Diversitas Rumput Laut
Diversitas Rumput Laut
Taman Nirwana
(1)
M. Ihsan Anggi Manura (10421015), (2)Muthya Oktaviani A (1710422002), (3)Salsabila Luqyana
(1710422023), (4)Yunita Astrina (1710422025), (5)Chika Afrilia Ikbal (1710422038), (6)Septalian Maharani
(1710423003), (7)Zakiah Syifa Urrahmah (1710423013)
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas
ABSTRAK
Monitoring kualitas ekosistem perairan air laut dapat dilakukan dengan memonitor komintas yang ada pada
ekosistem laut seperti komunitas lamun. Monitoring kualitas lamun dapat dilihat dari aspek biologi, fisika, dan
kimia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memonitor kualitas komunitas lamun di Pantai Taman Karang
Tirta Nirwana, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang. Metode yang digunakan adalah purposed random
sampling. Hasil yang didapatkan adalah persentase tutupan lamun di Pantai Taman Karang Tirta Nirwana
dikategorikan sedang, yaitu rata-rata 51,7%. Terdapat beberapa spesies tumbuhan yaitu lamun, Padina sp,
Turbinaria decurrens, Amphiroa fragillisima, dan megabentos yaitu porifera, crustacea, gastropoda, molusca,
bivalvia, dan austacea. Kualitas air laut di Pantai Taman Karang Tirta Nirwana dikategorikan ideal dan baik
dengan pengukuran suhu 34°C, pH sebesar 8, dan salinitas sebesar 37%brix.
Keywords : monitoring, kualitas laut, ph, suhu, salinitas
PENDAHULUAN
Penurunan kualitas lingkungan dapat sebaran wilayah biota yang cukup jelas
diidentifikasi dari perubahan komponen terlihat. Didominasi oleh ekositem lamun,
fisik, kimia dan biologi perairan di sekitar ekosistem rumput laut, ekosistem mangrove
pantai. Perubahan komponen fisik dan kimia dan ekosistem terumbu karang (Purnama,
tersebut selain menyebabkan menurunnya 2011).
kualitas perairan juga menyebabkan bagian Perairan pantai Nirwana sebagai salah
dasar perairan (sedimen) menurun, yang satu daerah tujuan wisata Pantai Nirwana tentu
dapat mempengaruhi kehidupan biota memiliki tekanan lingkungan yang tinggi
akibat aktifitas masyarakat sekitar. Kondisi ini
perairan terutama pada struktur
tentu dapat mengancam keberadaan komunitas
komunitasnya (Odum, 1993). Salah satu
biota yang hidup di dalamnya termasuk
biota laut yang diduga akan terpengaruh
rumput laut, lamun, dan biota laut lainnya.
langsung akibat penurunan kualitas perairan
Guna mengelola kawasan ini menjadi kawasan
dan sedimen di lingkungan pantai adalah
wisata yang ramah lingkungan, terutama bagi
rumput laut, lamun (sea grass), dan pengelola dan pemerintah kota padang, maka
megabentos. di perlukan informasi tentang kawasan dan
Perairan pantai Karang Tirta atau yang kondisi sumberdaya yang ada. Beberapa
lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Pantai penelitian yang pernah dilakukan tentang
Nirwana terletak di Kecamatan Lubuk keanekaragaman sumberdaya dikawasan ini
Begalung Kota Padang, memiliki panjang diantaranya studi beberapa aspek sargasum
garis pantai ± 3 km. Kawasan ini terbagi crassifolium dan kandungan alginatnya
menjadi tiga zona yang terdiri dari zona (Afrizal, Zakaria, dan Wahyuni 2010) dan
pemukiman penduduk (± 1200 m), zona wisata pemetaan dan beberapa aspek ekologi
(± 800 m), zona ekositem mangrove (± 1000 komunitas lamun (Purnama, 2011).
