Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai deraj at Sarjana S-2
Program Studi
Magister Perencanaan Kota dan Daerah
Jurusan llmu-Ilmu Tehnik
diajukan oleh:
Feberien Maail
8890/PS!tv1PKD/O l
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2003
ARAH PERKEMBANGAN DAN
POLA FISIK KERUANGAN PUSAT KOTA AMBON
Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Srujana S-2
Program Studi
Magister Perencanaan Kota dan Daerah
Jurusan Ilmu-IImu Tehnik
diajukan oleh:
Feberien Maail
8890/PS/MPKD/0 I
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2003
Tesis
~
01~0 0Gl:l~~!19o ~~~jir:noao11, 0 ~·0&~. 0 0 Dr. lr. Bonda l:femanislamet, -M.Sc 00 0
Pembimbing Pendamping I
Pembimbing Pendamping II
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Kota Ambon, kota utama di Propinsi Maluku, melayani lingkup lokal maupun
regional. Kota Ambon semula berawal dari Kawasan Pusat Kota Ambon atau disebut
Kota Ambon Lama. Penambahan penduduk, aktivitas dan fungsi kota menyebabkan
Kawasan Pusat Kota Ambon berkembang pesat yang ditandai perkembangan fisik
keruangan berupa pertambahan area terbangun kota. Perkembangan fisik keruangan
kota dari tabun 1940 sampai 2002 menunjukan perkembangan yang pesat, namun
dibatasi oleb bambatan alam berupa taut dan perbukitan, sebingga arab
perkembangan dan pola fisik keruangan kota bersifat dinamis dari waktu ke waktu.
Tujuan penelitian ini adalab mengidentifikasi arab perkembangan dan pola fisik
keruangan Kawasan Pusat Kota Ambon dari tabun 1940 sampai dengan tahun 2002,
serta menemukenali faktor-faktor apa saja yang dominan berpengarub terbadap
perkembangan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deduktif kualitatif dengan
pendekatan rasionalistik. Metode penelitian rasionalistik ini menggunakan variabel
dan indikator teoritis yang digunakan dalam mengkaji perkembangan fisik kota.
Analisis terbadap arab perkembangan dan pola fisik keruangan kota dilakukan
dengan teknik rekonstruksi peta berjajar (serial reconstruction map) dengan tumpang
susun (overlay) peta. Analisis terbadap faktor-faktor pengarub dilakukan berdasarkan
analisis data primer dan sekunder yang diolab ke dalam matrik faktor perkembangan.
Berdasarkan basil penelitian diketabui babwa: ( 1) perkembangan fisik kota
yang tercermin dari perubaban penggunaan laban dan perkembangan laban
terbangun, menunjukkan babwa arab perkembangan yang dominan pada periode
tabun 1940-1960 terjadi di bagian barat daya, periode 1960-1997 terjadi di semua
bagian kota dan periode tabun 1997-2002 terjadi di bagian timur ]aut dan tenggara
Kawasan Pusat Kota Ambon, (2) pola perkembangan fisik yang terjadi di Kawasan
Pusat Kota Ambon pada tahun 1940-1970 adalab perkembangan konsentris dan
memanjang, sedangkan pada periode tabun 1970-2002 adalah perkembangan
konsentris, memanjang dan melompat (3) faktor-faktor dominan yang secara menerus
mempengaruhi perkembangan fisik Kawasan Pusat Kota Ambon dari tabun 1940-
2002 adalah jaringan jalan, aksesibilitas, fasilitas kota, barga tanab serta sistem sewa
beli Tanah Dati dan Tanah Negeri yang murab.
ABSTRACT
Ambon City is the primary town in Maluku Province that serves local and
even regional area. Ambon City starts to grow from Ambon City Center Area or called
The Old City of Ambon. Factors of urban growth i.e. population growth, city activity
and the growth of city function cause Ambon City Center Area to grow fast, that
marked by its physical spatial development in such city built up area. Physical spatial
development of the city, from 1940 until2002, shows fast growth condition, but it was
constrained by natural obstruction such as ocean and hill. As a result, the development
direction and physical spatial pattern of the city became dynamic from time to time.
The research objective was to identify the development direction and physical spatial
pattern of the growth of Ambon City Center Area from 1940 until 2002, and also to
identify the dominant factors of the urban growth which influence the development of
the city.
This research used deductive-qualitative research method, with facilitated
rationalistic approach. This rationalistic method was conducted using theoretic
variable and indicator, which was used to examine city physical development. The
analysis of city development direction and physical spatial pattern were conducted
through the tecnique of serial reconstruction map by overlaying the maps to get the
spatial pattern of the development. The analysis of the influencing factors was
implemented based on primary and secondary data analysis by putting the data into
table or matrix of development factors.
The result of the research were: ( 1) city physical development, as seen from its
land use and built-land development conversion, shown the dominant development
direction in south-western part in period 1940-1960, dominant development direction
in whole part of the city in period 1960-1997, and dominant development direction in
eastern and north-eastern part of Ambon City Center Area in period 1997-2002, (2)
physical development pattern that occur in Ambon City Center Area was a concentric
one and a linear development pattern in period 1940-1970, while in period 1970-2002
was a concentric again, mixed with linear and leaped pattern, (3) The dominant
factors that continuously occur in period 1940 until 2002 were road network,
accessibility, city facility, land price and cheap rent-buy Tanah Dati or Tanah Negeri
system.
Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan :
Jlka Tuhan menghendak lnya, kaml akan hidup dan berbuat
lnl dan ltu
(Kitab Yakobus 4:15)
Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, oleh karena bimbingan serta
pertolonganNya, penulis dapat menyelesaikan Tesis pada Program Magister
Perencanaan Kota dan Daerah (MPKD) Universitas Gadjah Mada yang betjudul
"ARAH PERKEMBANGAN DAN POLA FISIK KERUANGAN PUSAT KOT A
AMBON". Bagi Dia-Iah segala puji syukur, hormat dan kemuliaan.
VI
8. Orang~rang terkasih: Rudy, Wenda dan Aditya~ Rohny dan Me is, keluarga,
sahabat-sahabat dan ternan-ternan atas dukungan doa dan kasih serta segala
bantuan yang telah penulis dapatkan.
9. Bapak J.D. Maail dan lbu M. Laturnaerissa: orang tua terkasih, atas dukungan
doa, cinta kasih serta segala pengorbanan dan bantuan yang selama ini telah
penulis dapatkan. Orang tua yang rnendedikasikan hidup dan kehidupannya untuk
kesejahteraan anak-anaknya, rnenjadi ternan sekaligus sahabat yang baik.
Hormat Penulis,
FEBERIEN MAAIL
NIM : 8890/PSIMPKD/0 1
DAFTAR lSI
Halaman
Halaman Judul
Hal am an Pengesahan .................................. ............................ . II
Pemyataan Ill
Inti sari IV
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar lsi V111
Daftar Tabel xu
Daftar Gambar XVI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Masalah 1
1.2. Perumusan Masalah 9
1.3. Tujuan Penelitian 9
1.4. MantaatPenelitian 9
1.5. Lingkup Penelitian 10
1.6. Keaslian Penelitian 11
1.7. Sistimatika Penulisan 13
viii
2.6. Defiisi Operasional 33
2.7. Kerangka Teori 34
Halaman
Tabel I Perbandingan Luas, Penduduk dan Daerah Terbangun
Kawasan Pusat Kota Ambon dan Kota Ambon
Tahun 1985 dan 1995 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ...... 7
Tabel2 Perbedaan Teori Konsentris, Teori Sektor dan
Teori Pusat kegiatan Ganda ... .. . .. . ... ... ... .. . ... ... ... 33
Tabel3 Matriks Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Fisik Kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
Tabe14 Parameter, Variabel dan Indikator Penelitian... .. . . . . .. . 49
Tabel5 Nama dan Luas Kelurahan/ Desa di Kawasan
Pusat Kota Ambon . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
Tabel6 Jumlah dan Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan/
Desa Pusat Kota Ambon . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
Tabel 7 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kelurahan/ Desa
Pusat Kota Ambon . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
Tabel8 Kepadatan Penduduk Bruto Menurut Kelurahan/ Desa
Pusat Kota Ambon .................................. ......... 80
Tabe19 Kepadatan Penduduk Netto Menurut Kelurahan/ Desa
Pusat Kota Ambon .................................. ......... 81
Tabel10 Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Beketja
Menurut Lapangan Ketja Utama di Kota Ambon ....... 83
Tabel 11 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut
Pendidikan Tinggi Yang Ditamatkan di Kota Ambon .. 84
Tabel12 Persentase Penduduk Menurut Agama di Kota
Ambon .................................. .................... 85
Tabe113 Persentase PDRB ADHK Kota Ambon Menurut
Lapangan Usaha Tahun 1983, 1990, 1997 dan 2001 .... 87
Tabel14 Persentase PDRB ADHB Kota Ambon Menurut
Lapangan Usaha Tahun 1983, 1990, 1997 dan 2001 . . . . 89
Xll
Xlll
Hal aman
Gambar 1 Letak Kota Ambon Dalam Propinsi Maluku . . . . . . . . . 3
Gambar2 Pola Perkembangan Fisik Kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
Gambar3 Teori Struktur dan Pola Keruangan Kota . . . . . . . . . . . . 32
Gambar4 Kerangka Penelitian . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
Gambar 5 Lokasi Penelitian 40
Gambar6 Diagram Alur Penelitian . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
Gambar7 Peta Orientasi Pusat Kota Ambon...................... 66
Gambar 8 Peta Administrasi Pusat Kota Ambon ... ... . .. ..... 67
Gambar9 Peta Kemiringan Lereng Pusat Kota Ambon 68
Gambar 10 Peta Geologi Pusat Kota Ambon 69
Gambar 11 Rata-Rata Kondisi Curab Hujan dan Hari Hujan
Kota Ambon Tabun 1994-2002 ... ...... ... ... ... ... ... 75
Gambar 12 Perkembangan PDRB ADHK Kota Ambon Menurut
Lapangan Usaba Tabun 1983, 1990, 1997 dan 2001 . 88
Gambar 13 Perkembangan PDRB ADHB Kota Ambon Menurut
Lapangan Usaha Tabun 1983, 1990, 1997 dan 2001 . 89
Gambar 14 Peta Sebaran Fasilitas Sosial Pusat Kota Ambon 99
Gambar 15 Peta Sebaran Fasilitas Perdagangan Pusat Kota
Ambon ..................................................... 104
Gambar 16 Peta Sebaran Fasilitas Perkantoran dan Jasa
Pusat Kota Ambon ....................................... 10~
xvi
XVII
PENDAHULUAN
masalah, tujuan yang ingin dicapai dan manfaat yang diharapkan serta lingkup
dukungan sarana dan prasarana yang memadai serta tersedia lapangan ketja,
menyebabkan kota merupakan tempat yang strategis bagi manusia dengan segala
aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Keadaan ini didukung juga karena kota
kegiatan perdagangan serta pusat kegiatan sosial dan ekonomi yang memberikan
interaksi dengan kota-kota lain dan daerah sekitamya. Secara fisik, perkembangan
suatu kota dicirikan dengan jumlah penduduk yang makin bertambah dan makin
2
fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial dan ekonomi kota (Branch, 1995).
maka dibutuhkan lahan untuk menampung aktivitas kota. Seringkali lahan yang
tersedia sangat terbatas di kota, karena itu aktivitas tadi sering diarahkan ke
pinggiran atau ke luar kota yang relatif masih mudah mendapat lahan barn dan
nilai lahannya lebih murah dibandingkan dengan pusat kota. Selain itu tersedianya
menyebabkan aktivitas di pinggiran dan luar kota menjadi pilihan. Keadaan ini
pinggiran dan luar kota, sehingga mempengaruhi perubahan fisik ruang kota yang
waktu yang cukup lama, dan manusia sebagai pelaku utama (Bintarto, 1977a ;
Zahnd, 1999). Yunus (2001) menyatakan perubuhan fisik ruang tersebut dapat
morphological approach).
Kota Ambon yang adalah ibukota Propinsi Maluku (Gambar 1) memiliki sejarah
3
yang cukup panjang. Kota Ambon telah dikenal sejak abad ke-16 oleh karena
basil rempah-rempah dari Kepulauan Maluku. Hasil bumi utama Pulau Ambon
adalah cengkih, pala dan fuli yang di pasaran intemasional dikenal sebagai The
rempah.
Au
"\
KotaAmbon ,_
• Kep . Kei ~ - - - - - - - - - ...,_
Laut Banda
.~ ,\? ':~1
-.
Kep . Aru
..
ro""
1/
1576 di tepi pantai Honipopu. Benteng yang oleh penduduk disebut dengan "Kota
(Pemerintah Kota Ambon, 2003). Ketika bangsa Belanda merebut benteng "Kola
Laha" dari Portugis pada 23 Pebruari 1605 lokasi perkampungan yang ramai
masih berada di sekitar benteng, oleh karena itu ketika Pemerintah Hindia
ke 18 dan 19, maka kota Ambon menjadi kota yang berkembang. Faktor-faktor
(Juningsih dan Kartodirdjo, 1996) adalah faktor internal dan faktor eksternal.
sebagai kota yang ramai sebagai pusat aktivitas pertukaran barang. Selain itu
faktor eksternal meliputi interaksi dan potensi ekonomi daerah sekitar kota
Ambon dan pulau-pulau sekitar seperti Buru, Seram dan Lease, telah menjadikan
kota Ambon sebagai tempat untuk mengekspor rempah-rempah dan pasar bagi
basil buminya.
Selama lebih dari empat abad belakangan, Kota Ambon mengalami pasang
kehancuran fisik ketika pengeboman udara oleh Jepang, selanjutnya pada tahun
1945 kehancuran fisik teijadi akibat pengeboman oleh pasukan Sekutu tmtuk
merebut kembali Maluku dan tahun 1950 mengalami kehancuran fisik ketika
banyak bangunan fisik kota mengalami kkehancuran, namun struktur kota Ambon
tidak banyak berubah sejak abad ke-17, yang dapat dilihat dari struktur jalan,
Ambon telah sejak abad ke-17, yaitu 3 ruas jalan utama yang membentang dari
utara menuju selatan pusat kota dan 3 ruas jalan utama yang membentang dari
barat menuju timur pusat kota, dimana fasilitas-fasilitas sosial dan permukimnan
rata-rata 13,09 ha per tahun sampai tahun 2002. Namun perkembangan ini terusik
kembali, ketika teijadi kerusuhan sosial di Kota Ambon pada awal tahun 1999.
surut, Kota Ambon mulai bertwnbuh dari kawasan pusat kota sekarang. Hal ini
terkait dengan struktur kota yang telah terbentuk sejak abad ke-17. Selain itu sejak
awalnya kota Ambon berfungsi sebagai pusat pemerintahan serta pusat pelayanan
sosial dan ekonomi. Hal ini terlihat dari adanya berbagai fasilitas untuk
sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk datang dan menetap. Hal ini
penduduk seperti pennukiman dan prasarana ekonomi dan sosial, yang secara
menampung akitivitas di Kota Ambon, maka pada tahun 1979 Kota Ambon
wilayah Kota Ambon adalah meliputi Kota Ambon Lama yang telah terbentuk
sejak masa Hindia Belanda seluas 4,02 km2 , berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 6 Tahun 1888 tanggal16 Mei 1888 dan
Nusaniwe, Sirimau dan Teluk Ambon Baguala. Mengacu pada Rencana Tata
Ruang Kota Ambon Tahun 1994, kawasan Kota Ambon Lama dan sekitamya
dinamis seiring dengan fungsi Kota Ambon yang melayani lingkup lokal Kota dan
pusat perdagangan, ekonomi dan keuangan, pusat pendidikan dan pusat pelayanan
Jika dibandingkan dengan Kota Ambon, maka luas Kawasan Pusat Kota
adalah 3,94% dari luas kota Ambon, dengan jumlah penduduk pada tahun 1990
adalah 59,69% dari penduduk Kota. Dengan jumlah penduduk yang besar,
membawa implikasi bagi perubahan ruang di Kawasan Pusat Kota, dimana pada
tahun 1980 sampai 1990 laju pertumbuhan area terbangun adalah 2,84% (Tabel
1). Namun demikian, perkembangan fisik keruangan pusat kota ini dibatasi oleh
perairan Teluk Ambon di bagian utara dan daerah perbukitan yang membentang
dari bagian bamt daya sampai timur taut kota. Kondisi ini disebabkan oleh letak
menyebar merata ke segala arab, tetapi menyusuri pesisir pantai yang datar dan
pola fisik keruangan kota Ambon berbentuk setengah lingkaran menyerupai kipas
yang menJan.
pelayanan di Kawasan Pusat Kota sehubungan dengan fungsi kota Ambon yang
melayani lingkup lokal dan regional, maka perkembangan fisik keruangan Pusat
perbukitan sekitamya. Hal ini telah menyebabkan telah tetjadi pengurangan debit
air pada sumber-sumber air utama di kota Ambon yang diakibatkan oleh
berubahnya fungsi kebun campuran dan hutan menjadi permukiman dan fungsi-
fungsi perkotaan Jainnya. Pada masa yang akan datang, hal ini dikhawatirkan akan
penyangga merupakan daerah resapan air bagi Kota Ambon. Selain itu dapat pula
terbatas, maka tempat-tempat ini akan mengalami kesulitan mendapat sarana dan
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini penting untuk melihat arah
perkembangan dan pola fisik keruangan yang terjadi di Kawasan Pusat Kota
pembentukannya.
9
1. Seperti apakah arab perkembangan dan pola fisik keruangan Kawasan Pusat
keruangan Kawasan Pusat Kota Ambon dari tahun 1940 sampai 2002?
adalah:
keruangan Kawasan Pusat Kota Ambon dari tahun 1940 sampai 2002.
keruangan Kawasan Pusat Kota Ambon dari tahun 1940 sampai 2002.
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan bahan pembanding untuk
kota.
4. Bagi Pemerintah Kota Ambon, penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
Penelitian ini difokuskan pada arah perkembangan dan pola fisik keruangan
kota yang disebabkan oleh perubahan fungsi lahan dari lahan non terbangun
secara horisontal. Lokasi penelitian dibatasi pada Kawasan Pusat Kota Ambon,
yaitu kawasan perkotaan di Kota Ambon yang saat ini meliputi 21 kelurahan/desa.
fisik keruangan Kawasan Pusat Kota Ambon dan faktor - faktor yang
yang mempengaruhi perkembangan dibagi dalam 5 peri ode yaitu periode sebelum
tahun 1970, periode tahun 1970-1980, periode tahun 1980-1990, periode tahun
keruangan kota sebelum teijadi kerusuhan sosial di kota Ambon tahun 1999, serta
periode 1997 - 2002, untuk melihat perkembangan fisik keruangan kota sesudah
I. Saijono ( 1996 ), meneliti tentang percepatan dan perkembangan fisik kota dan
negatif yang timbul akibat pemekaran fisik kota. Lokus penelitian adalah Kota
disebabkan oleh faktor potensi sendiri atau akibat pengaruh penjaran fisik kota
4. Setyarto, Ardi (2001 ), meneliti tentang perkembangan fisik kota dengan fokus
paradigma rasionalistis.
5. Siahaya, Fransz Semuel (200 1), meneliti ten tang evaluasi perkembangan
fokus pada mekanisme, pola dan arab perkembangan fisik kota pada periode
Pusat Kota Ambon, dengan fokus pada arab perkembangan dan pola fisik
Bab I Pendahuluan
penelitian.
temuan penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
untuk mengenal pola perkembangan fisik kota secara wnum serta faktor-faktor
dalam tinjauan pustaka antara lain: ( 1) batasan dan pengertian kota dan
laban, (3) morfologi dan pola perkembangan fisik keruangan kota (4) faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik kota, (5) struktur dan pola
komponen dan unsur, baik itu komponen yang terlihat secara fisik seperti
perumahan dan prasarana umum hingga komponen non fisik seperti kekuatan
Branch (1995) memberikan pengertian kota dari berbagai segi. Kota secara
fisik adalah area-area terbangun perkotaan yang terletak sating berdekatan, yang
meluas dari pusatnya hingga ke arab pinggiran kota. Selain itu kota secara fisik,
juga berisikan struktur atau bangunan lain, yang bukan berupa gedung, seperti
15
16
lain yang bukan berbentuk bangunan. Pada pengertian lain, kota secara sosial
penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa, untuk mendukung
Pengertian kota secara fisik, sosial dan ekonomi tersebut, oleh Hoekveld
dalam Daldjoeni ( 1998) dikemas dalam beberapa defenisi, yaitu (1) kota
berdasarkan morfologi, yaitu bentuk fisik kota dengan gedung-gedtmg tinggi serta
berdekatan; (2) kota berdasarkan jumlah penduduk; (3) kota dari segi hukum
dengan adanya hak-hak hukum bagi penghuninya; (4) kota dari segi ekonomi
dimana kehidupannya non agraris, industri dan perdagangan; dan (5) kota dari
kekeluargaan.
Kota merupakan tempat tinggal dan tempat bekerja bagi sebagian penduduk
dengan jwnlah yang cukup besar atau persentase sangat besar, dan merupakan
tempat yang dapat memberikan peluang atau harapan untuk mendapat kehidupan
yang lebih baik atau layak bagi sekelompok orang atau sekelompok besar
masyarakat ataupun penduduk dari pinggiran kota ataupun desa - desa terpencil
17
untuk berpindah ke kota dari waktu - ke waktu. Sedangkan dari sisi ekonomi,
Pengertian kota yang disampaikan oleh Jayadinata (1999) juga dilihat dari
sangat padat atau memiliki pemukiman yang sangat rapat, serta aktivitas
2. Kota secara hukum di Indonesia terdapat 4 kota: (1) ibu kota nasional; (2) ibu
kota propinsi; (3) ibu kota kabupaten dan kota; (4) serta kota administratif.
Indonesia (untuk keperluan statistik) yang disebut kota adalah tempat dengan
4. Dalam pengertian yang lebih umum, kota adalah tempat yang mempunyai
yang Iebar, pasar yang luas, beserta pertokoannya, jaringan kawat listrik dan
segi geografi sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan strata ekonomi yang heterogen. Atau
dapat dikatakan kota merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-
unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup
besar serta corak kehidupan yang bersifat heterogen dibandingkan dengan daerah
18
tern pat bekerja, tempat hid up dan tempat rekreasi, sedangkan secara fisik (dari
dikelilingi atau dibatasi oleh jalur-jalur jalan atau sungai yang diselilingi oleh
geografi umum adalah seluruh pennukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera,
tempat hidupnya makluk hidup, sedangkan menurut geografi regional ruang dapat
diartikan sebagai wilayah yang memiliki batas geografis, dalam arti batas
menurut keadaan fisik, sosial atau pemerintahan, yang teijadi dari sebagian
permukaan bumi dan lapisan tanah dibawahnya serta lapisan udara di atasnya.
Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang adalah wadah yang meliputi ruang
daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan hidupnya.
Pengertian fisik ruang kota adalah area - area terbangun di perkotaan yang
letaknya saling berdekatan serta meluas dari pusat kota ke daerah pinggiran kota
(Branch, 1995). Secara fisik ruang kota terdiri dari bangunan - bangunan dan
kegiatan yang terletak diatas atau dekat dengan muka tanah, instalasi - instalasi di
bawah tanah dan kegiatan - kegiatan di dalam ruangan kosong di angkasa. Selain
19
itu secara fisik ruang kota berisikan struktur atau bangunan selain bangunan
gedung berupa jembatan, gorong- gorong, saluran irigasi dan pengendali banjir,
jaringan utilitas umum, gardu - gardu listrik, fasilitas pengolahan limbah, bak -
topografi tapak, (2) bangunan-bangunan, (3) struktur atau bangunan lain yang
bukan bangunan gedung, seperti jembatan, fasilitas pengolahan lim bah, (4) jalur-
jalur transportasi dan utilitas kota, (5) ruang terbuka kota, (6) kepadatan
perkotaan, (7) pengaruh iklim, (8) vegetasi dan (9) perancangan kota. Pada sisi
lain, Sandy ( 1982 ), membedakan fisik ruang kota sebagai ( 1) lahan terbangun
pelayanan jasa (kantor-kantor, sekolah, puskesmas, dan rumah ibadat); (3) lahan
kegiatan usaha perdagangan (ruko, dan tempat rekreasi); dan (4) lahan terbangun
Beberapa ahli lain, menekankan bentuk fisik ruang kota sebagai tinjauan
tercermin pada sistem-sistem jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah
dalam Yunus (2001) telah memperkenalkan 3 unsur morfologi kota, yaitu: (1)
unsur-unsur penggunaan lahan, (2) pola-pola jalan dan (3) tipe-tipe bangunan.
20
keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Sorotan perubahan keadaan
tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk analisa ruang
secara abstrak, melainkan dipengaruhi oleh proses dimensi waktu yang cukup
lama, dilakukan oleh manusia dan berkaitan erat dengan produk. Hal inilah yang
merata dan perembetan teijadi paling cepat pada jalur transportasi yang sudah
tersedia. Selain itu teijadi pertumbuhan di daerah pertanian dan terpencar secara
sporadis.
kota dan (2) aspek yang menyangkut perluasan dan pemekaran kota (Bintarto,
1977a). Sebagai tanda-tanda perkembangan kota dapat dilihat dari perluasan atau
ekspansi keruangan (spatial expansion) kota dari suatu proses waktu. Selanjutnya
transportasi.
21
Chapin .and Kaiser (1979) menyatakan bahwa stmktur mang kota sangat
dipengaruhi oleh 3 sistem, yaitu sistem kegiatan, sistem pengembangan lahan dan
sistem lingkungan alam. Sistem kegiatan berkaitan dengan cara manusia dan
dan saling berinteraksi dengan waktu dan mang. Sistem pengembangan lahan
manusia dalam menampung kegiatan yang ada dalam susunan sistem kegiatan.
Sedangkan sistem lingkungan berkaitan dengan kondisi biotik dan abiotik yang
dibangkitkan oleh proses alamiah yang berfokus pada kehidupan tumbuhan dan
hewan, serta proses-proses dasar yang berkaitan dengan air, udara dan material.
sosial.
