Anda di halaman 1dari 21

KEMISKINAN DI KOTA PADANG

(Studi Kasus kemiskinan yang terdapat di Jln. Bunda Dalam NO. D604 Ulak Karang
kecamatan Padang Utara)

Tugas Mata Kuliah Kemiskinan

Disusun oleh :
Bunga Mustika (12070246)
Eka Fitri Yanti ( 12070057)
Egi Oktarina Siska (12070052)
Murni Tika Sari (12070068)
Desi Yustina (120700 )
Yopi Tria Junata (120700 )
Defri anto (12070051)
Indra (10070281)

Sesi B : sos/12/B/2014
Dosen Pembimbing: Rio Tutri M.Si

MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP )PGRI SUMATRA BARAT
PADANG , 2014
KATA PENGANATAR

Dengan mengucapakan bismillahirohmanirohim puji dan syukur kami ucapkan terima


kasih atas kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan begitu banyak rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat dan
salam kita kirimkan pada rasulullah Saw yang merupakan suri tauladan bagi kita semua dan
beliau adalah utusan ALLAH yang menyelamatkan umat manusia dari kesesatan.

Dalam penulisan laporan ini yang berjudul “ KEMISKINAN DI KOTA PADANG


(Studi Kasus kemiskinan yang terdapat di Jln. Bunda Dalam NO. D604 Ulak Karang
kecamatan Padang Utara)“. Peneliti sangat termotivasi untuk mengetahui lebih jelas ingin
menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat mengenai masalah kemiskinan. Selain
itu tujuan penulis membuat laporan ini adalah sebagai tugas mata kuliah Masalah Kemiskinan
STKIP PGRI Sumatra Barat-Semester lima 2014.

Kemudian penulis sangat berterima kasih kepada :

1. Orang tua yang telah memberikan bantuan secara moril dan materil
2. Dosen pengampu mata kuliah Masalah Kemiskinan yang telah membimbing peneliti
dalam menyelesaikan laporan ini
3. Pihak- pihak terkait yang membantu peneliti menyelesaikan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini, peneliti mengakui banyak kekurangan dan penulisan laporan
ini yang belum sempurna, maka dari itu peneliti meminta kritik dan saran dari pembaca demi
keberhasilan dan kesempurnaan penulisan laporan kedepanya.
Demikian laporan dengan judul “KEMISKINAN DI KOTA PADANG (Studi Kasus
kemiskinan yang terdapat di Jln. Bunda Dalam Ulak Karang kecamatan Padang Utara)“ ini kami
buat semoga bermanfaat, Amin.

Padang, Desember

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang mendasar diseluruh dunia yaitu dalam
bentuk minimnya akses untuk mendapatkan materi. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi. Kemiskinan diakibatkan oleh
tingkat ekonomi masyarakat yang rendah, sehingga berdampak pada kualitas pendidikan dan
kesehatan anak-anak sebagai penerus bangsa.

Masalah kemiskinan memang telah lama menjadi permasalahan sosial diseluruh dunia.
Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin
dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini
mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan- kemudahan
lainnya yang tersedia pada zaman modern.

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara
yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat.
Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan
revolusi industri yang muncul di Eropa.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan


relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin
relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan miskin kultural berkaitan erat dengan sikap
seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat.

Program-program kemiskinan sudah banyak dilaksanakan di Indonesia. Seperti program-


program pemberian bantuan atau dana yang diberikan oleh pemerintah yang bersifat hanya
sebagai jaringan pengaman saja. Seperti BLSM, BLT, KKS (Kartu Keluarga Sehat),
JAMKESMAS, PROGRAM KELUARGA HARAPAN, RASKIN, BSM, dan KUR.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti masalah kemiskinan yang
terdapat di Jln. Bunda Dalam No. D604, Ulak Karang Kecamatan Padang Utara. Dikarnakan
peneliti mengamati sebuah keluarga yang tinggal di kawasan tepi pantai tersebut dengan kondisi
yang memprihatinkantetapi masih bisa bertahan hidup dengan kondisi yang seadanya . Dan
peneliti anggap bahwa keluarga tersebut layak untuk menjadi informan penelitian kami, pada
masalah yang sedang diteliti.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian :
Bagaimana strategi bertahan hidup keluarga miskin di Jln. Bunda Dalam No. D604, Ulak Karang
Kecamatan Padang Utara?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi bertahan hidup keluarga miskin di
Jln. Bunda Dalam, Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkandapat dijadikan acuan bagi peneliti
selanjutnya.
2. Secara praktis, sebagai masukan bagi pemerintahan dalam mengatasi masalah
kemiskinan di Jln. Bunda Dalam No. D604, Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.
BAB II