m). Dari analisa GIS, Pantai Nirwana Rumput laut (seaweed) merupakan
diperkirakan mempunyai luas area ± 65,86 Ha. nama dalam dunia perdagangan internasional
Kawasan ini mempunyai pengelompokan
untuk jenis-jenis makro alga. Secara sampai beberapa jenis yang disebut padang
taksonomi rumput laut (makro alga) termasuk lamun. Padang lamun merupakan suatu
ke dalam divisi Thalophyta (tumbuhan ekosistem di kawasan pesisir yang memiliki
berthalus). Sifat divisi ini primitif artinya tingkat keanekaragaman hayati yang cukup
badannya sedikit atau tidak terbagi bagi dalam tinggi dan sebagai penyumbang nutrisi yang
alat vegetatif seperti akar yang sebenarnya ( sangat berpotensial bagi perairan disekitarnya
Romimohtarto dan Juwana, 2005). karena memiliki tingkat produktivitas yang
Berdasarkan pigmen dalam thalus, tinggi. Ekosistem padang lamun memberikan
rumput laut terbagi dalam kelas habitat bagi biota laut. Disebut padang lamun
Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae karena ekosistem padang lamun tersebut
(alga coklat), Rhodophyceae (alga merah), dan berasosiasi dengan berbagai jenis biota laut
Cyanophyceae (alga hijau biru) (Budihardjo yang bernilai sangat penting dengan tingkat
dan Sediadi, 2000). Pigmen yang menentukan keragamannya yang tinggi (Nainggolan,
warna ini antara lain adalah klorofil, karoten, 2011).
phycoerythrin, dan phychocyanin yang Ekosistem lamun mempunyai peranan
merupakan pigmen-pigmen utama di samping yang sangat penting dalam menunjang
pigmen-pigmen lain. Phycoerythrin dan kehidupan dan perkembangan biota di laut
phychocyanin hanya terdapat pada dangkal. Menurut Bengen (2011) dalam Nur
Rhodophyceae dan Cyanophyceae, sedangkan (2011), dalam hasil penelitiannya diketahui
klorofil dan karoten dijumpai pada ke empat bahwa peranan lamun di lingkungan perairan
kelas rumput laut hanya kadarnya yang laut dangkal yaitu, produsen, penangkap
berbeda (Aslan, 1999). sedimen dan pendaur zat hara.
Salah satu komponen penting yang Alcala (1991) dalam Riniatsih (2007)
berperan dalam pertumbuhan dan keberadaan bahwa perairan bervegetasi lamun mempunyai
jenis rumput laut adalah substrat. Hal ini keanekaragaman dan kelimpahan organisme
didukung oleh pernyataan Bold (1985) yang yang berasosiasi yang lebih tinggi jumlahnya,
menyatakan bahwa seaweed hidup sebagai apabila dibandingkan dengan perairan yang
makrobentos dengan melekatkan diri pada tidak bervegetasi lamun. Untuk itu
substrat yang bervariasi seperti batu-batuan pengelolaan ekosistem padang lamun sangat
atau karang, pada lumpur atau pasir, atau diperlukan untuk menjaga produktivitas
dengan kata lain pada kondisi atau tipe sumbedaya perikanan dan kelestarian
substrat yang sesuai suatu jenis rumput laut kekayaan alam di daerah pesisir. Keterkaitan
ditemukan melimpah. antara kondisi padang lamun dengan kondisi
Lamun merupakan tumbuhan tingkat ekosistem pesisir lainnya yang meliputi
tinggi (Magnoliophyta) yang dapat menyesuai- ekosistem terumbu karang dan hutan
kan diri hidup terbenam di laut dangkal (Wood mangrove sangat berpengaruh terhadap
et al., 1969). Faktor utama yang dapat keseimbangan dan kelestarian sumberdaya
membedakan lamun dengan jenis tumbuhan alam di wilayah pesisir (Tomaschick et al.,
lainnya, seperti rumput laut (seaweed) yaitu 1997). Untuk itu, ekosistem padang lamun
keberadaan bunga dan buahnya yang tampak perlu dijaga kelestariannya karena mempunyai
sangat jelas sehingga antara lamun dan rumput peranan penting dalam menjaga keseimbangan
laut bisa dibedakan dengan mudah ekosistem di perairan laut.
(Nainggolan, 2011).
Di perairan pantai, lamun tumbuh
membentuk padang yang terdiri dari satu jenis
METODE
Grafik 1. Diversitas Rumput Laut, Lamun, Dan Megabentos Pada Tahun 2019 Di Pantai Taman
Nirwana pada stasiun II
Hasil pengamatan tentang diversitas dilokasi pengamatan terdapat beberapa
rumput laut, lamun, dan megabentos pada spesies tumbuhan yaitu lamun, Padina sp,
tahun 2019 di pantai taman nirwana bahwa Turbinaria decurrens, Amphiroa
fragillisima, dan megabentos yaitu yang relatif tinggi. Makroalga dan
porifera, crustacea, gastropoda, molusca, megabentos banyak ditemukan hidup
bivalvia, dan austacea. Lokasi yang berasosiasi di ekosistem padang lamun.
diamati merupakan lokasi yang tidak Makroalga atau rumput laut merupakan
terlalu jauh dari kawasan penduduk dan vegetasi yang sering ditemukan hidup
kawasan pariwisata. Aktifitas masyarakat berasosiasi dengan lamun disuatu perairan.
