Mungkin dulu kita pernah mendengar ada yang menyamakan antara avtur
dan bensol padahal ini malah salah kaprah. Bahan bakar pesawat memang
avtur tetapi sebenarnya bahan bakar pesawat tergantung dari mesin (engine)
yang dipakai pesawat itu sendiri. Bahan bakar pesawat hanya ada dua jenis
yaitu avtur dan avgas. Avtur adalah singkatan dari ( Aviation Turbine Fuel
) yang dipakai untuk jenis pesawat memakai turbine gas atau mesin jet
sedangkan Avgas adalah ( Aviation Gasoline ) yaitu bahan bakar pesawat
yang menggunakan mesin piston dan avgas inilah yang sebenarnya bensol.
Asal mula avtur dam avgas adalah crude oil atau minyak mentah, sama
seperti bahan bakar fosil lainnya seperti diesel, gas LPG, dan sebagainya.
Dari minyak mentah itulah dilakukan proses refining sehingga terbentuklah
berbagai macam bahan bakar. Avgas memiliki rantai carbon paling pendek
daripada avtur. Semakin pendek rantai carbon suatu bahan bakar, maka
emisi gas carbon dioksida atau CO2 yang dihasilkan semakin sedikit. Jadi
jelas kalau polusi antara avgas dan avtur ini lebih tinggi avtur karena rantai
carbon avgas hanya pada rentang C5 sampai C10 lebih tepatnya berada pada
C8 atau oktana, sedangkan rantai carbon avtur berada pada rentang C10
sampai C16. Semakin pendek suatu rantai carbon bahan bakar maka bahan
bakar itu lebih mudah tersulut api atau terbakar.
Avgas memiliki nilai oktan yang sangat tinggi jadi digunakan untuk
mesin pesawat terbang yang memiliki tingkat kompresi tinggi. Grade
avgas yang disediakan oleh pertamina aviation di Indonesia adalah
AVGAS 100/130. Avgas harus memiliki titik beku ( freeze point )
maksimum -58oC dan memiliki kandungan sulfur maksimum 0.05%
m/m
Avgas diklasifikasikan kedalam beberapa jenis :
Avtur untuk versi sipil dibagi menjadi 3 yaitu, Jet-A1, Jet-A, Jet-
B. Dibawah ini ada tabel perbandingan karakteristik antara Jet A
dan Jet A-1.
Avtur Jet A-1 adalah avtur yang paling banyak digunakan untuk
pesawat komersil. Contoh nya pesawat Garuda, Lion Air, Citilink,
Sriwijaya, dan lain-lain memakai avtur jenis ini. Avtur jenis ini
memiliki kelebihan titik bekunya hingga minus 47oC. Hal ini
sangat mendukung operasi penerbangan pesawat ketika terbang
cruising atau terbang jelajah pada ketinggian 30000 feet (kaki)
atau 40000 feet (kaki).
Pada ketinggian jelajah tersebut, suhu ambient atau freestream
mencapai minus 45oC. Bayangkan apa yang terjadi jika pesawat
terbang tidak menggunakan avtur Jet A-1 pada saat terbang
jelajah, sudah pasti avturnya akan membeku menjadi es, pesawat
akan mengalami kegagalan mesin ( engine fail ) dan akhirnya
pesawat akan jatuh.
Di spesifikasi Inggris, Avtur Jet A-1 disebut DEF-STAN 91-91,
tentara NATO menyebutnya F-35, dan ASTM internasional
menyebutnya ASTM D-1665 walaupun intinya sama-sama avtur.
Avtur jenis ini tidak dipakai di Indonesia karena avtur jenis ini
flammability nya sangat tinggi dan digunakan pada daerah cuaca
ekstrim seperti eropa dan amerika bagian utara yang memiliki
temperatur sangat dingin. Avtur jenis ini sangat rumit dari segi
penyimpanannya sehingga butuh penanganan ekstra untuk
menggunakan avtur jenis ini.