KONSEPTUAL

A. PENGERTIAN KEMISKINAN

Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan (income) dari suatu


kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu seringkali
berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan
kelompok masyarakat miskin.
Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai
keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang sangat kompleks,
baik dari faktor penyebab maupun dampak yang ditimbulkannya.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) pengertian, yakni: kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila
hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimum, seperti: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang tergolong
miskin relatif apabila seseorang tersebut sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun
masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan seseorang tergolong
miskin kultural apabila seseorang atau sekelompok masyarakat tersebut memiliki sikap tidak
mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
membantunya.
Menurut oscar lewis (1983), orang miskin adalah kelompok yang memiliki budaya
kemiskinan sendiri yang mencakup karakteristik psikologis sosial, dan ekonomi kaum liberal
memandang manusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi
bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari
dengan kekuatan yang ada padanya. Sedangkan Menurut Suparlan (1993) kemiskinan
didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat
kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Adapun pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan penduduk miskin yang
dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Pendekatan wilayah, merupakan pendekatan untuk memperkirakan penduduk miskin


melalui kantong-kantong kemiskinan yang berupa desa miskin (desa tertinggal). Secara
makro, pendekatan wilayah dilakukan berdasarkan asumsi bahwa penduduk miskin dapat
diidentifikasi melalui fasilitas (infrastruktur), kondisi jalan, akses terhadap alat
transportasi, sarana kesehatan, pendidikan, serta kondisi sosial ekonomi yang mendukung
kehidupan masyarakat di wilayah yang diamati. Apabila infrastruktur wilayah tersebut
tergolong berkualitas rendah, maka besar kemungkinannya tingkat kehidupan masyarakat
yang tinggal di wilayah tersebut tergolong rendah. Sebuah desa yang mempunyai
infrastruktur kurang memadai diasosiasikan sebagai desa kantong kemiskinan.
2. Pendekatan rumah tangga, adalah pendekatan yang mengacu kepada ketidak mampuan
rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Perhitungan jumlah
penduduk miskin dengan pendekatan rumah tangga pada prinsipnya adalah mengukur
ketidak mampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan dan non-pangan
yang paling minimal.

Data dasar yang digunakan untuk melakukan penghitungan adalah data yang bersumber
dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) modul konsumsi. Survei ini dilakukan
setiap tahun oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Dalam setiap survei ada 2 (dua) kelompok
pertanyaan, yaitu : Kor dan Modul. Data Kor mencakup variabel demografi dan partisipasi
sekolah anggota rumah tangga, dan selalu dikumpulkan setiap tahun. Sedangkan Data Modul
dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Konsumsi pengeluaran rumahtangga,
2. Kriminalitas, perjalanan, sosial budaya, dan kesejahteraan masyarakat.
3. Pendidikan, kesehatan, dan perumahan.
Penghitungan jumlah penduduk miskin didasarkan pada data Susenas Modul Konsumsi.
Kriteria yang digunakan dalam pengukuran batas kemiskinan adalah ketidak mampuan penduduk
dalam memenuhi kebutuhan minimum pangan setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari
ditambah kebutuhan minimum non-pangan.
B. BENTUK-BENTUK KEMISKINAN

Bentuk-bentuk kemiskinan menurut Nurkse, 1953 dalam Mudrajad Kuncoro, (1997)


secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Kemiskinan Absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di
bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya.
Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin
kelangsungan hidup.
b. Kemiskinan Relatif
Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat
sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat
hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu
ada.
c. Kemiskinan Kultural
Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok
masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada
usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin
karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya.
C. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN

Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan majemuk meliputi tiga
aspek yaitu:
1. Kelembagaan, rakyat miskin tidak punya akses ke pembuat keputusan dan kebijakan,
sedangkan kelembagaan yang ada tidak pernah menjaring atau menyalurkan aspirasi yang
muncul dari bawah, dan setiap kebutuhan rakyat miskin sudah didefinisikan dari atas oleh
kelembagaan yang ada, sehingga kemiskinan tidak dapat terselesaikan.
2. Regulasi, kebijakan pemerintah yang mengutamakan kepentingan ekonomi. Kebijakan
ekonomi dalam investasi modal pada sektor-sektor industri yang tidak berbasis pada
potensi rakyat menutup kesempatan masyarakat untuk mengembangkan potensinya dan
menjadi akar proses pemiskinan.
3. Good governance, tidak adanya transparansi dan keterbukaan pada pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan yang mengakibatkan kebijakan hanya bisa diakses oleh orang-orang
tertentu. Segala bentuk regulasi diputuskan oleh lembaga-lembaga pembuat kebijakan
tanpa mengikutkan para pelaku yang terlibat dan tidak memahami aspirasi rakyat miskin
sehingga kebijakan yang muncul tidak mendukung rakyat miskin.

D. ASET-ASET YANG DIMILIKI ORANG MISKIN

Aset bukanlah sesuatu yang ada begitu saja atau ia bukanlah kepemilikan atas sesuatu.
Lebih tepatnya aset merupakan hak atau klaim yang berhubungan dengan properti, baik konkret
maupun abstrak. Aset terdiri dari modal investasi yang pada gilirannya kan menghasilkan laju
pemasukan di masa depan.

Secara konsep, ada beberapa cara untuk membagi aset. Aset dapat dibagi menjadi
individu versus sosial atau kecil versus besar atau dikotomi lainnya. asetdapat dikategorikan
sebagai sesuatu yang nyata maupun yang tidak nyata.
Aset- aset yang dimiliki oleh orang miskin menurut Michael Sherraden yaitu :

a. Aset-aset nyata (Tangible aset )


Aset yang nyata adalah sesuatu yang sah dimiliki termasuk di dalamnya properti
fisik sebagaimana hak milik dan berfungsi sama seperti properti fisik. Aset nyata dapat
dibagi menjadi delapan kategori umum, yaitu sebagai berikut:
1. Tabungan uang yang pemasukannya dalam bentuk bunga.
2. Saham surat tanggungan, dan semua bentuk jaminan finansial yang bentuk
pemasukannya seperti saham, bunga, dan keuntungan modal.
3. Properti nyata, seperti bangunan atau tanah, dengan pemasukan dalam bentuk
pemasukan sewa beserta keuntungan.
4. Aset-aset “berat” selain real estate, dengan pemasukan dalam bentuk keuntungan
modal.
5. Mesin, alat-alat dan komponen produksi nyata lainnya, dengan bentuk keuntungan
penjualan dari produk yang dihasilkan.
6. Barang keluarga yang kuat dan tahan lama, dengan keuntungan lewat meningkatnya
efisiensi tugas keluarga.
7. Sumber alam, seperti perkebunan, minyak, mineral dan kayu hutan dengan
keuntungan penjualan panen atau komoditas yang diambil.
8. Hak cipta dan hak paten dengan keuntungan dalam bentuk royalti dan biaya
penggunaan lainnya.

b.Aset tidak nyata (Intangible aset)

1.Akses pada kredit yaitu kemampuan orang miskin tersebut meminjam uang pada pihak atau
orang lain yaitu contohnya seperti kemampuan dia meminjam uang pada toke, tetangga, teman
dan sebagainya.

2.Human capital yaitu modal manusia atau kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
orang miskin tersebut yang dapat membantu dia keluar dari garis kemiskinan.seperti intelegensi,
keahlian, keterampilan, kemahiran terhadap sesuatu, kondisi fisik orang tersebut seperti cantik,
ganteng, tinggi berpostur ideal.
3.Modal budaya yaitu nilai-nilai yang mereka bawa lalu menjadi jati diri individu mereka
sendiri yang dapat dijadikan modal untuk mereka keluar dari garis kemiskinan. Contohnya
seperti sopan, jujur, bertatakrama baik, rajin, ulet, cara berbicara yang ramah, cara berpakaian
dan sebagainya.