Pada sisi lain, terdapat pula perubahan pemanfaatan lahan, yang pada
kota. Doxiadis (1968) menyatakan bahwa ada 2 tipe dasar pengembangan kota
permukiman barn, termasuk didalamnya permukiman yang sama sekali barn dan
bahwa transfonnasi adalah proses yang sangat nonnal, karena merupakan bentuk
hanya terjadi satu kali, sementara transformasi dapat terjadi berulang kali.
(the square city), berbentuk empat persegi panjang (the rectangular cities),
berbentuk kipas (jan shaped cities), berbentuk bulat (rounded cities), berbentuk
pita (ribbon shaped cities), berbentuk gurita/ bintang (octopus/ star shaped cities)
dan berbentuk yang tidak berpola (unpalterned cities). Selain itu terdapat pula
kota dengan bentuk-bentuk yang tidak kompak, seperti kota dengan bentuk
pertumbuhan kota (Gist and Halbert dalam Yunus, 1978; Zahnd, 1999), yaitu:
b. Pertumbuhan Memampat, teijadi jika pada wilayah kota masih cuk:up tersedia
kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan bagi peruntukan kegiatan yang lain.
macam, yaitu (1) Axial lateral growth, pertumbuhan kota memanjang karena
dan (3) Coalescent lateral growth, pertumbuhan kota teijadi karena adanya
gabungan dari pertumbuhan tipe axial dan thematic untuk pusat-pusat kegiatan
yang berbeda.
kekotaan yang besar. Oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota terbatas, maka
sering teijadi invation, pengambilan alihan lahan non urban di pinggiran kota oleh
luar disebut urban sprawl (Northam dalam Yunus, 2001). Proses penjalaran
kota (Gambar 2), dapat dibedakan atas (I) Penjalaran konsentris, yaitu
penjalaran fisik kota yang mempunyai sifut rata pada bagian luar, cenderung
mengikuti pola jaringan jalan dan menunjukkan penjalaran yang tidak sama pada
dan (3) Penjalaran melompat, yaitu penjalaran fisik kota yang tidak mengikuti
A B c
Q Intikota
kenampakan utama yaitu bentuk konsentris (uni nodal! concentric), bentuk simpul
Suatu kota dapat berkembang secara alamiah ataupun secara teratur dan
fungsi perkotaan dari bagian dalam kota menuju kebagian luar; dan (2) kekuatan
pergerakan penduduk serta fungsi-fungsi yang tetjadi dari bagian luar kota
daerah asal pergerakan (place of origin) dan fak1or penarik (pull forces), yaitu
dari kekuatan ruang yaitu kekuatan pendorong seperti kepadatan lalu lintas
dan kepadatan penduduk pada bagian dalam kota; dan kekuatan penarik dari
2. Kekuatan-kekuatan site (sail forces), yaitu kekuatan yang timbul dari kekuatan
site/ lokasi yaitu kekuatan pendorong seperti penggunaan laban yang terlalu
intensif di dalam kota, sedangkan kekuatan penarik dari luar kota seperti
dan pajak yang tinggi, serta larangan tertentu yang ada dalam tatanan
dan pajak yang rendah serta kebebasan yang lebih banyak dalam tatanan
kehidupan masyarakatnya.
fungsi ditinjau dari status dan organisasi sistem fungsi tersebut. Kekuatan
bentuk fungsi yang moderen, bebas kepadatan lalu lintas dan fasilitas transport
kekuatan yang timbul dari adanya persepsi manusia terhadap nilai-nilai yang
site (site forces) yaitu daya tarik pusat kota dengan fungsi tertentu yang menarik
kegiatan-kegiatan tertentu yang telah terkenal di bagian dalam kota, dan (5)
martabat manusia.
Sementara itu Sujarto (1990) menyatakan bahwa ada 3 faktor utama yang
faktor kegiatan manusia dan fuktor pola pergerakan antar pusat kegiatan manusia
yang satu dengan pusat kegiatan manusia yang lainnya. Faktor manusia adalah
kegiatan hubungan regional yang lebih luas. Sedangkan faktor pola pergerakan
fungsi kegiatannya.
akan tuntutan kebutuhan ruang. Tuntutan kebutuhan ruang ini akan tercermin
kepada perkembangan dan perubahan tata guna lahan kota, yang kemudian oleh
kota yang dikenal dengan pemekaran kota dipengaruhi oleh fuktor dari dalam dan
pengembangan kota dan (2) desakan-desakan warga kota akibat dari pertambahan
angka kelahiran. Pengaruh dari luar berupa berbagai daya tarik dan interaksi
29
yaitu Jatar belakang sejarah dan sumber-sumber alam. Secara lebih rinci unsur-
unsur yang mempengaruhi perkembangan kota adalah (1) letak, (2) iklim dan
relief, (3) swnber alam, (4) tanah, (5) demografi dan kesehatan, (6) kebudayaan
dan pendidikan, (7) unsur teknologi dan elektrifikasi dan (8) transportasi dan lalu
lintas.
perkembangan kota lebih mengacu kepada faktor internal atau situasi dan kondisi
setengah lingkaran. Kota yang berada di tanah yang datar dapat berkembang
kota.
Pada sisi lain, Yunus (2001) menyatakan bahwa ekspresi keruangan kota
dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik yang berpengaruh
Sedangkan faktor non fisik antara lain kegiatan penduduk (politik, sosial, budaya
jumlah penduduk, perencanaan tata ruang, perencanaan tata kota, zoning dan
(antara lain industri-industri dan perumahan) mempunyai peranan yang besar pula
kota.
kota yaitu: (1) pertumbuhan penduduk (population growth); (2) persaingan dalam
aliran orang, barang maupun informasi yang berdampak pada perubahan spasial
kota.
faktor yang berlaku sesaat dan mudah berubah dalam jangka pendek (siluasionaf)
dan faktor yang mempengaruhi dalam jangka yang panjang dan berlaku terus-
menerus dalam waktu lama (long period). Kombinasi fuktor pengaruh situasional
penggunaan ruang.
Kota memiliki struktur yang tampak kompleks, namun jika dicennati akan
mrnunjukan bentuk yang khas dan mirip dengan kota-kota lain pula (Daldjoeni,
1998). Secara garis besar, pola keruangan kota yang juga mengambarkan struktur
interen kota, dapat dibedakan dalam 3 bentuk utama (Hudson, 1974; Yunus, 1978;
Daldjoeni, 1997; Koestoer, 2001; Ytmus, 2001), yaitu: (1) Model Konsentris, (2)
tumbuh sedikit demi sedikit kearah luar dan karena semua bagian-bagiannya
district) sebagai intinya. Zone-zone tata gw1a lahan ini berlokasi di suatu tempat
yang pasti dari pusat kegiatan dengan cara mengikuti usia dan karakter kegiatan
tiap zone, dan bertalian langsWlg dengan nilai tanah (Gambar 3.a).
m l!J
a. T eori Konsentris b. Teori Sektor c. Teori Pusat
Kegiatan Ganda
Model sektor mengacu pada Teori Sektor (The Sector Theory), didasarkan
pada analisa "out growth of sectors" sebagai elemen utama perkembangan kota.
dalam suatu kota, menyebar dari pusat ke arah luar berupa wedges (sektor-sektor)
sektor yang telah ada terlebih dahulu. Alasan ini terutama didasarkan pada
kenyataan bahwa didalam kota-kota terdapat variasi sewa tanah, yang dipengaruhi
Model pusat kegiatan ganda mengacu pada Teori Pusat Kegiatan Ganda
(The Multiple Nuclei Theory). Teori ini menyatakan bahwa sesuatu kota dibentuk
oleh pusat-pusat kegiatan fungsional kota yang tersebar dan masing-masing pusat
pinggiran kota, berisikan juga struktur atau bangunan lain yang bukan berupa
gedung, seperti jembatan, jaringan utilitas urn urn dan jalur-jalur transportasi.
ruang yang berkaitan dengan penggunaan lahan dalam suatu ruang wilayah
34
(dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun), yang tetjadi dari waktu
development).
tersedia cukup lahan di pinggiran kota, tersedia transportasi yang memadai dan
rendahnya harga tanah di pinggiran kota. Proses perkembangan fisik kota secara
keruangannya.
maupun non fisik dan manusia adalah kunci utama perkembangan kota. Faktor-
faktor tersebut dapat berupa kekuatan centrifugal dan sentripetal yang secara
1. Faktor Fisik, terdiri dari kondisi fisik wilayah, jaringan jalan, aksesibilitas,
tempat dicapai dari tempat lain yang dapat dilihat dari bertambahnya rute
fasilitas kota berhubungan dengan fungsi kota dan jenis sarana prasarana
perkotaan yang ada, seperti prasarana ekonomi, sosial dan jasa; sedangkan
2. Faktor Non fisik, terdiri dari kondisi perekonomian kota, harga tanah,
sejarah kota.
36
pinggiran kota yang harga tanahnya murah menjadi pilihan dan sekaligus
arah luar. Selain itu kebijakan pemerintah kota dan Jatar sejarah kota dapat
didapat faktor yang tetjadi secara menerus (long period) atau tidak menerus/
sesaat (situasional).
ARAHPERKEMBANGAN~~~--~
DAN POLA FISIK ""
KERUANGAN KOTA
(EMPIRI)
METODE PENELITIAN
alat penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta parameter,
3. 1. Pendekatan Penelitian
menjelaskan hasil penelitian secara konseptual. Menurut Glaser dan Strauss dalam
fase yaitu : (1) melakukan pembuatan design penelitian; (2) pengumpulan data-
data yang berhubungan dengan topik penelitian; (3) penyusunan datal dapat
dibuat melalui tabel - tabel; (4) Melakukan analisis data; dan (5) melakukan
wawancara dan data sekunder. Hal ini dilakukan melalui suatu rangkaian kajian
secara logis (rasional) dan eksploratif terhadap parameter, variabel dan indikator
38
39
3. 2. Batasan Penelitian
spasial kota) khususnya Kawasan Pusat Kota Ambon yang disebabkan oleh
perubahan fungsi laban akibat kegiatan manusia dari laban non terbangun menjadi
Perubahan tersebut akan ditinjau berdasarkan perolehan data sebelum tahllll 1970
dan setelah tahllll I 970 sampai 2002. Selain itu juga dilihat faktor-faktor yang
3. 3. Wilayah Penelitian
Pusat Kota Ambon. Kawasan Pusat Kota Ambon adalah wilayah perkotaan Kota
Gambar 5.
3. 4. Prosed or Penelitian
sebagai berikut:
40
lapangan.
terkait.
pencatatan dan penggambaran kondisi empiris keadaan fisik kota. Selain in1
c. Melakukan analisis terhadap data primer dan sekunder, yaitu analisis pola
yang ada, dipetakan secara time series, sebagai serial reconstruction map dan
terjadi.
1. Foto Udara Kawasan Pusat Kota Ambon Tahtm 1985 dan 2002.
yang berhubtmgan.
kota.
terkait seperti : BAPPEDA, Dinas Tata Kota, Badan Pertanahan Nasional (BPN),
Badan Pusat Statistik, Kantor Camat, PLN, PDAM, Dinas Pekerjaan Umum,
Kantor Walikota dan Perpustakaan Nasional Propinsi Maluku. Selain itu juga
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, berupa alat tulis, kertas, tape
lain peta topografi, peta penggunan lahan, peta jaringan prasarana jalan, listrik dan
43
air bersih, data sejarah Kota Ambon, data Kota dan Kecamatan Dalam Angka,
lapangan dan wawancara dengan pada tokoh- tokoh pemerintah dan masyarakat
kota. Unit amatan adalah 21 kelurahan/ desa yang berada di Kwasan Pusat Kota
dengan peta-peta tematis. Data kuantitatif yang ada diolah dan didiskripsikan
secara kualitatif.
44
····-···········-----········----------·-·-----------------------····-T·--····-----------·······-"-------------·-····----···········-------·····--------------······-······---·········-····------------·-·-------
• • + • •
OVERLAY
PETA BERTINGKA T
FAKTOR- FAKTOR-
FAKTORYANG ARAH DAN POLA .. FAKTORYANG
MEMPENGARUHI ~ PERKEMBANGAN\ollll
l"'t-----i MEMPENGARUHI
(OVERLAY ASPEK FISIKKOTA (MATRIK ASPEK
FISIK) NON FISIK)
,,
ARAH DAN POLA TEORII
PERKEMBANGAN FISIK ._..........• KONSEP
(EMPffil) (NORMATIF)
tumpang suslUl (overlay) peta periodik tadi secara bertingkat, sehingga didapat
45
pola dan arah perkembangan fisik kota. Dari hasil overlay kemudian dilakukan
diskripsi terhadap pola dan arah perkembangan fisik kota yang teljadi (empiri)
secara administratif pemerintahan belum ada pada periode tahun 1940 sampai
I 980, maka dalam peta seri perkembangan kota ini wilayalmya tetap dimasukkan,
faktor yang bersifat menerus dalam jangka panjang (continuous! long period) dan
periode perkembangan.
dan sekitamya. Variabel, paramater dan indikator penelitian dapat dilibat pada
Tabel4.
dilakukan dengan overlay peta area terbangun pusat Kota Ambon setiap periode
secara bertingkat, sehingga dapat diketahui arab perkembangan dan pola fisik
47
keruangan pusat kota. Berdasarkan hasil overlay peta, dihitung pula luas
perubahan penggunaan lahan dan luas perubahan area terbangun setiap periode
serta laju perubahannya yang ditabulasikan ke dalam tabel. Berdasarkan data luas
dan laju perubahan tersebut, ditemukan periode perkembangan dan lokasi yang
lambat, yang sekaligus menentukan arah perkembangan dan pola fisik keruangan
perkembangan dan pola fisik keruangan Pusat Kota Ambon dilakukan dengan
overlay peta maupun dengan analisis data sekunder dan hasil wawancara. Analisis
overlay peta adalah overlay antara peta area terbangun pusat kota dengan peta
kondisi fisik wilayah, peta jaringan jalan, peta jaringan utilitas, peta sebaran
fasilitas, peta harga tanah, peta status tanah dan peta rencana pemerintah kota.
Sedangkan sintesis terhadap faktor non fisik seperti kondisi perekonomian kota,
analisis data sekunder dan basil wawancara. Berdasarkan arah perkembangan dan
pola fisik kemangan kota yang teJjadi, dilakukan konfirmasi dengan basil
wawancara dan data sekunder sebingga didapat faktor-faktor non fisik yang
faktor-faktor pengaruh yang teljadi secara menerus setiap periode atau teljadi
pada beberapa periode dan sesaat saja. Berdasarkan hasil penelitian ini, selain
faktor pengaruh sesuai kerangka teori, maka didapatkan pula beberapa faktor
apakah penelitian ini mendukung atau tidak mendukung terhadap teori-teori yang
digunakan. Sedangkan jika didapat hasil analisis yang tidak dibahas dalam
1 Pola dan Arah Aspek Fisik a. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Peta Penggunaan Lahan,
Perkembangan Foto Udara, Wawancara
Fisik Kota b. Area Terbangun Kota Luas (Ha) Peta Penggunaan Lahan, I
Jasa Perkantoran,
Wawancara :
e. Utilitas Kota Jumlah Pelanggan Data dan Peta Sebaran
(KK) Jaringan Listrik dan Air
Bersih, Wawancara
Wawancara I
"BAB IV
kondisi Kota Ambon umumnya dan Kawasan Pusat Kota khususnya ditinjau dari
kota, sistem transportasi dan kondisi fasilitas serta utilitas kota yang berhubungan
pembentukan kota pada abad ke-16 sampai dengan masa kemerdekaan dalam
Republik Indonesia. Sumber penulisan bagian ini sebagian besar mengacu pada
buku Sejarah Kota Ambon terbitan tahun 2003, yang disusun oleh Tim Penyusun
Kota Ambon dibangun pada abad ke-16 oleh Bangsa Portugis. Fungsi
Kota pada waktu itu adalah kota pertahanan Bangsa Portugis terhadap serangan
50
51
dan Banda, sebagai upaya Portugis untuk menguasai perdagangan cengkeh. Cikal
bakal berdiri kota adalah ketika dibangun benteng pertahanan di pesisir pantai
menamakannya "Kola Laha" yang berarti benteng ( "kota ") di teluk ("/aha").
rawa yang ditumbuhi pohon sagu yang lebat yang termasuk dalam Petuanan2
kerja dari penduduk desa-desa adat yang ada di Pulau Ambon yaitu Hatiwe,
Tawiri, Soya, Kilang, Ema, Halong Baguala, Nusaniwe dan Urimesing. Penduduk
Pada akhir abad ke-16 jumlah penduduk Kota Ambon adalah sekitar 1.500
jiwa. Rumah-rumah yang ada tidak lebih dari 500 unit, dibangun di sepanjang
pantai yang membentang di sebelah barat, timur dan selatan benteng Portugis
tersebut. Rumah-rumah ini terbuat dari bahan-bahan lokal, tidak tertata dan tanpa
jalan-jalan yang teratur. Namun secara berangsur-angsur muncul juga suatu pola
permukiman yang terdiri dari empat kelompok masyarakat yang terpisah satu
sama lainnya, yaitu: (I) permukiman orang-orang Portugis, yang pada akhir a bad
sebelah timur benteng, (3) permukiman penduduk yang berasal dari berbagai
1 Desa-Desa Adat yang telah ada di Maluku sebelum masuknya imprerium barat Desa-desa ini
mempunyai wilayah kekuasaan sendiri yang disebut Petuanan.
2 Wilayah kekuasaan Negeri.
3 Kelompok masyarakat yang berasal dari budak-budak yang telah dibebaskan oleh Portugis. Di
Batavia dikenal sebagai Mardijkers (Juningsih, 1996).
52
Waai dan Soya. Permukiman ini terdiri dari sekitar 100 rumah yang san gat
sederhana, dan (4) Permukiman para misionaris4 bersama para pengikut dan
ada saat itu adalah 4 buah gereja dan sebuah rumah sakit yang dikelola oleh para
misionaris, sebuah balai pertemuan dan pelabuhan laut yang terletak di sebelah
utara benteng.
sendiri, karena kota adalah pelengkap dari benteng. Oleh karena itu pemerintah
fungsional kota pada masa Portugis berada dalam batas-batas yang membentang
dari barat ke timur yaitu dari sungai Wai Batu Gajah sampai Wai Tomu, dengan
batas selatan melalui jalan-jalan yang kini bemama jalan Said Perintah, jalan
Sebagai kota kolonial yang dirintis oleh bangsa Portugis, pada zaman
VOC dan Hindia Belanda, Kota Ambon berkembang sebagai kota pemerintahan
(wadah kekuasaan) dan kota perdagangan. Pada tahun 1605, VOC membentuk
pemerintahan yaitu "Gouvemement van Ambonia ", meliputi wilayah yang pemah
berada di bawah kekuasaan Portugis di Pulau Ambon dan Pulau Lease dengan
zaman VOC yaitu Ambon, Temate dan Banda disatukan menjadi "Gouvemement
der Molukken" dihapus dan dibentuk dua Keresidenan yaitu Keresidenan Temate
Laha" yang oleh Pemerintah Belanda disebut sebagai Benteng "Nieuw Victoria".
Sebagai pusat Pemerintahan Hindia Belanda atau kota kolonial, kota Ambon juga
merupakan pusat administrasi yang mencakup suatu masyarakat yang terdiri atas
sampai 19. Sebagai pusat perdagangan yang dibangun VOC sejak tahun 1619,
kota Ambon merupakan salah satu mata rantai dari suatu sistem perdagangan
Nusantara yang berpusat di Batavia, yang secara hirarki merupakan mata rantai
cengkeh dari pulau Ambon, Haruku, Saparua, Nusalaut dan pulau-pulau lain di
5 Kesatuan beberapa negeri maupun anak des~ baik secara wilayah maupun sosial politik.
54
Maluku Tengah. Dalam hal ini kota Ambon merupakan bagian integral dari sistem
dilakukan Belanda. Namun pada tahun 1817, Kota Ambon sebagai kota
Dari masa VOC sampai awal abad ke 20, batas-batas alamiah Kota Ambon
adalah sungai Wai Batu Merah di sebelah timur dan Wai Batu Gajah di sebelah
barat. Sedangkan batas selatan adalah kaki pengunungan Soya dan batas utara
adalah laut Teluk Ambon. Batasan alamiah kota Ambon ini kemudian dikuatkan
dengan aturan hukum yang didasari pada Surat Keputusan Gubemur Jenderal
Hindia Belanda Nomor 6 Tahun 1888 tanggal 16 Mei 1888 (Staatsblad Nomor 91
Tahun 1888). Dengan aturan tersebut, luas wilayah kota Ambon adalah 4,02 km 2.
pasar, pelabuhan, kantor Gubemur Jenderal dan permukiman, baik untuk pegawai
asli. Saat itu mulai teljadi percampuran permukiman penduduk, sehingga pada
maka kawasan benteng Nieuw Victoria, pelabuhan laut dan pertokoan yang
1694, jumlah penduduk kota Ambon adalah 4.487 jiwa, terdiri dari penduduk
lokal 274 jiwa (6,1%) dan penduduk pendatang 4.213 jiwa (93.9%). Penduduk
pendatang terdiri dari pegawai dan tentara VOC (4%), warga kota asal Belanda
(25%), warga kota asal China (15%) dan warga inlander, yaitu para pendatang
Knaap (dalam Sejarah Kota Ambon, 2003) menyebutkan kota Ambon sebagai
Jumlah dan komposisi penduduk menurut asal usul pada tahun 1930
mengalami perubahan yang nyata jika dibandingkan keadaan pada akhir abad
berjumlah 17.333 jiwa. Dari jumlah itu yang tergolong penduduk lokal (dari Pulau
Ambon dan sekitarnya) adalah 13.609 jiwa (78,5%), penduduk asal Belanda
sebanyak 2.050 jiwa (11 ,8%), penduduk asal China sebanyak 924 jiwa (5,3%) dan
penduduk asal Arab sebanyak 750 jiwa (4,3%). Dengan demikian warga kota
Maluku.
56
Bentuk fisik kota yang ada seslUlgguhnya melanjutkan apa yang sudah
pennukiman dan jalan-jalan utama dalam kota, selesai dibangllil dalam sepanjang
abad ke 17. Mesk.ipun tidak dikenal suatu rencana kota yang dapat dijadikan
pedoman Wltuk membangun aspek fisik kota, namlUl terdapat suatu keberlanjutan
dari awal abad ke-17 sehingga akhirnya menghasilkan suatu bentuk fisik kota
yang sangat efisien untuk zaman itu. Bentuk fisik kota yang terbentuk sepanjang
abad ke-17, menunjukkan bahwa para Gubernur VOC yang berkuasa di Ambon
yang digali di kiri dan kanan jalan-jalan dalarn kota serta menjaga kebersihan dan
diperbolehkan menyuling tuak di dalam rumah dan (d) setiap rumah hams
memiliki sejumlah tabung bambu yang senantiasa berisi air agar dapat digunakan
Ketika jurnlah penduduk kota semakin meningkat maka pada tahun 1666,
VOC membagi Kota Ambon dalam empat "wijk"7 yang masing-masing dipimpin
VOC para Wijkmeester dipilih dari warga kota berkebangsaan Belanda yang
Jaringan jalan utama dalam kota selesai dibangun dalam sepanjang abad
ke-17. Jaringan jalan tersebut adalah sebuah jalan yang setengah melingkar
mengelilingi kota di bagian selatan yang saat ini dikena1 sebagai jalan Rijali dan
jalan A Yani. Selain itu terdapat 3 ruas jalan yang membujur dari Selatan ke Utara
dan 6 ruas jalan yang melintang dari barat ke timur, sehingga pola jalan berbentuk
grid. Jalan-jalan utama dengan pola tersebut, bertahan sampai sekarang dan
merupakan jalan utama di Pusat Kota Ambon. Permukiman, kantor dan fasilitas
urn urn seperti pasar, toko dan gereja terletak pada tepi ruas-ruas jalan tersebut.
Politik Etika, terjadi beberapa perubahan yang mendasar pada kondisi sosial dan
fisik di Kota Ambon. Sampai tahun 1930, terdapat 10 sekolah milik pemerintah,
Kweekschool 12 dan 1 sekolah STOVIL 13 . Selain itu terdapat pula 6 sekolah yang
dikelola oleh pihak swasta, yaitu 4 sekolah HIS yang bemuansa Islam, 1 sekolah
ke sekolah pemerintah.
Etik, pada tahun 1921 dibentuk "Ambonraad" yaitu Dewan Kota dan
"Gemeenteraad" yaitu Dewan Kota Praja, seperti DPRD Kota pada masa
kampung) dan pajak yang ditarik dari warga kota. Keputusan-keputusan yang
Untuk kelancaran pekeijaan, kota Ambon dibagi menjadi 6 wijk (dalam masa
jalan dari Passo ke Waai dan jalan dari Passo ke Hitu. Sedangkan penerangan
listrik di kota Ambon dilakukan oleh sebuah perusahan swasta yang bemama
pemerintah membuat kontrak dengan perusahan swasta tersebut. Karena itu mulai
sampah harus dibuang ke tempat yang tidak merusak lingkungan. Karena itu
ditarik oleh sapi. Pusat pembuangan akhir sampah adalah di tepi pantai dekat
Taman Valentijn (sekarang pantai Pasar Lama) yang kemudian akan ditimbun
Air bersih di Kota Ambon telah ada sejak talmn 1928 yang bersumber
pada mata air Air-Keluar di Kusu-Kusu Sereh, Desa Urimesing. Jaringan air dari
mata air ini ditampung di Batu Gantung. Selanjutnya sejak tahun 1930· dibangun
saluran-saluran air ke berbagai wilayah dalam kota untuk dikonsumsi oleh warga
1927 telah dibenahi kawasan-kawasan Halong dan Soya Kecil. Kemudian hingga
Secara fisik, kota Ambon yang tertata indah di masa Hindia Belanda
mengalami kehancuran yang parah ketika Jepang merebut kota tahun 1942.
secara fisik tidak ada pembangunan dan penataan kembali kota, karena semua
sumberdaya yang ada dikerahkan untuk membantu Jepang dalam perang. Dalam
keadaan politik, ekonomi, sosial dan fisik kota yang terpuruk, Jepang menyerah
dalam wilayah Propinsi Maluku. Pada masa kemerdekaan ini kota Ambon
hendak merebut kembali Kota Ambon pada tahun 1945, tetjadi pengeboman kota
Ambon dari udara, yang mengakibatkan kota mengalami kehancuran yang cukup
besar, dimana hampir dua per tiga bangunan yang ada mengalami kehancuran.
