Anda di halaman 1dari 10

eirichzon3

 Life is a Journey...

Jumat, 03 Desember 2010


SPONDILITIS

I. KONSEP TEORI

A. Pengertian

Spondilitis merupakan inflamasi pada vertebra ( Spondyle),bentuk spondilitis yang paling


sering terjadi adalah Spondilitis ankilosis (SA)kadang pula disebut Spondilitis Megankilosis
yang merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dengan kekakuan
progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra)sendi sakroiliaka serta
kostovertebral ditandai oleh vertebra yang mengalami fibrosis dan ankilosis (fiksasi
tulang/kekakuan ) akibat osifikasi ligamen dan sendi,. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-
sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas
penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada
penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease atau
Bechterew's disease.

B. Etiologi

Penyebab tidak diketahui ,dicurigai adanya kaitannya dengan faktor genetik , kurang lebih
90% penderita yang didiagnosa sebagai ankilosan spondilitis juga memiliki antigen HLA-
B27 positif.

C. Patofisiologi

Spondilitis ankilosis menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang belakang
dan ligamen – ligamen para vertebral. Apabila diskusvertebral \is juga terinvasi oleh jaringan
vaskular dan fibrosa maka akan timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur artikular
.Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra dengan
vertebra lainnya.Jaringan sinovial disekitar sendi yang terserang akan meradang .Penyakit
jantung juga dapat timbul bersamaan dengan penyakit ini.

D. Insidensi

Penyakit ini termasuk jarang dan insidensnya sebanding dengan artritis rematoid. Sekitar
20% donor darah menderita kelainan sakroilitis. Manifestasi biasanya dimulai pada masa
remaja dan jarang di atas 40 tahun, lebih banyak pada pria daripada wanita (5 : 1). Angka
kekerapan bervariasi antara 1,0--4,7%.

E. Gejala Klinik
1. Gejala utama SA adalah adanya sakroilitis. Perlangsungannya secara gradual dengan nyeri
hilang timbul pada pinggang bawah dan menyebar ke bawah pada daerah paha

2. Gejala klinik SA dapat dibagi dalam manifestasi skeletal dan ekstraskeletal.

a. Manifestasi skeletal berupa artritis aksis, artritis sendi panggul dan bahu, artritis perifer,
entensopati, osteoporosis, dan fraktur vertebra. Keluhan yang umum dan karakteristik awal
penyakit ialah nyeri pinggang dan sering menjalar ke paha. Nyeri biasanya menetap lebih dari
3 bulan, disertai dengan kaku pinggang pada pagi hari, dan membaik dengan aktivitas fisik
atau bila dikompres air panas. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan
lokasinya, dapat unilateral atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan
kemudian daerah pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri
bokong dan bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir.
Inaktivitas lama akan menambah gejala nyeri dan kaku. Keluhan nyeri dan kaku pinggang
merupakan keluhan dari 75% kasus di klinik. Nyeri tulang juksta-artikular dapat menjadi
keluhan utama, misalnya entesis yang dapat menyebabkan nyeri di sambungan kostosternal,
prosesus spinosus, krista iliaka, trokanter mayor, tuberositas tibia atau tumit. Keluhan lain
dapat berasal dari sendi kostovertebra dan manubriosternal yang menyebabkan keluhan nyeri
dada, sering disalahdiagnosiskan sebagai angina.

b. Manifestasi ekstraskeletal berupa iritis akut, fibrosis paru, dan amiloidosis. Manifestasi di
luar tulang terjadi pada mata, jantung, paru, dan sindroma kauda ekuina. Manifestasi di luar
tulang yang paling sering adalah uveitis anterior akut, biasanya unilateral, dan ditemukan 25--
30% pada penderita SA dengan gejala nyeri, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan kabur.
Manifestasi pada jantung dapat berupa aorta insufisiensi, dilatasi pangkal aorta, jantung
membesar, dan gangguan konduksi. Pada paru dapat terjadi fibrosis, umumnya setelah 20
tahun menderita SA, dengan lokasi pada bagian atas, biasanya bilateral, dan tampak bercak-
bercak linier pada pemeriksaan radiologis, menyerupai tuberkulosis

3. Keluhan konstitusional biasanya sangat ringan, seperti anoreksia, kelemahan, penurunan


berat badan, dan panas ringan yang biasanya terjadi pada awal penyakit.

