Anda di halaman 1dari 8

GEJALA GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK

Siti Isfandari* dan Suhardi*

ABSTRACT

SYMPTOMS OF MENTAL EMOTIONAL DISTURBANCE IN CHILDREN

Priority of Indonesian health policy is maternal and child physical health. It is undeniable that
physical health is very important in developing productive human beings. However, ignorance on
child mental health can have an undesirable impact for both the child and the family. Early detection
and appropriate treatment for the mental[v vulnerable kid is then needed to help the child have a
better future.
The Household Henlth bSun~ey (HHS) 1995 included a Report Questionnaire for Children (RQCJ
to detect the presence of mental emotional disturbance symptom. Analysis revealed that symptoms of
mental disturbance for age 5 - 14 years was quite high: 102 in 1000 children. According to
socio-demographic condition, the results showed no signijcant difference of mental disturbance
gvnptoms hetween: rural vs. urban (98 vs. 108); household densiQ < = 5 vs. > 5 (107 vs. 109); Java
Bali 1)s. outer Java Rali (93 vs. 110) girls vs ho-vs (95 vs. 109). Slight dverences of mental disturbance
symptoms was found between pre-puberty vs. pubertv (88 vs. 116); low economic vs. high economic
(1 19 vs. 8 7).
It is expected that the results can provide inputs for developing a health policy to improve child
health which includes mental health.

PENDAHULUAN puti pula keadaan mental anak, maka perlu di-


perhatikan perkembangan kesehatan jiwa anak.
Masalah kesehatan jiwa anak sama
pentingnya dengan masalah kesehatan fisiknya. Angka gejala gangguan mental emosional
Sampai saat ini kesellatan fisik anak merupakan anak memang tidak sebesar penyakit lainnya,
prioritas Departcmcn Kcsehatan. Tidak dapat seperti ane~ni(196 per 1000 untuk usia 0--4
dipungkiri bahwa tcrcapainpa kesehatan lisik, tahun dan 491 per 1000 untuk usia 5--14
bebas dari penyakit n~enularakan menghasilkan tahun), ataupun gangguan pernafasan (457 per
manusia yang baik dan mengurangi kernatian 1000 untuk usia 0--4 tahun, 241 per 1000 untuk
anak. Sarnpai saat ini penyakit menular pada usia 5--14 tahun)", namun mengingat akibat
anak lnerrlarlg masih tinggi dan rllernerlukan gangguan mental emosional anak yang tidak
penanganan. Besarnya perrnasalahan penyakit tertangani secara tepat dapat berakibat buruk,
menular pada anak membuat keadaan kesehatan maka tarnpaknya mulai dibutuhkan perhatian
mental anak kurang diprioritaskan. Namun oleh pembuat kebijakan kesehatan ~nengenai
dengan adanya konsep bahwa kesehatan meli- kesehatan mental anak.

* Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI,Jakarta

Bul. Penelit. Kesehat. 25 (38~4)1997


Gejala gangguan mental .............................. Siti lsfandari & Suhardi

Sampai saat ini cukup banyak penelitian Diharapkan bahwa hasil analisis berikut dapat
mengenai kesehatan jiwa anak, terutama yang membantu lnengarahkan penanganan permasa-
dilakukan di rumah sakit, namun belum ada lahan kesehatan jiwa anak.
data yang menggambarkan keadaan kesehatan
jiwa anak secara nasional.
METODOLOGI
Studi morbiditas SKRT 1995 di Jawa dan
Bali mendapatkan angka gejala gangguan
Subyek penelitian adalah responden
mental emosional dengan menggunakan Report
Morbiditas-Susenas 95 berusia di bawah 15
Questionnaire for Children (RQC) sebesar 99
tahun. Pada studi Morbiditas-Disabilitas SKRT
per 1000 penduduk dengan angka pada anak
95 dilakukan pemeriksaan psikologis dengan
laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak
menggunakan Report Questionnaire for
perempuan (1 17: 76)".
Children (RQC) kepada anak usia 5-- 14 tahun.
Ada beberapa jenis gangguan mental
RQC adalali kuesioner yang berisi 10
emosional anak, yaitu: depresi, kesedihan
pertanyaan mengenai perilaku anak yang
(grief), post traumatic stress disorder (PTSD),
mencerminkan adanya gangguan emosional.
attention dejkit hyperactivity disorder
Kuesioner dirancang untuk menyaring anak
(ADHD), gangguan antisosial. Gangguan-
yang mengalami gangguan mental ernosional
gangguan ini rnempunyai etiologi dan
dan ditanyakan atau diberikan kepada orangtua
penanganan yang berbeda. Ada yang me~niliki
anak').
prognosis baik, misal: PTSD dan ada yang
kurang baik, misalnya: gangguan bipolal-2'. Terdapat 2396 anak yarig mengisi RQC.
Yang lebili penting diperhatikan ialah akibat Variabel sertaan dalani analisis adalah
dari terabaikannya gangguan mental emosiorial adaltidaknya keltiungkinan seseorang menga-
pada anak. Manifestasi dari akibat gejala lami gejala gangguan ~iiental emosional.
gangguan mental emosional bervariasi dari Seseorang digolongkan ~iiemiliki gejala
penurunan prestasi belajar sampai berkenibang- gangguan mental ernosiorial bila memiliki skor
nya pribadi yang antisosia12).Selain mempunyai paling sedikit 1 pada instnniien RQC.
dampak pada perkembangan kepribadian,
gangguan mental emosional dapat pula manifest Ada beberapa variabel bebas untuk
dalam gejala gangguan fisiologis, yang paling ~nembedakankejadian gejala gangguan mental
sering adalah asma, atau sakit perut2). emosional anak. Dalarn analisis ini ingin
diketaliui hubungan aritara faktor sosio
Dari gambaran teori di atas niaka demografi dengan kejadian gejala gangguan
pentingnya permasalalian gangguan mental mental emosional anak.
emosional anak membutuhkan perhatian
pembuat kebijakan. Penanganan gangguan Kelompok variabel demografi adalah: usia
mental emosional secara tepat sejak dini, anak, jumlah anggota rumah tangga. dnerali
diharapkan dapat membantu anak mempunyai tempat tinggal. lokasi, keadaan sosial ekonomi
perkembangan yang lebih baik bagi masa dan jenis kelamin. Pada variabel-variabel ini
depannya. Tujuan tinjauan berikut dim'aksudkan dilakukan pengelompokan (rccoding) agar liasil
untuk ~nemberi gambaran mengenai besarnya lebih mudah di~nengerti dan mempunyai
masalah gejala gangguan mental emosional makna. Analisis menggunakan Kal kuadrat
anak berdasarkan survei yang bersifat nasional. dengan gejala gangguan mental eniosional

Rul. Penelit. Kesehat. 25 (3&4) 1997


Gejala gangguan mental .............................. Siti Isfandari & Suhardi

sebagai variabel sertaari dan variabel deniografi HASIL ANALISIS


sebagai variabel bebas. Analisis dibagi berda-
sarkan lokasi Jawa Balilluar Jawa Bali dan jenis Terdapat 244 anak dengan skor RQC posilir
kelamin untuk lebih rnernperjelas gambaran. dari 2396 anak yang rnengisi RQC.

Tabel 1. Gqjala Gangpan Mental Emosional Berdasarkan Faktor Demografi.

8.39 CI 11.43
Anggota rumah tangga
<= 5 1139 89,3 136 10.7 0.85 1275
9.06 CI 12.45
>5 815 89,l 100 10.9 915
9.05 CI 13.08
Jenis kelamin
Laki 1041 89,l 127 10.9 0.27 116%
9.18 CI 12.76
Perenipuan 1111 90,5 117 9.5 1228
7.98 CI 1 1.27

usia
4--9 thn 1089 9 1,2 105 8.8 0.02 ! 194
7.29 CI 10.50
10--14 thn 1063 88,4 139 11.6 1202
9.85 CI 13.47
ekonomi 0.09
< Rp 95571 385 88,l 52 11.9 437
9.11 CI 15.19
> Rp 190715 517 91,3 49 8.7 500
6.54CI 11.19
propi~~si
Jawa-Bali 1041 90,7 107 9.3 0.18 1148
7.74 CI 11.11
L. Jawa-Bali 11 11 89,O 137 11.0 1248
9.33 CI 12.80

Sumber: Analisis data primer SKRT 95.

