Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA KASUS

ASMA BRONKIAL DI RSU SUMBER GLAGAH MOJOKERTO

NURSING CARE OF INEFFECTIVENESS AIRWAY CLEANING IN BRONCIAL ASMA CASE AT


SUMBER GLAGAH PUBLIC HOSPITAL MOJOKERTO

Icus Istanti Mahanani1, Ana Zakiyah2, Enny Virda Yulianti3


1
Mahasiwa S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2
Dosen STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
3
Dosen STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

ABSTRAK

Asma merupakan peningkatan kepekaan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga


mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan yang luas, reversibel dan spontan. Masalah yang paling
sering terjadi pada asma adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang menyebabkan klien susah
bernafas. Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
pasien asma bronchiale dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSU Sumber Glagah
Mojokerto. Metode yang digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh tentang
ketidaefektifan bersihan jalan nafas. Partisipan dalam studi kasus ini adalah 2 orang dengan kriteria jenis
kelamin laki-laki, usia 53 dan 59 tahun, mengalami asma bronkial derajat persisten ringan sampai sedang.
Dengan teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.
Hasil dari asuhan keperawatan secara menyeluruh selama 3x24 jam pada klien dengan cara mengajarkn
batuk efektif dan nafas,claping,dan teknik nafas dalam pada klien .pengkajian data dasar ditemukan data
subjektif dan data objektif yang menunjukkan kedua klien mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Rencana asuhan sesuai dengan yang diimplementasikan dalam asuhan keperawatan. Perbedaan waktu
pencapaian tujuan disebabkan karena klien 1 masih terdengar ronchi di dada kanan atas, dan respirasi masih
> 20x/menit yang disebabkan karena klien 1 mengalami penumpukan sekret yang lebih banyak, akibat faktor
merokok yang dilakukan 1 dari kecil. Perawat disarankan meningkatkan pelayanan leerawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan dan dapat dijadikan salah satu alternatif tindakan keperawatan mandiri
yang dapat digunakan oleh perawat untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada pasien.

Kata Kunci: ketidakefektifan bersihan jalan nafas, asma bronchiale

ABSTRACT

Asthma was a chronic disease characterized by increased sensitivity of the bronchi to various stimuli
resulting in extensive, reversible and spontaneous narrowing of the airways. The most common problem in
asthma was the ineffectiveness of the airway that causes clients to have difficulty breathing. The purpose of
this nursing care was to be able to apply nursing care to asthmatic bronchial patients with the problem of
the ineffectiveness of the airway cleaning at Sumber Glagah Public Hospital Mojokerto. The method used in
carrying out overall nursing care about the ineffectiveness of cleaning the airway. Participants in this case
study were 2 people with the criteria of male sex, age 53 and 59 years, experiencing persistent mild to
moderate degree of bronchial asthma. The data collection techniques include interviews, observation,
physical examination, and documentation studies. The results of overall nursing care for 3x24 to clients by
teaching effective coughing,deep breathing and claping. hours on the client, in the assessment of basic data
found subjective data and objective data which showed the two clients experienced ineffective cleaning of the
airway. Care plans were in accordance with those implemented in nursing care. The difference in time to
achieve the goal was because the client 1 still sounds ronchi in the upper right chest, and respiration was
still> 20x / minute due to client 1 having more secretion accumulation, due to smoking factors carried out 1
from small. Nurses were advised improve service in providing nursing care and can be used as an
alternative to independent nursing actions that can be used by nurses to provide better service to patients.