61
Hal yang sama terjadi pula pada tahun 1950 ketika dilakukan penumpasan
Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang hendak memisahkan diri dari
Republik Indonesia. Pada masa itu kota Ambon juga mengalami kehancuran,
akibat serangan udara dari Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Sisa-sisa
talmn 1945 ditambah lagi kerusakan akibat serangan udara APRI untuk melawan
RMS, menyebabkan wajah kota sangat memprihatinkan yaitu sekitar 90% dari
Sejak awal dekade tahun 1950-an, kota Ambon mulai dibangun kembali,
berkembang dinamis, baik dari segi fisik, sosial maupun ekonomi. Namun pada
awal tahun 1999, teijadi kerusuhan sosial di Kota Ambon yang mengakibatkan
yang ada di kota Ambon. Menurut data Dinas Sosial Kota Ambon (dalam Sejarah
Kota Ambon, 2003), sampai dengan tahun 2002 terdapat 11.674 unit rumah rakyat
kantor dan rumah dinas yang rusak total dan rusak berat; 376 unit fasilitas
ekonomi seperti toko, ruko, termasuk Pertokoaan Pelita dan Mardika mengalami
rusak total, rusak berat maupun rusak ringan; fasilitas pendidikan berupa 3
Sekolah TK, 24 Sekolah Dasar, 1 SLTP, 1 SMU dan Universitas Pattimura serta
rusak total dan rusak berat; dan 4 puskesmas dan 1 rumah sakit mengalami msak
dengan lebih lancar. Pada beberapa lokasi permukiman yang hancur telah
Propinsi Maluku. Setelah merdeka hingga tahun 1955, status kota Ambon adalah
Ambon adalah wilayah kota pada masa Hindia Belanda seluas 4,02 km 2, yang
didasari pada Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 6 Tahun
Pada tahun 1955, Kota Ambon diberi status Daerah Otonomi, daerah
yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai Peraturan
dalam Wilayah Daerah Swatantra Tingkat I Maluku, Kota Ambon berubah status
Mei 1971 yang antara Jain membatalkan semua keputusan yang pemah
disebut Wijk dan pejabatnya disebut W(ikmeester, demikian pula istilah Kampung
dan pejabatnya disebut Kepala Lingkungan. Pada masa itu terdapat 1 kecamatan
1979 (Lembaran Negara RI Tahun 1979 Nomor 20) tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Ambon, maka Kota Ambon diperluas dari
4,02 Km 2 menjadi 377 Km2 yang meliputi 3 kecamatan dengan 8 Lingkungan dan
sebagai Kotamadya Daerah Tingkat II Ambon dan mulai berlaku efektif pada
tahun 1980.
maka Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Nom or: 135 Tahun 1981
64
wilayah dari 8 Lingkungan yang telah dihapus. Dengan demikian pada tahun 1981
muncul dan mulai berlaku efektiftahun 2001, nama Kotamadya Daerah Tingkat II
geografis terletak diantara 3°34'3" sampai 3°49'25" Lintang Selatan dan 128°4'8"
sampai 128°17' 15" Bujur Timur. Wilayah Kota Ambon berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979 diperluas dari 4,02 km 2 menjadi 377 km2.
Berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah Tahun 1980, luas daratan Kota
65
Ambon adalah 359,45 krn 2 atau 35.944,84 Ha, yaitu meliputi sekitar 47,23% dari
desa; Kecamatan Sirimau seluas 112,31 km2 (31,24%) meliputi 10 kelurahan dan
Wilayah Kota Ambon dikelilingi oleh teluk, yaitu Teluk Ambon di sebelah
barat yang meliputi Teluk Ambon Luar dan Teluk Ambon Dalam, dan Teluk
Kawasan Pusat Kota Ambon terletak di tepi pantai Teluk Ambon pada
jazirah Leitimur. Kawasan Pusat Kota yang menjadi lokasi penelitian ini
(urban area) seluas 1.485,76 Ha atau 4,13% dari luas daratan Kota Ambon,
Hative Kecil
..... _
-··
. /; ,. /)
f~r
i
LAUT BNID!t- .. ~ JSif
/
---
r-<"'::> -17
,y-..J/ ,0 ~
~
.......
'() '
,
I!
~
~
~u
3 0 3 Km
Legenda:
Batas Kota/Kabupaten
Batas Kecamatan
-- Jalan
~ Sungai ~
- Pusat Kota Ambon
~0~
~"'
-<,.<v'v\j
~u
400 0 400 800 M
f
/
I Legenda:
··-··- Batas Pusat Kota
I
I
Batas Kelurahan/Desa
,I - - Jalan Arteri
I
'! - - Jalan Lokal
I - - Jalan Lingkungan
\
"-,
I Desa Urimessing
D
WI
Mangga Dua
Nusaniwe
Ill ~
Desa Amahusu ..___ - .I
---=.;:~
Sumber: BAPPEDA Kota Ambon
i
~
'-----------.---J 0~
*-# - - I
. I
~
-<.,<v'v\S
400 0
u 400 800 M
Legenda:
··-··- Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
;::::::r-- Sun gai
n o-2%
- 2-15%
~
CJ 15 - 40 %
0 >40%
~ -__,._-r--r-1 ~
~
0\
00
Oesa Amahusu
i
~
'-----------,----1
!fr-------L---:---- - -1
~u
400 0 400 800 M
/
I Legend a:
··-··- Batas Pusat Kota
I
/
- Batas Kelurahan /Desa
I
I - - Jalan Arteri
I
\
- - Jalan Lokal
\ - - Jalan Lingkungan
\
;::::::;v--
Sun ga i
\ tfi$4 Gamping
I D Lempung
•
::> I c:J Ultra Basa
E
§~ I · -,,,r-,• .,
:&:~.·, . • ; \;;;..
~~
0\
\0
Desa Amahusu
kelurahan dan 3 desa. Gambaran wilayah Pusat Kota dapat dilihat pada Gambar
Dari 2 I kelurahanl desa yang ada, maka Desa Batu Merah memiliki Iuas
fungsional terbesar (19,87%) diikuti oleh Kayu Putih - Desa Soya (9,30%),
Kelurahan Kudamati (8,99%) dan Kelurahan Benteng (8,49%). Desa Batu Merah
secara sosial kemasyarakatan merupakan desa adat begitu pula Kayu Putih yang
masuk dalam wilayah desa adat Soya. Kedua desa adat ini memiliki petuanan
yang luas, sehingga kawasan yang termasuk dalam wilayah fungsional pusat kota
memiliki luas area yang besar. Sedangkan Kelurahan Kudamati dan Kelurahan
Benteng, berbatasan Jangsung dengan Desa Adat Amahusu dan Desa Adat
Urimessing. Dalam kenyataan saat ini, perkembangan area terbangun pada kedua
kelurahan ini telah masuk ke dalam wilayah petuanan desa adat yang berbatasan
itu. Meskipun status kepemilikan tanah adalah tanah milik desa adat, tapi secara
Pulau Ambon. Pulau Ambon memi1iki Iebar rata-rata 12-15 km dan secara
fisiografi terdiri dari (1) daerah pantaif pesisir, (2) daerah perbukitan atau lereng
Daerah pantai/ pesisir mempunyai Iebar 2-3 km dari garis pantai dengan
kemiringan lereng antara 0-8% dan ketinggian 0-20 m dpl. Pada daerah pantai/
lereng pegunungan terletak 2-5 km dari garis pantai dengan kemiringan lereng
terletak di tengah-tengah pulau dengan jarak 5-7 km dari garis pantai dengan
kemiringan lereng lebih dari 25% dan ketinggian 700-1.000 m dpl. Mengacu
pada kondisi fisiologi, Kawasan Pusat Kota Ambon terletak pada daerah pantail
480,27 ha (32,32%) dan daerah dengan kemiringan lereng diatas 40% adalah
bagian tengah dan sepanjang pesisir pantai. Kawasan dengan kemiringan lereng
Amatelu dan Desa Batu Merah. Kawasan dengan kemiringan lereng 15-40%
membentang dari barat daya ke timur laut dari Kelurahan Benteng hingga ke Desa
Batu Merah. Sedangkan kawasan dengan kemiringan lereng diatas 40% tersebar
di beberapa tempat di Kelurahan Kudamati, Batu Gajah, Batu Meja, Kayu Putih
tegak lurus garis pantai. Ketinggian akan meningkat hingga mencapai 200 m dpl
ke arah perbukitan yang membentang dari arah barat daya, selatan dan timur laut.
73
Pada pesisir pantai di barat daya dan timur laut, ketinggian 0-25 m mempunyai
bagian busur vulcano - plutonik dari sistem pengangkatan daratan yang dimulai
dari Pegunungan Himalaya melalui Laut Andana, lepas Pantai Barat Pulau
Sumatera, Selatan Pulau Jawa dan Pulau-Pulau di Nusa Tenggara yang berakhir
termasuk dalam orogen Maluku. Struktur sesar, baik sesar geser maupun sesar
normal pada umumnya ke arah timur laut sampai barat daya, yang terbentuk
batuan gunung api Ambon (Ambonit), batuan granit, batuan ultra basa, tanah
berbatu dan tanah lempung. Satuan batuan di Kawasan Pusat Kota terdiri
daribatuan gamping terumbu, batuan ultra basa dan tanah lempung (Gambar 10).
Satuan batuan gamping terumbu membentang dari barat daya ke tengah, mulai
dari Kelurahan Benteng sampai dengan Kelurahan Uritetu, juga terdapat di bagian
timur laut yaitu di Kelurahan Pandan Kasturi dan Desa Batu Merah. Satuan
batuan ultra basa menyebar di bagian timur laut, yaitu Kelurahan Rijali, Karang
74
Panjang dan Desa Batu Merah. Satuan tanah lempung menyebar di bagian
tenggara, yaitu di Kelurahan Batu Gajah, Batu Meja dan Kayu Putih (Desa Soya).
Kawasan Pusat Kota dilalui oleh sungai-sungai yang mengalir dari arah
perbukitan di selatan sampai timur laut yang bermuara di Teluk Ambon. Sungai-
sungai yang cukup besar adalah Wai Batu Gantung, Wai Batu Gajah, Wai Tomu,
Wai Batu Merah dan Wai Ruhu. Sungai-sungai ini merupakan sungai dangkal
dengan kedalaman kurang dari I meter. Pada musim kemarau debit air sungai
sering menurun dan kedalaman air mencapai 10-25 em. Hal ini berimplikasi bagi
Sumber air minum di pusat kota berasal dari air permukaan yaitu mata air
dan dari sumur dalam. Sumber air dari mata air adaJah Air Keluar (Desa
Urimessing), Air Besar (Desa Soya), Air Panas (Desa Soya), Air Wainiuw (Desa
Soya), Air Batu Gajah (Desa Urimessing) dan Air Wainitu (Kelurahan Kudamati).
A/P-4 (Desa Hative Kecil), A/P-6 (Kelurahan Rijali), A/P-7 (Kelurahan Rijali)
dan A/P-9 (Kelurahan Mangga Dua). Sumber-sumber air minum ini dikelola oleh
PDAM Kota Ambon untuk pelayanan air bersih bagi masyarakat di sekitar pusat
kotaAmbon.
75
Ambon adalah iklim tropis. Iklim tropis ini dipengamhi oleh 2 musim, yaitu
musim barat dan musim timur. Musim barat, berlangsung dari bulan Desember
sampai Maret sedangkan musim timur, berlangsung dari bulan Mei sampai
Oktober. Antara kedua musim ini terdapat musim pancaroba, yaitu saat peralihan/
transisisi antara kedua musim ini. Saat pancaroba tCijadi pada bulan April, yaitu
transisi dari musim barat ke timur dan bulan Nopember yaitu transisi dari musim
timur ke barat.
1-----?
25
-ee 500
I'..
~- ~------
-
"-'
.....; 400 r- f
20
-;
.c
.c
~-)
..--¥
=
.c 300 -- 1- - -
15
·=
X
~ •t:
:..
-.-- ~
u 200 - r- - 1--
10 X
IOO - r- - - 1- - 1- 1- 1- - r- 5
0 0
Jan Pe bMrtA pr Mei Jun Jut Ags Sep 0 1.1 Nov Des
-
1- Curah Hujan 133 II3 135 26 I 354 603 507 367 I90 114 105 I89
1--+-Hari Hujan I6 I6 IS 20 20 25 23 2I I2 II II I9
Sumber. Badan Meteorolog 1 dan Geofisika Kota Ambon
--------------------------------------------- -----------~
Gambar 11. Rata-Rata Kondisi Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hh)
Kota Ambon Tahun 1994-2002
76
Rata-rata curah hujan dalam 10 tahun terakhir adalah 3.071 mm atau 211
hh per tahun, sedangkan rata-rata per bulan adalah 211 mm atau 18 hh. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu 603 mm, sedangkan terendah pada
bulan Nopember yaitu 105 mm (Gambar 11). Bulan kering dengan curah hujan
kurang dari 200 mm terjadi pada bulan September sampai dengan Maret,
merupakan musim kemarau. Sedangkan bulan basal1 dengan curah hujan diatas
200 mm terjadi pada bulan April sampai dengan Agustus dengan puncak di bulan
Juni, merupakan musim hujan. Sementara itu penyinaran matahari rata-rata adalah
55,37%, tekanan udara 1.010,3 mb, kelembaban nisbi adalah 79.73 %, kecepatan
angin rata-rata 3,5 knot dan suhu udara adalah 26,4 oc.
peningkata~ kecuali pada tahun 1999 dan 2000 mengalami penurunan. Penurunan
jumlah penduduk tersebut disebabkan oleh kerusuhan sosial di Kota Ambon pada
awal tahun 1999, yang mengakibatkan banyak penduduk yang mengungsi keluar
Jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 1971 adalah 79.280 jiwa
meningkat 162% menjadi 207.702 jiwa pada tahun 1980. Peningkatan jumlah
penduduk ini selain disebabkan oleh faktor alamiah karena kelahiran, juga
disebabkan oleh perluasan Kota Ambon dari 4,02 km 2 menjadi 377 km2 yang
mulai berlaku efektif pada tahun I 980. Pada tahun 1990 jumlah penduduk adalah
77
275.888 jiwa, meningkat menjadi 310.921 JIWa di tahun 1997 dan menurun
Kota Ambon pada tahun 1971 adalah 79.280 jiwa, meningkat menjadi 139.638
jiwa pada tahun 1982. Peningkatan jumlah penduduk terns terjadi sehingga pada
tahun 1990 berjumlah 164.670 jiwa dan pada tahun 1997 berjumlah 174.402 jiwa,
pada tahun 1971 sampai 2002 adalah 1,69% per tahun. Jika dicennati setiap
yaitu sebesar 5,28% per tahun, pada periode tahun 1982 sampai 1990 adalah
2,08% dan pada periode tahun 1990 sampai 1997 adalah 0,82%.
Maluku pada tahun 1977 adalah 4,865 menurun menjadi 3,585 pada tahun 1982
dan menjadi 2,482 pada tahun 1997 (BPS, 1995 dan 2001 ). Sedangkan pada
periode tahun 1997 sampai 2002 ketika teijadi konflik sosial tahun 1999 dimana
Kasturi dan Waihoka. Pengurangan jumlah penduduk yang tinggi pada kelurahan-
sosial pada awal tahun 1999, sehingga mengakibatkan banyak penduduk yang
penduduk bruto, yaitu jumlah penduduk dibagi luas wilayah, dan kepadatan
meningkat, kecuali pada peri ode 1997-2002 ketika teijadi kerusuhan sosial.
Kepadatan penduduk bruto pada tahun 1982, 1990, 1997 dan 2002 adalah masing-
80
masing 94 jiwalha. Ill jiwalha, 117 jiwalha dan 90 jiwalha. Sebaran kepadatan
Silale dan Desa Batu Meja pada periode 1982 sampai 2002 memiliki kepadatan
tertinggi yaitu diatas 200 jiwalha. Sedangkan kepadatan bruto terendah berada di
Desa Hative Kecil, Kelurahan Waihoka dan Kayu Putih - Desa Soya yaitu
1982 sampai 2002 meminjukkan terjadi penurunan kepadatan. Pada tahun 1982
81
kepadatan penduduk netto adalah 282 jiwa/ha dan pada tahun 1990. 1997 dan
2002 kepadatan penduduk netto adalah masing-masing 252 jiwa!ha. 217 jiwa/ha
dan 154 jiwa/ha. Sebaran kepadatan netto pada setiap kelurahanl desa
menunjukkan bahwa Kelurahan Waihaong, Silale, Batu Meja dan Desa Batu
Merah pada periode 1982 sampai 2002 memiliki kepadatan tertinggi yaitu diatas
dengan kepadatan netto tertinggi terdapat di bagian tengah pusat kota seperti di
Waihaong, Silale, Batu Meja dan Desa Batu Merah. Lokasi-lokasi ini berdekatan
terdapat pada daerah pinggiran pusat kota seperti kelurahan Waihoka, yang
merupakan area yang menampung perluasan aktivitas kota karena masih cukup
tersedia laban. Dengan demikian kepadatan netto di tengah pusat kota adalah
(Tabel 10). Bila dibandingkan keadaan tahun 1997 dan 2002, maka teijadi
penurunan jumlah penduduk yang bekeija yaitu 103.864 jiwa pada tahun 1997
menjadi 50.990 jiwa pada tahun 2002. Penunman ini teijadi seiring dengan
penduduk menurut lapangan keija utama pada tahun 1997 dan 2002 menunjukkan
menyerap banyak tenaga keija. Hal ini disebabkan karena fungsi kota Ambon
sektor ini menampung banyak tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja di sek'tor
pertanian lebih banyak terdapat wilayah rural terutama desa-desa di luar Pusat
KotaAmbon.
ditamatkan, menunjukkan bahwa pada tahun 2002 penduduk yang tidak tamat dan
Ambon dari tahun 1982 hingga 2002, menunjukkan babwa terjadi penurunan
penduduk dengan tingkat pendidikan rendah (Tidakl Tamat SD dan SLTP) dan
tidak sekolah, sedangkan pada sisi lain terjadi peningkatan penduduk dengan
84
pendidikan menengah (SMT A) dan perguruan tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 1982, 1990, 1997 dan 2002
dari berbagai daerah, baik dari Pulau Ambon, daerah-daerah lain di Propinsi
Maluku, maupun dari luar Propinsi Maluku. Berdasarkan Sensus Penduduk 2000,
Ambon terdiri dari suku Ambon (29,32%), Saparua (14,75%), Buton (8,52%),
Seram (4,64%), Maluku Tenggara (4,43%), Jawa (3,68%) serta daerah-daerah lain
agama, maka penduduk terdiri dari 2 komunitas utama (Tabel12) yaitu penduduk
beragama Islam (sekitar 40%) dan beragama Kristen (sekitar 59%). Penyebaran
Kelurahan Waihaong, Silale, Pandan Kasturi dan Desa Batu Merah lebih banyak
Uritetu, Rijali, Batu Meja, Batu Gajah dan Kayu Putih - Desa Soya lebih banyak
masyarakat. Ketika kerusuhan sosial di Kota Ambon pada awal tahun 1999,
semangat "Pela - Gandong" sempat terusik, akan tetapi dengan kesadaran seluruh
hubungan sosial yang sempat terusik, mulai berangsur pulih sejak tahun 2002. Hal
dengan adanya rasa saling percaya antar warga masyarakat, yang ditandai dengan
86
aktivitas sosial dan ekonomi secara bersama serta saling berkunjung antar warga
masyarakat.
kota lingkup lokal yang melayani Kota Ambon dan daerah-daerah bawahannya
Maluku. Kota Ambon dalam lingkup pelayanan lokal dan regional mempunyai
ekonomi dan keuangan, pusat pendidikan, pusat pelayanan jasa perhubungan dan
usaha dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu (1) Sektor Pertanian,
(2) Sektor Pertambangan dan Penggalian, (3) Sektor Industri Pengolahan, (4)
Sektor Listrik, Gas dan Air Minum, (5) Sektor Bangunan, (6) Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, (7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, (8)
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan (9) Sektor Jasa-jasa.
Pada peri ode 1983 sampai 200 I sektor-sektor tersier seperti (I) Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, (2) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, (3)
87
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan (4) Sektor Jasa-jasa,
bahwa pada tahun 1983 dan 1990 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
35,26%, diikuti dengan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor
yaitu 22,91% dan pada tahun 2001 kontribusi terbesar yaitu 30,98%
1,000,000.000
900,000.000
800,000.000
700,000.000
.......
&' 600,000.000
~
::J
-.
'-' 500,000.000
~
400,000.000
~
-.
300,000.000
200,000.000
I 00,000.000
HaJ yang sama juga terjadi pada Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (Tabel14). Pada tahun 1983 dan 1990, Sektor Keuangan, Persewaan dan
dan 33,0 I%, diikuti dengan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor
yaitu 22,49"/o, dan pada tahun 2001 kontribusi terbesar yaitu 28,36%
1,200,000.000
1,000,000.000
..--
a. 800,000.000
~
--
C!d
-.:::l 600,000.000
~
E:::l
-. 400' 000.000
200,000.000
Penurunan PDRB atas dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku pada
periode tahun 1997-2001, dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro yaitu krisis
2
3
I IPertanian
IPertambangan dan Penggalian
ndustri Pengolahan
47.8 ..
105.0~
36.55
2~
-3
27.9
30.17
22.95
24.H
-11.85
-48.84
-37.66
4 Listrik, Gas dan Air Minum 71.11 11.12 18.20 -18.05
5 Bangun an 75. I I -3.1 (l 29.08 -51.74
6 IPerdagangan, Hotel dan
!Restoran 64.8..:: 7.33 21.06 -14.60
7 IAngkutan dan Komunikasi 34.93 6.20 24.34 -7.60
8 IKeuangan, Persewaan dan
~asa Perusahaan 57.3..:: 17.53 14.9"' -16.22
9 [_asa-Jasa 47.1"'i 5.18 22.01 1.06
Produk Domestik Regional Bruto 51.3~ 7:._±! 22.7( -12.03
Swnber: Kola Ambon Dalam Angka 1982, 2000, 2002 dan PDRB Kota Ambon Tahun 1992
• : Harga Konstan Tahun 1975
•• : Harga Konstan Tahun 1983
•••: Harga Konstan Tahun 1993
91
adalah 7,44%, meningkat menjadi 22,70% pada periode 1990 sampai I997, tetapi
menunm menjadi -I2,03% pada periode I 997 sampai 200I (Tabel 15).
Penurunan laju pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon pada periode 1997 sampai
2001 dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro, yaitu terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia pada pertengahan tahun 1997 dan kondisi ekonomi mikro yaitu
pada periode 1983 sampai 1990, laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor
Industri Pengolahan (27 ,90%), pada peri ode I 990 sampai 1997 laju perturnbuhan
tertinggi tetjadi pada Sektor Jasa-jasa (68,61%), sedangkan pada periode 1997
sampai 2001 semua sektor mengalami pertumbuhan negatif, kecuali Sektor Jasa-
wilayah. Pendapatan per kapita didapat dengan cara membagi pendapatan regional
(PDRB Atas Dasar Harga Konstan setelah dikurangi Penyusutan dan Pajak Tidak
Pendapatan per kapita Kota Ambon pada periode 1983 sampai 1997
pendapatan per kapita pada tahun 200 l dipengaruhi oleh terganggunya kegiatan
ekonomi akibat kerusuhan sosial di Kota Ambon pada awal tahun 1999. Bila
pariwisata. Kondisi seperti ini mengakibatkan arus barang dan jasa serta mobilitas
penduduk dari dan ke Kota Ambon cukup besar. Untuk menunjang pergerakan
barang, jasa dan penduduk maka transportasi berperan penting, yang meliputi
langsung dengan jaringan jalan yang ada. Pola jaringan jalan di Kota Ambon
umumnya memiliki topografi yang landai. Selumh jaringan jalan di Kota Ambon
berorientasi ke Pusat Kota Ambon. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi kota sebagai
kota lingkup lokal dan lingkup regional serta terdapatnya lokasi terminal dalam
kota (Terminal Mardika) dan terminal regional (Terminal Batu Merah) di pusat
kota.
Pada Kawasan Pusat Kota, pola jaringan jalan berbentuk linier di bagian
barat daya dan timur laut, sedangkan di bagian tengah berpola grid, Jaringan jalan
dengan pola grid di bagian tengah Pusat Kota, disebabkan oleh topografi yang
relatif datar, sehingga pola ini paling efisien mendukung pergerakan penduduk.
Pola jalan utama di Pusat Kota Ambon ini telah ada sejak masa Pemerintah
pelebaran dan pembangunan jalan barn yang menyambung pada jalan-jalan utama
Panjang jalan di Pusat Kota Ambon (Tabel 17) pada tahun 1982 adalah
50,27 km, meningkat menjadi 61,14 km pada tahun 2002, dengan Iebar berkisar
jaringan jalan yang ada terdiri dari jalan aspal sepanjang 39,77 km (79, 11%), jalan
Pada tahun 1997 dan 2002, total panjang jalan di Pusat Kota Ambon
adalah 61,41 km, dan merupakan jalan aspal. Namun berdasarkan kondisi jalan,
maka jalan aspal yang baik menurun dari 33,97 km menjadi 33,32 km pada tahun
2002, yang disebabkan karena pemeliharaan jalan tidak dapat maksimal akibat
termasuk dalam wilayah kepulauan Propinsi Maluku. Sebagai kota yang berada di
pulau yang kecil, keterhubungan dengan pusat kegiatan dan pelayanan lain di
95
dalam maupun di luar Maluku merupakan hal yang penting. Salah satu cara untuk
Pelayaran Nusantara dan Samudera; Pelayaran Rakyat dan Perintis; dan Pelayaran
Pandan Kasturi, Dermaga Feri di Desa Galala dan Desa Poka, Dermaga LIPI di
Kate-Kate, Desa Hunuth/ Durian Patah dan Dermaga Pertamina di Desa Wayame.
Pelayaran rakyat dan perintis serta pelayaran lokal dilakukan di Pelabuhan Slamet
Ketika kerusuhan so sial me Ianda Kota Ambon pada awal tahun 1999,
PT Pelni. Selain itu muncul juga dermaga altematif yuntuk melayani pelayaran
lokal, yaitu dermaga Passo, di Desa Passo Kecamatan Teluk Ambon Baguala serta
Pattimura, yang terletak di Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon Baguala. sekitar
domestik dan penerbangan perintis/ lokal. Daerah pendaratan pada bandar udara
ini mempunyai luas sekitar 60 ha, dengan lapisan permukaan aspal beton. Pada
saat ini, bandar udara Pattimura sementara diperluas dan diupayakan untuk
dari Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK) hingga perguruan tinggi. Jenis fasilitas
pendidikan yang ada di Kota Ambon terdiri dari sekolah yang dikelola oleh
Pemerintah (sekolah negeri) maupun sekolah yang dikelola oleh pihak swasta.
lengkap. Berdasarkan data tahun 2002, di pusat kota Ambon terdapat sejumlah
Perguruan Tinggi dan Akademi. Perguruan Tinggi dan Akademi yang ada di
Urimessing.
97
Kelurahan Wainitu.
3. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Alaudin, di Air Besar, Desa
Batu Merah.
Ben ten g.
dapat dilihat pada Tabel 18 dan Gambar 14. Fasilitas pendidikan tersebar di
semua kelurahan/ desa, kecuali di Kelurahan Batu Gajah dan Batu Meja.
Meskipun tidak ada fasilitas pendidikan di kedua kelurahan ini, namun kedekatan
Kawasan pusat kota memiliki fasilitas kesehatan, baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun pihak swasta. Pada talmn 2002, terdapat II rumah sakit di
Kota Ambon, dimana 7 rumah sakit diantaranya terdapat di Kawasan Pusat Kota.
kesehatan lainnya seperti posyandu, praktek dokter umum dan spesialis, apotik
dan toko obat. Sedangkan pola penyakit utama penderita rawat jalan pada
I Kel. Nusaniwe - 2 l 2 I I 8 4 4 4 - 2 2 I I - - I I I I I - - -
2 Ket. Bentena 2 4 4 3 2 4 6 10 11 10 I 3 2 2 2 1 4 3 2 2 - - - I I
3 Kel. Wainitu - I 2 3 I - - - - - 2 2 I I I 2 3 3 2 I I I I I I
4 Kel. Kudamati I 2 2 2 2 2 4 8 10 10 1 I I I I I I 2 2 2 - - - - . -
s Kel Manna Dua - - - - - - - - - - - - - - - I I 1 I 1 - - - -I -
6 Kel. UrimessinA I 1 1 1 1 1 2 4 4 4 - - - - - I 1 - - - - - - I
7 Kel. Waihaong - - I I 1 2 I 1 2 2 3 3 2 2 2 I I I I I - - - - -
8 Kel. Silale - 2 2 I I 4 9 8 8 8 - - -I 1 I I I 2 2 2 - - - - -
9 Kel. K.arana Panjana 1 I I 2 I 4 4 6 6 6 1 I 1 1 - - - 1 1 - - - - -
10 Kel. Baiu Mctia - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 Kel. Batu Oaiah - - - - - - - - -
s
-
s
- - -4 - - - - - - - - - -
.
- -
12 Kei.Ahusen 1 3 3 3 3 4 4 4 2 2 2 2 1 1 3 3 2 - - - -
13 Kel. HoniDODU 1 3 3 4 4 2 4 3 4 4 - - - 1 1 - - - - - I 1 - - -
14 Kel. Uritetu 1 3 2 2 3 12 12 12 12
s
12
s
I 1 1 I 1 3 3 3 3 3 - - 1 - -
IS Kel. Riiali 1 1 1 1 1 2 2 4 1 I 1 2 3 - - - - - - - - - - '
16 Kel. Amante1u - - - I I 1 2 6 6 6 - - - - - 2 3 2 1 1 - - - I I
17 Desa Batu Merah - - - I I 1 2 8 9 12 - - - 1 3 - - - 1 2 - - - I I
18 Kel. Pandan Kasturi - I I I I I 2 4 2 - - - - - - - - - - - - - - -
'
JUMLAH 9 2-4 24 28 24 41 61 80 90 90 12 16 15 16 19 14 19 21 20 19 3 3 2 s s
Swnber: Renama Kota Tahun 1972, 1982; Kecamatan Dalam Angka Tahun 1990,1997;
Monosrafi Desai Kelurahan April 2003
\C)
00
.a7500mT • 10000 mT •1 2ji()O mT
"'·
.
~~ ~····'\
;lti~\'~ /
~ """'-......
........
........
...
..I
I
I
;;;;)
Pusat Kota Ambon
~0~
E
i- - ~~
'\<vv\J
......-:---
Desa Soya
~ ,-- - ~---- -
\
I
/ Ui__')'-
/ ' -......, . . . ._ ~ I
"- ........
Desa Amahusu
GAMBAR 14. PETA SEBARAN FASILITAS SOSIAL PUSAT KOTA AMBON TAHUN 2002
100
1 Kel. Nusaniwe - - - - - - 1 1 l 1
2 Kel. Benteng l 1 1 l 1 - I - 1 l 1
3 Kel. Wainitu - - - - - - I - - - -
4 Kel. Kudamati - - - - - - I - - 1 1
5 Kel Mangga Dua - - - - - - I - - - -
6 Kel. Urimessing - - - - - - - - - -
7 Kel. Waihaong - 1 1 I l - - - 1 I
8 Kel. Silale I 1 I 1 1 - I 1 l 1
9 Kel. K.arang Panjang - - - - - - - I 2 2
IO Kel. Batu Meja - - - - - - - - - -
II Kel. Batu Gajah - - 1 1 1 - - - 1 l
I2 Kel. Ahusen - - - - - - I I 1 1 I
I3 Kel. Honipopu 1 l I 2 2 - I - - - -
14 Kel. Uritetu - - - - - - - - - -
15 Kel. Rijali - - - - - 1 I 1 - - -
16 Kel. Amantelu - - - - - - I - - 1 1
i
I7 Desa Batu Merah - - - - I - - 1 1 2
18 Kel. Pandan Kasturi - 1 1 1 - - - - - -
JUMLAH 3 5 6 7 7 I 4 6 11 12
Sumber: Rencana Kota Tahun 1972, I982; Kecamatan Dalam Angka Tahun I990,1997;
Monografi Desai Kelurahan Tahun 2002
Pada tahun 2002 terdapat 43 buah masjid, 65 buah gereja dan 1 buah pura.
Fasilitas agama ini tersebar di semua kelurahan/ desa. Kelengkapan fasilitas yang
ada menunjukkan bahwa kota Ambon merupakan kota yang penganut agamanya
heterogen.
TABEL 20. JUMLAH DAN DISTRIBUSI FASILITAS PERIBADATA N MENURUT KELURAHAN /DESA
DI KOTA AMBON TAHUN 1972, 1982, 1990, 1997 DAN 2003
1 Kel. Nusaniwe . 3 3 3 3 . 1 3 3 3 . . . . .
2 Kel. Benteng . 3 3 3 2 . 3 3 5 5 . 1 1 1 1
3 Kel. Wainitu . . 5 5 2 . 1 3 4 4 . . . . .
4 Kel. Kudarnati . 2 3 3 . 1 1 5 10 12 . . . . .
5 Kel Mangga Dua . . . . . . . 2 4 5 . . . . .
6 Kel. Urimessin_g 1 2 2 2 2 . . . 2 3 . . . . .
7 Kel. Waihaong . 2 4 4 4 . 1 1 I . . . . . .
8 Kel. Silale . 1 1 I 1 . I 1 2 . . . . . .
9 Kel. Karang Panjang . . I 2 I . . . 2 2 . . . . .
IO Kel. Batu Meja . . 2 2 . 1 2 4 4 5 . . . . .
II Kel. Batu Gajah . . 2 3 I . . 5 5 5 . . . . .
I2 Kel. Ahusen . . . . . 2 2 2 4 5 . . . . • j
13 Kel. Honipopu 2 3 4 6 6 2 3 3 3 2 . . . . .
I4 Kel. Uritetu 2 4 4 4 2 4 7 6 6 6 . . . . .
IS Kel. Rijali . . . . . 3 4 4 4 3 . . . . .
16 Kel. Amantelu I 1 2 2 I 2 I 3 4 4 . . . . .
I7 Desa Batu Merah 1 5 8 10 14 . . 2 . 1 . . . . .
I8 Kel. Pandan Kasturi I 1 4 4 4 . 2 4 2 3 . . . . .
I JUMLAH I 8 I
21 1 48 1 54 43 I II
t4 1 3o 1 5o 1 69 1 65 II 0 I 1 I 1 I 1 I 1
Sumber: Rencana Kota Tahun I972, I982; Kecamatan Dalam Angka Tahun I990,I997;
Monografi Desai Kelurahan April 2003
0
102
peri ode 1997 sampai 2002 teijadi penurunan jumlah masjid dan gereja. Pen unman
ini terjadi ketika kerusuhan sosial yang melanda Kota Ambon pada awal tahun
1999, dimana banyak rumah ibadah yang rusak. Perkembangan dan sebaran
fasilitas peribadatan di Pusat Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 20 dan
Gambar 14.
seperti fasilitas perdagangan dan jasa keuangan. Fasilitas perdagangan yang ada
adalah plaza, pertokoan, pasar, toko, wanmg, restoran dan rumah makan. Fasilitas
jasa keuangan yang ada meliputi bank pemerintah maupun bank swasta. Perum
Merdeka, lapangan Segitiga, .'.port Hall dan Stadion Mandala Remaja di Karang
Fasilitas rekreasi yang ada di Kawasan Pusat Kota masih relatif terbatas.
Beberapa fasilitas yang ada seperti Taman Victoria dan Taman Hiburan Rakyat
belum dapat berfungsi optimal, bahkan akibat kerusuhan sosial pada awal tahun
1999, beberapa lokasi seperti taman hiburan rakyat juga sport hall berfi.mgsi
Kota Ambon disebabkan oleh fungsi Kota Ambon yang pelayanannya meliputi
Panjang, Amantelu, Pandan Kasturi dan Desa Batu Merah (Gambar 16).
pemakaman yaitu:
(1) Tempat Pemakaman Umum Muslim di Kebun Cengkih, Desa Baht Merah;
(2) Tempat Pemakaman Umum Kristen di Kebun Cengkih, Desa Batu Merah;
(3) Tempat Pemakaman Umum Muslim di Petak 10, kelurahan Mangga Dua;
400 0
l:l
u 400 800 M
..
I
I Legenda:
- - - - Batas Pusat Kota
..I ----- - Batas Kelurahan/Desa
I
I - - Jalan Arteri
I
I
- - Jalan Lokal
\ - - Jalan Lingkungan
I
Desa Soya ~ Sungai
\ \
- Pertokoan A Y Patti
I
I - Ambon Plaza
11 I
J
- Toko
- Pertokoan Mardika
- Pertokoan Batu Merah
- Swalayan
~-- - ~--· -
1 I
I 0
I
~
I
I Desa Amahusu
'- I
Sumber: BAPPEDA Kota Ambon
GAMBAR 15. PETA SEBARAN FASILITAS PERDAGANGAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 2002
mT 41 0000 mT 412500 mT
---.....
~
~L
-0*-~
~u
'\<yv
400 0
-=;;=;==;]
400 800 M
I
/ Legenda:
- - - - Batas Pusat Kota
..I ------- Batas Kelurahan/Desa
I
I ~ - - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
' - - Jalan Lingkungan
\ \
Desa Soya ~ Sungai
\ \
- Pemerintah
I I D Swasta
I - Bank
[G.J Jasa
1 1, ___ , __ ...,. •• "-, 1 { :')1 Hotel
,-··---··---
1 I
I I
0
I
I Desa Amahusu VI
" I
GAMBAR 16. PETA SEBARAN KEGIATAN JASA DAN PERKANTORAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 2002
106
Sementara itu, pada tahun 2002 pelayanan pos dan giro di kota Ambon
dilayani oleh sebuah kantor pos pusat yang berlokasi di ke1urahan Uritetu dan
diduktmg oleh 2 kantor pos keliling dan 20 kantor pos pembantu tambahan.
penduduk. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan air bersih terdapat pula
upaya swakelola yang diupayakan oleh masyarakat. Sumber air yang diupayakan
sendiri oleh masyarakat adalah ( 1) air tanah meliputi sumur bor/ pompa ( 14,88%),
sumur gali terlindung (30,43%) dan sumur gali tidak terlindung ( 1,23%);
(2) mata air meliputi mata air terlindung ( 13,24%) mata air dan mata air tidak
terlindtmg (0,06%).
107
Daerah pelayanan PDAM Kota Ambon meliputi Kawasan Pusat Kota dan
sekitamya, Desa Hative Kecil, Kelurahan Lateri, Desa Passo, Desa Poka dan Desa
perluasan dari jaringan yang telah ada sejak tahun 1928. Oleh karena itu
Sumber air baku untuk Kawasan Pusat Kota dan sekitamya terdiri dari
mata air dan sumur dalam. Sumber air dari mata air adalah Air Keluar (Desa
Urimessing), Air Besar (Desa Soya), Air Panas (Desa Soya), Air Wainiuw (Desa
Soya), Air Batu Gajah (Desa Urimessing) dan Air Wainitu (Kelurahan Kudamati).
A/P-4 (Desa Hative Kecil), NP-6 (Kelurahan Rijali), NP-7 (Kelurahan Rijali)
bahwa jwnlah pelanggan pada tahun 1982 hingga tahun 1997 meningkat sebesar
183%, dari 3.797 pelanggan menjadi 10.745 pelanggan. Kerusahan sosial di Kota
Ambon pada awal tahun 1999 yang menyebabkan banyak permukiman yang
Jaringan air limbah yang ada di Kota Ambon merupakan jaringan limbah
domestik. Menurut jenisnya limbah domestik dibedakan atas (1) lim bah cair (grey
water), berasal dari bekas mandi, mencuci dan memasak; dan (2) limbah padat
diterima ke saluran sekunder dan primer, seperti riol dan badan air atau sungai.
penduduk yang bermukim di lokasi yang jauh dari sistem saluran yang ada, maka
pembuangan kotoran manusia dari we/ jamban yaitu ditampung dalam septic tank
seperti ke Wai Batu Gantung, Wai Batu Gajah, Wai Baht Merah, Wai Tomu dan
Wai Ruhu. Untuk mengatasi hal itu, maka untuk kawasan dengan penduduk
SUSENAS tahun 2000, di Kota Ambon rumah tangga dengan fasilitas tempat
huang air besar terdiri dari 71,90% menggunakan we sendiri; 14,71% meng-
khususnya limbah padat di Kota Ambon, maka pada talmo 1994/1995 Pemerintal1
penyerapan dari septic tank ke IPLT mempeq,'llnakan mobil tinja milik Dinas
Kebersihan Kota. Nannm sejak kemsuhan melanda Kota Ambon, IPLT ini
berhenti berfungsi.
genangan air hujan. Dalam kenyataan, jaringan drainase juga berfungsi sebagai
mengikuti arah kemiringan tanah dan diupayakan agar air hujan dan air buangan
pembuangan akhimya.
Sistem drainase yang ada di kota Ambon, tidak dapat dipisahkan dengan
saluran primer utama. Semua air hujan dan air buangan dari permukiman diterima
melalui saluran tersier, sekunder dan menuju sungai/ riol sebagai primer dan
Untuk wilayah pusat kota, sistem drainase yang ada dilayani oleh 5 sungai
besar yaitu Wai Batu Gantung, Wai Batu Gajah, Wai Batu Merah, Wai Tomu dan
Wai Ruhu. Selain itu dilayani juga oleh beberapa sungai kecil yaitu Wai Putri,
Wai Nitu, Wai Keker, Wai Benteng, Riol Waititar, Kali Mati Wai Alat, Kali Mati
110
Batu Merah dan Kali Mati Pandan Kasturi. Panjang saluran yang ada di Kota
Ambon tahun 2002 adalah 10.889 m, yaitu 4.736 m merupakan saluran primer
bukan sungai dan 6.153 m berfungsi sebagai saluran sekunder dan tersier.
kurang baik, karena banyak endapan lumpur, pasir dan sampah. Kondisi ini
1-2 jam, an tara lain (1) kawasan bagian hilir Wai Batu Merah, (2) kawasan sekitar
riol Waititar yaitu di Jl. Said Perintah dan 11. A.Y. Patti, (3) kawasan bantaran
Wai Batu Gajah yaitu di Jl. dr. Sutomo, 11. Barn dan Ke1urahan Silale, dan (4)
kawasan bantaran sungai Batu Gajah yaitu Perigi Lima dan Waihaong.
Kota Ambon. Area pelayanan sistem ini masih terbatas pada kawasan pusat kota
halaman rumah.
tahun 1982 mencapai 75,23%, meningkat menjadi 97,89% pada talum 1997,
111
komposisi sampah per hari pada talmn 2002 terdiri dari sampah organik (35,80%)
dan sampah non organik (64,20%). Sampah non organik terdiri dari logam
(11,10%), plastik (18,90%), gelas/ kaca (2,40%), kertas (16,60%) dan lainnya
(15,20%).
Sumber : Kota Ambon Dalam Angka Tahun 1986, 1993, 2000 dan 2002
Pusat Kota yaitu di Air Kuning, Desa Batu Merah seluas 12 Ha. TPA ini mulai
tahun. Sistem operasional TPA ini menggunakan sistem sanitary /anfi/1. Selain itu
terdapat pula TPA darurat di Kelurahan Benteng dengan sistem sanitary /an.fi/1.
112
TPA darurat ini berfungsi sejak tahun 2001 dan bersifat sementara mengantisipasi
pada tahun 2000 adalah 97,59% dengan listrik PLN dan 2,41% dengan petromak
atau lampu minyak (SUSENAS, 2000). Daya listrik yang digunakan bersumber
dari Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) yang dikelola oleh PT. PLN
desa Hative Kecil dan desa Poka, dengan daya terpasang pada tahun 2002 adalah
jaringan distribusi adalah sistem open loop dengan pola operasional radial.
tersebut selama periode 1990 sampai 2002 menunjukkan adanya penurunan. Pada
113
tahun 1990 daya mampu adalah 38.245 KW berkurang menjadi 29.050 KW pada
pelanggan dalam periode tahun 1972 sampai 1997 mengalami peningkatan, tetapi
Kota Ambon telah dilengkapi dengan sentral telepon otomat (STO) yang
terdapat di 3 lokasi yaitu Ambon Centrnm, Passo dan Poka. Kapasitas STO dan
1972 kapasitas telepon adalah 1.600 satuan sambungan dan pada tahun 2002
ada dengan jumlah pelanggan, maka pada tahun 2002 di Ambon Centrum (Pusat
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, dalam bab ini akan disajikan hasil
dan pembahasan mengenai perkembangan fisik Pusat Kota Ambon, dalam kurun
waktu tahun 1940 sampai dengan tahun 2002. Ada pun topik bahasan yang
diuraikan dalam bab ini adalah ( 1) Arah perkembangan fisik pusat kota dari tahun
1940 sarnpai 2002, (2) Pola perkembangan fisik pusat kota dari tahun 1940
kota yang dilihat setiap periode, yaitu peri ode sebelum tahun 1970, periode 1970-
1980, periode 1980-1990, periode 1990-1997 dan periode 1997-2002 dan (4)
Temuan penelitian.
keadaan yang lain dalarn waktu yang berbeda. Sorotan perubahan keadaan
tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk analisa ruang
Perkembangan fisik keruangan yang terjadi pada suatu kota, salah satunya
dapat dilibat dari perubahan penggunaan laban dan perkembangan area terbangun.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleb Yunus ( 1978) babwa perkembangan
fisik suatu kota akan berimplikasi terbadap perubahan tata guna laban kota.
Perubaban tata guna laban berimplikasi pada perubaban ruang yang disebabkan
114
115
oleh kegiatan man usia. Zahnd ( 1999), menyatakan bahwa perkembangan ruang
kota tidak teijadi secara abstrak, melainkan dipengaruhi oleh proses dimensi
waktu yang cukup lama, dilakukan oleh manusia dan berkaitan erat dengan
produk. Pada bagian ini akan diuraikan arah perkembangan fisik pusat kota
5.1.1. Kondisi Fisik Keruangan Pusat Kota Ambon Pada Tahun 1940
Kondisi fisik pusat kota tercermin pada pola tata ruang kota Ambon yang
telah terbentuk sejak masa Hindia Belanda. Pada masa ini kota ditata dengan
teratur, oleh suatu lembaga yang mengawasi penataan kota yaitu Rooysmeester.
Gambaran tentang penggunaan laban di Kota Ambon tahun 1940 dapat dilihat
Kecil, Halong-Mardika dan Tanah Tinggi; Kelurahan Ahusen yaitu Pohon Puleh,
pemerintahan seperti perkantoran dan fasilitas sosial seperti sekolah dan tempat
ibadah terletak di tepi jalan utama, antara lain yang saat sekarang dikenal sebagai
barat benteng terdapat pertokoan yang dimiliki oleh pendatang China dan Arab
yang berfungsi juga sebagai tempat tinggal, sebuah pasar tradisional dan
pelabuhan laut. Pelabuhan !aut merupakan prasarana tranportasi utama saat itu,
116
yang kegiatannya meliputi transportasi orang, barang dan jasa tennasuk komoditi
pelabuban laut. Pol a tata ruang seperti ini telab ada sejak abad ke-17, mengingat
Kota Ambon kala itu adalah kota pelabuban, sebingga aktivitas perdagangan
berdekatan dengan pelabuban sebagai pintu masuk orang, barang danjasa dari dan
ke kota Ambon.
maka secara keseluruhan penggunaan ruang tahun 1940 masib didominasi oleb
kebun campuran dan butan. Area terbangun adalah seluas 44,67 ha, terdiri dari
i
~
' - - - - -- - - - - , - - 1 ~0~
~~ 'r - - - - J . . . . - - - - - - - - .!
I
~u
'\<v'v\)
Legend a:
--··- Batas Pusat Kola
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
;;::..:.-..-- Sungai
L ] Permukiman
D Perdagangan
::> nD Perkantoran dan Jasa
e
.
'' Fasilitas Sosial
i ~
Oesa Soya
- --- CJ Tanah Terbuka
'- Bentena CJ Pekarangan
~ Kebun Campuran !
- Hutan
- Benteng Neuw Victoria
-..J
Oesa Amahusu
GAMBAR 17. PETA PENGGUNAAN LAHAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1940
118
Honipopu, Urimessing dan Rijali. Konsentrasi area terbangun ini berada di sekitar
Molukken ". Sedangkan di Kelurahan Nusaniwe, Pan dan Kasturi, Desa Hative
Kecil, Kelurahan Waihoka dan Kayu Putih - Desa Soya saat itu tidak terdapat
119
area terbangun karena rnasih berupa kebun carnpuran dan hutan. Persebaran area
daerah dengan topografi yang landai dengan kelerengan 0-2% dan umurnnya
tersebar tersebar pada jalan-jalan utama yang ada dalam kota. Topografi yang
tumbuh lebih cepat pada lahan datar, karena biaya konstruksi bangunan lebih
rendah daripada di daerah perbukitan serta Jebih rnudah dan rnurah mernbangun
jaringan ulitas. Selain itu jalur-jalur transportasi rnernpunyai pengaruh yang besar
dalam rnembentuk pola penggunaan lahan di kota (Branch, 1955). Sejak awal
Pada periode ini Kota Ambon rnengalami kehancuran fisik yang cukup
besar, yaitu ketika pengebornan udara yang dilakukan Jepang pada tahun 1941,
pengebornan udara Sekutu pada tahun 1945 dan pengeboman udara APRIS pada
kehancuran. Dengan demikian area terbangun kota yang berdiri pada talmn 1950
kota mengalami kehancuran akibat perang selama periode 1940 sampai 1950.
Gambaran penggunaan lahan pada tahun 1950 dapat dilihat pada Gambar 18.
Bila diamati penggunaan ruang pada tahtm 1940 dan tahun 1950, pada
7,46 ha. Perubahan penggunaan ruang area terbangun ini meliputi pengurangan
permukiman seluas 15,16 ha, pengurangan area perkantoran danjasa serta fasilitas
sosial seluas 4,35 ha dan munculnya fasilitas militer seluas 14,94 ha. Sedangkan
untuk area non terbangun, hutan mengalami pengurangan terbesar yaitu 149,91
~0~
~tr-~
~u
-<,.<v'-'0
Legenda:
-·-··- Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
~ Sungai
0 Permukiman
0 Perdagangan
CJ Militer
Desa Soya
D Perkantoran dan Jasa
D Fasilitas Sosial
D Tanah Terbuka
U Pekarangan
!Ij!.;q Kebun Campuran
- Hutan
Desa Amahusu N
GAMBAR 18. PETA PENGGUNAAN LAHAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1950
407500 mT 41 0000 mT mT
' ........
........
-- -- --
I
I
I
/ Oesa Btu Merah
I
I
I
Desa Batu Merah
I
i '----------,.----'
~
<l..o~ I
f
I
~
I
--;$-v
~~~ I
I
3
Amantelu
f c
-<,.<vv
W aihoka 1
I
I
I
I
I
~u
I
I
\
\ \
Kayu Putih, Desa Soya \ 400 0 400 BOO M
\
I Legenda :
::::>
E
I' --- -·- Batas Pusat Kota
'
i / .. ~
/ Desa Sova --- --- Batas Kelurahan/Desa
Benteng I - ,--4-- -- --- -··-~-
1 =-- - - Jalan Arteri
- - Jalan Lo kal 3
c
Kudamati / - - Jalan Lingkungan
I
f
I
~ Su n gai
N
- Lahan Terbangun Ta hun 1940 N
f
r , . . . ._ 1 Desa Urimessing CJ Lahan Terbangun Tahun 1950
Desa Amahusu
" ' -·· -
I . . . . ___ ___ _____ _.)'f
Sumber: BAPPEDA Kota Ambon
407500 mT 4 10000 mT 41 2SOO mT
GAMBAR 19. PETA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1940- 1950
123
pengurangan area hutan tetjadi karena konversi hutan menjadi kebun campuran.