Bul. Penelit. Kesehat. 25 (3&4) 1997


Gejala gangguan mental .............................. Siti lsfandari & Suhardi

Tidak terdapat perbedaan angka gejala Di daerah perkotaan terdapat banyi~k


gangguan mental emosional anak yang profesional yang menangani kesehatan jiwa
signifikan berdasarkan faktor demografi. anak dan remaja, seperti psikolog atau psikiiitcr.
Hal yang demikian tidak terdapat di pedcsi~i~n.
Untuk pelayanan keseliatan jiwa, masyari~kiit
DISKUSI bertumpu pada Puskesmas. Narnun ke~nanipuan
Puskesmas untuk rnelayani permasaliil~;~n
Berdasarkan kriteria skor RQC di atas no1 gangguan mental emosional anak n ~ ; ~ s i
mencerminkan adanya gejala gangguan mental dipertanyakan.
emosional, hasil analisis SKRT 95
mendapatkan angka gejala gangguan mental Sekitar dua puluh tahun lalu, priorilas
emosional pada 244 anak dalam 2396 anak atau kesehatan nasional adalali pengobatan dan
102 dalarn 1000 anak usia 5--14 taliun. Angka pencegahan penyakit fisik. scdangkan prioritas
ini cukup tinggi, nalnun mendukung hasil dari keseliatan jiwa adalali pelayanan keselri~ti~n
penelitian lain. Penelitian gangguan mental mental orang dewasa. Dasa warsa tcrakliir ini.
emosional di Tambora mendapatkan angka 300 prioritas kesehatan diittamakan pada kcseliatan
per 10004'. E ~ n p a t belas persen dari seluruli ibu dan anak. Dapat didi~gabaliwa pelayi111i11i
murid sekolali dasar ~nenipunyai problem kesehatan jiwa irnak mendapat prioritas rendiil~
ernosional yang memerlukan terapi". Gangguan dalan~kebijakan kesehatan nasionalh'.
mental emosional pada anak dapat
menirnbulkan hambatan dalam berbagai aspek Walaupun pclayanan kcsellatan jiwa bcluo~
perkembangan, namun orangtua baru berupaya mcndapat prioritas dala~ii kebijaksariaan
mengad,&an konsultasi bila kasus sudali berat, program Depkcs, diakui bahwa kebutul~;nr
karena scbelumnya terlebih daliulu dibawa pclayanan keseliatan jiwa mcningkat, schinggi~
pada pengobat tradisional, atau ditangani pada talrun 1974 tclah dirnnlai pelayi~ni~n
sendirih'. keseliatan jiwa di Puskcsmas yang tcrdiri dari 3
taliapan. yaitu pcnrbini~an. pcnrantapan. d i ~ n
Tidak adanya perbedaan proporsi gejala penglepasanfl Tnjuan akhir dari p c l a y a ~ ~ a
gangguan mental emosional berdasarkan daeralr keseliatan jiwa ini irdiilah doktcr Puskcstn;rs
perkotaa~dpadcsaanseperti yang ditunjukkan di dapa! bertindirk scc;lra ntandiri d;~l;~nr
Tabel 1 dapat diartikan bahwa damp,& dari mengliadapi kondisi kcscl~atanJikva tcrtnas~~h
proses perubalian yang terjadi di desa sania kescl~atanjiwa anilk dalr rcmaja"'.
dengan di kota. Menurut penelitian besarnya
angka gangguan jiwa di suatu masyarakat Walaupun progr;rm ini dirpat bcrjalan b;~ik
mencerrninkan keadaan intcgrasi/disintcgrasi di bebcrapa Puskcsmas tcrutaln;] di kotir bcsar
masyarakat yang bersangkutan7'. Hal ini scperti DKI Jak;irta dan Ujung P;rnd;~ng.
diperkuat hasil dari angka gejala gangguan program ini tidak lcpas dari I~iunbatan. di
mental emosiolial orang dewasa dengan antaranyanya iirlah: kctcrb;rtasan junil;~ll
lnenggunakan instrumen Se/f Ikport psikiatcr. pemindatl-tugasan doktcr Puskcsn~;rs
Questionnaire, di mana tidak tcrdapat yang tclah dibiria, kurangnya ~notiviis~dari
perbedaan signifikari antara daeral~perkotaaii dokter. Dirri faktor Puskcs~nas.kctcrb;rtasi~nny:~
dan daerah padesaan. Hasil ini rncnarik ialali bahwa jumlah pilslcn yang tcrliilu b i ~ ~ ~ y ;
dalam kaitannya dengan pelayanan keseliatan lanianya waktu pclayanirn kcsclr;itiln ji~vii,scrtil
jiwa. tidak ada pedotnan praktis yalig nrcmuaski~n

