikartika, V.M., 2017. Studi
Masud, H., Rochimiwati, S.N. & Rowa, Penggunaan Antipsikotik dan
S.S., 2015. Studi Evaluasi Sisa Efek Samping pada Pasien
Makanan Pasien dan Biaya Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Makanan Pasien di RSK Dr Sambang Lihum Kalimantan
Tadjuddin chalid dan RSUD Kota Selatan. Jurnal Sains dan Farmasi
Makassar. XIX, pp.91–95. Klinis.3(2) , pp.153–164.
Nida, K., 2011. Faktor-Faktor yang Muhammad, A., Aryani, D. &
Berhubungan dengan Sisa Darmawan, E., 2016. Kepatuhan
Makanan Pasien Rawat Inap Di Minum Obat Pasien Rawat Jalan
Rumah Sakit Jiwa Sambang Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Lihum [Skripsi]. Sekolah Tinggi Prof. dr. Soerojo Magelang.
Ilmu Kesehatan Husada Borneo Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi,
Banjarbaru. 4(2), pp.7–12.
Salmawati, 2006. Penyelenggaraan
Makanan, Tingkat Kecukupan dan
Status Gizi Penderita Skizofrenia
Di Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki

28

Anda mungkin juga menyukai