4. modal social yaitu hubunagn baik yang bertahan lama yang tercipta dikarnakan adanya
akumulasi kerja.modal social ini tercipta dari tiga unsure yaitu kepercayaan, norma, dan
jariangan social.

5.Modal sosial informal yaitu hubungan baik yang bertahan lama, dimana hubungan baik
tersebut tidak terikat oleh kontrak apapun.

6.Modal sosial formal yaitu hubungan baik yang diperoleh dari organisasi-organisasi yang
dimasukinya. Yaitu organisas-organisasi formal yang ia tergabung didalamnya dan menjadi
bagian dari organisasi tersebut.

7.Modal politis yaitu keadilan, kedamaian dan keputusan-keputusan yang berpihak kepada
orang miskin, dimana orang miskin berada dala, situasi dan kondisi yang aman dan tentram tanpa
adanya pihak-pihak yang akan mengancam kelangsungan hidup mereka.

E. STRATEGI PENGENTASAN KEMISKINAN

Teori merupakan dasar pilihan strategi.

Ada tiga strategi pengentasan kemiskinan :

I. Model individual.

a. Peningkatan kapasitas individual.

i. Dorongan individu untuk memaksimalkan potensinya dengan


mengembangkan kultur kewirausahaan.

ii. Target adalah individu, individu yang melakukan sesuatu.

b. Teori kesejahteraan masyarakat dapat dianggkat ketika para individu berusaha


untuk mengangkat kesejahteraan mereka masing-masing. Penciptaan kesempatan
akan berhasilapabila individu menggunakan kesempatan. Kemiskinan disebabkan
oleh malfungsi individu.

Dari pandangan dasar pendekatan individual ini orang miskin dikarnakan tidak
memanfaatkan potensi yang ada didalam dirinya, mereka hanya bersifat pasrah dan tidak
menggunakan kesempatan-kesempatan dan peluang-peluang yang ada untuk keluar dari garis
kemiskinan.

II. Model pembangunan masyarakat (community development)


Membuat masyarakat untuk mampu melakukan sesuatu, dengan cara pengembangan
kelompok dan kapasitas kelompok. Dengan target dari sasaran model pembangunan ini
yaitu masyarakat.
Dengan asumisinya yaitu :
a. Orang-orang miskin perlu bekerja sama untuk memecahkan permasalahan
mereka.
b. Individu dan masyarakat mempunyai kapasitas sendiri untuk mengorganisasikan
diri untuk memenuhi kebutuhan mereka. Diperlukan kolaborasi antara orang
miskin dengan yang lain.
III. Model pembangunan kapasitas pemerintah
Pemerintah melakukan sesuatu untuk mengentaskan kemiskinan :
a. Pemerintah membuat kebijakan : perencanaan ekonomi dan pelaksanaannya.
b. Pemerintah yang melakukan sesuatu berupa upaya untuk mengentaskan
kemiskinan.
Dengan asumsinya yaitu :
Negara mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan dan memiliki tanggung
jawab untuk mengentaskan kemiskinan. Walaupun tidak selalu seperti itu tapi bagi orang
miskin pemerintah mempunyai komitmen untuk mengentaskan kemiskinan.

Jadi inti dari Midgley tentang penanggulangan kemiskinan adalah:

a. Berdayakan individu
b. Berdayakan masyarakat
c. Berdayakan pemerintah
Dengan demikian jika pemberdayaan tiga komponen ini dilakukan dengan seimbang dan
sebaik mungkin maka masalah kemiskinan dapat ditanggulanggi dan mengantarkan masyarakat
miskin pada kehidupan yang lebih baik atau kehidupan yang sejahtera serta mengeluarkan
mereka dari garis kemiskinan.
BAB III

PEMBAHASAN

Temuan Lapangan

Masalah kemiskinan merupakan masalah klasik yang hingga kini masih dihadapi oleh
negara-negara diseluruh dunia. Kemiskinan dikatakan sebagai penyakit masyarakat yang
membutuhkan solusi sebagai penyembuhannya karena dampak kemiskinan ini sangat luas.
Kemiskinan dapat memicu penyakit-penyakit social lainnya seperti tindak criminal dan kejahatan
seperti pencurian, pelacuran, dan sebagainya yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan
uang sebagai desakan ekonomi.