56 Bul. Penelit. Kcsehat. 25 (381.4) 1997


Gejala gangguan mental .............................. Siti Isfandari & Suhardi

Hal-ha1 ini menjadi hambatan kelangsungan me~nbutuhkan penanganan terus-menerus.


programx). Keterbatasan penyediaan obat Adanya gangguan mental emosional pada anak
psikotropik di Puskesrnas merupakan faktor yang lebih muda disebabkan adanya faktor
penghambat juga. genetik.

Dari raktor pasien didapatkan bahwa Tabel 1 juga menunjukkan anak di daerah
kurangnya pengertian pasien akan manfaat di luar Jawa-Bali ~nempunyai angka gcjala
kesehatan j ~ w a di Puskesmas dan gangguan mental emosional lebih tinggi
kecenden~ngan ingin dilayani oleh psikiater dibanding sebayanya di Jawa-Bali, derigan
merupakan masalah program ini pula. Salah perbedaan yang tidak signifikan. Penclitian di
satu jalan keluar untuk rnengatasi hanibatan Makasar mengungkapkan 59% dari pasien
ialah deteks~ faktor mental e~nosional oleh Unit Rawat Jalan Anaklreniaja didiagnosis
paramedis sebelum diperiksa dokter". sebagai gangguan perkembangan pervasif). Hal
Alasannya adalah bahwa paramedis tidak ini berkaitan dengan pelayanan kesehatan jiwa
terlalu cepat berpiridah. maka pernbinaan anak yang dapat diberikan. Seperti telah
paranledis lebih efisien (Rudy Salan, disebutkan, pelayanan kesehatan jiwa terutama
komunikasi pribadi). untuk anak belum menduduki prioritas d a l a ~ n
kebijaksanaan kesehatan nasional. Daerali di
Tabel I ~nenunjukkanbahwa secara garis luar Jawa-Bali ~nasih rnenghadapi perma-
besar tidak terdapat perbedaan angka gejala salahan besar dalam kesehatan ibu anak,
gangguan mental e~nosional antara anak pria sehingga perlu ditingkatkan program integrasi
dan wanita. Namun jenis gangguan yang kesehatan jiwa di puskemas yang telah berjalan
dialami anak pria berbcda denga wanita. Pria baik di kota besar. terutalna Jakarta8).
lebih cenderung mengalami gangguan
kepribadian anti sosial. sedangkan wanita lebih Hasil juga menunjukkan baliwa
cenderung pada kepribadian depresiflgangguan anaWremaja dari golongan sosial ekonomi
bipolarz'. rendah (pengeluaran kurang dari Rp 95000 per
bulan) mempunyai angka gejala gangguan
Golongan usia 10-- 14 tahun mcnipunyai mental emosional lebih tinggi dari yang berasal
angka gejala gangguan nicntal enlosional lcbih dari golongan sosial ekonomi tinggi
tinggi dibanding golongan usia 5-9 tahun. (pengeluaran lebih dari Rp 190000) walaupun
Tingginyn angka gejala gangguan mental tidak menunjukkan pcrbedaan yang signifikan.
emosionnl pada mas;\ men-jelang pubcrtas dan Dari hasil ini, agaknya pelayanan kcsellatan
fnas;i pubcrtas dap;rr disebabkan ole11 pcn~bat~an jiwa anak mernerlukan subsidi pe~ncrintah.
i~ornion.di niona i ~ o r ~ ~estrogen
~ o t l pada \t,anita Tclall dikctahr~i bah\va pcnanganan gangguan
(!an i1on~;on tcstostcron p;tda prla ~ncntalernosional rilcri~akanwaktu lebih banyak
r?icinpcrrg;ln1l11pc~-kcrllb;~ngan cniosi. Pcrasaan dihanding pengobatan pcnyakit lisik.
!cril;adap pcnibilhnn .!isik yang dialanti dapat Sedangkan obat bagi penderita gejala ganggi1;In
rlicngganggu kcs~abilanclnosi. walar~puriI~al111i mental emosional harganya rclatif mahal
t~dak berlangsung la111;1 dan akan nienunln
sctclah dcwasa'!. Yang lebili periling Dari penclitian ini belu~ndapat dirinci jenis
dipcrl~alikan adalal~ adanyi~ gejala gangguan gangguan mental c~nosional yang dialarm
mental eniosional pada anak yang lebih mnda. anddremaja, namun ada bcberapa jenis
karcna mcniiliki prognosis b u n k dan gangguan mental ernosional anak yang perlu