F. Pemeriksaan Fisik

Pada stadium awal dapat ditemukan tanda sakroilitis yang ditandai dengan nyeri tekan pada
sendi sakroiliaka. Stadium berikutnya, rasa nyeri dapat hilang karena peradangan diganti
dengan fibrosis dan atau dengan ankilosis. Pada stadium lanjut ditemukan keterbatasan gerak
vertebra ke semua arah yang dapat dinilai dengan gerak laterofleksi, hiperekstensi,
anterofleksi, dan rotasi. Uji Schober sangat berguna untuk menilai keterbatasan sendi.
Pemeriksa harus memperhatikan:

1. Spasme otot-otot paravertebra dan hilangnya lordosis vertebra.

2. Menurunnya mobilitas spinal ke arah anterior dan lateral.

3. Pinggang bagian bawah sukar dibengkokkan bila membungkuk

4. Berkurangnyaekspansidada
5. Nyeri di daerah prosesus spinosus torakolumbal, persendian sakroiliaka dan daerah
sternum, klavikula, krista iliaka, atau tumit.

Uji Scober dilakukan dengan posisi berdiri tegak, kemudian dibuat tanda titik pada kulit di
atas prosesus spinosus vertebra lumbal lima, kurang lebih setinggi spina iliaka posterior
superior, dan titik kedua 10 cm di atas titik pertama. Penderita diminta membungkukkan
punggungnya tanpa menekuk lutut. Normalnya, jarak kedua titik akan bertambah 5 cm atau
lebih. Apabila kurang dari 15 cm menunjukkan adanya keterbatasan gerak. Pemeriksaan
ekspansi rongga dada dilakukan dengan cara mengambil selisih jarak antara inspirasi dan
ekspirasi maksimal, diukur pada sela iga4. Normalnya, selisih ini 6—10cm.

G. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada uji diagnostik yang patognomonik. Peninggian laju endap darah ditemukan pada
75% kasus, tetapi hubungannya dengan keaktifan penyakit kurang kuat. Serum C reactive
protein (CRP) lebih baik digunakan sebagai petanda keaktifan penyakit. Kadang-kadang,
ditemukan peninggian IgA. Faktor rematoid dan ANA selalu negatif. Cairan sendi
memberikan gambaran sama pada inflamasi. Anemia normositik-normositer ringan
ditemukan pada 15% kasus. Pemeriksaan HLA - B27 dapat digunakan sebagai pembantu
diagnosis.

H. Pemeriksaan Radiologi

Kelainan radiologis yang khas pada SA dapat dilihat pada sendi aksial, terutama pada sendi
sakroiliaka, diskovertebral, apofisial, kostovertebral, dan kostotransversal. Perubahan pada
sendi S2 bersifat bilateral dan simetrik, dimulai dengan kaburnya gambaran tulang subkonral,
diikuti erosi yang memberi gambaran mirip pinggir perangko pos. Kemudian, terjadi
penyempitan celah sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osilikasi. Setelah beberapa
tahun, terjadi ankilosis yang komplit. Beratnya proses sakroilitis terdiri dari 5 tingkatan
berdasarkan radiologis, yaitu tingkat 0 (normal), tingkat 1 (tepi sendi menjadi kabur), tingkat
2 (tingkat 1 ditambah adanya sclerosis periartikuler, jembatan sebagian tulang atau pseudo
widening, tingkat 3 (tingkat 2 ditambah adanya erosi dan jembatan tulang), serta tingkat 4
(ankilosa yang lengkap). Akan terlihat gambaran squaring (segi empat sama sisi) pada
kolumna vertebra dan osifikasi bertahap lapisan superfisial anulus fibrosus yang akan
mengakibatkan timbulnya jembatan di antara badan vertebra yang disebut sindesmofit.
Apabila jembatan ini sampai pada vertebra servikal, akan membentuk bamboo spine.
Keterlibatan sendi panggul memperlihatkan adanya penyempitan celah sendi yang konsentris,
ketidakteraturan subkhondral, serta formasi osteofit pada tepi luar permukaan sendi, baik
pada asetabulum maupun femoral. Akhirnya, terjadi ankilosis tulang dan pada sendi bahu
memperlihatkan penyempitan celah sendi dengan erosi.

I. Diagnosis

Agak sulit menegakkan diagnosis dini SA sebelum timbulnya deformitas yang ireversibel.
Diagnosis SA dapat ditegakkan berdasarkan Kriteria New York 1984 yang dimodifikasi

Kriteria klinis:

1. Keterbatasan gerak vertebra lumbal terhadap bidang frontal dan sagital.


2. Nyeri pinggang bawah lebih dari 3 bulan, menjadi baik dengan latihan dan tidak
hilang dengan istirahat.
3. Penurunan ekspansi dada.

