Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zakia Izzati

NIM : 1502101010099

Kelas : 5

Tugas Toksikologi

KERACUNAN LOGAM BERAT BERAT (Fe)

A. Pengertian Besi (Fe)


Besi atau ferrum (Fe), adalah logam yang pertama ditemukan oleh
manusian dan digunakan sebagai alat untuk pertanian. Di dalam kerak bumi
jumlah besi melimpah sehingga besi merupakan unsur makro.pada kerak bumi,
tetapi dalam sistem biologi jumlahnya relatif kecil sehingga dikelompokkan
dalam unsur mikro atau elemen trace. Walaupun unsur mikro, besi termasuk
dalam elemen esensial dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan terikat
dalam protein sebagai enzim. Besi banyak ditemukan dalam makanan yang
jumlahnya bervariasi dari yang rendah (dalam sayuran) sampai yang tinggi (dalam
daging).
Kandungan yang rendah dari Fe dalam makanan akan menyebabkan
naiknya efisiensi absorbsi Fe dari usus, disamping itu absorbsi logam lain juga
meningkat baik logam esensial (Co, Mn, Zn) maupun logam toksik (Cd, Pb).
Tetapi sebaliknya makan makanan yang banyak mengandung Fe dapat
menurunkan absorbsi Zn pada manusia. Hati sapi adalah sumber Fe yang utama
dalam makanan, tetapi dewasa ini jenis makanan ini tidak begitu disukai karena
kadar kolesterolnya yang tinggi. Bahan makanan lain yang Fe ialah daging sapi,
kerang, daging ayam, kuning telur, buah-buahan, sayuran (bayam) dan sereal.
B. Esensialitas dari Fe
Besi dalam tubuh biasanya berikatan dengan protein yang melibatkan
kelompok hemoglobin yaitu rantai asam amino dan ikatan Fe-S, menjadi residu
sistein dalam protein ferodoksin dari bakteri dan tanaman. Kandungan besi total
dalam tubuh pria sekitar 3,8 gram dan pada wanita 2,3 gram. Dari total kandungan
besi dalam tubuh tersebut sebagian digunakan untuk proses metabolisme dan
sebagian digunakan untuk cadangan. Besi yang digunakan sebagai proses
metabolisme untuk enzimatis dalam hemoglobin adalah 55% dalam mioglobin
adalah 15%. Besi yang disimpan sebagai cadangan ialah berbentuk feritin yaitu
sekitar 70-80%, sebagai komplek protein yang mudah larut dan sebagian besar
terdapat dalam intraseluler dan sebagian kecil dalam serum, sedangkan besi dalam
bentuk hemosiderin merupakan protein komplek yang tidak mudah larut.
Kedua bentuk ikatan Fe tersebut disimpan dalam organ hati, sumsum
tulang, limpa dan otot skeletal. Bila keseimbangan konsentrasi Fe dalam tubuh
terganggu, penurunan kadar Fe terjadi pada lokasi penyimpanan sebelim fungsi Fe
untuk metabolisme menurun.Sebagian Fe dalam tubuh terikat erat dengan protein
lain yang mengangkut Fe ke dalam jaringan dan menyimpannya sebagai ion Fe
(III) yang stabil dan tidak terhidroksida. Bentuk Fe transferin yang berada dalam
protein darah mempunyai dua ikatan kuat dalam bentuk Fe (III) ini terdiri dua
kelompok tirosinat dan fenolat, dimana bila tempat ikatan tersebut mengikat Fe
(II) ikatannya menjadi lemah. Transferin merupakan kelompok glikoprotein yang
termasuk laktoferin (dalam air susu), konalbumin dan ovotransferin (dalam putih
telur) dan transferin serum, dimana semua protein tersebut mengikat Fe.

