Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ANEMIA PADA KEHAMILAN”.
Dalam makalah ini penulis merangkum apa itu depresi postpartum dan tanda gejala nya. Penulis
sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki banyak keterbatasan
,sehingga jika pembaca menemukan kekurangan atau kekeliruan dengan hati terbuka penulis
menerima salam dan kritik yang membangun.
Akhirnya ,penulis ucapkan selamat membaca,semoga kita dapat memanfaatkan makalah
ini bersama-sama,dengan dasar itikad yang baik untuk mengimplementasikannya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Palu, 31 Desember 2019

Penulis
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan .................................................................................................. 1
Bab II : Pembahasan ..................................................................................................... 3
Bab III : Manajement Varney ........................................................................................ 20
Bab IV : Penutup ............................................................................................................ 26
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan
makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress).
Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan
tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering
letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya.
Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang
menderita anemia pada masa kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa
mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel
darah merah di dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65%
yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling
umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita
hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi,
daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen.
Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya
ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan
demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat
mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada
saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko
membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan
anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup
kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi
asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
B. TUJUAN

a. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama
kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b. Tujuan Khusus
 Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
 Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
 Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan
 Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
 Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
 Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan
 Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C. MANFAAT

 Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan
kebidanan.
 Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan
khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
ISI

A. PENGERTIAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada
trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan
dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester
II(Sarwono P, 2002).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari
10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia
gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah
35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia hamil disebut ” potential danger to matter and child (potensial
membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari
semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita
anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila
kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan
hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama
wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit
dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal.
Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada
pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
B. PATOGENESA ANEMIA PADA KEHAMILAN
Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan
penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai
terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif
maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya
interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan
terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens)
pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat
hamil, ibu sebagai penjamu (host).
Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan
volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah
19%. Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut
dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah
(hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan
kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan.
Namun, pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil
lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur
gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin
B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat
besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil
semakin besar. Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.
Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase
subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala
anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang
lebih hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan
hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir apakah
mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010).
Misalnya jika terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital,
pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum,
gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian.
Sedangkan pada trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia,
persalinan tidak spontan .
 Periode Prepathogenesis dan Pathogenesis
Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini
terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis
anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang
meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume plasma
tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin. Selain itu, dapat
disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya cadangan zat besi dan intake
zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan untuk eritropoesis (Atmarita, 2004 dalam
Amiruddin et al, 2007).
Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang
menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan
sumsum tulang belakang. Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam
plasma padahal suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun.
Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik sehingga terjadi
penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007). Anemia pada
kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
lainnya diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.
Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik dimana anemia terjadi
karena kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang
disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat
kehilangan darah akut/ kronis (Basu, 2010).
Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan
menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap
inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase
kesembuhan, kecacatan atau kematian.
Kemudian tahap patogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan kematian.
Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya, janinnya,
persalinannya dan bayi nantinya.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume
plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan,dan maksimum terjadi
pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang m e n i n g k a t k a n
volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron.

C. PENCEGAHAN ANEMIA
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi
s e i m b a n g dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi
dapatdiperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi.
Zat b e s i j u g a d a p a t d i t e m u k a n p a d a s a yu r a n b e r w a r n a h i j a u g e l a p
s e p e r t i b a ya m d a n kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu
diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada
zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat
besi. U p a ya p e n c e g a h a n d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n p e m b e r i a n s u p l e m e n F e
dosisrendah 30 mg pada trimes ter ketiga ibu hamil non anemik (Hb
l e b i h / = 1 1 g / d l ) , sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat
diberikan suplemenFe sulfat 325 mg 60 -65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang
disebabkan oleh defisiensiasam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/h ari atau
untuk dosis pencegahan dapatdiberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12
100-200 mcg/hari
Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri
dari tiga(3) yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap
suseptibel dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan
memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task
Force, 1998 dalam Murti 2010).
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, bidan komunitas dapat berperan
sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan
yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi
tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil.
Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain
itu, bidan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi
ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.
Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita
atau pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam
mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan
memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada
ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap
pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala
penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh
bidan komunitas diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning
(early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu
hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan,
sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang
mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal
tersebut. Sehingga, bidan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.
Dalam hal ini, bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti,
konselor, edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan
peneliti, bidan dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di
suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka penanganan
terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai
care giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan
rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan
keluarganya supaya tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan
janin. Bidan juga dapat memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya
anemia pada ibu hamil di wilayahnya.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah
yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah
serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu
mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara
teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak
adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap
mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini, bidan dapat
berperan sebagai care giver, edukator, konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator.

D. GEJALA ANEMIA DALAM KEHAMILAN


 Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang,
 Nafsu makan turun (anoreksia), mual, muntah
 Konsentrasi hilang,
 Nafas pendek (pada anemia parah)
 Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
 Keletihan, malaise, atau mudah megantuk
 Pusing atau kelemahan
 Sakit kepala
 Lesi pada mulut dan lidah
 Kulit pucat
 Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
 Dasar kuku pucat
 Takikardi
 perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular
 disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.

E. ETIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :
 Kurang gizi (malnutrisi) seperti zat besi, asam folat, dan B12
 Kemampuan perombakan sel darah merah yang terlalu cepat
 Malabsorpsi
 Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
 Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria,

F. DIAGNOSA ANEMIA KEHAMILAN


Penegakan DX pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pada anamnesa
akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing–pusing, mata berkunang –kunang, dan
muntah lebih sering dan hebat pada kehamilan muda.
Pada pemeriksaan umum didapatkan tekanan daran ibu rendah jumlah plasma darah
lebih banyak dari eritrosit sehingga darah ibu lebih encer. Nadi ibu cepat karena kerja
jantung lebih meningkat untuk membawa makanan dan oksigen keseluruh tubuh serta
transportasi ke dalam rahim
Pada pemeriksaan inspeksi, diperoleh data kalau konjungtiva ibu pucat, telapak
tangan pucat, bagian pinggir bibir pucat, karena darah ibu tidak mencukupi sampai kebagia-
bagian ujung tubuh ibu. Ibu juga terlihat lemah, letih, lesu, karena kurangnya nutrisi untuk
beraktivitas.
Sedangkan pemeriksaan HB dan pengawasan HB dapat dilakukan secara sederhana
dengan menggunakan alat Hb sahli. Hasil pemeriksaan HB dengan dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
 HB 11 gr % Tidak anemia
 9 – 10 gr % Anemia ringan
 7 – 8 gr % Anemia sedang
 < 7 gr % Anemia berat

G. JENIS-JENIS ANEMIA
Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai
berikut :
a. komponen (bahan) yang berasal dari makanan
 Protein, glukosa, lemak
 Vitamin B12, asam falat, Vit C
 Elemen dasar : Fe, Ion Cu, Zink
b. Sum-sum tulang
c. Kemampuan reabsorpsi usus terhadap bahan yang diperlukan
d. Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel – sel darah merah yang
sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang
baru.
e. Terjadinya perdarahan yang kronik (menahun)
 Menstruasi
 Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri,Polip
Serviks, penyakit darah.

Berdasarkan atas faktor – faktor diatas maka anemia dapat digolongkan menjadi :
1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan
zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam
makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
Morfologi terdiri dari SDM hipokrom mikrositik. Zat besi serum menurun dan
kapasitas pengikat zat besi meningkat. Merupakan anemia yang paling sering
dijumpai pada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dalam
makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena
terlampaui b a n y a k n y a b e s i k e l u a r d a r i b a d a n , m i s a l n y a p a d a
p e r d a r a h a n . K e p e r l u a n b e s i bertambah dalam kehamilan terutama pada
trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita hamil 17 mg
2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)
Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah
SDM (sel darah merah) dan hipokrom makrositik Anemia megaloblastik dalam
kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. Umumnya terkait dengan anemia
defisiensi zat besi. Jarang dijumpai kasus anemia megaloblastik saja
3. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan
pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
4. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat, yaitu penyakit malaria.
Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang
ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim
yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia
ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania.
Kejadiannya Dua persen dari semua wanita keturunan Afrika-Amerika menderita
penyakit ini.
penyebabnya Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD
akan memicu hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai
berat.
5. Anemia Pernisiosa
Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam
lambung, yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak
dapat diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal. Kasus ini jarang dijumpai pada
individu dibawah usia 35 tahun.
6. Anemia Sel Sabit
Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak
tampak kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat. Pada penyakit sel sabit, kedua
gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka morbiditas dan
mortalitas penyakit ini tinggi. Kejadiannya Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika
membawa sifat sel sabit. Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit
ini.

H. PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN DAN JANIN.


a. Bahaya selama kehamilan
 Persalinan Prematur
 Mudah terjadinya Infeksi
 Ancaman Dekompensasi Cordis (jika HB < 6 gr)
 Hiperemesis Gravidarum
 Perdarahan Antepartum
 KPD ( Ketuban Pecah Dini )
b. Bahaya saat persalinan
 Gangguan his kekuatan mengejan
 Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
 Pada kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.
 Pada kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH
karena Atonnia Uteri
 Pada kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder
dan Atonia Uteri
c. Bahaya pada saat Nifas
 Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan
 Memudahkan infeksi Puerpurium
 Berkurangnya pengeluaran ASI
 Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin
 Memudahkan terjadi Infeksi mamae
d. Pengaruh Anemia Terhadap Janin
Meskipun janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari Ibunya tetapi jika
anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pengaruh – pengaruhnya
terhadap janin diantaranya :
 Abortus
 Kematian Interauterin
 Persalinan Prematuritas tinggi
 BBLR
 Kelahiran dengan anemia
 Terjadi cacat kongenital
 Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian
 Intelegensi yang rendah
 Kekurangane n e r g i dalam asupan makanan yang
d i k o n s u m s i m e n y e b a b k a n t i d a k tercapainya penambahan berat
badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14kg. Kekurangan itu akan diambil
dari persediaan protein yang dipecah menjadi energy.

I. PENGOBATAN ANEMIA
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Penatalaksaan :
a. Skrining rutin
 Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan
darah sebelumnya.
 Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
 Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
 Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
b. Terapi anemia:
 Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
 Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
a) Berikan konseling gizi.
 Tinjau diet pasien.
 Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
 Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
 Rujuk ke ahli gizi.
b) Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat
besi saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
 Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal.
Setiap sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
 Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
 Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudahnya.
 Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi
vitamin C atau tablet vitamin C.
 Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat bes
 Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada
tidak mengkonsumsi sama sekali.
c) Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien
ini menurut panduan terapi anemia.
 Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan
pemberian cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
 Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1
g%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada
pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
 Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat
untuk profilaksis anemia.
 Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan
Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai
indikasi : intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan
kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk
mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi,
dapat diberikan seluruh dosis.
2. Anemia Megaloblastik.
Penatalaksanaan
a) Suplemen
 Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
 Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens
asam folat.
 Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang
terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi.
b) Konseling gizi
 Kaji diet pasien
 Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
 Rujuk ke ahli gizi
c) Hitung darah lengkap
 Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
 Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3
minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
3. Anemia hemolitik didapat (acquired hemolytic anemia)
Penatalaksanaan
a) Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap
mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining
G6PD.
b) Terapi
 Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
 Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
 Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity,
C&S) urine bulanan.
 Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau
mengalami anemia berat.

4. Anemia: Pernisiosa
Penatalaksanaan
a) Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber vitamin
B12 berikan konseling gizi.
b) Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
c) Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d) Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
 Kondisinya membaik bila
o Morfologi normal
o Kadar Ht meningkat
 Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.
5. Anemia Sel Sabit
Penatalaksanaan
a. Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:
 Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
 Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
 Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
 Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal selama
kehamilan dan persalinan.
b. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK selama
kehamilan.

c. Beri konseling kepada pasien:


 Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.
 Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan bayinya
menderita penyakit ini.
 Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.

Anda mungkin juga menyukai