Kriteria radiologis:

1. Sakroilitis bilateral tingkat


2. Sakroilitisunilateraltingkat.
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan minimal 1 kriteria radiologis ditambah 1
kriteriaklinis
Pemeriksaan B27 tidak hanya berguna sebagai penunjang diagnosis, tetapi juga
bermanfaat dalam diagnostik awal sebelum timbulnya kelainan radiologis. Beberapa
studi menunjukkan kelompok B27 dengan gejala khas SA tanpa kelainan radiologis
(sakroilitis) sebagian besar memperlihatkan kelainan radilogis setelah beberapa tahun
kemudian.

J. Perawatan :

1. Menghilangkan nyeri

2. Mengurangi inflamasi

3. Latihan fisik untuk perbaikan kekuatan otot, dan memelihara postur tubuh. Latihan fisik
penting dilakukan karena penyakit ini cenderung terjadi kelainan berupa fleksi spinal yang
progresif. Oleh karena itu, otot-otot ekstensor spinal harus diperkuat.

a. Penderita dianjurkan tidur terlentang menggunakan kasur yang agak keras dengan sebuah
bantal tipis. Menggunakan bantal yang tebal atau beberapa bantal sebaiknya dihindari. Pada
pagi hari, mandi air hangat, diikuti latihan fisik untuk penguatan otot-otot belakang (sesuai
dengan petunjuk dokter atau dokter fisioterapi). Hal ini sebaiknya dilakukan di rumah secara
teratur. Tidur tengkurap selama beberapa menit dilakukan beberapa kali dalam sehari
merupakan tindakan yang bermanfaat dalam menjaga pergerakan ekstensi spinal.

b. Berenang merupakan latihan fisik yang terbaik selama otot-otot masih boleh menahan
dalam keadaan ekstensi. Fusi spinal merupakan komplikasi dari spondilitis. Karena itu, postur
harus dipertahankan dan menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan
lutut. Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu, dan
belakang kepala selalu bersandar pada dinding.

c. Manuver lain yang perlu dilakukan adalah bernapas dalam dan gerakan fleksi lumbal yang
isometrik. Posisi postur tubuh harus diperhatikan setiap saat. Kursi dengan sandaran yang
keras dianjurkan, tetapi diutamakan lebih banyak berjalan dari pada duduk.

K. Pengobatan

Pengobatan dengan obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) untuk mengurangi nyeri,


mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Indometasin 75--150 mg
perhari (Areumakin, Benocid, Dialorir, Confortid) memegang rekor terbaik. Apabila
penderita tidak mampu mentolerir efek samping seperti gangguan lambung atau gangguan
SSP berupa sakit kepala dan pusing, maka AINS yang lain dapat dicoba.
Penderita yang tidak responsif dengan indometasin atau AINS yang baru lainnya dapat
dicoba dengan fenilbutazon 100-300 mg perhari. Tingginya insidens agranulositosis atau
anemia aplastik akibat efek samping obat ini dibandingkan dengan AINS yang lain perlu
disampaikan pada penderita. Jumlah eritrosit dan lekosit harus selalu dimonitor.

Preparat emas dan penisilamin telah digunakan pada penderita dengan poliatritis perifer.
Publikasi studi klinik terakhir dari sulfasalazin 2--3 gr perhari (Sulcolon tab. 500 mg)
menunjukkan adanya perbaikan, baik nyeri maupun kelainan spinal.

Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas spinal. Tindakan ini sangat berguna untuk
mengurangi keluhan akibat deformitas tersebut.

L. Prognosis

Prognosis dari SA sangat bervariasi dan susah diprediksi. Secara umum, penderita lebih
cenderung dengan pergerakan yang normal daripada timbulnya restriksi berat. Keterlibatan
ekstraspinal yang progresif merupakan determinan penting dalam menentukan prognosis.
Beberapa survei epidemiologis menunjukkan bahwa apabila penyakitnya ringan,
berkurangnya pergerakan spinal yang ringan, dan berlangsung dalam 10 tahun pertama maka
perkembangan penyakitnya tidak akan memberat. Keterlibatan sendi-sendi perifer yang berat
menunjukkan prognosis buruk. Sebagian besar penderita dengan SA memperlihatkan keluhan
serta perlangsungan yang ringan dan dapat dikontrol sehingga dapat menjalankan tugas dan
kehidupan sosial dengan baik.