Besi bervalensi 3 tersebut, Fe (III) tertimbun dalam feritin ini pada lapisan
luarnya mengandung Fe (III) hidroksi polimer yang mengandung Fe sampai 4.500
atom. Besi dalam hemoglobin dan mioglobin adalah Fe dalam fase oksida Fe (II).
Ligan dari protein Hb ini menstabilkan oksida oleh O2 menjadi fase oksida (III),
hal tersebut menunjukkan bahwa ikatan O2 adalah seimbang (reversible),
sehingga Fe (III)-hemoglobin menjadi tidak aktif terhadap ikatan O2.
C. Defisiensi Fe
Defisiensi Fe dapat menyebabkan anemia mikrositik hipokromik yang disebabkan
oleh:

i. Perdarahan: hal ini adalah penyebab utama dari penyakit defisiensi Fe. Sering
terjadi pada wanita dewasa yang mengalami menstruasi yaitu pada umur 15-45
tahun. Sedangkan defisiansi pria dan wanita yang sudah mengalami menopause
sering disebabkan oleh perdarahan kronis pada saluran pencernaan baik pada
lambung maupun usus. Perdarahan kronis tersebut biasanya merupakan efek
samping dari adanya tukak lambung maupun usus, misalnya pada penyakit: peptic
ulcer disease, trauma mukosa, hernia, pengaruh obat, infeksi parasit dan tumor.
ii. Kurangnya asupan Fe: sering ditemukan pada bayi hal tersebut terjadi
karena bayi hanya mendapatkan air susu ibu yang kurang kandungan Fe-nya.
Dalam pemberian suplemen Fe pada ibu hamil sangat diperlukan.

iii. Gangguan absorpsi Fe: kasus malabsorpsi jarang terjadi, tetapi sering terjadi
pada orang yang pernah menjalani operasi gastrektomi atau orang yang memang
mengalami gangguan absorpsi Fe.

Gejala Defisiensi Fe
Secara klinis dan laboratorik gejala penyakit defisiensi Fe adalah:

1. Penurunan kadar hematokrit dan hemoglobin yang mengakibatkan anemia


2. Gejala anemia hipokromik mikrositik pada pemeriksaan ulas darah tepi
3. Penurunan kadar Fe serum dan peningkatan kapasitas pengikatan total Fe
4. Penurunan cadangan Fe dalam sumsum tulang dan penurunan feritin dalam
serum

D. Toksitas Besi
Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukkan Fe adalah
usus halus. Bagian dari usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus ekskresi
Fe yang tidak diserap. Besi dari usus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana
bentuk ferro lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri. Feritin masuk kedalam
darah berubah bentuk menjadi transferin. Dalam darah tersebut besi berstatus
sebagai besi bervalensi tiga (trivalent) yang kemudian ditransfer ke hati dan limpa
yang kemudian disimpan dalam organ tersebut sebagai cadangan dalam bentuk
feritin dan hemosiderin. Toksisitas terjadi bilamana terjadi kelebihan (kejenuhan)
dalam ikatan tersebut.

Toksisitas akut Fe pada anak terjadi karena anak memakan sekitar 1 g Fe


dan mungkin lebih banyak. Kandungan asupan besi pada anak secara normal
adalah sekitar 10-20 mg/kg berat badan. Setiap tahun dilaporkan sekitar 2500
kasus keracunan Fe pada anak dibawah umur 6 tahun dan merupakan salah satu
kasus keracunan yang terbanyak yang menyebabkan kematian pada anak.
E. Kejadian Toksisitas Fe pada Anak (akut)
Kebanyakan orang tidak begitu memperhatikan bahwa Fe sangat
berbahaya dan tidak begitu menghiraukan karena sediaan itu dalam pikiran
mereka hanya vitamin saja dan merupakan produk nutrisi belaka. Di samping itu
sediaan tersebut sangat menarik hati anak-anak yaitu dalam hal warna, bentuk dan
rasanya yang manis yang kadang ada rasa buahnya. Begitu obat terjangkau oleh
anak-anak, maka anak dengan lahapnya mengonsumsi obat tersebut banyak-
banyak dan akibatnya terjadilah keracunan Fe yang fatal.

