Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Bireuen, Kota yang dijuluki sebagai kota juang ini, terletak di persisir
utara provinsi aceh. Bireun dikenal semasa agresi belanda pertama dan kedua
(1947 - 1948) dalam upaya mempertahankan Republik Indonesia (RI) dari
penjajah.

Bireuen pernah menjadi ibu kota RI ketiga setelah jatuhnya


Yogyakarta pada tahun 1948. Presiden Soekarna hijrah dari ibu kota RI ke dua
yakni Yogyakarta ke Bireuen pada tahun 1948 selama seminggu Kota Bireuen
menjadi wilayahnya (Soekarno) mengendalikan Indonesia dalam keadaan
darurat.

Gedung Pendopo di Kabupaten Bireuen berada di Kelurahan Kampung


Baru, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireun. Gedung ini berada di
koordinat UTM 47 N 0245318 0575700. Gedung Pendopo ini berada di pusat
kota dengan batas-batas sebagai sebagai berikut:

 sebelah utara berbatasan dengan kompleks perkantoran


 sebelah timur berbatasan dengan Jalan Kuala Raja
 sebelah selatan berbatasan dengan T. Hamzah Bendahara
 sebelah barat berbatasan dengan kompleks perkantoran

Sekilas memang tidak ada ytang istimewa pada Banguna Gedung Pendopo
Bireuen. Hanya sebuah bangunan semi permanen yang berarsitektur Rumah
adat Aceh. Namun siapa sangka dibalik bangunan tua itu tersimpan sejarah
perjuangan kemerdekaan RI.

Gedung Pendopo saat ini dipergunakan sebagai tempat bermusyawarah


kepala daerah kabupaten ( Bupati) gedung ini pada tanggal 16 Juni 1948
pernah digunakan sebagai tempat persinggahan Bung Karno ( Presiden
pertama Indonesia) dalam menjalankan roda pemerintahan selama satu
minggu.
Gedung ini secara tipologi dapat dikategorikan sebagai bangunan kolonial.
bangunan yang bercorak arsitektur kolonial yang dimanfaatkan secara fungsional
pada masa kolonial. Namun demikian, belum diketahui dengan pasti kapan
bangunan ini didirikan. Banyak kalangan memperkirakan bahwa bangunan
meuligoe ini dibangun di atas tahun 1934. Perkiraan ini dikaitkan dengan surat
keputusan Vander Guevernement General van Nederland Indie pada tanggal 7
September 1934 yang diantaranya berisikan pembagian Afdeeling Noord Kust
van Aceh (Kabupaten Aceh Utara) ke dalam tiga kewedanan, salah satunya adalah
Onder Afdeeling Bireun. Untuk keperluan pemerintahan, masing-masing wedana
diberi fasilitas rumah dinas, seperti halnya Meligoe Bireun yang kini menjadi
kediaman resmi Bupati Kabupaten Bireun.

Pada tahun 1948 bangunan ini menjadi markas besar Divisi X Komandemen
Sumatera, Langkat, dan Tanah Karo yang dipimpin oleh Kolonel Husein Joesoef .
Bangunan meuligoe ini juga pernah menjadi tempat menetapnya Presiden
Sukarno selama seminggu pada tahun 1948. Segala urusan pemerintahan sempat
dikendalikan dari meuligoe ini. Saat itu presiden menumpang pesawat Dakota dan
mendarat di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada bulan Juni 1948. Saat itu
presiden disambut oleh Abu Daud Beureuh selaku Gubernur Militer Aceh dan
Husein Joesoef selaku Panglima Divisi X bersama para perwira. alim ulama,
tokoh masyarakat.
Karakter spasial dan visual merupakan aspek penting yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasi suatu gaya bangunan tertentu. Bangunan
kolonial yang terdapat di Indonesia memiliki keragaman fisik namun memiliki
suatu keterkaitan ditinjau dari aspek spasial dan visual. Karakter spasial pada
bangunan kolonial dapat terlihat melalui komposisi ruang yang terdiri dari
simetris, irama, dan sumbu.

Karakter spasial yang terdapat pada bangunan Gedung Pendopo (meuligoe


Bireuen) ini jika diamati dari gesar memiliki kemiripan dengan bangunan
peninggalan kolonial Belanda lainnya yang terdapat di berbagai wilayah di Jawa
Barat. Sistem spasial selalu berkaitan dengan unsur organisasi ruang lainnya, yang
terdiri atas pola ruang, alur sirkulasi, dan orientasi bangunan. Pola ruang
merupakan sifat yang terbentuk dari bentuk ruang serta elemen- elemen
pembatasnya. Alur sirkulasi dalam ruang adalah rute atau arah perjalanan untuk
mencapai ruang dalam bangunan. Alur sirkulasi dalam ruang erat kaitannya
dengan pola ruang yang terbentuk, orientasi ruang erat kaitannya dengan pola
hubungan yang terbentuk antara ruang-ruang yang ada di dalamnya. Keterkaitan
karakter spasial arsitektur dengan bangunan peninggalan kolonial dapat
diidentifikasi dari unsur orientasi bangunan sebagai penghubung antara ruang
dengan lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah :
1. Bagaiman karakter spasial dan visual pada Bangunan Gedung
Pendopo (Meuligo Bireuen) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka


penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

2. 1. Untuk mengetahui Bagaiman karakter spasial dan visual pada


Bangunan Gedung Pendopo (Meuligo Bireuen).

2.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian Penataan Kawasan Wisata Berdasarkan Prinsip-


Prinsip Islami (Penataan Kawasan Wisata Waduk Pusong Lhoekseumawe
Berdasarkan Prinsip Prinsip Islami) ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan tentang bagaimana Karakter Spasial


bangunan meliputi karakter spasial yang dibentuk oleh fungsi ruang,
organisasi ruang, hubungan ruang orientasi bangunan dan orientasi
ruang pada bangunan.
2. Menambah pengetahuan tentang bagaimana Karakter visual pada
sebuah bangunan.
3. Menjadi bahan pembelajaran untuk mahasiswa maupun pemerintahan
tentang bagaimana mengetahui karakter spasial dan visual pada
sebuah bangunan .

Anda mungkin juga menyukai