Secara umum, wanita lebih ringan dan jarang progresif serta lebih banyak memperlihatkan
keterlibatan sendi-sendi perifer. Sebaliknya, bamboo spine lebih sering terlihat pada pria.
Terdapat dua gambaran yang secara langsung berpengaruh terhadap morbiditas, mortalitas,
dan prognosis. Keduanya dianggap sebagai akibat dari trauma, baik yang tidak disadari
maupun trauma berat. Awalnya, terjadi lesi destruksi pada salah satu diskovertebra, biasa
terjadi pada segmen spinal yang bisa dilokalisir, dan ditandai dengan nyeri akut atau
berkurangnya tinggi badan yang mendadak. Skintigrafi dan tomografi tulang memperlihatkan
kelainan, baik elemen anterior maupun posterior. Imobilisasi yang tepat dan diperpanjang
dapat memberikan penyembuhan pada sebagian besar kasus. Komplikasi kedua yang
menyusul trauma berat maupun yang ringan berupa fraktur yang dapat menyebabkan
koropresi komplit atau inkomplit.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Prinsip penatalaksanaan pada spondilitis ankilosans bersifat multifokal dan berkaitan dengan
tahap penyakit, pada tahap awal penyakit Asuhan keperawatan difokuskuan pada gejala yang
paling dominan yaitu nyeri punggung , sedangkan pada tahap lanjut penyakit Intervensi
terarah untuk meningkatkan pengertian tentang penyakit baik oleh penderita sendiri maupun
keluarganya.

I. PENGKAJIAN

a. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri pinggang bawah lebih dari 3 bulan, menjadi baik dengan latihan dan tidak hilang
dengan istirahat. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat
unilateral atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah
pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan
bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama akan
menambah gejala nyeri dan kaku

b. Aktivitas / istrahat

· Spasme otot-otot paravertebra dan hilangnya lordosis vertebra,Menurunnya mobilitas spinal


ke arah anterior dan lateral,Pinggang bagian bawah sukar dibengkokkan bila
membungkuk.Pada stadium lanjut ditemukan keterbatasan gerak vertebra ke semua arah yang
dapat dinilai dengan gerak laterofleksi, hiperekstensi, anterofleksi, dan rotasi.

· Pasien nampak berhati – hati dalam beraktifitas ,punggung selalu dijaga untuk tidak
bergerak

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

2. Gangguan Mobilitas fisik b/d nyeri,kekakuan (ankilosis), spasme otot

3.Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika tubuh melindungi punggung

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Intervensi Keperawatan :

Tindakan Mandiri Perawat :

a.Bimbing pasien menjelaskan ketidaknyamanannnya mis, lokasi,beratnya,durasi,sifat,


penjalaran nyeri, penjelasan mengenai bagaimana nyeri dengan tindakan tertentu mis
membuka pintu garasi

R/ Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan
evaluasi terhadap terapi

b. Pertahankan tirah baring dan mengubah posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi
lumbal dengan cara meletakkan pasien pada posisi semifowler dengan tulang spinal ,lutut dan
pinggang dalam keadaan fleksi , posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10 –
30 derajat atau pada posisi lateral.

R/ Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme
otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya tonjolan
diskus dan reduksi

c. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhan


R/ menurunkan gaya ravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan
menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar diskus intervertebralis yang terkena.

d. Gunakan logroll ( papan ,penopang ) dalam jangka waktu yag terbatas

R/ Mengurangi fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh sehingga nyeri dan
spasme otot dapat berkurang.

e. Ajarkan pernafasan diafragma dan relaksasi

f. Alihkan perhatian pasien dari nyeri pada aktifitas lain mis nonton TV,membaca, bercakap –
cakap dll )

g. Ajarkan imajinasi berbibimbing dimana pasien yang telah relaks belajar memusatkan diri
pada kejadian yang menyenangkan .

Kolaborasi medis

1. Berikan tempat tidur ortopedik

R/ memberikan sokongan dan menurunkan sokongan dan menurunkan fleksi spinal sehingga
dapat menurunkan spasme.

2. Pemberian obat anti radang non – steroid ( NSAID) seperti Indometasin, Analgesik seperti
asetaminofen dan relaksan otot

R/ Indometasin memiliki kemampuan menghambat prostaglandin yang tinggi dan waktu


paruh yang lama .

3. Konsultasikan ahli tarapi fisik

R/ Program latihan/ peregangan yang spesifik dapat menghilangkan spasme otot dan
menguatkan otot – otot punggung,ekstensor,atot abdomen,otot quadrisep untuk menigkatkan
sokongan terhadap daerah lumbal.