Rul. Penclit. Kesehat. 25 (3&4) 1997


Gejala gangguan mental .............................. Siti Isfandari & Suhardi

diperhatikan, di antaranya adalah depresi kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami


masa kanak dan remaja, gangguan bipolar, gangguan tingkah l a k ~ ' ~ ) .
psikosomatik, dll. Manifestasi gejala gangguan
mental emosional bermaca~n-macam, di Gangguan psikofisiologis, ~nerupakan
antaranya ialah: gangguan tingkah laku bentuk gangguan emosional anak yang lain
(kenakalan remaja, penyalah gunaan obat, lagi; 34.4% dari pengunjung Puskesmas di
gangguan belajar, dll) dan gangguan Kecamatan Tambora mempunyai gangguan
psiko-fisiologis (asma, sakit perut, migraine). psikofisiologis"). Di Amerika Serikat dida-
Sampai saat ini belum ada data di Indonesia patkan 80 sampai 100 per 1000 pengunjung
yang menggambarkan keadaan kesehatan anak-anak memiliki gangguan psikofisiologis2).
mental emosional anak dalam skala besar.
Di atas telah dibahas mengenai keadaanl
Data dari Amerika Serikat menunjukkan gambaran gejala gangguan mental emosional
bahwa angka depresi pada anak usia pra anak. dilanjutkan dengan keterangan singkat
sekolah 0.3%, yang meningkat menjadi 1.8% mengenai jenis gejala gangguan mental
pada usia prepubertas2). Angka bertambah pada emosional yang umumnya diderita ole11
golongan usia 14--16 tahun yaitu 4.7%. Banyak anak/reniaja. Hal lain yang perlu diperliatikan
kasus depresi anak terutama depresi ringan adalah penanganan gejala galigguan mental
yang luput dari perhatian karena dianggap emosional.
sebagai upaya penyesuaian diri2).
Berkaitan dengan perilaku pencarian
Kesedihan (Rr,eA merupakan jenis gejala pengobatan pada masyarakat Indonesia, peran
pengobat tradisional menduduki peran penting.
gangguan mental emosional lain yang juga
Sering penderita diobati oleh pengobat
umum terdapat pada anak-remaja. Suatu
tradisional sebelum mendapat pertolongan
penelitiar1 prospektif mendapatkan bahwa psikiater. Empat puluh persen dari pasien ban:
bencana dapat berakibat kesedihan lebih parah, RSJ Semarang sudall mengunjllngi pengobat
distress mental lebih serius, serta berkaitan tradi~ional'~)dan 5 1.7% pengunjung RSJ
dengan tindakan krimina12). Penanganan yang Surabaya pemah dikirim ke pengobat
paling cocok belum ditemukan, namun tradisional")] Enam puluh pcrsen dari pasien
pernbicaraan dan diskusi dengan orang dewasa pengobat tradisional mempunyai kelainan
mengenai liarapan dan pikiran anak disarankan psikiatrik dan 14% mcnderita gangguan jiwa
untuk mengatasi ha1 ini, serta konsultasi dengan cukup beratI4). Enam puluh linia perscn
orang profesional dapat berguna. penderita gejala gangguan mental emosional
anak dan retnaja di Palembang telah berobat ke
Perpisahan dengan orang tua dapat pengobat tradisional, karena orang tua mereka
merupakan kontributor terjadinya gangguan pcrcaya pengobatan tradisional lebih konipeten
mental emosional anak. Anak yang berpisah dan mampu mcngobati kcschatan jiwa
dengall orangtuanya pada umur sebelunl 0--7 anaknyaI5).
tahun rnempunyai angka gangguan jiwa lebih
tinggi dibanding dengan mereka yang berpisah Pengobatan tradisional dignnakan olch
dengan orangtuanya pada golongan usia yarig sebagian besar masyarakat bukan hanya karena
lebih tua. Anak yang berpisah dengan kekurangan fasilitas kesehatan pelayanan
orangtuanya sebelum usia 10 tahun mempunyai kesehatan formal, nalnun lebih disebabkan oleh