dan wisatawan disekitar lokasi diduga Keanekaragaman makroalga dipadang
dapat mempengaruhi kondisi padang lamun turut memberikan sumbangan
lamun di lokasi tersebut. Hal ini sesuai nutrient perairan dan ketersediaan tempat
dengan pendapat Tomascick at al (1997) berlindung atau habitat bagi organisme
bahwa tekanan yang sering dialami oleh laut lainnya yang hidup berasosiasi di
ekosistem padang lamun yaitu adanya padang lamun (Kadi,2009).
aktivitas masyarakat dipesisir pantai yang Organisme megabentos yang
banyak memanfaatkan padang lamun paling banyak ditemukan selama penelitian
sebagai tempat menangkap ikan. adalah crustacea sebanyak 22,82%. Hal ini
Kondisi % penutupan lamun diduga karena kondisi lamun yang rapat
dipantai taman nirwana tepatnya pada merupakan habitat yang paling baik untuk
stasiun yang diamati secara umum berlindung bagi berbagai jenis organisme
memperlihatkan kondisi yang cukup baik. laut. Sebagian organisme laut
Persen penutupan lamun dilokasi memanfaatkan padang lamun sebagai
pengamatan termasuk dalam kategori tempat untuk berlindung dan mencari
kondisi sedang dengan penutupan rata-rata makan terutama organisme bentik yang
sebesar 51,7%. Hal ini menunjukkan banyak memanfaatkan detritus serasah
bahwa kondisi padang lamun dilokasi lamun sebagai bahan organik dan bakteri
tersebut masih relatif baik. Biota laut yang sebagai sumber makanannya (Riniatsih
berasosiasi di ekosistem selama dan Widyaningsih, 2007; Pratiwi, 2010).
pengamatan menunjukkan keragaman
Kelompok 1 Kelompok 2
KESIMPULAN
1. Diversitas rumput laut, lamun, dan dari pengukuran suhu, pH, dan
megabentos yang ditemukan di Pantai salinitas memenuhi standar normal air
Nirwana relatif tinggi. Spesies yang laut.
ditemukan meliputi Padina sp, 3. Rata-rata perhitungan lamun pada
Turbinaria, Deccarens, Amphiora stasiun II lebih tinggi, tetapi tidak jauh
fragilissima. Adapun megabentos yang berbeda dengan stasiun I, dikarenakan
ditemukan adalah porifera, crustacea, jarak antara stasiun I dan stasiun II
gastropoda, mollusca, dan bivalvia. tidak terlalu jauh. Pada stasiun II
Kondisi % penutupan lamun di pantai Megabentos yang ditemukan lebih
cukup baik dan biota laut yang banyak daripada stasiun I, dikarenakan
berasosiasi di ekosistem tinggi. pengaruh kerapatan padang lamun
2. Kualitas air laut di Pantai Nirwana masing-masing spesies.
dikategorikan ideal dan baik karena
DAFTRA PUSTAKA
Aslan, L. 1999. Budidaya Rumput Laut. Paparan Terumbu Karang Pulau
(edisi revisi). Penerbit Kanisius. Jakarta Pari Jakarta Utara. Jurnal Ilmu
Dibyowati, L. 2009. Keanekaragaman Kelautan. Vol. 14 (1): 1-5
Moluska (Bivalvia dan Luning, 1990. Seaweed. Their
Gastropoda) di Sepanjang Environmental Biogeography and
Pantai Carita, Pandeglang, Ecophysiology A Willey
Interscience Publication. John
Banten. Skripsi. FMIPA, Institut
Willey and Sonc Inc. New York.
Pertanian Bogor, Bogor.
Pratiwi, R., 2010. Asosiasi Kristacea di Riniatsih, I., dan Widianingsih. 2007.
Kelimpahan dan Pola sebaran
Ekosistem Padang lamun Perairan
Kerang-kerangan (Bivalvia) di
Teluk Lampung. Jurnal Ilmu Ekosistem Padang Lamun Perairan
Kelautan. Vol 15(2):59-65. Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol
Kadi, Achnad. 2009. Rumput Laut Jenis 12(1).
Lokal dan Jenis Pendatang di
Tomascick, T., A.J. Mah, A. Nontji & Ucu, Y. A. 2011. Struktur Komunitas
M.K. Kasim Moosa. 1997. The Moluska di Padang Lamun
Ecology of the Indonesia Seas. Part Perairan Pulau Talise, Sulawesi
One. Periplus Edition (HK) Ltd., Utara. Oseanologi dan limnology di
Singapore. Indonesia Vol.37 (1): 71 – 89.
LAMPIRAN