Kemiskinan yang peneliti temui dilapangan yaitu yang terdapat pada keluarga
Bpk.Samsul Kamal dan istrinya yang bernama ibu Desmawati. Ketika peneliti melakukan
observasi dikawasan tempat tinggal keluarga tersebut yang terdapat di jl.bunda dalam ulak
karang kec.Padang utara kami peneliti menemukan kondisi tempat tinggal keluarga tersebut
sangat memprihatinkan.rumah dengan semi permanen dan dengan luas yang relative sempit.
Mereka hidup sekeluarga dirumah tersebut dari tahun 2005 hingga sekarang yang kurang lebih 9
tahun, mereka hidp disana empat orang yaitu bapak, ibu dan dua orang anak mereka anak yang
pertama berusia 17 tahun berjenis klamin laki-laki dan anak yang kedua berusia 17 tahun dengan
jenis klamin perempuan.

Pekerjaan yang dilakoni bapak sebagai kepala keluarga yaitu sebagai clenning service di
kampus 1 Univ.Bung Hatta dengan jam kerja pershift misalnya dari jam 6 pagi hingga jam 12
siang dan istirahat hingga jam 15.00 lalu masuk lagi hingga magrib, dengan upah atau gaji yang
diterima perbulannya yaitu Rp.700.000, tapi sangat disayangkan menurut kesaksian bapak dan
ibu tersebut pihak kampus tidak tepat waktu dalam membayarkan gaji atau upah tersebut,
terkadang dibayarkan pertengahan bulan di tanggal 10-20 tiap bulannya. Ini menyebabkan
kesulitan bagi keluarga Bpk.Samsul tersebut.
Sementara isteri dari Bpk.Samsul yaitu ibu Desmawati berjualan kecil-kecilan
dirumahnya seperti berjualan lontong, bakwan dan sebagainya. Dengan pendapatan bersih sehari
yaitu kisaran antara Rp20.000 – Rp 30.000/hari. Sementara anak beliau kini tidak bersekolah lagi
dikarnakan keinginan anak sendiri. Mereka tidak melanjutkan sekolah kejenjang perguruan
tinggi disebabkan karena kemauan mereka sendiri. Namun, kini anak pertama dari Bpk.Samsul
tersebut tidak lagi bekerja, yang awalnya dia bekerja discounter yang berada di Pasar Usang
Lubuk Alung kini telah berhenti dikarnakan ongkos naik.

Karena dari rumah ketempat kerjanya ia menggunakan angkutan umum, dan tidak
sebanding antara gaji yang ia dapatkan dengan ongkos perhari yang harus ia keluarkan
menyebabkan dia memilih untuk tidak lagi bekerja disana dan kini sedang mencari=cari
pekerjaan. Sementara itu anak kedua beliau yang berumur 17 tahun kini bekerja di kantin
kampus 1 Univ.Bung Hatta dengan gaji perharinya yaitu sebesar Rp. 40.000.

Kami melihat aset nyata yang dimiliki oleh keluarga Bpk.Samsul ini yaitu berupa kulkas
yang digumakan untuk membuat es lalu barang-barang dapur seperti kuali, peiuk dandang yang
digunakan untuk memasak lontong, sementara hingga kini untuk memasak ibu Des
menggunakan kayu menurutnya jika memasak dengan kayu masakan akan terasa lebih harum
dan enak disamping untuk menghemat pengeluaran juga dan karna harga minyak tanah sekarang
mahal dan langka. Jadi cara beliau untuk mensiasatinya adalah dengan memasak menggunakan
kayu bakar.