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dngan nyeri,kekakuan


(ankilosis), spasme otot

Intervensi Keperawatan :

a. Pantau mobilitas fisik melalaui pengkajian kontinyu ,(bagaimana pasien bergerak dan
berdiri).

b. Bantu pasien dalam melakukan ambulasi progresif , perubahan posisi harus dilakukan
dengan perlahan dan dilakukan dengan bantuan bila perlu

R/ Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang
dengan lambat ssuai toleransi .
c. Dorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan , pada kebanyakan
proram latihan dianjurkan pasien melakukan latihan 2 kali sehari yang bertujuan untuk
memperkuat otot abdominal dan batang tubuh, mengurangi lordosis,meningkatkan kelenturan
dan mengurangi ketegangan pada punggung.

R/ Latihan yang salah justru dapat memperberat keadaan/menambah spasme otot.

3. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika


tubuh melindungi punggung

Intervensi Keperawatan :

a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta mekanika tubuh yang baik untuk
memperbaiki posisi tubuh.

R/ Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang
tepat, dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan .

b. Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan
perubahan ” makanika tubuh ” dengan melakukan latihan , termasuk informasi mengenai
mekanika tubuh untuk berdiri, duduk,berbaring dan mengangkat barang yang benar.

R/ Menurunkan resiko terjadinya trauma berulang dari leher / punggung dengan


menggunakan otot – otot bokong.

c. Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu, dan
belakang kepala selalu bersandar pada dinding.

R/ Posisi yang benar dapat mempertahankan postur dan menghindari terjadinya kontraktur
dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut.

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan :

Spondilitis ankilosis merupakan penyakit rematik inflamasi sistemik kronik yang terutama
menyerang sendi sakroiliaka. Gejala klinik berupa manifestasi skletal dan ekstraskletal,
biasanya dimulai pada masa remaja, dan jarang di atas 40 tahun, lebih banyak pada pria
daripada wanita (5 : 1).

Latihan fisik secara teratur untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan
memelihara ekspansi dada. Latihan fisik terbaik ialah berenang.

Pengobatan dengan obat anti inflamasi untuk mengontrol nyeri dan proses radang.
Indometasin 75--150 mg/hari merupakan pilihan pertama dan dapat dicoba menggunakan
AINS lain bila tidak berhasil. Penggunaan sufasalazin 2--3 gram perhari memberikan hasil
yang memuaskan. Pembedahan seperti artroplasti kokse atau koreksi deformitas spinal dapat
dipertimbangkan bila keluhan sangat terganggu.
Diposting oleh eirichzon3 di 22.48
Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

1 komentar:

1.

Nur Athifah25 Maret 2015 17.07

Permisi ^_^ maaf mau nanya, saya dapat tugas ttg 'hasil radiologi ankylosis'

Di tulisan Anda, Anda menuliskan hal berikut: "Spondilitis merupakan inflamasi pada
vertebra ( Spondyle),bentuk spondilitis yang paling sering terjadi adalah Spondilitis
ankilosis (SA)kadang pula disebut Spondilitis Megankilosis yang merupakan penyakit
inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama
menyerang sendi tulang belakang (vertebra)sendi sakroiliaka serta kostovertebral
ditandai oleh vertebra yang mengalami fibrosis dan ankilosis (fiksasi tulang/kekakuan
) akibat osifikasi ligamen dan sendi,."

Pertanyaan saya, apakah ankylosis yang dimaksud di tulisan Anda? Karena sepertinya
ankylosis di tugas saya ini beda dengan definisi ankylosis di tulisan Anda.

Saya menghargai sekali jika Anda bisa membantu saya menjawab pertanyaan ini.
Terimakasih.

Balas

Muat yang lain...

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Welcome to EirichZon3...!!!
Terima kasih tentang semua kesedihan, kekesalan dan kebahagiaan...
Semuanya akan selalu jadi ukiran dalam pembelajaran hati...

Health Tip of The Day


Berlangganan
Postingan
Komentar

Clock

Mengenai Saya

eirichzon3
hanya orang biasa yang ingin menjadi luar biasa...hehehehe
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ► 2011 (3)

 ▼ 2010 (15)
o ▼ Desember (4)
 Cronic Heart Failure (CHF)
 Mioma Uteri
 Osteomalasia
 SPONDILITIS
o ► November (3)
o ► September (7)
o ► Januari (1)

Cari Blog Ini

Pengikut
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai