Peringatan Mati.
Di dalam mengingati mati, manusia ingat 2 (dua) perkara:
1. Perkara sebelum mati.
2. Perkara sesudah mati.
Dari Ibnu Umar Ia berkata, “ Aku pernah bersama Rasulullah saw. Lalu seorang Anshor mendatangi
beliau, ia memberi Salam dan bertanya, Wahai Rasulullah, Mukmin manakah yang paling baik ? Beliau
bersabda, Yang paling baik akhlaknya. Lalu Mukmin manakah yang paling Cerdas, Ia kembali bertanya.
Beliau bersabda : Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan
diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas (HR. Ibnu Majah )
[1] Ziarah kubur, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berziarah kuburlah kalian
sesungguhnya itu akan mengingatkan kalian pada akhirat” (HR. Ahmad dan Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al Albani)[7]
[5] membaca Al Qur’an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan kepada kematian dan sakaratul maut.
Seperti firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya”
(QS. Qaaf : 19)
[6] merenungkan uban dan penyakit yang diderita, karena keduanya merupakan utusan malaikat maut
kepada seorang hamba
[7] merenungkan ayat-ayat kauniyah yang telah disebutkan Allah Ta’ala sebagai pengingat bagi hamba-
hambaNya kepada kematian. Seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor,
badai, dan sebagainya
[8] menelaah kisah-kisah orang maupun kaum terdahulu ketika menghadapi kematian, dan kaum yang
didatangkan bala’ atas mereka
[2] memendekkan angan-angan, karena panjang angan-angan merupakan sebab utama kelalaian;
[3] menjadikan sikap zuhud terhadap dunia, dan ridha dengan bagian dunia yang telah diraih walaupun
sedikit;
[6] mencegah dari berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam menikmati kelezatan dunia;
[7] memotivasi untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat;
[8] melembutkan hati dan mengalirkan air mata, mendorong semangat untuk beragama, dan
mengekang hawa nafsu;
[9] menjadikan diri tawadhu’ dan menjauhkan dari sikap sombong dan zhalim dan; [10] memotivasi
untuk saling memaafkan dan menerima udzur saudaranya.[8]