Kulkas yang dimiliki oleh ibu Des pembayarannya secara kredit dengan membayarkan
sebesar Rp.25.000/bulannya selama satu tahun. Yang uang itu dikumpulkan oleh ibu Des
perharinya dari untungnya berjualan lontong tersebut.lalu keluarga Bpk.Samsul jiga harus
membayar uang sewa rumah perbulannya yaitu sebesar Rp.150.000. lalu ibu Des juga meminjam
dana untuk modal usaha kepada koperasi keliling sebesar Rp 500.000 yang ia bayarkan
perharinya sebesar Rp 20.000 selama 30 hari yang pembayaran tersebut sekarang sedang
berjalan.

Walaupun keluarga ini hidup dengan pendapatan yang pas-pasan tetapi mereka masi bisa
bertahan hidup dikarenakan mereka memiliki aset tidak nyata seperti yang dijelaskan oleh
Michael Sherraden.
1.Akses pada kredit yaitu kemampuan ibu Des tersebut meminjam uang pada pihak lain
seperti yang tertera diatas ibu Des memiliki kemampuan untuk meminjam uang pada koperasi
keliling untuk modal usahanya.

2.Human capital yang dimiliki oleh keluarga ini adalah keterampilan ibu Des dalam memasak
dan mengolah makanan seperi memasak lontong dan membuat aneka jenis gorengan dan ibu Des
juga memiliki keahlian dalam menjahit saying ia tidak punya modal untuk membeli mesin
jahit.dan ibu Des juga memiliki anak perempuan yang berumur 17 thun yang sangat cantik
dengan cirri fisik putih, tinggi dan postur tubuh yang ideal.

3.Modal budaya yang dimiliki oleh keluarga ini adalah keuletan. Kejujuran dan ketabahan ibu
Des dalam berjualan seperti yang beliau katakana walaupun untung dari berjualan ini tipis tapi
beliau tidak pernah putus asa dalam mencari nafkah dan jika uang ini dikumpulkan dengan ikhlas
dan cara yang halal walaupun tidak banyak tapi cukup untuk kebutuha sehari-hari dan berkah.

4. modal social yang dimiliki oleh keluarga ini adalah hunbungan baik antara Bpk. Samsul
dengan beberapa pihak kampus Univ. Bung Hatta yang menyebabkan dia bisa bekerja menjadi
clenning servis di kampus tersebut, serta anak kedua beliau juga bisa bekerja di kantin kampus
tersebut. Dikarnakan kepercayaan yang diberikan kepada bapak tersebut sehingga ia dapat
bekerja disana.

5.Modal sosial informal yaitu hubungan baik yang bertahan lama, dimana hubungan baik
tersebut tidak terikat oleh kontrak apapun seperti hubunan baik antara ibu Des dengan para
tetangganya serta hubungan baik bapak dengan orang-orang dilingkuangan kampu sbtermapt ia
bekerja.

Jika dilihat dari penyebab kemiskinan berdasarkan tingkat pendapatan yang dialami oleh
keluarga Bpk.Samsul ini dapat dikategorikan sebagai kemiskinan relative dimana kemiskinan
relative yaitu Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan
masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan
bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau
akan selalu ada.
Alasan peneliti mengkategorikan kemiskinan yang dialami oleh keluarga Bpk. Samsul
pada kemiskinan relatife yaitu dikarnakan peneliti melihat berdasarkan observasi dan wawancara
yan peneliti lakukan pada saat penelitian jika diakumulasikan berdasarkan pendapatan keluarga
Bpk. Samsul perbulannya keluarga ini dapat memenuhi kebituhan dasar atau kebutuhan pokonya
sehari-hari seperti makan, tempat tinggal dan sebagainya walaupun secara cukup danpas-pasan.
Dan jika dibandinglan dengan masyarakat yang lain kehidupan ekonomo keluarga ini jauh lebih
rendah.

Strategi penegntasan kemiskinan yang harus dilakukan kasus kemiskinan yang kami
lakukan jika dilihat dari apa yang dialami oleh keluarga Bpk. Samsul ini yaitu Model
pembangunan masyarakat (community development )dan model pembangunan kapasitas
pemerintah. Dimana model pembanguna masyarakat yaitu, membuat masyarakat untuk mampu
melakukan sesuatu, dengan cara pengembangan kelompok dan kapasitas kelompok. Dengan
target dari sasaran model pembangunan ini yaitu masyarakat.