Bila diamati perubahan area terbangun pada tahun 1940 dan 1950 (Tabel
26}, maka kawasan yang mengalami kehancuran fisik akibat perang tersebar
124
terutama di bagian tengah yaitu Kelurahan Urimessing (I ,63 ha), Waihaong (2,23
ha), Silale (2,17 ha), Ahusen (4,41 ha), Honipopu (1,62 ha) dan Rijali (3,71 ha).
pada periode ini tersebar di bagian pinggiran kota yaitu di barat daya kota, di
kota akibat perang sepanjang dekade ini, bagian barat daya secara administratif
berada di luar Kota Ambon, sehingga tidak mengalami kerusakan yang parah
yang pada masa pendudukan Jepang berfungsi sebagai pelabuhan bongkar muat
menuju pelabuhan.
19), maka arah perkembangan area terbangun mengikuti jalur jalan utama,
sehingga pola perkembangan fisik kota berbentuk tinier mengikuti jalan ke arah
barat daya.
Kota Ambon pada periode ini mengalami perkembangan fisik yang pesat,
karena kota mulai dibangun kembali dari reruntuhan akibat perang, sehingga
ruang pada tahun 1960 terdiri dari area terbangun seluas 203,50 Ha, yang meliputi
125
pennukiman seluas 157,32 ha dan sisanya adalah perdagangan, militer, jasa dan
pertokoan dan pasar masih pada lokasi semula yaitu di Kelurahan Honipupu;
menyebar ke arab barat daya di Kelurahan Wainitu dan Benteng. Sementara itu
area non terbangun adalah 1.282, 26 Ha, dengan penggunaan terbesar adalah
kebun campuran (54,85%). Gambaran penggunaan ruang pada tahun 1960 dapat
I
1 Permukiman 14.56 157.32 0.98 10.591 142.76 26.8 1
2 Perdagangan 1.42 1.42 0.10 0.10 0.00 O.OC
3 Militer 14.94 24.29 1.01 9.35 4.98
1.631
4 Perkantoran dan Jasa 0.34 3.93 0.02 0.26 3.59 27.6
5 Fasilitas Sosial 5.95 16.54 0.40 l.ll 10.59 10.7€
6 Tanah Terbuka 7.92 7.92 0.53 0.53 0.00 O.OG
7 Pekarangan 2.12 24.30 0.14 1.64 22.18 27.61.
8 Kebun Campuran 966.82 814.91 65.07 54.85 -151.91 -1.69
9 Hutan 471.69 435.13 31.75 29.29 -36.56 -0.80
Jumlah 1,485.76 1,485.76 100.00 100.00 - -
Catatan : Laju perubahan dihitung dengan Laju Pertumbuhan Geometrik
Sumber: Hasil Rekonstruksi Foto Udara 1985; RBW Kota Ambon Lama dan Sekitamya, 1986; serta
Hasil Wawancara
penggunaan laban untuk area terbangun selama tahun 1950 dan 1960
menunjukkan bahwa laju perubahan per tahun yang cepat terjadi pada area
126
pennukiman sebesar 26,87%, perkantoran dan jasa sebesar 27,67% dan fasilitas
merehabilitasi kehidupan fisik kota dan sosial budaya masyarakat pasca perang.
rehabilitasi kota. Hal ini dipengaruhi karena Kota Ambon adalah ibukota Propinsi
Maluku dan secara administrasi pemerintahan Kota Ambon masih bersifat kota
terbangun seluas 166,29 ha (Tabel 28) dan perkembangan mengarah pada bagian
Ahusen (29,25%), Honipopu (27 ,95%) dan Rijali (24,43%). Penambahan area
pegawai dan pembangunan kembali fasilitas sosial dan ekonomi oleh Pemerintah.
407500mT 41 0\)00 mT 412500 m T
_ 9Jo~
-l ~'?-~ -
~<v"'v
~u
400 0 400 800 M
Legenda:
··-··- Balas Pusal Kola
-- -- Balas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
;:::..~ Sungai
D Permukiman
[:. : :1] Perdagangan
:) D Mililer
E D Perkanloran dan Jasa
i
Desa Soya
CJ Fasililas Sosial
D Tanah Terbuka
D Pekarangan
G,,:3 Kebun Campuran
- Hulan N
-.J
Desa Amahusu
mT 410000 mT
GAMBAR 20. PETA PENGGUNAAN LAHAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1960
407500 mT
mT
mT
~ -- ~- ...
... ............... . . ' "··"
/
I
/ Btu Mera h
I
I
I
Desa Batu Merah
I
I
'il 1 ~ ~ Pusat Kota Ambon I
~~
I
i I ~J~ I
I
I
Amantelu
I
'\<v"'..J
Waihoka 1
I
I
..I
I
..I
\ \
\ 400 0
l:l
u 400 800 M
\
I
I Legend a:
:::>
E I - - -- Batas Pusat Kota
'
/ Desa Soya · · · · · · Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
,----- -- -- - - - Jalan Lokal
Kudamati I I - - Jalan Lingkungan
I I
~ Sungai N
I - Lahan Terbangun Tahun 1950 00
" ____,
Desa Urimessing
......_ " ,
I
-- -- -_.)
I
407500mT 41o0oo mT
GAMBAR 21. PETA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1950- 1960
129
Perumahan rakyat ini terletak di samping sungai-sungai utama yang melintasi kota
yaitu di Batu Merah, Skip (Kelurahan Karang Panjang), Batu Gajah dan Batu
air bersih untuk minum dan kegiatan rumah tangga Iainnya. Sedangkan
rumah. Ketika roda pemerintahan di Propinsi Maluku mulai terlaksana pada awal
dekade I950-an, banyak diangkat pegawai, baik yang berasal dari Kota Ambon
maupun dari luar Kota Ambon, yang umumnya belum memiliki rumah.
Perumahan pegawai terletak di Tanah Tinggi dan Soya Kecil (Kelurahan Rijali),
barat daya, yaitu di Kelurahan Kudamati, Benteng, Wainitu dan Nusaniwe. Hal
ini dipengaruhi oleh kemudahan hubungan karena terhubung jalan raya (sekarang
jalan Nn. Saar Sopacua dan jalan dr. Sutomo) ke pusat kota.
Kelurahan Nusaniwe seluas II ,95 ha, Kelurahan Benteng seluas I7 ,43 ha dan
munculnya pennukiman di sepanjang jalan ini. Secara fisik area sepanjang jalan
lingkar Kelurahan Kudarnati dan Benteng ini memiliki topografi yang berbukit
dan secara geologi terdiri dari batuan terumbu koral menyebabkan sumber air
bersih dari air tanah relatif sukar. Akan tetapi daya tarik kawasan berupa nilai
lahan yang relatif murah dan tidak padat, serta tersedia air bersih dari jaringan air
PDAM yang melayani Rumah Sakit Umum dan sekitamya, menyebabkan muncul
dipengaruhi oleh kedekatan lokasi dengan pusat kota, aksesibilitas yang baik,
topografi yang landai serta keberadaan fasilitas pendidikan seperti Sekolah Tinggi
Perkembangan area terbangun pada peri ode ini (Gambar 21) mengarah
dari bagian tengah ke barat laut kota melingkupi area-area terbangun yang telah
ada sebelumnya dan mengikuti jalur-jalur jalan yang ada, dirnana sebagian besar
berada pada topografi yang datar dengan kemiringan lereng 0-2%, kecuali di
pola perkembangan fisik kota berbentuk konsentris di bagian tengah dan linier
Secara keseluruhan penggunaan ruang pada tahun 1970 terdiri dari area
terbangun seluas 332,10 ha dan area non terbangun seluas 1.153,66 ha. Area
terbangun meliputi pennukiman seluas 261.35 ha, perdagangan seluas 10,97 ha,
kawasan militer seluas 32,33 ha, perkantoran dan jasa seluas 8,69 dan fasilitas
sosial 18,76 ha, sedangkan area non terbangun sebagian besar adalah kebun
campuran dan hutan. Gambaran penggunaan laban pada tahun 1970 dapat dilihat
penggunaan ruang untuk area terbangun tahun 1960 dan I 970 menunjukkan
bahwa terjadi penambahan luas permukiman sebesar 104,03 ha, perdagangan 9,55
ha, militer 8,04 ha, perkantoran dan jasa 4,76 Ha dan fasilitas sosial 2,23 ha.
133
Penambahan area terbangun ini menyebabkan teijadi pengurangan area hutan dan
Gantung (Kelurahan Mangga Dua), Batu Gajah Tengah (Kelurahan Batu Gajah)
serta Skip dan Batu Meja (Kelurahan Batu Meja). Penambahan area perdagangan
disebabkan karena renovasi dan perluasan Pasar Lama dan pertokoan di jalan
A Y. Patti dan jalan Kemakmuran Kelurahan Honipopu. Penambahan area mil iter
daya, selatan, tenggara dan timur laut. Gambaran perkembangan area terbangun
periode 1960 dan 1970 dapat dilihat pada Gambar 23 dan Tabel 30.
Kelurahan Benteng seluas 26,34 ha. Kedekatan dengan Universitas Pattimura dan
dibukanya perumahan TNJ AD di Air Salobar dan Benteng Atas yang dilengkapi
dengan infraktruktur jalan lingkungan dan jaringan air bersih telah memicu
Kampung Ganemo.
mT mT 412500 mT
~u
400 0 400 800 M
Legenda:
··-··- Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
~ Sungai
D Permukiman
f_;;}:!l Perdagangan
::>
E
0 Militer
Desa Soya
D Perkantoran dan Jasa
D Fasilitas Sosial
D Tanah Terbuka
D Pekarangan
~ Kebun Campuran
- Hutan
Desa Amahusu
mT
GAMBAR 22. PETA PENGGUNAAN LAHAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1970
mT 410000 mT • 12:;oo mT
... ----
/1""'" ~'
~
I
I I
I
Desa Batu Merah I
I
!
0~
I
~ - - ----,---1
:==_ I
-0+-~
~QJ -
I
I
I
I
I
!
I
-<.,<v\; I
Waihoka 1
I
.. I
..I
..I
~u
I
I
\
\ \
400 0 400 1100 M
\ \
I I
Legenda:
:::>
E
I - - - - Batas Pusat Kota
~ ~ol'i ....,~ ~
Desa Soya --- - Batas Kelurahan/Desa
, . - - - Jalan Arteri
~----------- - - Jalan Lokal !
Kudamati /I
- - Jalan Lingkungan
I ~ Sungai w
V'l
I - Lahan Terbangun Tahun 1960
......... .
I
I
Desa Urimessing D Lahan Terbangun Tahun 1970
Desa Amahusu -~-~-----_) Sumber: BAPPEDA Kota Ambon
410000 mT 4125oo mT
GAMBAR 23. PETA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1960- 1970
136
Gajah dan Wai Tomu. Selain itu perkembanganjuga mengarah ke timur laut yaitu
di Kelurahan Pandan Kasturi dan Desa Batu Merah. Di Kelurahan Pandan Kasturi
sekitar jalan utama dan mengelompok sepanJang bantaran sungat Wai Batu
Merah.
Permukiman ini terdapat pada kawasan Batu Merah Dalam (bantaran Wai Batu
Merah) di Desa Batu Merah dan Kelurahan Amantelu, kawasan Skip (bantaran
Wai Tomu) di Kelurahan Karang Panjang dan Batu Meja, kawasan Batu Gajah
Tengah (bantaran Wai Batu Gajah) di Kelurahan Batu Gajah dan kawasan Batu
Gantung Dalam (bantaran Wai Batu Gantung) di Kelurahan Mangga Dua dan
untuk permukiman, maka lahan di sekitar bantaran sungai yang masih kosong
kawasan ini disebabkan pula karena kemudahan mendapat air bersih untuk
minum dan kegiatan rumah tangga lainnya, topografi yang relatif datar serta
aksesibilitas yang baik dan kedekatan lokasi dengan pusat kegiatan perkotaan.
Selain itu kawasan sekitar sungai ini umumnya adalah Tanah Dat/ atau Tanah
Negeri 2 yang dapat disewa dari pemiliknya dengan harga murah. Sistem sewa
1 Konsep Tanah Dati ini merupakan sistem yang berlaku pada Masa Kolonial Belanda dan sampai
kini masih berlaku pada beberapa tempat.Tanah ini adalah tanah milik desa (negeri) yang
diberikan kepada Keluarga (Marga, Mata Rumah) yang anggota keluarganya mengikuti
"heerendiensten" (kerja wajib) membantu Belanda Tanah ini diusahakan keluarga tersebut
untuk menyediakan bahan makanan sehari-hari selama melal.:ukan "heerendiensten ··· (Sumber:
Sejarah Kota Ambon, 2003). Sistem kepemilikan Tanah Dati ini adalah milik Keluarga (Marga
atau Mata Rumah, sesuai garis keturunan Ayah.
2 Tanah Negeri adalah tanah desa yang dimiliki oleh Masyarakat Adat Desa tersebut.
138
tanah tidak perlu menyediakan rumah, karena rumah dibangun sendiri oleh
periode ini arah perkembangan kota mengarah ke barat daya dan mulai mengarah
ke daerah yang berbukit di bagian selatan dan tenggara, serta mulai mengarah ke
timur laut yang mengikuti jaringan jalan yang ada serta pada laban-laban datar
area yang telab ada sebelumnya dan mengikuti jalan raya, sebingga
perkembangan fisik kota berbentuk konsentris bagian tengah dan tinier mengikuti
pembangunan di kota Ambon dalam dekade ini berkembang sangat dinamis, yang
Secara keseluruhan penggunaan ruang pada tabun 1980 terdiri dari area
terbangun seluas 494,71 ba dan area non terbangun seluas 991,05 ba. Area
terbangun meliputi permukiman seluas 393,25 ba, perdagangan seluas 10,99 ba,
kawasan militer seluas 32,33 ba, perkantoran danjasa seluas 23,25 ba dan fasilitas
sosial 34,90 ba, sedangkan area non terbangun sebagian besar adalab kebun
Uritetu, fasilitas perkantoran dan jasa tersebar pada jalur-jalur jalan utama di
tersebar di semua bagian kota. Gambaran penggunaan laban pada talmn 1980
!
LUAS (Ha) PERSENTASE i BESAR LAJU
NO. JENIS KEGIATAN (Ha) (%) _jPERUBAHAN PERU BAHAN
1970 1980 1970 1980 ! (Ha) (%)
i
!
I Permukiman 261.35 393.25 17.59 26.47! 131.90 4.17
2 Perdagangan 10.97 10.99 0.74 0.74i 0.02 0.02
I
3 Mil iter 32.33 32.33 2.18 2.18! 0.00 O.OC
4 Perkantoran dan Jasa 8.69 23.25 0.58 1.56! 14.56 10.34
5 Fasilitas Sosial 18.76 34.90 1.26 2.35!I 16.13 6.4C
6 Tanah Terbuka 7.92 16.20 0.53 1.09; 8.28 7.42
7 Pekarangan 36.84 45.21 2.48 3.041 8.37 2.07
8 Kebun Campuran 761.76 706.88 51.27 47.58! -54.88 -0.74
9 Hutan 347.14 222.76
1-----~-~-- --~
23.36
~
14.99) -124.38 ~-~-- -4.3j
J u m I ah 1,485. 76 1,485. 76 100.00 100.001 - -I
penggunaan ruang area terbangun tahun 1970 dan 1980 teijadi pada area
masing-masingnya seluas 131,90 ha, 14,56 ha dan 16,13 ha. Penambahan area
terbangun ini menyebabkan teijadi pengurangan area hutan dan kebun campuran
~0~
*-tr--~ !
~u
-<..<v"'.J
Legenda:
··-··- Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
Jalan Lingkungan
Permukiman
Perdagangan
Mil iter
:g Perkantoran dan Jasa
Fasilitas Sosial
Tanah Terbuka
Pekarangan
Kebun Campuran
Hutan
+:>.
Oesa Amahusu 0
407SOO mT
GAMBAR 24. PETA PENGGUNAAN LAHAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1980
407500 mT 41i 0mT 412500 mT
- ~ ~ .... .. ~--~-- , 1
---,_71
I
I
I
Desa Batu Merah I
I
i ...____ _ _
~ ---r-----1 D~ I
I
I
v+-t:f
I
E:
'\y_.,v
I
I
I
~u
I
---1
..
, I
1 I
• \
Desa';Soy\ 400 0 400 800 M
' \
il
~
~
?
. ;> =-.-.
~~~
l' . -
~-
~ :.~
_ ·e.. ..~ .
::;
••
Z..
. ,
~ ""~.,or> . ' Du ·
~angga
T 41" ~ - -
II
I
Desa Soya
Legenda:
GAMBAR 25. PETA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1970 -1980
142
Penambahan luas area perkantoran dan jasa serta fasilitas sosial di Kota
(PELITA I) di era Orde Barn dengan fungsi Kota Ambon sebagai kota
pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa serta kota pendidikan. Fungsi kota
daerah-daerah lain di Propinsi Maluku maupun pendatang dari luar Maluku untuk
semakin bertambah. Penambahan area perkantoran dan jasa serta fasilitas sosial
dan timur laut. Perubahan area terbangun terbesar tetjadi di Kelurahan Arnantelu
yaitu seluas 32.23 ha. Gambaran perkembangan area terbangun periode 1970 dan
Nusaniwe seluas 6,26 ha, Kelurahan Benteng seluas 20,53 km dan Kelurahan
yang dilengkapi pula dengan infrastruktur seperti jalan, listrik dan air bersih, yang
ini dipengaruhi oleh daya tarik kawasan antara lain harga tanah masih relatif
murah.
kota ke perbukitan Karang Panjang didasarkan pada Rencana Kota Tahun 1972
yang mengarahkan perumahan, perkantoran dan fasilitas olah raga pada kawasan
ini, yang dilengkapi dengan infrastruktur lingkungan seperti jalan, air bersih dan
campuran, telah memicu pennukiman di sekitar kawasan ini, karena harga tanah
dan Kompleks Perumahan Prajurit dan Perwira Kepolisian yang telah ada
kawasan berupa harga tanah yang terjangkau dengan lokasi yang nyaman dan
tidak padat.
utama yang meluas hingga Iereng-lereng bukit di sekitarnya yaitu Batu Merah
Dalam (Desa Batu Merah dan Kelurahan Amantelu), Skip (Kelurahan Karang
Panjang dan Kelurahan Batu Meja), Batu Gajah Dalam (Kelurahan Batu Gajah)
serta Bani Gantung Dalam dan Kampung Ganemo (Kelurahan Mangga Dua dan
Kudamati, lihat Gambar 26.8). Tumbuhnya permukiman pada lokasi ini selain
disebabkan oleh kedekatan lokasi dan kemudahan hubungan dengan kota, juga
pantai Honipopu diperuntukan untuk perluasan Pelabuhan Laut Yos Sudarso dan
perluasan pasar.
periode ini arah perkembangan kota mengarah ke barat daya hingga timur laut,
menyusuri daerah yang berbukit dan mengikuti jaringan jalan yang ada, serta
pada Iahan-lahan datar dan Iereng bukit sepanjang bantaran sungai. Pada periode
ini perkembangan kota tidak hanya berbentuk linier mengikuti jalur-jalur jalan
utama dan konsentris melingkupi area terbangun di bagian tengah kota, tapi juga
berbentuk melompat yaitu dengan membuka kawasan barn untuk perumahan dan
Secara keseluruhan penggunaan ruang pada tahun I 990 terdiri dari area
terbangun seluas 654,44 ha dan area non terbangun seluas 831 ,32 ha. Area
terbangun meliputi permukiman seluas 522,71 ha, perdagangan seluas 31,45 ha,
kawasan militer seluas 32,35 ha, perkantoran dan jasa seluas 28,98 ha dan fasilitas
sosial 38,97 ha, sedangkan area non terbangun sebagian besar adalah kebun
I
LUAS(Ha) PERSENTASE BESAR LAJU
NO. JENIS KEGIATAN (Ha) (%) PERU BAHAN PERUBAHAN
'
1980 1990 1980 1990 (Ha) (%)
i
!
I Permukiman 393.25 522.71 26.47: 35.18 129.46 2.8CJ
2 Perdagangan 10.99 31.45 0.741 2.12 20.46 11.09
3 Militer 32.33 32.33 2.18:i 2.18 0.00 0.0~
4 Perkantoran dan Jasa 23.25 28.98 1.56 I 1.95 5.73 2.23
I
5 Fasilitas Sosial 34.90 38.97 2.35' 2.62 4.07 l.ll
6 Tanah Terbuka 16.20 16.20 1.09 1.09 0.00 0. ()(]
7 Pekarangan 45.21 84.55 3.04 5.69 39.34 6.46
8 Kebun Campuran 706.88 509.58 47.58 34.30 -197.30 -3.22
9 Hutan 222.76 220.99 14.99 14.87 -1.77 -0.08
Jumlah 1,485.76 1,485. 76 100.00 100.00 - -
Catatan : Laju perubahan dihitung dengan Laju Pertumbuhan Geomctrik
Sumber : Hasil Rekonstruksi Foto Udara 2002 dan Data Wawancara
perdagangan di Kelurahan Rijali dan Desa Batu Merah pada area reklamasi pantai
Mardika dan Batu Merah, yaitu pertokoan Mardika dan pertokoan Batu Merah
yang dilengkapi dengan fasilitas terminal lokal dan regional. Perkantoran selain
147
pada lokasi yang telah ada di Kelurahan Honipopu, Uritetu, Ahusen dan
Amantelu, juga dibangun di Desa Batu Merah dan Kelurahan Pandan Kasturi.
permukiman. Gambaran penggunaan laban pada tahun 1990 dapat dilihat pada
[Co~
~~
~u
-<,.<v'-v.0
Legenda:
- - - - Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
~ Sunga i
Permukiman
Perdagangan
Mil iter
Perkantoran dan Jasa
Fasilitas Sosial
Tanah Terbuka
Pekarangan
Kebun Campuran
Hutan -+:>.
00
Desa Amahusu
GAMBAR 27. PETA PENGGUNAAN LAHAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1990
mT 41 0000 mT mT
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
(
I
~u
400 0 400 800 M
Legenda:
:::l
E - - - - Batas Pusat Kota
~,.,
0 ,_., ~
.-:::;;~~""._,_,: . -- \.
_ _ _ _ _t-\.~~---t---:-
.,_.
~~- I
~-- .
-=-::-::=----
·=- - ""-'-l
=:=:7'~,~ ~:;:.F:
-:,-
.- I ------- Batas Kelurahan/Desa
a ----t - - Jalan Arteri
,- - - Jalan Lokal
I
I
1
I
I
I
Desa Amahusu
- - Jalan Lingkungan
~ Sungai
D
-
Lahan Terbangun Tahun 1980
Lahan Terbangun Tahun 1990
-
~
\0
I
~--··-- - .... .-1
I
GAMBAR 28. PETA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1980-1990
150
penggunaan ruang area terbangun tahun 1980 dan 1990 teijadi dengan
penambahan area permukiman seluas 129,46 ha, perdagangan seluas 20,46 ha,
perkantoran dan jasa seluas 5,73 ha, serta fasilitas sosial seluas 4,07 ha.
Penambahan area terbangun ini menyebabkan teijadi pengurangan area hutan dan
tenggara, timur dan timur laut. Kecepatan perubahan area terbangun terbesar di
bagian timur Iaut yaitu Desa Batu Merah sebesar 13,36 % per tahun dan Desa
Hative Kecil sebesar 12,36% per tahun. Gambaran perkembangan area terbangun
peri ode I 980 dan 1990 dapat dilihat pada Gam bar 28 dan Tabel34.
dipengaruhi oleh harga tanah relatif teijangkau, kedekatan dengan pusat kota dan
permukiman dipengaruhi pula oleh harga sewa tanah yang murah. Status
kepemilikan tanah-tanah yang ada di kawasan ini adalah milik Desa yang
berbatasan Iangsung (Tanah Negeri), yaitu Desa Amahusu dan Desa Urimessing
atau milik keluarga dalam bentuk Tanah Dati. Dengan mendapat ijin dari
Pemerintah Desa (Negeri) atau pemilik Tanah Dati, seseorang dapat membangtm
151
di tanah Negeri atau Tanah Dati yang berbatasan langsung dengan kota, dengan
Merah dan Hative Kecil, yang berubah dari penggunaan kebun campuran menjadi
Pada jalan lingkar Batu Merah Atas bermuara jalan-jalan lokal yang
menuju ke Kebun Cengkeh, Air Kuning dan Galunggung, sehingga terjadi pula
152
perumahan dan fasilitas sosial dan pemerintahan di kawasan ini (Gambar 29.A).
Pada awalnya pembukaan kawasan Air Kuning, Kebun Cengkeh dan sekitamya
Kristen. Akan tetapi dengan adanya akses jalan ke TP A Sampah dan TPU
permukiman di Kawasan Batu Merah Atas disebabkan pula karena daya tarik
kawasan ini yaitu lokasi pennukiman yang belum padat dan dekat dengan pusat
kota serta banyak teijadi penjualan tanah dengan harga yang relatif teijangkau.
pesisir Pantai Honipopu kearah timur laut hingga Pantai Desa Batu Merah.
Reklamasi pantai ini menghasilkan kawasan pasar dan pertokoan modem serta
terminal lokal dan regional, yaitu Pasar Mardika, Ruko Batu Merah, Terminal
Dalam Kota Mardika dan Terminal Regional Batu Merah (Gam bar 29.8).
disebabkan karena kedekatan kawasan ini dengan pusat kota dan lokasi yang
periode ini arah perkembangan kota mengarah semua bagian kota mengikuti
jaringan-jaringan jalan yang ada, baik pada daerah yang datar maupun berbukit.
153
Sedangkan perkembangan fisik yang cepat teijadi pada bagian timur dan timur
laut kota yaitu di Desa Batu Merah dan Hative Kecil. Kondisi seperti ini
bagian tengah kota, tetapi juga berbentuk melompat yaitu dengan membuka
Secara keseluruhan penggunaan ruang pada tahun 1997 terdiri dari area
terbangun seluas 803,26 ha dan area non terbangun seluas 682,50 ha. Area
terbangun meliputi permukiman seluas 635,69 ha, perdagangan seluas 35,95 ha,
kawasan militer seluas 32,33 ba, perkantoran dan jasa seluas 35,35 ba dan fasilitas
sosial 63,94 ba, sedangkan area non terbangun sebagian besar adalah kebun
Batu Merah dan Kelurahan Pandan Kasturi. Fasilitas sosial tersebar di semua
kelurahanl desa, demikian pula lokasi permukiman. Pola seperti ini tidak terlalu
berbeda dengan pola penggunaan laban tabun 1990. Gambaran penggunaan laban
pada tabun 1997 dapat dilihat pada Gam bar 30 dan Tabel 35.
154
penggunaan ruang area terbangun tahun 1990 dan 1997 terjadi dengan
penambahan area permukiman seluas 112,98 ha, perdagangan seluas 4,50 ha,
perkantoran dan jasa seluas 6,37 ha, serta fasilitas sosial seluas 24,97 ha.
Penambahan area terbangun ini menyebabkan teijadi pengurangan area hutan dan
Waihoka dan Desa Batu Merah. Perkembangan tercepat terjadi di Desa Batu
perkembangan area terbangun periode 1990 dan 1997 dapat dilihat pada Gambar
31 dan Tabel36.
407rmr 41 orx> ml 41 2500 mT
~0~
:t-~
----~ ---~
~u
-<..<v":0
' 1 Legenda:
' ··-··- Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
Permukiman
Perdagangan
Militer
Perkantoran dan Jasa
Fasilitas Sosial
Tanah Terbuka
\ Pekarangan
' "''"'~
l;l.J Kebun Campuran
Hutan VI
VI
Desa A m ahusu
407500 mT
GAMBAR 30. PETA PENGGUNAAN LAHAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1997
-o7500 mT •10900 mT 412500 mT
........
i
:::;)
E
' - - - - - -- - - r - - 1 [Co~ ------!- -- -
Ie
~"?-~
~<v"'..s
..
l\
.·· ~·!
....
~u
..
Desa Soya' 400 0 400 800 M
Legenda:
:::;) --- - Batas Pusat Kota
E
~
Batas Kelurahan/Desa
i- ,-
- - -1_ _ Jalan Arteri
- - Jalan Lokal e
~/ - - Jalan Lingkungan
~ Sungai
.,..I
~
VI
0\
- Lahan Terbangun Tahun 1990
"'-.. I I Desa Amat\usu D Lahan Terbangun Tahun 1997
·,....._...._~ c../--'
'-._ II
Sumber: BAPPEDA Kota Ambon
-o7500 mT • 10000 mT 412Soo mT
GAMBAR 31 . PETA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1990 - 1997
157
Kudamati. Hal ini dipengaruhi oleh dibukanya jalan lingkar yang menghubungkan
Kudamati Atas dan daerah konservasi Hutan Lindung Gunung Nona yang
itu harga tanah serta sistem sewa beli tanah Dati yang murah menyebabkan
'
I Kel. Nusaniwe 32.11 36.84 4.73 1.38
2 Kel. Benteng 80.31 91.06 10.75 1.261
3 Kel. Wainitu ' 32.14 33.34 1.20 0.37
4 Kel. Kudamati 72.68 81.04 8.36 1.091
5 Kel Mangga Dua 28.22 30.33 2.11 0.72'
6 Kel. Urimessing 20.20 21.85 1.65 0.791
7 Kel. W aihaong I 14.85 15.57 0.72 0.48
I
8 Kel. Silale 14.63 14.63 0.00 0.00
9 Kel. Karang Panjang 26.21 30.58 4.37 1.56
10 Kel. Batu Meja 20.08 24.34 4.26 1.94,
11 Kel. Batu Gajah 30.42 35.74 5.32 1.62!
12 Kel. Ahusen 24.10 25.04 0.94 0.38
13 Kel. Honipopu 31.67 34.96 3.28 0.99,
14 Kel. Uritetu 30.87 34.64 3.77 1.16
15 Kel. Rijali 34.74 40.35 5.61 1.51
16 Kel. Amantelu 42.57 42.74 0.17 0.04
17 Desa Batu Merah 43.41 95.23 51.82 8.17
18 Kel. Pandan Kasturi 29.24 36.05 6.81 2.12
19 Desa Hative Kecil 18.24 25.31 1.01 3.33
20 KeL Waihoka 15.93 36.09 20.15 8.52
21 Kavu Putih - Desa Soya 11.80 17.54 5.74 4.04
JUMLAH 654.44 803.26 148.83 2.97
Catalan : Laju perubahan dihitung dengan Laju Pcrtwnbuhan Gcometrik
Swnber : Hasil Rekonstruksi Foto Udara Pusat Kola, 2002 dan Data Wawancara
158
kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Alaudin di Air Besar
seluas 24 ha pada tahun 1991 (Gambar 32.A). Meskipun letaknya cukup jauh
dari jalan utama, tetapi lokasi kampus terhubung oleh jalan lokal yang bermuara
ke jalan Sudirman yang menuju Pusat Kota. Keberadaan kampus dengan jaringan
A :
B :
pemerintah, seperti BTN Kebun Cengkeh, BTN Manusela dan Perumahan DPRD
jalan lokal menuju Kampus ST AJN, yang dipicu dengan kemudahan mendapatkan
laban. Pada awalnya kawasan ini adalah kebun campuran dan alang-alang yang
159
nilai tanahnya rendah, tapi ketika pembukaan jalan menuju Kampus, nilai tanah
kawasan ini menjadi lebih tinggi, sehingga banyak lahan yang dijual oleh
pemiliknya. Kedekatan lokasi dengan pusat kota dan kondisi lingkungan yang
tidak padat merupakan daya tarik kawasan ini sebagai lokasi permukiman. Selain
itu pembukaan pasar dan pertokoaan Mardika dan Batu Merah mendorong
lokasi pasar dan pertokoan ini, karena pada pedagang dan petani yang
memasarkan hasil ke pasar dan pertokoan ini memilih bertempat tinggal di sekitar
yang menyusuri bantaran Wai Batu Merah dipengaruhi pula oleh kemudahan
mendapat air bersih untuk minum dan kegiatan rumah tangga lainnya. Selain itu
tumbuhnya permukiman di daerah ini, karena didukung akses jalan menuju kota
periode ini arah perkembangan kota mengarah ke barat daya, timur dan timur laut.
Kondisi seperti ini menyebabkan perkembangan kota tidak hanya tinier mengikuti
jaringan jalan yang ada dan konsentris melingkupi area terbangun di bagian
tengah kota, tetapi juga berbentuk melompat dengan membuka kawasan bam di
terdiri dari area terbangun seluas 855.99 ha dan area non terbangun seluas 629,77
ha. Area terbangtm meliputi permukiman seluas 677,89 ha, perdagang~ seluas
35,95 ha, kawasan mil iter seluas 32,33 ha, perkantoran dan jasa seluas 41,28 ha
dan fasilitas sosial 68,54 ha, sedangkan area non terbangun sebagian besar adalah
kebun campuran dan hutan. Gambaran penggunaan lahan pada tahun 2002 dapat
•
i .____ _ _
:::>
E _____.J
~0~ ,.,~ .··. 'if -
rL ·- ,x;;s - ~~
~~ .---~------------------~
~u
-<..<v"'\j
Legenda:
··-··- Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
• - - Jalan Lingkungan
~ Sungai
D Permukiman
~ Perdagangan
:::>
D Militer
E CJ Perkantoran dan Jasa
i D
D
Fasilitas Sosial
Tanah Terbuka ~
1!
LJ Pekarangan
{__;]___'\"'---- \ ~ Kebun Campuran
- Hutan 0'\
Desa Amahusu
GAMBAR 33. PETA PENGGUNAAN LAHAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 2002
407jmT •10000 mT • 12500 mT
~
.........
.........
I
~I {,»r f?.i¥if§ Pusat Kota Ambon
I 0~ I
I
i I
~<c
-0-t-'f
I
I
I
- I
~
~v.,v
I
/
..I
Desa Soya
I
I
\ I
I
400 0
D.u 400 800 M
\ I
I I
Legenda:
~
I J
--- - Batas Pusat Kota
~
Batas Kelurahan/Desa
~ ---+-~----+- ·• I - - Jalan Arteri
1,------- ----.. - - Jalan Lokal ~
I I
I
- - Jalan Lingkungan
~ Su ng ai
D Lokasi Kerusuhan
-
R)
I
I Desa Amahusu
I
' Sumber: BAPPEDA Kota Ambon
'07500 mT 412!ioo mT
..( .....
..,_
..
·-~ -- .
--·_<~
~- ~
...
\""
/
'
I
•
,~
...
~'_ln;l ,
'j I. - ""'J.•
, -.
. I
·.
' \
. ' 't:. ,·
. ~u
Desa Soya , \ 400 o 400 eoo M
\
I Legenda:
- - - - Batas Pusat Kota
" .~ MaQgga oua · · · · · · · Batas Kelurahan/Desa
- - - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
~ Sungai 0"1
w
D Lahan Terbangun Tahun 1997
Desa Amahusu D Lahan Terbangun Tahun 2002
GAMBAR 35. PETA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1997-2002
164
penggunaan ruang area terbangun tahun 1990 dan 2002 adalah 52,73 ha terdiri
dari penambahan area permukiman seluas 42,20 ha, perkantoran dan jasa seluas
5,93 ha, serta fasilitas sosial seluas 4,60 ha. Penambahan area terbangun ini
1990-1997 yang sebesar 2,97% per tahun (Tabel 36), maka pada tahun 1997-
2002 pertumbuhan area terbangun per tahtm hanya sebesar 1,28% (Tabel 38).
Perubahan area terbangun yang lambat ini dipengaruhi oleh krisis ekonomi pada
tahun 1997 dan kerusuhan sosial di awal tahun 1999 yang menyebabkan aktivitas
kerusakan fisik bangunan dan permukiman di Kota Ambon dapat dilihat pada
Gambar34.
laut kota, dengan perkembangan terbesar teijadi ke arah timur taut di Desa Batu
Merah seluas II ,68 ha. Gambaran perkembangan area terbangun periode 1990
Galunggung, Kebun Cengkeh, Air Kuning dan Air Besar (Gambar 36.A). Harga
tanah yang relatif terjangkau dan kemudahan pergerakan ke tempat Jain serta
terbangun di kawasan ini. Kondisi yang sama teijadi pula di Batu Gajah,
pennukiman yang telah ada. Selain itu di Kelurahan Benteng pada bagian barat
daya kota, permukiman penduduk sudah mulai memasuki kawasan hutan lindung
memberikan darnpak pada konversi hutan dan kebun campuran menjadi area
terbangun. Dampak langsung dari pengurangan area hutan dan kebun campuran
menjadi area terbangun adalah berkurangnya debit mata air di sekitar kawasan
Pusat Kota Ambon dari tahun ke tahun (Tabel 39). Hal ini dapat berakibat buruk
bagi ketersediaan air bersih bagi masyarakat Kota Ambon, mengingat mata air-
mata air ini merupakan sumber air bagi PDAM Kota Ambon.
menarnpung masyarakat yang tidak dapat kern bali ke tempat tinggal semula, maka
Masawoy dan Air Besar. Selain itu terdapat pula pembangunan rumah-rumah
Gajah, Kelurahan Batu Meja, Desa Batu Merah mauptm di desa-desa sekitar pusat
kota Ambon pada awal tahun 1999. Kondisi keamanan yang tidak kondusif
mempengaruhi arab dan laju perkembangan fisik kawasan Pusat Kota Ambon.
Arah perkembangan fisik pada periode ini tidak teijadi di semua bagian
kota, tetapi terkonsentasi pada bagian timur laut di desa Batu Merah dan tenggara
di Kelurahan Waihoka, Kayu Putih - Desa Soya dan Kelurahan Batu Gajah,
(Gambar 35). Arah perkembangan kota di kelurahan! desa tersebut terkait dengan
Soya, Kelurahan Batu Gajah, Benteng dan Kudamati menjadi pilihan bagi
lokasi-Iokasi tersebut.
Pusat Kota Ambon. Pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon yang negatif pada
tahun 1997 dan terganggunya kegiatan ekonomi oleh kerusuhan sosial, serta
perkembangan area terbangun di kawasan Pusat Kota Ambon. Jika pada periode
2,97% (Tabel 36), maka pada tahun 1997-2002 pertambahan area terbangun
ada1ah 52,73 ha dengan laju 1,28% (Tabel38). Penambahan area terbangtm pada
169
periode ini adalah pembangunan relokasi pennukiman di Desa Batu Merah oleh
sebagai pengganti tempat tinggal semula yang telah rusak atau ditinggalkan akibat
kerusahan.
periode ini perkembangan kota mengarah ke barat daya, timur dan timur laut kota.
Perkembangan fisik kota ini berbentuk linier mengikuti jaringan jalan yang ada
sebelumnya.
(Tabel 40), maka area terbangun bertambah seluas 811,32 ha, dengan
(79,89%), diikuti oleh fasilitas sosial seluas 59,69 ha (7,36%), perkantoran dan
jasa seluas 36,59 ha (4,51 %), perdagangan seluas 34,53 ha (4,26%) dan fasilitas
militer seluas 32,33 ha (3,98%). Jika dihitung rata-rata per tahun, maka
periode tahun 1950-1960 seluas 166,29 ha. Pertambahan area terbangun yang luas
170
pada periode ini berkaitan dengan rehabilitasi dan pembangunan Kota Ambon
pasca perang tahun 1950. Pembangunan pada periode ini dilakukan oleh
Orde Barn, pembangunan fisik di Kota Ambon berkembang dinamis, yaitu dengan
pertambahan area terbangun pada periode tahun 1970-1997 adalah 471,17 ha. Jika
Kawasan Pusat Kota pada periode 1970-1997 yaitu 162,62 ha pada periode tahun
Penurunan area terbangun di kawasan Pusat Kota Ambon pada periodc ini
Tahun 1979 yang memperluas wilayah Kota Ambon dari 4,02 km 2 menjadi 377
km2. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik Kota Ambon tidak hanya
terkonsentrasi pada Kawasan Pusat Kota, tetapi menyebar ke semua bagian kota,
Pusat Kota dan sekitamya, (2) Sub Wilayah Rwnah Tiga dan sekitamya, (3) Sub
Wilayah Passo dan sekitamya, (4) Sub Wilayah Laha/ Tawiri dan sekitamya, (5)
Sub Wilayah Hutumuri dan sekitamya, (6) Sub Wilayah Kilang/ Naku dan
sekitamya dan (7) Sub Wilayah Latuhalat dan sekitamya (Rencana Induk Kota
TABEL 39. LUAS DAN LAJU PERUBAHAN PENGGUNAAN LABAN PUSAT KOTA AMBON
TAHUN 1940 - 2002
~rea Tei:!!!!J&:Un 44.67 37.21 203.50 332.10 494.71 654.44 803.26 855.99 811.32
I Pcmukiman 29.72 14.56 157.32 261.35 393.25 522.71 635.69 677.89 648.17 79.89
2 Pc:nlagangan 1.42 1.42 1.42 10.97 10.99 31.45 35.95 35.95 34.53 4.26
3 Mi1iter - 14.94 24.29 32.33 32.33 32.33 32.33 32.33 32.33 3.98
4 Perkantoran dan Jasa 4.69 0.34 3.93 8.69 23.25 28.98 35.35 41.28 36.59 4.!!1
5 Fasilitas Sosial 8.84 5.95 16.54 18.76 34.90 38.97 63.94 68.54 59.69 7..36
Area Non Terbanzun 1,441.08 1,448.55 1,282.26 1,153.66 991.05 831.32 682.50 629.77 -811.31
I Tunah Terbuka 1.92 7.92 7.92 7.92 16.20 16.20 17.95 11.13 3.21 ..0.40
2 Pckarangan 3.20 2.12 24.30 36.84 45.21 84.55 25.37 23.40 20.20 -2.49
3 Kcbun Campur.u1 808.36 966.82 814.91 761.76 706.88 509.58 422.14 379.10 -429.26 52.91
4 II ulan 621.60 471.69 435.13 347.14 222.76 220.99 217.03 216.14 -405.46 49.98
Area Terban~:un - -7.46 166.29 118.60 162.62 159.71 148.83 52.73 811.33 13.09
I Pernukiman - -15.16 142.76 104.03 131.90 129.46 112.98 42.20 648.17 10.45
2 Perdagangan - 0.00 0.00 9.55 0.02 20.46 4.50 0.00 34.53 0.56
3 Mil iter - 14.94 9.35 8.04 0.00 0.00 0.00 0.00 32.33 0.52
4 Perkantoran dan Jasa - -4.35 3.59 4.76 14.56 5.73 6.37 5.93 36.59 0.59
5 Fasilitas Sosial - -2.89 10.59 2.23 16.13 4.07 24.97 4.60 59.69 0.%
Area Non Terba!J&un - 7.47 -166.29 -1111.60 -162.62 -159.72 -148.83 -52.73 -811.32 -13.09
I Tanah Terbuka - 0.00 0.00 0.00 11.211 0.00 1.75 -6.112 3.21 0.05
2 l'l.-karangan - -1.011 22.111 12.54 11.:17 39.34 -59.111 -1.97 20.20 0.33
3 Kcbun Cwnpunm - 158.46 -151.91 -53.15 -54.1111 -197.30 -87.44 -43.()4 -429.26 -6.92
4 Hulan - -149.91 -36.56 -87.99 -124.311 -1.77 -3.96 ~.119 -405.46 -6.54
I
Area Terbanl:!:!n
Pcmukiman
-- -1.81
-6.89
18.52
26.87
5.02
5.21
4.07
4.17
2.84
2.89
2.97
2.83
1.111
1.29
4.88
5.17
2 Perdagangan - 0.02 0.00 22.66 0.(12 11.09 1.93 0.00 5.35
3
4
Militcr
P<."fkantoran dan Jasa
-- 0.00
-23.04
4.911
27.67
2.90
8.26
0.00
10.34
0.00
2.2:1
0.00
2.88
0.00
3.1S 3.57
5 Fasilit.as Sosial - -3.88 10.76 1.27 6.40 1.11 7.33 1.40 3.36
I
~rea ~on IUI!ID&!!n
Tanah Terbuka
-- o.os
0.00
-1.21
0.00
-1.05
0.00
-1.51
7.42
-1.74
0.00
-2.78
1.48
-1.60
-9.12
-1.33
0.55
2 Pckarangan - -4.03 27.62 4.25 2.07 6.46 -15.80 -1.60 3.26
3 Kebun Campuran - 1.81 -1.(•9 ..(1.67 ..(1.74 -:U2 -2.6S -2.13 -1.21
4 Hutan - -2.72 ~.110 -2.23 -4.34 .(1.011 ~.26 ~.011 -1.69
..
Calalan ; LaJU paubahan dihilllng dcnpn LaJU Pcrlumbuhln Goomelrik
Swnber Hasil Rckonslnlksi Foto Udara Tahun 198' dan 2002, RBW Kola Ambon Lama dan Sckitarnya, 1986; dan 0.1& Wawaacara.
172
1997. Hal ini terkait dengan kondisi keamanan Kota Ambon yang tidak kondusif
akibat kerusuhan sosial pada tahun 1999. Pertambahan area terbangun teijadi
21. Jumlah rumah yang telah dibangun sejak tahun 1999/2000 sampai tahun 2002
adalal1 1.096 unit (Dinas PU, 2003). Selain itu pertambahan area terbangun
tempat yang aman, seperti di Desa Batu Merah, Kelurahan Waihoka, Kayu Putih-
Desa Soya, Kelurahan Batu Gajah, Kelurahan Kudamati dan Benteng. Kondisi
keamanan yang tidak kondusif pada periode ini ditambah pula dengan
ekonomi dan gangguan aktivitas ekonomi karena keamanan yang tidak kondusif
maupun Pemerintah Kota, sehingga laju perubahan area terbangun pada periode
1997-2002 adalah seluas 52,73 ha yang lebih rendah dari pada periode 1990-1997
terbangun pada setiap periode (Gam bar 37, Gam bar 38 dan Gambar 39), maka
173
arab perkembangan fisik kota Pusat Ambon dari tahun 1940-2002 dapat
(I) Periode 1940 - 1960, perkembangan mengarah ke barat daya kota terutama
Air Salobar. Selain itu dipengaruhi juga oleh harga tanah yang murah,
topografi yang datar dan dilalui oleh jaringan jalan utama. Hal ini tidak
dapat dipisahkan dengan tata ruang kota yang telah terrbentuk sebelumnya,
dimana perkembangan fisik kota teijadi pada jalur-jalur utama dan berawal
dari bagian tengah kota yang telah dirintis sejak a bad ke-17.
(2) Periode 1960 - 1997, perkembangan mengaral1 ke seluruh bagian kota yaitu
ke barat daya, selatan, timur dan timur Iaut, terutama ke Kelurahan Benteng,
Kudamati, Mangga Dua, Batu Gajah, Batu Meja, Amantelu, Waihoka, Kayu
Putih - Desa Soya, Pandan Kasturi dan Desa Batu Merah. Perkembangan ke
disebabkan topografi yang landai dan dilalui oleh jaringan jalan utama.
juga dipengaruhi oleh tersedia jaringan jalan, harga tanah yang murah,
sistem sewa-beli tanah Dati yang murah, tersedianya jaringan air bersih dan
(3) Periode 1997- 2002, perkembangan mengarah ke timur laut dan tenggara,
terutama ke Desa Batu Merah, Kayu Putih- Desa Soya, Kelurahan Waihoka
agama. Hal ini menyebabkan Desa Batu Merah menjadi pilihan bagi
tengah kota, tersedia jalan penghubung dan aksesibilitas yang baik serta
harga tanah dan sistem sewa-beli tanah Dati yang murah, menyebabkan
kota.
,
J'
.
.,,;.f.,
~~·:
J-
.,.. ...
~~~....
.,
1970 - 1980 1980- 1990 1990-1997
Keteranl!an:
- Area Terbangun Tahun Awal
Gambar 37. Arah Perkembangan Fisik Kawasan Pusat Kota Ambon 175
>-..., ;-........
t /·
lj
.' L
.-··
' ~- :; ~ ''\_,.-.,.
)
... ./
,.
,~.~
....
./ _, . , ... ·,
1940-1950 1950-1960 1960-1970
•, ........ --·------------------
/.!
1970-1980 1990-1997
Keterangan
- Area Terbangun
1997-2002
GAMBAR 38. ARAH LINGKARAN PERKEMBANGAN FISIK KERUANGAN KAWASAN PUSAT KOTA AMBON
PETA KOTA A MBON
~u
400 0 400 800 M
Legenda:
Area Terbangun Tahun 1940
- ... 4
~
-
~
Area Terbangun Tahun 1990
- --
GAMBAR 39. ARAH PERKEMBANGAN FISIK KAWASAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1940-2002
178
kendala alam, yaitu perairan Teluk Ambon di bagian utara dan perbukitan di
bagian selatan yang membentang dari barat daya hingga ke timur laut dengan
topografi yang beragam dari daerah dengan kemiringan lereng 0-2% hingga di
atas 40%. Hal ini menyebabkan area terbangun dibatasi oleh topografi wilayah,
dan mengikuti jalan-jalan utama. Kondisi ini menyebabkan kawasan Pusat Kota
periode ta11un 1940-2002 (Gambar 37, Gambar 38 dan Gambar 39) maka
morfologi atau pola fisik (ekspresi keruangan) kawasan Pusat Kota Ambon
terbangun kota berbentuk kipas yang tidak kompak, tetapi terserak (scallered).
Hal ini disebabkan oleh hancurnya area terbangun pada semua bagian kota
akibat perang. Area terbangun yang ada adalah area terbangun yang Iolos dari
pada tahun 1950-1970, area terbangun melingkupi bagian tengah kota yang
telah lebih dulu berkembang dan menjalar ke barat daya dan timur laut,
lingkaran menyerupai kipas yang tidak kompak dan menjari (Gambar 40.8).
Hal ini disebabkan oleh bertambahnya area terbangun terjadi pada lokasi-
lokasi barn seperti Kelurahan Amantelu dan Desa Batu Merah dan mengikuti
keruangan morfologi kota berbentuk kipas dan gurita/ bin tang (Nelson dalam
Yunus, 2001), maka perkembangan kawasan Pusat Kota Ambon dibatasi oleh
hambatan alami yaitu perairan dan perbukitan sehingga perkembangan fisik kota
terjadi pada bagian tertentu saja seperti yang terjadi pada kota berbentuk kipas.
pada sisi sebelah selatan, timur dan timur laut kota serta mengikuti bentangan
180
alam yaitu pinggiran sungai yang datar, sehingga berbentuk menyerupai gurita
atau menjari.
kawasan Pusat Kota Ambon empiri tahun 2002 memiliki bentuk yang khas.
namun tidak ke semua arah secara merata, karena ada halangan fisik berupa
perairan dan perbukitan sehingga hanya mengarah ke barat daya, selatan, timur
dan timur Iaut kota. Hal ini menyebabkan morfologi kawasan Pusat Kota Ambon
mengadaptasi bentuk kipas dan gurita sehingga mempunyai bentuk yang khas
dijelaskan pada bagian terdahulu (Gambar 37, Gambar 38 dan Gambar 39),
dapat diidentifikasi pula pola perkembangan fisik Pusat Kota Ambon setiap
periode hingga saat ini. Jika dilihat dari tahun 1940-2002, maka perkembangan
fisik Pusat Kota Ambon terdiri dari gabungan beberapa pola perkembangan, yaitu
ini dapat dikelompokkan dalam 2 peri ode utama, yaitu ( 1) peri ode 1940-1970,
pola perkembangan adalah gabungan perkembangan konsentris dan tinier, dan (2)
:·
•
A. Pola Perkembangan B. Pola Perkembangan
Tahun 1940 - 1970 Tahun 1970-2002
c:::J Perkembangan Berbentuk Konsentris (Concentric Development)
- Perkembangan Berbentuk Linier (Linear/ Ribbon Development)
- Perkembangan Berbentuk Melompat (Leap Frog Development)
Gambar 41. Pola Perkembangan Fisik Pusat Kota Ambon Tahun 1940 - 2002
Pada periode ini, pola perkembangan fisik kota adalah gabungan dari pola
kosenteris dan tinier (Gambar 41.A). Pola kosenteris terjadi pada bagian tengah
pusat kota yang memiliki topografi datar, sedangkan pola tinier berlangsung ke
arab barat daya dan timur laut menyusuri jalan-jalan yang ada sepanjang pesisir
dan ke arah selatan menyusuri daerah pinggiran sungai yang relatif datar. Kedua
pola perkembangan ini berjalan secara simultan karena keterbatasan laban datar di
tengah kota dan hambatan alami berupa perairan Teluk Ambon di sebelah utara
dan perbukitan yang membentang dari barat daya hingga timur laut. Hal ini
bagian tengah yang telah berkembang serta tumbuh linier sepanj ang jalan-jalan
182
utama ke barat daya dan timur laut di pesisir yang datar. Pola perkembangan fisik
kota yang adalah gabungan antara pola konsentris dan pola tinier oleh Russwurm
Pada periode tahun 1970 sampai 2002, pola perkembangan fisik kota
teijadi menyusuri jalan-jalan utama, baik pada jalan sepanjang pesisir maupun
Karang Panjang (Kelurahan Amantelu, Karang Panjang dan Waihoka) dan Desa
Batu Merah (Kawasan Kebun Cengkih, Air Kuning, Air Besar). Perumahan,
(Gambar 41) memperlihatkan kondisi yang khas hila dibandingkan dengan pola
perkembangan fisik kota secara teoritis (Gambar 3), yaitu pola konsentris, pola
linier dan pola melompat. Pola perkembangan fisik kota secara empiri dibatasi
alami, yaitu perairan Teluk Ambon di sebelah utara dan perbukitan yang
membentang dari barat daya hingga timur laut. Hal ini menyebabkan
perkembangan konsentris tidak tetjadi ke semua arah secara merata, tetapi hanya
pada bagian tengah ke arah selatan kota yang datar. Demikian pula perkembangan
linier teijadi sepanjang pesisir pantai yang landai atau sepanjang jalan menuju
kawasan dengan kemiringan lereng 2-15% yang terpisah dari area terbangun yang
telah ada sebelumnya yang didukung oleh kebijakan pemerintah kota untuk
beberapa pola dan bukan pola yang tunggal. Hal ini mendukung pendapat yang
dikemukakan oleh Yunus (1987), bahwa sangat jarang terlihat adanya ekspresi
keruangan dari pertumbuhan fisikal kota (pola perkembangan fisik kota) yang
ciri umum untuk kota-kota di Pulau Jawa dan kota-kota tertentu di luar Pulau
Jawa.
184
Perkembangan ini tidak dapat dipisahkan dari faktor manusia, faktor kegiatan
manusia dan faktor pola pergemkan antar pusat kegiatan manusia yang satu
dengan pusat kegiatan manusia yang lainnya (Sujarto, 1990). Ketiga faktor di atas
secara fisik akan termanifestasi kepada perubahan tuntutan kebutuhan ruang yang
fisik kota dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam maupun dari
luar, baik faktor faktor fisik maupun faktor non fisik (Bintarto, 1977; Bmnch,
1995 dan Yunus, 2001 ). Kesemua faktor ini sating terkait satu dengan lainnya
Berdasarkan amh dan pola perkembangan fisik Pusat Kota Ambon yang
telah dijelaskan sebelumnya dan hasil pengecekan dengan data sekunder serta
Pusat Kota Ambon dapat dikelompokan atas faktor fisik dan faktor non fisik.
transportasi, aksesibilitas dan fasilitas serta utilitas kota, sedangkan faktor non
fisik meliputi perekonomian kota, harga tanah, sosial kependudukan, sejarah kota
periode, yaitu periode sebelum tahun 1970, periode tahaun 1970-1980, periode
tahlUl 1980-1990, peri ode tahtu1 1990-I 997 dan peri ode tahun 1997-2002.
bagi perkembangan kota. Kota Ambon secara fisiografi tidak terlepas dari kondisi
fisiografi pulau Ambon, yaitu dataran rendah sepanjang pesisir pantai yang
Pusat Kota terletak pada dataran rendah di pesisir yang dibatasi oleh perairan
Teluk Ambon di bagian Utara dan perbukitan di bagian selatan yang membentang
dari barat daya hingga timur laut. Hal ini menyebabkan area terbangun
terkosentrasi pada bagian dataran rendah dan menyebar sepanjang pesisir pantai
a. Kondisi Topografi
area terbangllll, maka pada periode 1940 - 1970 perkembangan kota masih
terkonsentasi pada area dengan kemiringan lereng 0-15 %, yaitu di bagian tengah
dan mengikuti pesisir pantai ke arab barat dan timur seperti di Kelurahan
Nusaniwe, Pandan Kasturi dan Desa Batu Merah (Gambar 42). Hal ini
186
Permukiman cenderung tumbuh lebih cepat pada lahan datar, karena biaya
konstuksi bangunan lebih rendah daripada di daerah perbukitan dan lebih mudah
dan murah membangun jaringan ulitas. Selain itu ITB (1980) menyatakan bahwa
b. Kondisi Hidrologi
Ambon. Kawasan pusat kota dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai yang
mengalir dari arah perbukitan di selatan sampai timur laut yang bermuara di Teluk
Ambon. Ketika selesai perang pada tahun 1950, dimana kota secara fisik dan
(sekitar Wai Batu Merah)- Desa Batu Merah dan Kelurahan Amantelu, Skip
(sekitar Wai Tomu)- Kelurahan Karang Panjang dan Batu Meja, Batu Gajah
Tengah (sekitar Wai Batu Gajah) - Kelurahan Batu Gajah serta Batu Gantung
dan Kampung Ganemo (sekitar Wai Batu Gantung)- Kelurahan Mangga Dua dan
Kudamati. Sungai-sungai ini merupakan sumber air minum maupun air bersih
untuk keperluan rumah tangga. Pengaruh kondisi hidrologi ini terasa pada tahun
sungai-sungai utama ini. Selain itu pada periode 1990-1997, area terbangun juga
tempat yang tersedia air, selain jaminan keamanan dan tersedia sumber daya
wilayah yaitu topografi yang datar dan ketersediaan air mempengaruhi munculnya
lokasi yang disukai ditentukan oleh kondisi alamiah wilayah seperti daerah yang
datar dan ketersediaan air (Gallion dan Eisner, 1996). Faktor kondisi topografi
mempengaruhi perkembangan fisik pusat kota Ambon pada periode tahun 1940-
dan periode 1990-1997. Pengaruh kondisi topografi dan hidrologi pada peri ode
1940-1970 disebabkan karena saat itu kawasan Pusat Kota Ambon mengalami
Jaringanjalan di Kota Ambon berbentuk grid di bagian tengah kota dan mengarah
linier ke barat daya dan timur laut sepanjang pesisir dan menuju ke perbukitan ke
188
arah selatan. Pola jaringan jalan seperti ini mempengaruhi perubahan penggunaan
sejalan dengan pertumbuhan panjang jalan. Pada periode tahun 1950 - 1960
ketika jaringan jalan lingkar (jalan dr. Kayadoe) dibangun melewati Kelurahan
lahan yang sebelumnya adalah kebun campuran menjadi area pennukiman. Selain
itu juga dibukanya jalan menuju ke Desa Soya (jalan Sirimau), menyebabkan
kawasan Batu Meja, Bere-Bere dan Kayu Putih yang berdekatan dengan pusat
fasilitas sosial, telah memicu perkembangan ke arah timur, terutama ke Ahuru dan
periode 1980 - 1997 dibuka jaringan jalan Sudirman pada kawasan Batu Merah
Kebun Cengkeh, Air Kuning dan Air Besar. Pada ruas-ruas jalan ini berkembang
PETA KO TA AM BON
Oesa Hative Kec1l
~""""
[¢0~
*-~~
"<v"'\j
400 o
11
u 400 eoo M
Legenda:
- - - - Balas Pusal Kola
Balas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
~ Sungai
"..
alive Kecil " ~ ........ ~
........
~ ........ ~
: ........ ........
. - .: ................. - . ~
·-.
= m--- n--
il ur
I
I
#0
~
k 'ti. V
I
~u
,, I
v*-
I
I
I
-<..<vv -----.\ I
Waihoka / j
400 0 400 800 M
77:2
Legenda:
- - - - Batas Pusat Kota
-- ·--- · Batas Kelurahan/Desa
:~
1!:
II -
"'
0
Desa Amahusu
Desa Urimessing
area terbangun muncul dan berkembang di sepanjang jalan-jalan utama yang ada
faktor tersediannya jalan menjadi pilihan munculnya area terbangun, karena akan
(3) Aksesibilitas
aktivitas kegiatan penduduk juga masih terbatas pada bagian tengah kota,
sehingga area terbangun kota juga masih terbatas pada lokasi-lokasi yang secara
alami telah berkembang, yaitu area tengah kota dan sekitamya seperti Kelurahan
Waihaong, Silale, Honipopu, Ahusen, Uritetu, Rijali, Batu Gajah dan Batu Meja
serta berkembang ke barat daya seperti Air Salobar (Kelurahan Nusaniwe dan
Benteng) dan ke timur laut (Desa Batu Merah). Hal ini berhubungan dengan kota
Ambon sejak semula dibangun pada bagian tengah pusat kota yang mempunyai
Pada periode 1972- 1982 jalur angkutan kota sudah melayani area seperti Air
Panjang (Kelurahan Amantelu) dan kawasan tengah kota dengan jalur Lin I
melayani Batu Gajah, Lin II melayani Skip (Kelurahan Batu Meja) dan Lin III
muncul sesudah talmn 1982 melayani kawasan di barat daya, selatan, timur dan
timur laut yang berkembang. Jalur-jalur bam tersebut adalah jalur Ahum, Kopertis
dan Lin V yang melayani kawasan Ahum, Kopertis, Karang Panjang dan
Belakang Soya (Kelurahan Karang Panjang dan Waihoka); jalur Air Salobar/
Atas dan Gunung Nona melayani Kelurahan Benteng dan Kudamati; jalur Kusu-
Kusu Sereh melayani Kusu-Kusu Sereh Desa Urimessing yang berbatasan dengan
Pusat Kota; jalur Tantui, Kebun Cengkeh, Galunggung dan lAIN melayani
Kelurahan Pandan Kasturi dan Desa Batu Merah; serta jalur Kayu Putih - Soya
hubungan (aksesibilitas) antara lokasi-lokasi ini dengan pusat kota, sehingga lebih
memacu tumbuhnya perrnukiman dan fasilitas bam di lokasi-lokasi ini. Hal ini
trayek tersebut (Tabel 41). Ketika kerusuhan sosial melanda kota Ambon pada
tahtm 1999, berdampak nyata pada berkurangnya jumlah kendaraan ummn, akibat
rusak dan diungsikan ke luar daerah. Meskipun demikian jumlah kendaraan yang
I Lin I 0 12 50 51 19
2 Lin II 0 5 16 24 12
3 Lin III 0 21 96 107 67
4 Lin IV () () 0 I I
5 LinV 0 0 15 15 10
6 Batu Merah 18 25 66 40 16
7 Karang Panjang 0 8 50 42 14
8 Ahuru 0 0 10 2I 7
9 Kusu-Kusu 0 0 7 4 6
10 Air Salobar 41 58 186 I29 53
11 Kudamati 0 49 129 104 53
I2 Benteng Atas 0 0 16 22 II
13 GunungNona 0 0 5 8 2
14 Taman Makmur 0 0 7 12 4
15 Kebun Cengkeh 0 0 13 38 I<;
16 Tantui 0 22 88 78 2C:
17 Batu Merah Atas 0 0 0 11 I.
18 Kayu Putih 0 0 5 7 f.
19 lAIN 0 0 0 8 <:
20 Kopertis 0 () 0 4 3
Jumlah 59 200 759 726 _34(]
kawasan-kawasan yang dilayani trayek inL Sejak sebelum tahun 1970 ketika
morfologi kota. Bintarto ( 1977) menambahkan pula bahwa jalur jalan dalam kota
dalam ikut meningkatkan arus manusia dan barang. Aksesibilitas kota menjadi
dan regional sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat ekonomi dan
kesehatan (Revisi RUTR Kota Ambon, 1994 ). Fungsi yang diemban ini berkaitan
langsung dengan kelengkapan fasilitas dan utilitas yang ada di Kota Ambon.
Branch (1995) menyebutkan fungsi yang diemban oleh suatu kota merupakan
unsur dasar utama yang mempengaruhi setiap aspek dari berfungsinya dan
menjadi kota tujuan utama bagi penduduk di Propinsi Maluku untuk pelayanan
tinggi dan pelayanan sosial lainnya, sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk
yang terkonsentrasi di Pusat Kota (Gambar 15 dan 16) membuka lapangan keija
bagi masyarakat dan menjadi daya tarik untuk penduduk bekerja dan menetap di
sekitar pusat kota. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan lahan dari area non
terbangun menjadi area terbangun untuk permukiman di desa Batu Merah, Karang
Panjang, Ahuru, Batu Meja, Kayu Putih dan Batu Gajah juga ke perbukitan di
Meskipun sebagian besar lokasi ini terletak pada daerah yang berbukit, namun
transportasi yang memadai serta sewa tanah yang relatif teijangkau menyebabkan
dari 11 rumah sakit di Kota Ambon terdapat di Pusat Kota. Demikian pula
keberadaan fasilitas pendidikan di Kota Ambon cukup lengkap mulai dari Sekolah
dengan jumlah fasilitas yang meningkat dari tahun ke tahun (Tabel 18). Sebagai
pusat pendidikan tinggi, maka penduduk dari pulau Ambon dan tempat-tempat
Tinggi Teologia di Tanah Lapang Kecil sejak tahun 1950-an yang berubah
menjadi Universitas Kristen Indonesia Maluku pada talmo 1990, telah menjadi
permukiman di Taman Makmur dan Air Salobar pada era tahun 1950-an.
196
Meskipun sejak tahun 1970-an berpindah ke Desa Poka, sekitar 35 km dari Pusat
kota. Banyak mahasisiwa yang memilih menetap di pusat kota karena kemudahan
mendapatkan kebutuhan yang lain dan aksesibilitas yang baik akibat tersedia
Agama Islam Negeri Alaudin di Desa Batu Merah pada awal dekade 1990-an,
Meskipun kampus lAIN cukup jauh dari pusat kota, tetapi terhubung oleh jalan
lokal yang bermuara ke jalan Sudirman yang menuju Pusat Kota. Keberadaan
menuju kampus.
karena lokasi-lokasi tersebut dekat dengan tempat bekeija, tempat pendidikan dan
dekat dengan pasar. Hal ini terkait dengan kelengkapan fasilitas pemerintahan
sosial dan ekonomi di Kawasan Pusat Kota Ambon. Sehubungan dengan hal itu,
Jayadinata (1999) menyatakan bahwa kota dengan segala fasilitas baik sosial
maupun ekonomi merupakan tempat yang baik untuk bertempat tinggal dan
bekeija yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tata guna lahan di perkotaan.
yang dominan adalah jaringan listrik dan jaringan air bersih. Pemilihan tempat
tinggal dan beraktivitas, didasarkan pada ketersediaan listrik dan air bersih.
197
a. Jaringan Listrik
masyarakat dan overlay peta jaringan listrik dan area terbangun kota, pada peri ode
1970 sampai 1980 kawasan yang dialiri listriklah yang menjadi pilihan tempat
Nusaniwe, Benteng, Kudamati, Mangga Dua, Batu Gajah, Batu Meja, Karang
Sekarang ini jaringan listrik telah mengaliri seluruh kota dan berdasarkan
Hasil Susenas Tahun 2000 terdapat 97,59% rumah tangga menggunakan listrik
PLN sebagai sumber penerangannya. Sejak tahun 1990, jaringan listrik telah
listrik tidak lagi menjadi faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi beraktivitas
kota. Pada tahun 1950-1970, bagian tengah kota yaitu kelurahan Waihaong,
Silale, Honipopu, Ahusen, Uritetu dan Rijali serta bagian barat daya yaitu
perkembangan mengarah ke barat daya. Pada periode tahun 1970 - 1990, jaringan
air bersih telah melayani kawasan tengah kota hingga ke barat daya ke Kelurahan
Nusaniwe serta pada lokasi-lokasi perumahan barn dan wilayah sekitarnya seperti
198
Merah) dan Aster (Desa Hative kecil). Berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat serta overlay peta jaringan air bersih dan area terbangun kota, maka
kawasan yang mempunyai jaringan PDAM menjadi pilihan bagi penduduk untuk
bertempat tinggal. Hal ini menyebabkan area terbangun tersebar pada daerah-
daerah yang dilalui oleh jaringan distribusi PDAM (Gambar 45). Sedangkan
pada periode 1990 sarnpai 2002 perkembangan kota karena jaringan air bersih
menetap di daerah perbukitan, kebutuhan air bersih didapat dari sumur dangkal,
sumur dalam (sumur bor), mengalirkan air dari mata air atau membeli air.
yang berpengaruh adalah ketersedian listrik terutama pada periode tahun 1970-
1980, dan kemudahan mendapat jaringan air bersih terutama pada periode 1950-
perkembangan fisik kota dan merupakan pembentuk pola penggunaan laban kota.
kegiatan pada tempat-tempat sehingga tidak melebihi kapasitas utilitas yang ada.
.07500mT • 10000mT •12500 mT
[¢0~
~rt .
'\<v'·:0 ~u
<100 o <100 eoo M
Legend a:
- - - - Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
..
- - Jalan Llngkungan
~ Sungai
D Daerah Pelayanan
Tahun 1970 - 1980
Daerah Pelayanan Tahun 1980
Sampai Sekarang
\0
\0
Desa Urimessing
Desa Amahusu
.07500mT
Btu Merah
Legenda :
··- ··- Batas Pusat Kota
---- - Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Arteri
- - Jalan Lokal
- - Jalan Lingkungan
~ Sungai
Desa Amahus u
Sumber: BAPPEDA Kota Ambon
GAMBAR 45. PETA PERKEMBANGAN DAERAH PELAYANAN JARINGAN AIR BERSIH Dl PUSAT KOTA AMBON
201
fungsi kota Ambon sebagai pusat perdagangan dan jasa di Propinsi Maluku. Kota
Ambon juga merupakan pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa bagi wilayah
angkutan menjadi penting. Hal ini ditunjang dengan tersedia fasilitas pelabuhan
laut Yos Sudarso sebagai pintu masuk-keluar utama barang dan jasa selain
kota Ambon berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga
Konstan tahun 1978, 1983, 1990, 1997 dan 2001 menunjukkan bahwa sektor-
sektor tersier seperti, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor
serta Sektor Jasa-jasa secara kumulatif menyumbangkan lebih dari 50% dari total
disebabkan karena Kota Ambon merupakan pusat perdagangan baik tingkat lokal
kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota Ambon yaitu 16,54% pada tahun 1978
dan 20,35% pada tahun 2001 (Tabel 13). Hal ini berimplikasi pada penambahan
43), penambahan area terbangun kota untuk perdagangan dari tahun 1940-1970
adalah 9,55 Ha meliputi A.Y. Patti dan sekitamya (Kelurahan Honipopu dan
Uritetu), dan dari tahun 1970-2002 adalah 34,53 Ha meliputi pertokoaan Mardika
dan Batu Merah (Keluarahan Rijali, Desa Batu Merah) dan pada jalan-jalan utama
seperti JI. Said Perintah, JI. Pahlawan Revolusi, Jl. Telukabessy dan Jl.
Cendrawasih.
-- 1975
------
1982 1990 1997 2002
- - - - - - - -------- ---------- ---------
Pada sisi lain, kegiatan sektor jasa-jasa juga memberikan kontribusi yang
peningkatan dari 24,68% pada tahun 1978 menjadi 30,98% pada tahun 2001
(Tabel 13). Peranan sektor jasa ini ditunjang oleh fungsi kota Ambon sebagai
203
perkantoran pemerintah barn yaitu di Karang Panjang pada periode tahun 1970-
1980 dan di Batu Merah Atas dan Kebun Cengkih pada Peri ode 1980-1997.
Penambahan area terbangun untuk aktivitas perkantoran dan jasa adalah seluas
7,00 Ha pada periode 1940-1970 dan seluas 32,59 Ha pada peri ode 1970-2001.
!
NO. JENIS KEGIATAN LUAS(Ha BESAR PERUBAHAN (Ha)
1940 1970 2002 1940-1970 1970-2002 1940-2002
basil Susenas tahun 2000, di Kota Ambon terdapat 63,20% penduduk yang
bekerja sebagai pegawai negeri dan karyawan swasta. Para pegawai dan karyawan
menunjukkan kecenderungan peningkatan, yaitu 7,44% pada peri ode 1983 - 1990
dan 22,70% pada periode 1990-1997, sedangkan ketika tetjadi krisis ekonomi dan
pendapatan per kapita penduduk Kota Ambon dan sebaliknya. Pendapatan per
kapita penduduk pada tahun tahun 1978 adalah Rp.l57.810,- meningkat menjadi
Rp.540.481,- pada tahun 1983, Rp.2.241.933,- pada tahun 1997 dan menurun
rumah sendiri sebagai kebutuhan dasar manusia sehingga tetjadi penambahan area
pennukiman dari tahun ke tahun. Penambahan area pennukiman pada tahun 1940-
1970 adalah 231,63 Ha dan pada tahun 1970-2002 adalah 416,54 Ha (Tabel 43).
Ketika krisis ekonomi dan kerusuhan sosial di Kota Ambon pada periode
1997-2002, pertumbuhan ekonomi Kota Ambon pada periode ini adalah -12,03%
sebelumnya. Hal ini berimplikasi pula pada pertumbuhan area terbangun di Pusat
(Tabel 36) dan tahun 1997-2002 (Tabel 38}, maka teijadi penurunan laju
pertumbuhan area terbangun yaitu 2,97% pada tahun 1990-1997 menjadi 1,28%
sesudah tahun 1970 (Tabel 43), maka penambahan area terbangun yang pesat
pembangunan nasional lewat PELIT A, yang mulai dilaksanakan pada era tahun
pemerintah. Ketika perekonomian berjalan baik pada peri ode tahun 1970-1997,
maka laju perubahan area terbangun adalah tinggi, sedangkan ketika kondisi
ekonomi terpuruk akibat krisis dan kerusuhan sosial pada tahun 1997-2002, maka
laju perubahan area terbangun adalah rendah. Hal disebabkan karena kegiatan
kota tumt mempengaruhi perkembangan fisik kota. Hal ini mendukung pendapat
Yunus (1981), Branch (1995) serta Gallion dan Eisner (1996) yang menyatakan
~u
Legend a:
- - - -Balas Pusat Kota
------- Batas Kelurahani Desa
- - Jalan Arlen
- - Jalan LDkal
- - Jalan Ungkungan
~ Sunga i
> Rp.50.000
~u
-...........-.... .
Legend a·
~-
C=:J c Rp 10.000
• Rp •oo ooo
sumber SK wa~kota No OIIPHDn 994
~u
Legend a
-- --Balas Pusat KOla
· ------ Batas KelurahaniOesa
- - JalanAr1erl
- - Jalan Lokal
- - Jalan Llngkungan
,.._,--- Bunoat
Gambar 46. Harga Tanah Per M2 Di Pusat Kota Ambon Tahun 1980 - 2002
207
Setiap kegiatan manusia memerlukan ruang dan kebutuhan akan ruang ini
ditentukan juga oleh besarnya harga tanah. Penambahan area terbangun di Kota
Ambon juga dipengarahi pula oleh tinggi-rendahnya harga tanah. Harga tanah di
bagian tengah Pusat Kota Ambon adalah tertinggi dan cenderung menurun
Dua, Batu Gajah, Kayu Putih- Desa Soya, Waihoka dan Desa Batu Merah pada
tahun 1970-1980 adalah kurang dari Rp.IOO,- per m2 (Gambar 46.A) Demikian
1970 disebabkan karena harga tanah yang murah, yaitu dibawah Rp.lOO,- per m2.
Sementara itu ketika harga tanah di Pusat Kota Ambon meningkat seiring
tanah yang Iebih murah masih merupakan pilihan untuk tempat bermukim
dan Kudamati dengan harga tanah berkisar antara Rp.lO.OOO - Rp.65.000,- per
m2, bahkan lokasi di bantaran sungai Batu Merah, harga tanah adalah kurang dari
Batu Merah merupakan area yang padat dengan bangunan. Sedangkan pada taltun
2002, berdasarkan harga Nilai Jual Wajib Pajak (NJOP), maka kawasan Desa
Batu Merah dan Kayu Putih - Desa Soya yang mempakan kawasan yang
208
dengan harga tanah yang murah menjadi faktor penting berkembangnya area
terbangun di pinggiran kota. Hal ini mendukung pendapat Branch (1995) yang
nilai tanah yang semakin rendah dan Colby dalam Yunus (2001) yang
menuju bagian luar kota. Kekuatan sentrifugal yang terjadi dapat berupa kekuatan
keruangan seperti harga tanah yang lebih murah. Mengenai harga tanah ini,
dari waktu ke waktu. Pada tahun 1930 berdasarkan Sensus oleh Pemerintah
Hindia Be1anda, penduduk Kota Ambon adalah 17.333 jiwa, meningkat menjadi
79.280 jiwa pada tahun 1971 dan terns meningkat hingga tahun 1997 mencapai
174.402 jiwa, sedangkan pada April 2002 jumlah penduduk menurun menjadi
133.317 jiwa akibat kerusuhan sosial di Kota Ambon tahun 1999 (Tabel 6).
209
Peningkatan jumlah penduduk ini dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu fal'tor
alami (kelahiran dan kematian) dan faktor perpindahan atau migrasi penduduk
bawah tahun 1970, maka pembahasan kondisi sosial kependudukan dibatasi pada
periode tahun di atas 1970. Pada periode tahun 1970-1990, peningkatan jumlah
penduduk lebih dipengaruhi oleh faktor migrasi (Tabel 44). Tingginya migrasi
di Kota Ambon, terutama kegiatan perdagangan dan jasa yang membuka peluang
untuk berusaha dan menyerap tenaga kerja. Kegiatan perdagangan 1ebih semarak
ketika pada tahun 1989 mulai berfungsi aktivitas perdagangan moderen yaitu
Pertokoan Mardika dan Batu Merah. Hal ini telah memicu munculnya
Demikian pula berkembangnya aktivitas jasa dengan Kota Ambon sebagai pusat
pennukiman di pinggiran pusat Kota seperti di Pandan Kasturi, Desa Batu Merah,
Waihoka, Kayu Putih Soya, Kudamati dan Benteng (Gambar 22, 24 dan 27).