Keywords: ineffective airway clearance, bronchial asthma

Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Kasus Asma Bronkial
Di RSU Sumber Glagah Mojokerto 1
PENDAHULUAN pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas ikatan antigen dengan antibodi yang
merupakan kondisi ketika individu mengalami menyebabkan pelepasan produk sel mast
ancaman pada status pernapasannya sehubungan (mediator) seperti histamin, bradikinan, dan
dengan ketidakmampuan untuk batuk secara prostaglandin serta analfilaksis dari substansi
efektif (Carpenito, 2013). Salah satu penyakit yang bereaksi lambat, pelepasan mediator ini
yang dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam jaringan paru mempengaruhi kelenjar otot
bersihan jalan nafas adalah asma bronkial. polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan
Serangan asma dipicu oleh alergen, infeksi virus, bronkospasme, pembengkakan membran mukosa,
iritasi, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), dan pembentukan mukus yang sangat banyak
refleks gastroesofagus, latihan fisik, dan faktor yang menyebabkan bersihan jalan nafas tidak
psikologis. Pasien asma akan mengalami efektif (Wijaya & Putri, 2013). Ketidakefektifan
obstruksi jalan nafas yang disebabkan karena satu bersihan jalan nafas menjadi masalah utama,
atau lebih dari kontraksi otot polos yang karena dampak dari pengeluaran dahak yang tidak
mengelilingi bronkus sehingga terjadi lancar dapat menyebabkan penderita mengalami
penyempitan jalan nafas. Hal lain yang terjadi kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas
adalah pengisian bronkus oleh mukus yang kental didalam paru-paru sehingga mengakibatkan
yang menyebabkan ketidakefektifan bersihan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa
jalan nafas (Wijaya & Putri, 2013). lemah, dalam tahap selanjutnya akan mengalami
Laporan The Global Burden of Disease penyempitan jalan nafas yang dapat menyebabkan
pada tahun 2018 menunjukkan bahwa obstruksi jalan nafas (Nugroho, 2011).
diperkirakan terdapat 339,4 juta orang yang Solusi masalah ketidakefektifan bersihan
menderita asma di dunia dengan prevalensi jalan adalah memberikan asuhan keperawatan
terbesar pada usia 18-45 tahun (Global Asthma yang tepat yaitu dengan melakukan respiratory
Network, 2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar monitoring, airway management, dan airway
tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi asma suctioning (Nurarif & Kusuma, 2015).
di Indonesia sebesar 2,4%, angka ini menurun dari Penanganan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Riskesdas tahun 2013 sebesar 4,5%. Prevalensi secara garis besar adalah memberikan posisi semi
asma di Jawa Timur berada di atas prevalensi fowler/fowler, mengajarkan batuk efektif dan
nasional (Kemenkes RI, 2018). relaksasi nafas dalam serta melakukan oksigenasi
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 1 (Doenges, 2012). Berdasarkan latar belakang
November 2018 di RSU Sumber Glagah yang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
didapatkan dari data rekam medik menunjukkan studi kasus dengan judul asuhan keperawatan
bahwa terdapat 12 kasus asma bronkiale selama 3 ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kasus
bulan terakhir yaitu Agustus sampai dengan asma bronkial.
Oktober 2018 dan 10 dari 12 (83,3%) pasien
mengalami masalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas. Data yang diperoleh dari 2 pasien METODE PENELITIAN
asma bronkial menunjukkan bahwa secara Desain penelitian ini adalah Case Study
subjektif mengatakan sesak nafas, dari hasil yaitu meneliti suatu permasalahan melalui studi
pemeriksaan fisik kedua pasien tidak dapat kasus yang terdiri dari unit tunggal. Partisipan
melakukan batuk secara efektif, terdengar ronchi merupakan objek yang akan diteliti dalam studi
dan wheezing, serta frekuensi nafas yang kasus yaitu pasien asma bronchiale dan
meningkat. keluarganya serta mengalami masalah
Asma bronkial merupakan penyakit kronis keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
yang ditandai dengan peningkatan kepekaan Jumlah partisipan yang akan digunakan sebanyak
bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga 2 orang dengan kriteria sudah pernah mengalami
mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan serangan asma sebelumnya (bukan awitan), tidak
yang luas, reversibel dan spontan (Smeltzer, ada batuk (tidak mampu untuk batuk) atau batuk
2016). Pada pasien asma bronkial terjadi tidak efektif (mampu batuk akan tetapi tidak dapat

Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Kasus Asma Bronkial
Di RSU Sumber Glagah Mojokerto 2
mengeluarkan sputum), pasien asma yang tidak PEMBAHASAN
disertai komplikasi ( boleh disertai komplikasi 1. Pengkajian
namun dengan komplikasi yang sama), pasien Berdasarkan data yang diperoleh dari
Asma dan dengan kategori asma yang sama. hasil pengkajian klien asma bronchiale dengan
Dalam penelitian ini peneliti mendapat 2 pasien ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
ASMA bronchial dengan masalah menunjukkan bahwa klien 1 berumur 53 tahun
ketidakefektifan kebersihan jalan nafas pada usia dan klien 2 berumur 59 tahun. Klien 1
53 tahun dan 59 tahun dan tanpa komplikasi. mengeluh batuk 3 hari dan sesak nafas,tidak
Penelitian dilakukan minimal selama 3 hari bisa mengeluarkan sputum, berdasarkan hasil
berturut-turut pada setiap partisipan. Metode pemeriksaan fisik diketahui bahwa pasien
pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah mengalami sianosis, RR 28 x/menit, sianosis,
melalui pengkajian, observasi dan pemeriksaan ada pernafasan cuping hidung, ada retraksi
fisik, serta studi dokumentasi. intercostae, fase ekpirasi memanjang, vocal
HASIL PENGKAJIAN fremitus melemah, terdengar ronchi pada lobus
Klien 1 semua dextra, dan pasien mempunyai riwayat
DS : Pasien mengatakan sesak nafas merokok dari kecil usia 10 tahun dibuktikan
DO : leukosit 15.300/mm3 .. Sedangkan klien 2
1. TTV: mengeluh batuk dan sesak nafas, berdasarkan
N : 99x/menit hasil pemeriksaan fisik diketahui bahwa pasien
RR: 28x/menit mengalami sianosis, RR 26 x/menit, sianosis,
2. Pemeriksaan fisik: ada pernafasan cuping hidung, ada retraksi
a. Sianosis intercostae, fase ekpirasi memanjang, vocal
b. Ada pernafasn cuping hidung fremitus melemah, terdengar ronchi pada
c. Ada retraksi intercostae bagian atas sinistra,dan mempunyai riwayat
d. Fase ekpirasi memanjang asma sejak 30 tahun yang lalu, dibuktikan
e. Vocal fremitus melemah pada daerah leukosit 13.700/mm3.
semua lobus dextra Menurut teori SDKI (Tim Pokja SDKI,
f. Ronchi di daerah 2017), batasan karakteristik ketidakefektifan
Rh + Rh- bersihan jalan nafas yang meliputi batasan
Rh + mayor yaitu secara objektif ada gejala batuk
Rh+ Rh- tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
Klien 2 berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronchi
DS : Pasien mengatakan sesak nafas kering, batasan minor secara subjektif
DO : menyatakan dispnea, sulit bicara, ortopnea,
1. TTV: secara objektif tampak gelisah, sianosis, bunyi
N : 99x/menit nafas menurun, frekuensi nafas berubah, pola
RR: 28x/menit nafas berubah.
2. Pemeriksaan fisik: Tidak semua gejala dalam batasan
a. Sianosis karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan
b. Ada pernafasn cuping hidung nafas terjadi pada pasien, namun sebagian
c. Ada retraksi intercostae besar ditemui pada klien yaitu mengeluh sesak
d. Fase ekpirasi memanjang nafas, peningkatan frekuensi nafas dan irama
e. Vocal fremitus melemah pada ICS 2 dan tidak teratur, ada batuk yang tidak efektif,
3 Dextra sinistra bagian atas sianosis, dan terdengar suara nafas tambahan
f. Ronchi di daerah yaitu ronchi. Ronchi timbul karena adanya
Rh+ Rh+ penumpukan sputum dalam saluran nafas
Rh- sehingga terjadi penyempitan jalan nafas yang
Rh- Rh - mengakibatkan frekuensi nafas meningkat
karena klien berusaha untuk memperbanyak
udara yang masuk dengan bernafas lebih cepat.

Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Kasus Asma Bronkial
Di RSU Sumber Glagah Mojokerto 3
Perbedaan klien 1 dan klien 2 terletak pada pencetus tersebut akan merangsang pelepasan
adanya vocal fremitus pada klien 1 yang tidak mediator kimia seperti histamine, bradikinin,
ditemui pada klien 2, hal ini disebabkan karena dan lain-lain sehingga menyebabkan
klien 1 mengalami penumpukan sekret yang permiabilitas kapiler meningkat dan konstriksi
lebih banyak, akibat faktor kebiasaan merokok otot polos sehingga sekresi kelenjar bronkus
sedari kecil (masa anak-anak) sehingga nafas meningkat dan menyebabkan obstruksi jalan
yang lebih berat dibandingkan klien 2, nafas. Hal ini akan menyebabkan mukus
sehingga frekuensi nafas klien 1 juga lebih berlebih, batuk, wheezing, dan sesak nafas
tinggi dari klien 2, letak ronchi yang ditemui sehingga mengakibatkan ketidakefektifan
pada klien satu di semua lobus dextra bersihan jalan nafas. Bersihan jalan nafas yang
atas,tengah dan bawah, sedangkan pada klien 2 tidak efektif, apabila tidak segera ditangani
terdapat ronchi pada dextra sinistra bagian atas dengan tepat maka pasien akan mengalami
saja. Asma yang terjadi pada klien satu lebih perasaan tercekik, dan kesulitan bernafas
berat dibandingkan klien 2 karena klien 1 (Nurarif & Kusuma, 2016).
merupakan perokok berat. Hasil pengkajian dari data subjektif dan
2. Diagnosis Keperawatan objektif digunakan untuk menentukan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan diagnosa, klien mengalami ketidakefektifan
oleh penelitian yang dilakukan terdapat satu bersihan jalan nafas berhubungan dengan
diagnosa yang sesuai dengan batasan penumpukan sekret yang dipicu karena adanya
karakteristik. Diagnosa keperawatan kedua infeksi saluran pernafasan. Tidak ada
partisipan, dengan diagnosa yaitu kesenjangan antara teori dan fakta maupun
ketidakefektifan bersihan jalan nafas . Klien 1 perbedaan klien 1 dan klien 2 pada diagnosa
mengeluh batuk 3 hari dan sesak nafas,tidak keperawatan.
bisa mengeluarkan sputum, berdasarkan hasil 3. Rencana Asuhan
pemeriksaan fisik diketahui bahwa pasien Rencana asuhan keperawatan yang dapat
mengalami sianosis, RR 28 x/menit, sianosis, diberikan pada pasien dengan ketidakefektifan
ada pernafasan cuping hidung, ada retraksi bersihan jalan nafas secara mandiri adalah
intercostae, fase ekpirasi memanjang, vocal observasi TTV, posisikan klien untuk
fremitus melemah, terdengar ronchi leukosit memaksimalkan ventilasi, auskultasi suara
15.300/mm3. Sedangkan klien 2 mengeluh nafas, catat adanya suara tambahan, anjurkan
batuk dan sesak nafas, berdasarkan hasil asupan cairan adekuat, ajarkan relaksasi nafas
pemeriksaan fisik diketahui bahwa pasien dalam, ajarkan batuk efektif, kolaborasi
mengalami sianosis, RR 26 x/menit, sianosis, pemberian oksigen, kolaborasi pemberian
ada pernafasan cuping hidung, ada retraksi bronchodilator.
intercostae, fase ekpirasi memanjang, vocal Tujuan rencana asuhan adalah Setelah
fremitus melemah, terdengar ronchi, leukoit dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24
13.700/mm3. jam diharapkan jalan nafas paten dengan bunyi
Klien 1 dan klien 2 mempunyai nafas bersih atau paten dengan kriteria hasil
diagnosa keperawatan yang sama yaitu yang ingin dicapai adalah tidak ada sianosis
ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang dan dispneu, menunjukkan jalan nafas yang
berhubungan dengan penumpukan sekret pada paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
saluran nafas. frekuensi pernafasan dalam rentang normal,
Serangan asma dipicu oleh alergen tidak ada suara nafas abnormal, tanda-tanda
(serbuk sari, bulu halus, binatang, dan debu), vital dalam rentang normal (tekanan darah N:
infeksi virus, iritasi (hairspray, minyak wangi, sistole : 110-120 mmHg, diastole: 70-80
asap rokok, bau asam dari cat dan polusi udara, mmHg; nadi N: 80-100x/menit; pernafasan N:
air dingin, atau udara dingin), ISPA (infeksi 16-26x/menit) (Nurarif & Kusuma, 2016).
saluran pernafasan akut), refleks Rencana asuhan yang dilakukan adalah dengan
gastroesofagus, latihan fisik, dan faktor buka jalan nafas (chin lift atau jaw thrust),
psikologis (Wijaya & Putri, 2013). Agen posisikan klien untuk memaksimalkan

Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Kasus Asma Bronkial
Di RSU Sumber Glagah Mojokerto 4
ventilasi, auskultasi suara nafas, catat adanya sedangkan klien 2 diberikan infus PZ 24 tpm,
suara tambahan, anjurkan asupan cairan oksigen 2 L/menit, dan nebule ventolin 2,5 mg.
adekuat, ajarkan batuk efektif, kolaborasi Pemberian obat harus memperhatikan 6
pemberian oksigen, kolaborasi pemberian benar yaitu benar pasien, benar obat, benar
bronchodilator (Wijaya & Putri, 2013; Nurarif dosis, benar cara, benar waktu, dan benar
& Kusuma, 2016). dokumentasi. Pemberian obat melalui infus
Hal ini menunjukkan bahwa intervensi diartikan sebagai pemberian obat secara
yang diberikan oleh penulis sudah sesuai perlahan-lahan dengan jangka waktu lama,
dengan teori yang ada untuk mengatasi sehingga didapatkan keseimbangan antara
masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. kecepatan masuknya obat ke sirkulasi sistemik
4. Implementasi dengan kecepatan eliminasi obat. Tujuan dari
Implementasi yang sudah dilakukan oleh pemberian obat melalui infus terutama adalah
penulis pada hari pertama sampai dengan hari agar didapatkan kadar terapetik yang
ketiga adalah sebagai berikut: terpelihara (konstan), yang memang diperlukan
Tindakan yang telak dilakukan antara pada keadaan keadaan tertentu. Untuk itu,
klien 1 dan 2 yaitu sama pada klien 1 tidak perlu dibedakan pemberian obat bersama infus
diajarkan batuk efektif,. Batuk merupakan atau pemberian obat secara perlahan-lahan.
gerakan yang dilakukan tubuh sebagai Pada saat akan dimulainya pemberian suatu
mekanisme alamiah terutama untuk obat secara infus, kadar obat dalam tubuh
melindungi paru paru. Gerakan ini pula yang adalah nol. Kemudian diberikan infus, maka
kemudian dimanfaatkan kalangan medis kadar obat akan naik, setelah waktu tertentu
sebagai terapi untuk menghilangkan lendir proses eliminasi akan seimbang dengan
yang menyumbat saluran pernapasan akibat kecepatan masuknya obat (Kemenkes RI,
sejumlah penyakit. Batuk efektif dilakukan 2012).
melalui gerakan yang terencana atau dilatihkan Sesuai dengan teori di atas, bahwa
terlebih dahulu. Batuk efektif untuk pemberian terapi obat harus memperhatikan 6
mempertahankan kepatenan jalan napas. Batuk benar, sehingga setiap pasien akan
memungkinkan klien mengeluarkan sekresi mendapatkan pengobatan yang berbeda
dari jalan napas bagian atas dan bagian napas tergantung kondisi dan indikasinya. Perbedaan
bagian bawah. Rangkaian normal peristiwa implementasi dalam hal pemberian oksigen
dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam, disebabkan karena sesak nafas yang dialami
penutupan glottis, kontraksi aktif otot-otot oleh klien 1 lebih berat dari klien 2.
ekspirasi, dan pembukaan glotis. Inhalasi 5. Evaluasi
dalam meningkatkan volume paru dan Setelah dilakukan tindakan yang sama
diameter jalan napas memungkinkan udara sesuai intervensi yang dilakukan pada klien 1
melewati sebagian lendir yang mengobstruksi dan 2 , perbandingannya antara klien 1 dan 2
atau melewati benda asing lain (Smeltzer & lebih cepat sembuh klien 2. Dikarenakan klien
Bare, 2012). Sesuai dengan teori di atas, 1 cenderung lebih berat dibandingkan klien 2
bahwa batuk efektif digunakan untuk dibuktikan dengan adanya masih terdengr
mengeluarkan sekret yang kental sehingga ronchi pada klien 1 sebab klien 1 merupakan
jalan nafas lebih efektif, perokok berat dari usia 10 tahun.
clapping dilakukan untuk melepaskan Tujuan yang ingin dicapai dalam
sekret dari trakea dan saluran pernafasan lain pemberian asuhan pada ketidakefektifan
dengan cara memberikan perkusi pada daerah bersihan jalan nafas adalah setelah dilakukan
ronchi agar sputum lepas dan jalan nafas lebih asuhan keperawatan selama 3x24 jam
efektif. diharapkan jalan nafas paten dengan bunyi
Perbedaan juga terjadi dalam hal nafas bersih atau paten. Pada langkah ini
pemberian infus, oksigen dan obat nebule dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
dimana klien 1 diberikan infus NS 8 tpm, yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
oksigen 4 L/menit, dan nebule ventolin 2,5 mg, kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi

Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Kasus Asma Bronkial
Di RSU Sumber Glagah Mojokerto 5
sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi harus menit , terdapat vocal fremitus pada Ics 2 dan 3
menjelaskan indikator keberhasilan intervensi dextra sinistra , dan terdapat ronchi pada dextra
yang dilakukan oleh perawat sehingga suhu sinistra bagian atas. Penelitian melakukan
tubuh klien dalam batas normal (Mubarak & intervensi yang sama postural drainase dan
Chayatin, 2012). clapping dan mengajarkan batuk efektif maka
Perbedaan waktu pencapaian tujuan sputum dapat keluar tanpa harus dibatukkan
disebabkan karena perbedaan hasil yang terjadi dengan keras. Masalah pada klien 1 belum teratasi
antara klien 1 dan klien 2, dimana klien 1 karena masih terdengar ronchi di lobus kanan atas
masih terdengar ronchi di dada kanan atas, dan paru, hal ini disebabkan karena klien 1 merupakan
respirasi masih > 20x/menit, hal ini disebabkan perokok berat yang kebiasaan dimulai sejak kecil
karena klien 1 mengalami penumpukan sekret (10 tahun) hingga sekarang. Dan untuk derajad
yang lebih banyak, akibat faktor merokok yang asma pada klien 1 berat, dan untuk klien 2 sedang.
dilakukan oleh klien 1 dari kecil sehingga Dan untuk implementasi sudah dilakukan secara
kemungkinan terjadi gangguan fungsi paru sama akan tetapi klien 1 masih terdengar ronchi
lebih berat daripada klien 2. Dimana kondisi karena kebiasaan merokok sejak kecil.
klien 1 merupakan perokok berat dari usia 10
tahun, RR klien 1 yaitu 28x/menit dan letak SARAN
ronchi klien 1 pada daerah dextra pada bagian 1. Masyrakat lebih meningkatkan
semua lobus dextra dan dibuktikan dengan pengetahuannya tentang kesehatan terutama
hasil leukosit klien yaitu 15.300/ mm3, dan asma bronchial dengan. cara masyarakat rutin
kondisi klien 2 lebih ringan dibandingkan klien cek kesehatan dan untuk mengetahui tentang
1 ditunjukkan RR klien 2 yaitu 26x/menit dan bagaimana penyakit asma bronchial itu sendiri,
letak ronchi hanya pada dextra sinistra bagian terutama tanda dan gejalanya, cara mencegah
atas saja dibuktikan dengan hasil leukosit klien dan cara untuk mengatasinya. Di dalam
2 yaitu 13.700/ mm3 masyarakat
2. Diharapkan tenaga kesehatan lebih
SIMPULAN meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan
Berdasarkan pembahasan yang telah dengan pelayanan prima/service excellent.
diuraikan dalam bab 4, maka peneliti dapat dalam memberikan tindakan asuhan
mengambil kesimpulan bahwa setelah peneliti keperawatan pada klien agar lebih maksimal.
telah dilakukan pengkajian, analisa data, Dan perawat dapat meberikan pelayanan
penentuan Diagnosa, perencanaan implementasi professional dan komprehensif, dan lebih care
dan evaluasi tentang ketidakefektifan bersihan lagi kepada pasien.
jalan nafas pada pada klien 1 dan 2 dengan Asma 3. Diharapkan dilakukan penelitian selanjutnya
Bronkhial maka dapat ditarik kesimpulan sebagai mengenai asuhan keperawatan pada klien asma
berikut. bronkial dengan ketidakefektifan bersihan
Dari hasil yang di dapatkan klien 2 lebih jalan nafas mengingat bahwa pasien asma pada
cepat sembuh dibandingkan klien 1, dewasa dan anak-anak saat ini semakin
dibuktikan dengan adannya klien 1 masih banyak.
terdengar ronchi, dan pencapaian hasil klien 2 4. Hendaknya sebagai referensi bagi institusi
teratasi pada hari ke-3 , sedangkan klien 1 pada pendidikan keperawatan guna menambah
hari ke-3 belum teratasi. pemahaman tentang ilmu keperawatan Medical
Dari hasil perumusan masalah didapatkan Bedah.
data-data kedua partisipan yaitu : partisipan 1 5. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberi
mengeluh sesak nafas dengan RR 28x/ masukan bagi Rumah Sakit agar dapat
menit,terdapat vocal fremitus pada semua lobus dipertimbangkan sebagai terapi komplementer
sinistra, dan terdapat ronchi pada daerah lobus untuk memberikan asuhan keperawatan dan
sinistra, dan sesak nafas pasien kambuh pada saat dapat dijadikan salah satu alternative tindakan
digunakan aktivitas yang cukup berat. Partisipan keperawatan mandiri yang dapat digunakan
ke 2 pasien mengeluh sesak nafas dengan RR 26x/ oleh perawat untuk memberikan pelayanan

Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Kasus Asma Bronkial
Di RSU Sumber Glagah Mojokerto 6
yang lebih baik atau service excellent pada Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas
pasien. Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor
Populer
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Apriyani, H. 2015. Identifikasi Diagnosis Praktik. Jakarta : EGC.
Keperawatan Pada PasienDi Ruang Paru Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien
Sebuah Rumah Sakit. Jurnal dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Keperawatan, Volume XI, No. 1, April Jakarta: Salemba Medika.
2015. ISSN 1907 – 0357. Nugroho S. 2011. Terapi Pernapasan Pada
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Penderita Asma. Yogyakarta : Fakultas
Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Klien. Jakarta: Salemba Medika. Yogyakarta
Basuki, Sulistyo. 2010. Metode Penelitian. Jakarta Nugroho, Y.A. 2011. Batuk Efektif Dalam
: Penaku Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan
Carpenito, LJ. 2013. Buku Saku Diagnosa Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di
Keperawatan.Edisi 12. Jakarta: EGC Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis
Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta: Kediri. Volume 4, No. 2, Desember 2011
Departemen Kesehatan Republik Nurarif, AH & Kusuma, H. 2015. Asuhan
Indonesia. Keperawatan Praktis Berdasarkan
Doengoes. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc
& Pedoman Untuk Perencanaan dan dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Mediaction.
Jakarta: EGC Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Global Initiative for Asthma (GINA). 2012. At-A- 2011. Asma dan Pedoman
Glance Asthma Management Reference. Pentalaksanaan di Indonesia. Balai
Hidayat, A.A,A. 2012. Metode Penelitian penerbit FKUI. Jakarta
Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Price A., Wilson M. 2009. Patofisiologi: Konsep
Jakarta: Salemba Medika Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
Kasanah, W. 2015. Efektifitas Batuk Efektif Dan Penerbit Buku Kedokteran EGC
Fisioterapi Dada Pagi Dan Siang Hari Smeltzer & Bare. 2012. Keperawatan Medikal
Terhadap Pengeluaran Sputum Pasien Bedah. Jakarta: EGC
Asma Bronkial di RS Paru dr.Ario Smeltzer, S.C. 2016. Keperawatan Medikal
Wirawan Salatiga. Jurnal Ilmu Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC
Keperawatan dan Kebidanan. Volume 1 Sundaru, Heru. 2009. Asma Bronkial. Jakarta:
no 1 tahun 2015. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar tahun Sutoyo dkk.. 2011. Guidelines Asma. Jakarta:
2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Republik Indonesia. Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa
Malhotra, Naresh, K. 2010. Riset Pemasaran, Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
Pendekatan Terapan. Jakarta : PT PPNI
RajaGrafindo Persada Wijaya, AS & Putri, YM. 2013. KMB 2:
Mansjoer, A. Dkk. 2009. Kapita Selekta Keperawatan Medikal Bedah 2.
Kedokteran. Jakarta: Aesculapius. Yogyakarta: Nuha Medika.

Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Kasus Asma Bronkial
Di RSU Sumber Glagah Mojokerto 7

Anda mungkin juga menyukai