BuL Penelit. Kesehat 25 (3844) 1997


Gejala gangguan mental .............................. Siti Isfandari & Suhardi

faktor sosial budaya masyarakat tersebut. Kesimpulan dari analisis ini ialah perlunya
Pengobatan tradisional sudah merupakan peningkatan perhatian terhadap pelayanan
bagian integral dari lingkungan sosial budaya kesehatan jiwa bagi anak dan remaja dengan
dan ada nilai-nilai yang patut dipertahankan melengkapi alat bantu pemeriksaan, karena
dan ditingkatkan yang dapat memberi sampai saat ini belum ada pedoman pasti untuk
sumbangan positif bagi upaya kesehatanlq.
mendiagnosis adanya gejala gangguan mental
Peran serta pengobatan tradisional dalam
emosional anak. Untuk masyarakat, diperlukan
pelayanan kesehatan jiwa antara lain:
penemuan case Jinding, perawatan dalam pengenalan secara baik mengenai gangguan
keluarga dan masyarakat, upaya operasional jiwa anaklremaja terutama kepada orangtua.
dan rehabilitasi bagi pasien mental, serta Tujuan pengenalan ini ialah agar mengadakan
pertemuan dalam kelompok musyawarah kontak secara dini pada institusi kesehatan atau
mengenai masalah yang dihadapi oleh individu RSJ dapat terlaksana.
atau masyarakat"). Di daerah rural Puskesmas masih menjadi
ujung tombak untuk melayani gangguan jiwa
pada umumnya termasuk gangguan jiwa anak,
KESIMPULAN DAN SARAN namun tampaknya tugas ini cukup berat, karena
adanya hambatan yang telah disebutkan di atas.
Secara garis besar analisis data SKRT 95 Agaknya diperlukan kerjasama dengan pihak
mengenai gejala gangguan mental emosional sekolah untuk permasalahan ini. Kerja sama
anak menunjukkan adanya angka yang cukup dengan pengobat tradisional agaknya bisa
tinggi, yaitu 259 per 1000 anak. Penanganan dijadikan pertimbangan.
gangguan mental pada anak dan remaja
melibatkan berbagai pihak terkait, keluarga, Gangguan mental emosional yang
sekolah dan Departemen Kesehatan RI.Adanya digambarkan dalam SKRT bersifat sangat luas,
gejala gangguan mental emosional anak dapat perlu diadakan studi mendalam untuk dapat
dideteksi dari keluarga dan sekolah, oleh sebab membuat kategorisasi gangguan mental
itu diperlukan kerja sama antara pihak terkait. emosional. Kategorisasi penyebab biologis,
Diakui untuk memastikan bahwa seorang anak psiko-sosio-kultural dalam hubungannya
memang memerlukan penanganan, diperlukan dengan gangguan mental emosional diperlukan
diagnosis lebih lengkap dalam ha1 ini oleh untuk memperjelas posisi puskesmas dalam
dokter yang pernah mengikuti pelatihan pencegahan dan penanganan dini gangguan
psikiatri, atau oleh psikiater. Perlu pula diingat mental emosional anak
bahwa gejala gangguan mental emosional anak
berkaitan erat dengan keadaan keluarga, maka
keluarga harus dilibatkan dalam pengobatan. UCAPAN TERIMA KASIH
Diakui ha1 ini bagus dalam teori, namun sulit
untuk dilaksanakan, karena masing-masing Penulis ucapkan terimakasih kepada dr.
anggota keluarga memiliki kesibukan atau tidak Rudy Salan, Sp.J atas bantuannya memberi
memahami perlunya keterlibatan keluarga masukan, serta menyempurnakan makalah ini.
dalam proses pengobatan. Selain itu kemam- Hal yang penulis saya ucapkan kepada Dr.
puan tenaga tersedia juga sulit untuk mena- Suharsono Sumantri sebagai koordinator SKRT
ngani masalah gangguan mental emosional 1995 serta dr. Zainul Bakri, M.Sc dan staf yang
anak telah membantu menyediakan data SKRT 1995.

BuL Penelit. Kesehat. 25 (3&4) 1997 59


Gejala gangguan mental .............................. Siti lsfandari & Suhardi

DAFTAR RUJUKAN 9. Hawaidah ( 1996). Prevalensi gangguan


perkembangan pervasif di unit rawat jalan anak
1. Suhardi (1995). Studi Morbiditas Jawa-Bali. dan remaja RSJ Ujung Pandang. Jiwa vol. XXIX
Laporan SKRT 1995. Badan Penelitian dan no. I .
Pengembangan Kesehatan. Departemen
Kesehatan RI. 10. Ibrahim Nuhriwangsa, clan Sardjito (1 985).
Peranan Perpisahan dengan Orangtua pada
2. Garfinkel, Carlson, Weller (1990). Psychiatric
Berbagai Gangguan Jiwa. Jiwa XVIII no. 2.
Dosorders in Children and Adolescents.
Saunders Co. Philadelphia.
11. Departemen Kesehatan RI (1995). Pedoman
3. Departemen Kesehatan RI (1995). Studi pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan
Morbiditas dan Disabilitas SKRT 1995: urnurn. Direktorat Kesehatan Jiwa. Depkes RI.
Pedoman Wawancara dan Pemeriksaan
Kesehatan. 12. Ahmad Hardiman (1991). Pola upaya pencarian
4. Rudy Salan (1983). Prevalensi Gangguan Jiwa pelayanan kesehatan jiwa penderita gangguan
di Tiga Kelurahan di Tambora-Jakarta 1993. mental di Semarang. Jiwa XXIV no. 1.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kese-
hatan. Departemen Kesehatan RI. 13. Pranowo Sosrokusumo dan Rusdi Maslim
(1 99 1). Peran serta pengobatan tradisional
5. Goddes H.W. (1995). Learning disabilities and
dalam pelayanan kesehatan jiwa. Jiwa XXIV
brain function: a neuropsychological approach
no. 3.
(dalam Ika Widyawati, 1993). Jiwa XXVI no. I.
6. Jan Prasetyo, Edith Humris, et a1 (1977). Some 14. Salan dkk (eds) (1 982). Faktor-faktor
Thought On the Psychiatric Treatment of Psikososiokultural Dalam Pengobatan
Children With Emotional Disorders in Jakarta. Tradisional pada Tiga Daerah Palcmbang,
Jiwa vol X no 3. Semarang, Bali. Badan Penelitiaa dan
7. Schwabb JJ and Schwabb M.E. (1982). Pengembangan Kesehatan. Departemen
Sociocultural Roots in Mental Illness-An Kesehatan RI.
Epidemiologic Survey (Dikutip dari Salan.
1983. Prevalensi Gangguan Jiwa di Tiga 15. Ernaldi Bahar (1982). (dalam Pranowo dan
Kelurahan di Tambora Jakarta). Badan Rusdi Maslim. 199 1. Peran serta Pengobatan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Tradisional dalarn Pelayanan Kesehatan Jiwa.
Departemen Kesehatan RI. Jiwa XXIV no. 3.
8. Dan Hidayat (1991). Pelayanan kesehatan di
Puskesmas di DKI Jakarta (metode dua menit). 16. Rusdi Maslim (1987). Psikiatri Rudaya di
Jiwa XXIV no. I. Indonesia. Jiwa XX no. 3.

BuL Penelit. Kesehat. 25 (3&4) 1997

Anda mungkin juga menyukai