Dengan asumisinya yaitu :

1. Orang-orang miskin perlu bekerja sama untuk memecahkan permasalahan


mereka.
2. Individu dan masyarakat mempunyai kapasitas sendiri untuk
mengorganisasikan diri untuk memenuhi kebutuhan mereka. Diperlukan
kolaborasi antara orang miskin dengan yang lain.

Model pembangunan kapasitas pemerintah

Pemerintah melakukan sesuatu untuk mengentaskan kemiskinan :

1.Pemerintah membuat kebijakan : perencanaan ekonomi dan pelaksanaannya.

2.Pemerintah yang melakukan sesuatu berupa upaya untuk mengentaskan


kemiskinan. Dengan asumsinya yaitu : Negara mewakili kepentingan masyarakat
secara keseluruhan dan memiliki tanggung jawab untuk mengentaskan kemiskinan.
Walaupun tidak selalu seperti itu tapi bagi orang miskin pemerintah mempunyai
komitmen untuk mengentaskan kemiskinan.
Menegnai bantuan berupa dana yang diluncurkan oleh emerintah berdasaekan paparan
dan pengakuan dari Bpk. Samsul dan ibu Des ini mereka todak pernah menerimanya mulai dari
raskin, BLT,BLSM padahal mereka juga ikut didata tetapi tidak pernah mendapatkannya.
Walaupun demikian mereka tidak berkecil hati mereka tetap berusaha dengan keringat sendiri
untuk tetap bertahan hidup.

Kita dapat belajar banyak dari hal ini tentang ari kehidupan dimana dengan kondisi yang
serba pas-pasan keluarga ini masih dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya dengan
kegigihan, usaha kerja keras dan sifat pantang menyerah yang dimiliki keluargaa ini untuk bisa
keluar dari garis kemiskinan ini untuk hidup yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Semoga kita para generasi muda bisa memberikan apapun yang terbaik untuk orang yang kita
saying selalu bekerja keras . panang menyerah dan berusaha serta doa agar kita bisa menjadi
manusia yang berguna dapat memberikan kehidupan yang layak dan sejahtera serta menjadi
orang yang dapat bermanfaat dan menjadi contoh bagi orang lain.

Jangan kita minder dengan kekurangan yang kita miliki tapi sadarilah potensi diri yang
kita miliki lalu kembangkan. Semoga kehidupa kita kini jauh lebih baik kedepannya denga usaha
kerja keras dan doa. Agar kita bisa membantu sesame hingga namyak saudara-saudara kita yang
nantinya bisa kita ayomi sehingga mereka tidak lagi merasakan penderitaan hidup dibawah garis
kemiskinan .
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Masalah kemiskinan merupakan masalah klasik yang hingga kini masih dihadapi oleh
negara-negara diseluruh dunia. Kemiskinan dikatakan sebagai penyakit masyarakat yang
membutuhkan solusi sebagai penyembuhannya karena dampak kemiskinan ini sangat luas.
Kemiskinan dapat memicu penyakit-penyakit social lainnya seperti tindak criminal dan kejahatan
seperti pencurian, pelacuran, dan sebagainya yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan
uang sebagai desakan ekonomi.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) pengertian, yakni: kemiskinan absolut,


kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila
hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimum, seperti: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang tergolong
miskin relatif apabila seseorang tersebut sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun
masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan seseorang tergolong
miskin kultural apabila seseorang atau sekelompok masyarakat tersebut memiliki sikap tidak
mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
membantunya.

B.Saran

Saran penulis dalam penulisan makalah ini adalah pembaca disarankan dapat memahami,
mengetahui, dengan baik dan benar mengenai strategi bertahan hidup keluarga miskin yang
terdapat di Jln. Bunda Dalam No. D604, Ulak Karang Kecamatan Padang Utara kota Padang
Sumatra Barat.
Dokumentasi

Foto yang diambil sesudah peneliti melakukan wawancara dengan informan penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Buku micel sarraden

Internet

Anda mungkin juga menyukai