Selain itu tersedia sarana pendidikan yang lengkap dari Sekolah Dasar
hingga Perguruan Tinggi adalah juga faktor penunjang teijadinya migrasi di Kota
Ambon. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah
(SD hingga Perguruan Tinggi) dalam periode tahun 1970-1990. Pada tahun 1975,
penduduk yang bersekolah beijumlah 25.305 jiwa meningkat menjadi 37.279 jiwa
tahun 1979, 65.967 jiwa tahun 1982 dan 77.124 jiwa tahun 1990 (BPS, 1980,
keluarganya menjadi faktor utama memilih menetap di Kota Ambon. Hal inilah
yang menjadi salah satu penyebab munculnya pennukiman di sekitar pusat kota
kondisi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Sebagai pusat perdagangan,
mecari pekeijaan barn dan pelaku migrasi risen kembali ke tempat asalnya.
juga dipengaruhi oleh migrasi risen. Migrasi risen disebabkan oleh masuknya
perumahan pengungsi Tipe 21. Jumlah rumah yang telah dibangun sejak tahun
1999/2000 sampai tahun 2002 adalah 1.096 unit (Dinas PU, 2003).
fisik kota. Hal ini disebabkan karena kota merupakan cerminan dari aktivitas
2002, ketika jumlah penduduk berkurang akibat kerusuhan sosial, namun migrasi
risen netto tinggi yaitu 6.857 jiwa pada tahun 2002, sehingga berimplikasi pada
dan Yunus (2001) yang menyatakan bahwa urbanisasi dan peningkatan jumlah
bahwa ada 3 faktor utama yang menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan
kota, yaitu faktor manusia, faktor kegiatan manusia dan faktor pola pergerakan
antar pusat kegiatan manusia yang satu dengan pusat kegiatan manusia yang
perubahan akan tuntutan kebutuhan ruang. Tuntutan kebutuhan ruang ini akan
pemerintah daerah dalam ikut serta mengatur pemekaran fisik kota, yang
dituangkan ke dalam konsep rencana tata ruang perkotaan yang digunakan sebagai
dituangkan dalam Rencana (Master Plan) Kota Ambon Tahun 1972-1992, antara
lain sebagai berikut : (1) mengusahakan sistem perumahan bam pada daerah-
daerah sekeliling kota (dari barat daya hingga timur taut kota), dimana orientasi
dari daerah yang dibangun masih mendekati/ tergantung pada jaringan jalan yang
(2) Mempertahankan daerah pelabuhan pada lokasi yang ada dengan pengarahan
213
sekeliling kota yang mempunyai topografi curam dan kawasan sepanjang sungai-
Tahun 1972-1992 dengan peta area terbangun Pusat Kota tahun 1970-1980
beijalan sesuai dengan Rencana Kota. Arahan rencana kota ini menyebabkan
pinggiran pusat kota, terutama ke bagian timur laut dan tenggara kota yaitu
yang mempengaruhi tumbuhnya permukiman di sekitar area perluasan ini. Hal ini
Induk Kota Tahun 1982-2005 dan Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota
Ambon Tahun 1994-2005. Dalam perencanaan Kawasan Pusat Kota Ambon dan
sekitamya, didasarkan pada Rencana Bagian Wilayah Kota Ambon Lama dan
Ambon Lama dan sekitamya, maka pengembangan fisik dan tata ruang Kota
Ambon Lama dan sekitar diarahkan ke timur kota, terutama di Desa Batu Merah
dan 90 ha.
~7500mT • 10000mT mT
I
J
I
I
I
I
I
I
I
I
~ I
I ~-----,---' ~~0~ I
~u
-v+-tf-
-<,.<v\;
400 o 400 eoo M
Legenda:
··-- - Batas Pusat Kota
Batas Kelurahan/Desa
- - Jalan Utama
;;::::::::r-- Sungai
Rencana Penggunaan Tanah 1972-1992:
l"l Permukiman Iilli] Pelabuhan
- Perdagangan IJ Komp. Militer
- Fasilitas Sosial - Pertamina
- Perkantoran - Kuburan
~ - Daerah lndustri c:::J Jalur Hijau
I 1 - - - - -'1Area Terbangun:
[ ] Area Terbangun Tahun 1970
- Area Terbangun Tahun 1980
.,.
• Desa Urimessing
c:::J Area yang Tidak Termasuk
Wilayah Perencanaan
-
N
~
GAMBAR 47. PETA OVERLAY RENCANA PENGGUNAAN TANAH 1972-1992 DAN AREA TERBANGUN TAHUN 1970-1980
215
Arahan rencana ini menyebabkan pada tahun 1980 sampai 1997 arah
perkembangan fisik kota berlangsung ke arah Desa Batu Merah dan Kelurahan
Pandan Kasturi (Gambar 28 dan 31). Pada lokasi Desa Batu Merah dibangun
Kantor PBB dan Kantor Jasa Rahruja) dan pendidikan tinggi, sedangkan di
Pandan Kasturi dan Hative Kecil dibangun perkantoran (Kandep Agama, BPN
Propinsi dan BPN Kota) dan perumahan (Aster dan sekitarnya). Hal ini
Merah adalah 77,84 ha, di Kelurahan Pandan Kasturi 14,84 ha dan di Desa
Kota Ambon yang teJjadi saat ini. Hal ini terlihat dari penggunaan kawasan-
kawasan konservasi seperti pengunaan area dengan kemiringan lereng yang lebih
dari 30%, area sepanjang tepi sungai-sungai utama dan pada area-area acquifer
(penyerapan air tanah) antara lain di Air Besar- Batu Merah dan Gunung Nona,
di Kota Ambon pada tahun 1970-1997 mendukung pendapat Bintarto (1977) dan
perkembangan fisik suatu kota. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Yunus (2001) yang menyebutkan bahwa perencanaan tata ruang dan tata kota
216
merupakan faktor non fisik yang mempengaruhi perkembangan fisik kota. Hal
Kota Ambon merupakan basil kota bentukan Portugis dan Belanda pada
Ambon saat itu berada di sekitar Benteng "Kota Laha" sebagai pusat
pemerintahan yang berdekatan dengan peJabuhan laut sebagai pintu masuk dan
keluar arus barang, jasa dan orang. Sebagai kota pemerintahan, pada masa Hindia
BeJanda Kota Ambon ditata oleh Badan Penataan Kota, sehingga wujud fisik kota
seperti jaringan jalan yang ada sekarang telah dibangun sejak abad ke 17. Selain
itu sebagai kota pemerintahan dan perdagangan, kota Ambon di1engkapi pula
dengan fasilitas sosial ekonomi seperti pasar, pertokoan, pelabuhan, sekolah dan
rumah sakit, sehingga menarik penduduk dari desa-desa sekitar untuk bermukim
Pola tata ruang yang teJah dibentuk pada masa pemerintahan Belanda ini,
menjadi pembentuk pola tata ruang dan perkembangan kota Ambon pada masa
sekarang. Pasar dan pertokoan berada dekat pelabuhan dan berkembang sepanjang
ada dan menyebar mengikuti jalan-jalan barn yang bersambung pada jaringan
area terbangun pada periode tahun 1950-1970 melingkupi kota lama karena telah
217
ada fasiJitas dan utiJitas kota untuk kehidupan masyarakat. Dengan demikian
Berkaitan dengan uraian faktor sejarah ini, Bintarto (1977) menyatakan bahwa
pembentukan kota dan fungsi kota, seperti kota perdagangan, pemerintahan atau
industri.
SeJain beberapa faktor fisik dan non fisik seperti disebutkan diatas, ada
Kota Ambon, yaitu sistem sewa Tanah Dati atau Tanah Negeri (tanah adat) dan
(1) Sistem Sewa Tana/1 Dati atau Ta~ra/1 Negeri (Tanah Adat)
pantai Honipopu, yang merupakan Petuanan Negeri Soya. Sejak semula di PuJau
secara turun temurun sebagai hak ulayat. Wilayah Kota Ambon yang didasari oleh
Surat Keputusan Gubemur JenderaJ BeJanda Nomor 6 Tahun 1888 adalah seluas
4,02 km2, secara hukwn dikuasai oleh Pemerintah Hindia Belanda termasuk
status hukwn atas tanah. Sedangkan desa-desa adat di sekitamya tetap mempunyai
hak hukum atas tanahnya yang dikenaJ sebagai Tanah Negeri sebagai milik Desa
- -- - ·-- p·-- p I _,
~ I ..,- ~ O'~
i \)t-.p<o- ---
-<..,<vv
.·.
l\
,.i
.. ".., ~~ •
: ·>.(- . _ 4~
"<'
11
u
" • '\ I
n 0 400 800M
~- .
Legenda:
··-··- Batas Pusat Kota
· ·----- Batas Kelurahan/Desa
:> - - Jalan Arteri
E
- - Jalan Lokal
Desa Soya
Desa Urimessing
L_...~.....J Hak Milik
Tanah Negara Bekas
-
N
00
Hak Barat
Tanah Adat (Tanah Dati)
Perkembangan fisik Pusat Kota Ambon juga dipengaruhi oleh sewa lahan
atas Tanah Negeri dan Tanah Dati yang murah. Kota Ambon sebagai pusat
dari luar Maluku, sehingga menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal menjadi
Pusat Kota menjadi pilihan termasuk Tanah Negeri dan Tanah Dati.
Pada periode 1960 sampai 2002 pada beberapa tempat seperti di Desa
Batu Merah, Kelurahan Batu Meja (Skip dan Batu Meja), Kelurahan Batu Gajah,
Kelurahan Benteng, tanah-tanah Dati disewa dati pemiliknya dengan harga yang
murah, yaitu berkisar antara Rp.35,- sampai Rp.500,- pada tahlUl 1970-an dan
antara Rp.2.500 sampai Rp.12.5000 per bulan pada tahun 2002. Penyewa
membanglll1 rumahnya sendiri dengan setiap bulan membayar sewa tanah. Selain
itu Tanah Dati dengan persetujuan pemilik (Kelompok Keluarga) dan Tanah
Negeri dengan persetujuan Desa (Negeri) dapat dijual dengan harga yang relatif
bukit seperti di Kelurahan Benteng, Kudamati, Batu Meja dan Karang Panjang;
Batu GantlUlg (Kelurahan Kudamati dan Mangga Dua), Kawasan Batu Gajah
Dalam (Kelurahan Batu Gajah), Kawasan Skip (Kelurahan Batu Meja dan Karang
Panjang) dan Kawasan Batu Merah (Desa Batu Merah dan Kelurahan Amantelu).
220
Kedekatan dengan pusat kota dan aksesibilitas yang baik ke tempat aktivitas
menyababkan sewa-beli tanah Dati dan tanah Negeri sekitar kota yang murah
pengurangan Iuas area kebun campuran dan hutan seluas rata-rata masing-masing
6,92 ha dan 6,54 ha per tahun (Tabel 40) serta turunnya debit air pada sumber-
hanya membawa kehancuran fisik seperti kerusakan sarana dan prasarana umum
komunitas Kristen.
sehingga memilih tempat tinggal dan tempat beraktivitas pada lokasi yang aman.
perkembangan area terbangun tahun 1997-2002 yaitu di Desa Batu Merah, Kayu
Kudamati (Gambar 35), maka alasan memilih lokasi ini untuk permukiman
Secara psikologis Desa Batu Merah dianggap aman bagi komunitas Muslim,
sedangkan Kayu Putih-Desa Soya, Kelurahan Batu Gajah, Benteng dan Kudamati
dianggap aman bagi komunitas Kristen. Hal ini menyebabkan area terbangun kota
memberikan dampak pada arah dan laju perkembangan fisik kawasan Pusat Kota
Ambon. Perkembangan fisik kota pada periode ini mengarah tidak ke semua
bagian kota, tetapi hanya ke timur !aut dan tenggara sesuai komunitas menurut
agama. Laju perkembangan area terbangun pada peri ode 1997-2002 adalah 1,28%
per tahun, lebih rendah dari periode 1990-1997 yang sebesar 2,97% per tahun.
bahwa kondisi keamanan kota merupakan salah satu keadaan yang mempengaruhi
perkembangan kota. Dikatakan bahwa tanpa keamanan kota secara umum yang
umum lainnya yang beijalan dengan baik, akan menyebabkan kualitas kota
fisik maupun non fisik seperti dijelaskan sebelumnya teijadi pada ruang-ruang
wilayah kelurahanl desa maupun secara makro dalam lingkup kota Ambon.
TAHUN
NO. NAMA KELURAHAN/ 1940- 1950- 1960- 1970- 1980- 1990- 1997-
DESA 1950 1960 1970 1980 1990 1997 2002
Keterangan :
1 =Jaringan Jalan 5 = Utilitas Kota 9 = Kebijakan Pemerintah Kota
2 = Aksesibilitas 5a = Jaringan Listrik 10 = Sejarah Kota
3 = Fasilitas Kota 5b = Jaringan Air Bersih II = Sistem Sewa Beli Tanah Dati
4 = Kondisi Fisik Wilayah 6 = Harga Tanah Murah 12 = Keamanan tv
N
4a =Topografi Datar 7 = Kondisi Perekonomian Kota N
Harga
Tanah
< 100
I Terlayanl
Air
BeraJh
I Status
.Tanah
Tanah Adat
I .
Kemlfingan
lereng
0 - 15 %
> 15 %
0-15 %
> 15 %
Desa Soya 0 - 15 %
> 15 %
0 - 15 %
> 15 %
0 - 15 %
> 15 % N
0 - 15 % N
> 15 %
w
Desa Amahusu
0 - 15 %
> 15 %
410000 mT
GAMBAR 49. PETA FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERKEMBANGAN FISIK KERUANGAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1940 -1970
407500mT 410000 mT 412~mT
• 'I
I
I
I
I
I
I
I
I
B Pusat Kota Ambon I
[Co~
Faktor Yang Mempengaruhi: *-'r~ -
1. Jaringan Jalan
2. Aksesibilitas
3. Fasilitas Kota
~<v"'\j ~u
o100 o 400 eoo M
4. Jaringan Listrik
5. Jaringan Air Bersih Legenda:
6. Harga Tanah ----- Balas Pusat Kola D La han Terbangun
Balas Kelurahan/Desa
7. Perekonomian Kota
8. Sosial Kependudukan - - Jalan Lokal
Harg•
~'f&;'
I Terlayani
a::~h
Status
ra!:~~dat
I Terl.aylnl
Ll.crfk
!
l:_ _ _ !. _ _ _ _ _ _
Kudameti
,/
N
,I N
~
I
I Desa Amahusu
.:... . ._
407500 mT
- --
---_) I
I
GAMBAR 50. PETA FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERKEMBANGAN FISIK KERUANGAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1970- 1980
mT mT mT
~u
Faktor Yang Mempengaruhi:
1. Jaringan Jalan
2. Aksesibilitas
3. Fasilitas Kota 400 0 400 800 M
. 'i _.....__.1--~--
Kuo.amati I -~'-··~-----+
I
I
N
N
V1
Desa Amahusu
- I
~...___ I
----___.)
--.., I
Sumber: Hasil Analisis
GAMBAR 51 . PETA FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERKEMBANGAN FISIK KERUANGAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1980 -1990
407500mT • tOOOOmT •12500 mT
- reo~
Faktor Yang Mempengaruhi: ~~~
1. Jaringan Jalan
2. Aksesibilitas
3. Fasilitas Kota
-<,.<v'v-0
~u
400 o 400 eoo M
4. Dekat Dengan Sumber Air
5. Harga Tanah I Legenda :
6. Perekonomian Kota - - - - Balas Pusal Kola [ l Lahan Terbengun
7. Sosial Kependudukan I
/ Balas Kelurahan/Oeaa
I I
N
N
0'\
Desa Amahusu
GAMBAR 52. PETA FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERKEMBANGAN FISIK KERUANGAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1990 - 1997
407500mT mT mT
i
~
'---------r--'
~u
Faktor Yang Mempengaruhi :
1. Jaringan Jalan
2. Aksesibilitas
3. Fasilitas Kota 400 0 400 800 M
-
H1rga Status
Tanah Tanah
< 65()(X) Tenah Adat
CJ
E]
\.
...,
J
N
/--~-~.....:' N
,. -..J
Desa Amahusu
... ..........
........_
407500 mT
GAMBAR 53. PETA FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERKEMBANGAN FISIK KERUANGAN PUSAT KOTA AMBON TAHUN 1997- 2002
228
periode, maka uraian faktor-faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi
perkembangan fisik Pusat Kota Ambon seperti telah dijelaskan pada bagian
perkembangan kota. Faktor-faktor ini dibagi dalam Periode Sebelum Tahun 1970,
229
perkembangan seperti pada Gam bar 49 sampai dengan Gam bar 53.
Kota Ambon jika dikelompokkan dalan periode perkembangan terdiri dari faktor
yang secara menerus dan faktor yang tidak secara menerus. Faktor teoritis yang
Kota Ambon adalah jaringan jalan, aksesibilitas, ketersedian fasilitas kota dan
harga tanab. Peranan jaringan jalan dan aksesibilitas dalam perkembangan fisik
yang besar dalam membentuk variasi ekspersi keruangan morfologi kota. Hal
dengan segala fasilitas baik sosial maupun ekonomi merupakan tempat yang baik
untuk bertempat tinggal dan bekeija yang pada akhimya berpengaruh terhadap
pendapat Colby dalam Yunus (200 1) yang menyatakan babwa kekuatan kekuatan
keruangan seperti harga tanah yang lebih murab merupakan kekuatan sentrifugal
230
Selain faktor teoritis, terdapat faktor lokal (empiri) yang secara menerus
mempengaruhi perkembangan kota yaitu sistem sewa-beli Tanah Dati dan Tanah
Negeri yang murah. Sistem ini telah tumt mempengaruhi perkembangan fisik
kota, dimana orang bisa mendapatkan tanah dan membangun di atasnya pada
pemerintah kota dan sejarah kota. Sedangkan faktor yang tidak menerus
berdasarkan faktor lokal (empiri) adalah faktor keamanan yang teijadi pada
kondisi fisik wilayah, harga tanah, sejarah kota, sistem sewa-beli Tanah Dati dan
Tanah Negeri, selain faktor tersedia jaringan jalan, aksesibilitas dan fusilitas kota.
dalam program Pembangunan Lima Tahun pada era Orde Bam, perkembangan
kota teijadi selain secara alami karena harga tanah, tersedia jaringan jalan,
231
aksesibilitas, fasilitas kota dan sistem sewa-beli Tanah Dati dan Tanah Negeri,
juga teijadi secara terencana dengan kebijakan pemerintah kota yang didukung
5.4. Temuan
kawasan kebun campuran dan hutan. Sejak tahun 1940 hingga 2002 teijadi
pengurangan area hutan dan kebun campuran seluas 837,72 ha (Tabel 40).
Rata-rata pengurangan area kebun campuran per tahun adalah 6,92 ha dan
rata-rata pengurangan area hutan adalah 6,54 ha per tahun. Hal ini disebabkan
Kawasan Air Besar dan sekitarnya (Desa Batu Merah), Kawasan Ahuru dan
2. Status kepemilikan tanah di Kota Ambon selain merupakan hak milik, juga
merupakan tanah adat yaitu Tanah Dati dan Tanah Negeri. Kemudahan
232
Batu Gantung (Kelurahan Mangga Dua), Batu Gajah Dalam (Kelurahan Batu
Gajah), Skip dan Batu Meja (Kelurahan Batumeja) dan Karang Panjang.
Proses sewa-beli tanah adat ini relatif mudah karena hanya berdasarkan
dan longsor.
382000mT <100000 mT 408000 m • 4 16fWXl mT • 1-l':\C
11
~
i !;
~
,.
I
I
('t 'i '(
I r,
\
\ ----
\) ""--__./
'-......,J
Legenda:
Balas Kola/Kabupalen
Balas Kecamalan
Jalan
~
11 ) Sunga;
___
i j --- _ _,
Mala Air
1 Area Terbangun
! 1111 tl
Kawasan Penyangga
Kawasan Lindung
--
Sumber: BAPPEDA Kota Ambon
<100000 mT 408000mT • 16000mT 424000mT 432000mT
382000mT
Pusat Kota Ambon dapat ditarik kesimpulan tentang arab perkembangan fisik dan
lanjut dan hal-hal lain yang perlu diketahui para praktisi tentang perkembangan
6.1. Kesimpulan
seluruh bagian kota yaitu ke barat daya, selatan, timur dan timur Iaut, terutama
Karang Panjang, Amantelu, Pandan Kasturi dan Desa Batu Merah dan (3)
terutama ke Desa Batu Merah, Kayu Putih- Desa Soya, Kelurahan Waihoka
234
235
kosenteris di bagian tengah pusat kota, juga berbentuk linier ke arab barat
daya dan timur laut menyusuri jalan-jalan yang ada sepanjang pesisir dan ke
arab selatan menyusuri daerah pinggiran sungai yang relatif datar. Hal ini
pinggiran kota yaitu di Kawasan Karang Panjang dan Desa Batu Merah. Hal
Pusat Kota Ambon adalah Sistem Sewa-Beli 1'anah Dati atau Tanah Negeri
yang murah dan kondisi keamanan kota. Sistem sewa-beli Tanah Dati atau
Tanah Negeri yang murah terjadi sepanjang periode perkembangan kota sejak
tahun 1950-2002. Faktor Iokal yang lain adalah kondisi keamanan kota yang
keamanan yang tidak kondusif akibat kerusuhan sosial di Kota Ambon pada
tahun 1999 telah menyebabkan perubahan pada arah dan Iaju perkembangan
sedangkan laju perkembangan pada periode ini menurun menjadi 1,28% per
5.2. Rekomendasi
pola perkembangan fisik Kawasan Pusat Kota Ambon saat ini, baik dampak
karena perkembangan fisik kota tidak hanya secara horizontal tetapi juga
vertikal. Hal ini disebabkan karena terbatasnya lahan perkotaan di Pusat Kota,
ke depan.
lindung secara dini. Selain itu masyarakat sekitar kawasan dapat dilibatkan
5. Karena status tanah di pmggtran pusat kota adalah Tanah Dati atau
Bintarto, R., 1977b, Pola Kota dan Permasalahannya, Fakultas Geografi UGM,
Yogyakarta.
Chapin Stuart and Edward Kaiser (1979). Urban Land Use Planning. Fourth Edition,
University of Illinois Press, Chicago.
Daldjoeni N, 1997, Geografi Baru- Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek,
Alumni, Bandung.
Gallion Arthur B. dan Simon Eisner, 1996. Pengantar Perancangan Kota. Edisi
Kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Jayadinata Johara. T., 1999, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan
Perkotaan dan Wilayah, edisi ketiga, ITB, Bandung.
Juningsih Lucia dan Sartono Kartodirdjo, 1996. Kota Pelabuhan Ambon 1817 -
1865: Studi Tentang Perkembangan Kota Pelabuhan. Tesis Program Studi
Sejarah, Program Pasca Sarjana UGM. Dalam BPPS - UGM, 9 (3A), Agustus
1996. Program Pasca Sarjana UGM, Jogyakarta.
239
240
J uningsih Lucia, 1996. Kota Pelabuhan Ambon 1817 - 1865 : Studi Tentang
Perkembangan Kota Pelabuhan. Laporan Penelitian. Universitas Sanata
Dharma, Jogyakarta.
Herbert. D. T., 1973, Social Area Analysis: A British Study, in Urban Studies.
Hudson, F.R.G.S, 1974. A Social Geography of Europe. Me Donald and Evans Ltd.,
London.
ITB, 1980. Bahan Kuliah Geologi dan Perencanaan Wilayah. Tidak Dipublikasi.
Intitut Teknologi Bandung, Bandung.
Koestoer, R.H, 2001. Dimensi Keruangan Kota - Teori dan Kasus. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Laporan Interim III, Penyiapan Sarana dan Prasarana Kotamadya Ambon, 1996.
Direktorat Cipta Karya. Departemen Pekeijaan Umum
Laporan Survey Sistem Jaringan Transportasi Kota Ambon, 2000. Bappeda Kota
Ambon.
Pemerintah Kota Ambon, 2003. Sejarah Kota Ambon. Tidak Dipublikasikan. Tim
Penyusun Sejarah Kota Ambon.
Rencana Kota Ambon, 1972. Direktorat Tata Kota & Daerah, Direktorat Jendral
Cipta Karya Departemen Pekeijaan Umum & Tenaga Listrik.
Rencana Induk Kota Ambon, 1984. Kompilasi Data. Pemerintah Kotamadya Daerah
Tingkat II Ambon.
Rencana Bagian Wilayah Kota Ambon Lama Dan Sekitamya, 1986. Fakta dan
Analisa. Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Ambon.
Reviasi Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Ambon, 1994. Rencana.
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Ambon.
Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana Yogja
(Anggota IKAPI) , Yogjakarta.
242
Sandy I.M, 1982, Perkolaan, Publikasi No. 123, Derektorat Tata Guna Tanah, Ditjen
Agraria, Departemen Dalam Negeri, Jakarta.
Sarjono, 1996. Kajian Perkembangan Fisik Kola, Studi Kasus Kola Klalen. Tesis.
Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah
Mada, J ogyakarta.
Setyarto Ardi, 2001. Perkembangan Fisik Kola Gresik. Tesis. Program Studi
Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta.
Siahaya, Fransz Semuel, 2001. Evaluasi Perkembangan Morfologi Kola Ambon Dari
Tahun 1985 Sampai Dengan 1995. Skripsi. Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada, Jogyakarta.
Sinaga Halomoan, 1998. Kajian Pola Perkembangan Fisik Kola, Studi Kasus Kota
Kaslasuro. Tesis. Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah
Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta.
Yunus, H.S., 2001, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI),
Yogjakarta.
Zahnd, Markus, 1999, Perancangan Kola Secara Terpadu, Teori Perancangan Kota
Dan Penerapannya, Kanisius, Yogyakarta.