Gejala keracunan (Akut)

Dosis rekomendasi yang diperbolehkan untuk orang dewasa per hari


(RDAs/Recommended Daily Allowances) adalah 18 mg. Over dosis Fe akan
terjadi bila anak mengonsumsi lebih dari 10 mg/kg berat badan anak dengan berat
sekitar 18 kg, sehingga yang dikonsumsi anak tersebut sekitar 180 mg Fe. Gejala
yang akan terlihat adalah rasal mual yang sangat, muntah-muntah, perdarahan
lambung dan usus sering terjadi, muntah darah disertai diare. Gejala tersebut
terjadi sekitar 20 menit setelah kejadian over dosis Fe.

Toksisitas Fe ini bila berlanjut akan menyebabkan kerusakan lambung,


hati, ginjal dinding pembuluh darah dan otak. Kejadian fatal timbul segera setelah
terjadi shock atau koma. Pengobatan keracunan Fe harus dilakukan dengan
pengurasan lambung, analisis gambaran darah dan tekanan darah, pemberian agen
khelat untuk mengikat Fe dari sirkulasi darah dan menolong mengeliminasi Fe
dari darah.

F. Mekanisme dan Gejala Toksisitas Kronis


Besi dapat terikat dalam bentuk komplek dengan sejumlah makromolekul,
sebagai akibatnya akan mengurangi aktivitas normal dari komplek tersebut.
Kelebihan Fe intraseluler menyebabkan terjadinya perubahan formasi dan
deposisi dari hemosiderin yang menyebabkan disfungsi dan kerusakan seluler.
“Hemokromatosis” adalah istilah terjadinya gangguan metabolisme Fe yang tercri
dengan terjadinya kelebihan absorpsi Fe. Kejenuhan ikatan protein Fe dan
deposisi hemosiderin terjadi dalam jaringan. Pengaruh dan gejala pertama terjadi
pada hati, pankreas dan kulit. Kelebihan deposit Fe dalam hati dapat
menyebabkan cirrhosis dan dalam pankreas dapat menyebabkan diabetes.
Kelebihan deposit Fe menyebabkan pigmentasi warna perunggu (kuning abu-abu)
pada organ dan kulit.
G. Pengobatan Toksisitas Fe
Yang penting dalam pengobatan toksisitas Fe akut adalah adalah
mencegah absorpsi Fe dalam saluran cerna dan pernapasan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara:
a. Memuntahkan makanan yang terkontaminasi Fe denagan emetika.
b. Menggunakan obat pencahar, yaitu memberi 5% Na HCO3 yang dapat
mengikat besi dalam bentuk Fe karbonat dan tidak dapat diabsorpsi serta segera
dikeluarkan lewat feces.

Untuk tujuan pengikatan Fe sebelum diabsorpsi dapat juga diberikan


kombinasi garam karbonat dan fosfat. Hal tersebut baik dilakukan karena
beberapa alasan, yaitu:
a. Mengikat Fe yang terlarut menjadi bentuk tidak larut yaitu Fe karbonat dan Fe
fosfat.
b. Untuk menguras isi lambung.
Pemberian obat pencahar seperti garam katartik (MgSO4), juga dapat
dilakukan untuk menguras isi lambung, sehingga Fe tidak sempat untuk
diabsorpsi.

Pengobatan dengan khelator deferoksamin dianjurkan bila kadar Fe dalam


serum sampai 300 ug/dl, walaupun gejala klinis belum terlihat. Deferoksamin
komplek pada dosis 100 mg dapat mengikat 9 mg Fe, obat tersebut dapat
diberikan melalui mulut dan dapat mengikat Fe dari usus sehingga mencegah
absorpsi Fe oleh dinding usus. Bila diberikan secara injeksi intravena, dilakukan
dengan dosis 15 mg/kg bb/hari, injeksi dilakukan dengan perlahan karena
deferoksamin dapat menyebabkan hipotensi. Bila diberikan secara intramuskuler,
diberikan dosis 90 mg/kg bb. Urine harus selalu dimonitor, urine yang berwarna
merah-orange menunjukkan adanya ekskresi dari Fe-komplek khelasi. Pengobatan
khelasi harus selalu dilakukan sampai urine berwarna normal kembali, yang
menunjukkan bahwa Fe komplek telah habis

Anda mungkin juga menyukai