Anda di halaman 1dari 4

Siapkan Diri Sebelum Mati

DUNIA ini adalah desain kematian yang sempurna bagi manusia. Tempat rekayasa
kematian yang sangat dramatis. Kok bisa? Sebab semua ruang yang ada di dunia ini
diciptakan Tuhan sebagai tempat untuk mengakhiri kehidupan seseorang. Rumah yang kita
buat, tempat kita mati nantinya. Rumah sakit, tempat berkumpulnya orang-orang yang sakit
dan meninggal.
Semua keinginan keduniaan kita pun desain kematian. Mobil yang kita beli bisa menjadi alat
rekayasa kematian sadis untuk kematian diri kita dan orang lain, ketika terjadi kecelakaan
dahsyat yang tak disangka-sangka datangnya.
Hobi makan kita, jika tak terpola, bisa menjadi desain kematian dramatis. Rekayasa
kematiannya lewat penyakit. Karena kebanyakan penyakit datang dari kerakusan
mengkonsumsi makanan-makanan yang tak sehat, termasuk makan yang terlalu berlebihan.
Jika ada yang suka bermain wanita dan narkoba, dapat mengantarkan kematian lewat AIDS.
Hal-hal sederhana pun bisa menjadi desain kematian, misalnya jatuh di kamar mandi, atau
memanjat genteng memperbaiki antena TV, jatuh dan meninggal. Demikian pula kematian
bisa menjemput sedang bermain sepak bola, menonton TV, kuliah, dan memberi ceramah.
Yang pasti kita tak bisa bersembunyi dari kematian.
Allah berfirman:
‫س ِيّئ َةٌ يَقُولُواْ هَـ ِذ ِه‬ ّ ‫سنَة ٌ يَقُولُواْ هَـ ِذ ِه مِ ْن عِن ِد‬
ِ ُ ‫للاِ َو ِإن ت‬
َ ‫ص ْب ُه ْم‬ َ ‫أ َ ْينَ َما ت َ ُكونُواْ يُد ِْرك ُّك ُم ْال َم ْوتُ َولَ ْو ُكنت ُ ْم فِي ب ُُروجٍ ُّم‬
ِ ُ ‫شيَّ َدةٍ َو ِإن ت‬
َ ‫ص ْب ُه ْم َح‬
ْ
‫للاِ فَ َما ِل َهـؤُالء القَ ْو ِم الَ يَكَادُونَ يَ ْفقَ ُهونَ َحدِيثا‬ ُ
ّ ‫مِ ْن عِندِكَ ق ْل ُك ًّل ِ ّم ْن عِن ِد‬
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh… “(An-Nisa (4): 78).
Perlahan tapi pasti dunia ini sejatinya mengantarkan kita pada kematian. Namun banyak
manusia tak sadar, malah mereka ingin hidup seribu tahun lagi. Jika kematian pasti akan
datang, pantaskah dunia ini menjadi tempat kita bersenang-senang dan melupakan
kehidupan akhirat sebagai tempat akhir yang abadi dan kekal. Jika mati itu pasti, masihkah
waktu yang kita miliki di dunia ini disia-siakan untuk menumpuk kenistaan, mengobarkan
hedonis, dan memamerkan kesombongan.
Jika kematian datang, tak ada yang bisa menolaknya. Tidak ada yang bisa digadai untuk
menawar. Harta, istri, anak, dan jabatan tak bisa ditukar oleh kematian. Yang kita bawa
dalam kematian, bukan isi dunia yang kita dimiliki. Harta, anak, istri, usaha, dan kekuasaan
akan ditinggalkan. Istri, suami, dan anak, akan bersedih dengan kepergian kita, tetapi
tangisannya tak bisa berbuat apa-apa. Manusia hanya membawa amal ketika kematian
datang menjemput.
Kedatangannya tidak dapat dimundurkan, atau dimajukan. Semua terserah dan rahasia
Allah:
َ‫ش ِ ّر َو ْال َخي ِْر فِتْنَة َو ِإلَ ْينَا ت ُ ْر َجعُون‬ ِ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس ذَائِقَة ُ ْال َم ْو‬
َّ ‫ت َونَ ْبلُو ُكم بِال‬
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS: Al Anbiya: 35)
Kehidupan dunia ini seperti titik-titik waktu yang kita rapatkan hingga membentuk garis-garis
kematian. Seperti layar monitor jantung di rumah sakit, jika masih hidup titik-titik garisnya
masih melompat riang. Namun ketika detak jantung berhenti, maka akan membentuk garis
lurus (linear) yang menandakan kematian telah menjemput. Hubungan seseorang dengan
dunia ini hanya seperti garis linear. Garis lurus yang berujung pada kematian. Sepanjang
apa pun kita menorehkan garis kesuksesan dunia, namun akhirnya akan berakhir pada garis
kematian.
Dalam riwayat sebuah hadits, Abu Hurairah bercerita bahwa nabi Muhammad saw pernah
mengajaknya dan berkata: “Mari kutunjukan kepadamu tentang kenyataan dunia ini.” Aku
pun mempersilakannya. Beliau membawaku pada suatu tempat sampah di luar Madinah. Di
sana, aku melihat tengkorak dan tulang belulang manusia terbenam dalam sampah,
bersama kotoran yang berserakan di mana-mana. Sambil memanggilku, Nabi berkata:
“Inilah tengkorak-tengkorak manusia yang berisi otak yang tamak. Orang-orang yang hidup
seperti kebanyakan kalian selama ini, menyadarkan harapan mereka pada kehidupan
duniawia. Tengkorak-tengkorak ini tergeletak tanpa kulit, dan setelah beberapa hari nanti
akan menjadi tanah. Dulu, mereka berusaha keras untuk makan masakan lezat, tapi kini
hanya dipenuhi sampah. Keadaan mereka saat ini sangat mengerikan bagi siapa saja yang
melihatnya. Melihat mereka yang dulunya menyukai aroma makanan, membuat kamu benci
padanya. Kotoran yang ada di sekeliling mereka adalah pengganti baju-baju gemerlap yang
pernah mereka kenakan. Sekarang mereka dalam kekuasaan angin yang terbang
sesukanya. Inilah tulang-belulang binatang yang pernah menempati manusia sombong.
Siapa pun akan meneteskan airmata pada akhir perjalanan yang tragis seperti ini.” Abu
Hurairah pun menangis tersedu-sedu.
Dalam hadist lain, Nabi juga bersabda: “Dunia ini dalam penampilannya tampak manis dan
menyenangkan. Tuhan menciptakan manusia sebagai khalifahnya, sehingga mampu menilai
perilakunya sendiri. Ketika orang-orang Yahudi pengikut Nabi Musa berkuasa, wanita, emas,
dan baju-baju indah menjadi kelemahan mereka.” Apa kita juga telah terjangkiti oleh
penyakit seperti orang Yahudi itu?
Percuma saja kita melarikan diri dari kematian, karena tak akan mampu. Karena setiap
makhluk pasti merasakan kematian. Allah berfirman:
ُ ‫ار َوأ ُ ْدخِ َل ْال َجنَّةَ فَقَ ْد فَازَ َوما ْال َحيَاة ُ ال ُّد ْنيَا إِالَّ َمت َا‬
‫ع‬ ِ َّ‫ع ِن الن‬ َ ‫ت َوإِنَّ َما ت ُ َوفَّ ْونَ أ ُ ُج‬
َ ‫ور ُك ْم يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة فَ َمن ُزحْ ِز َح‬ ِ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس ذَآئِقَة ُ ْال َم ْو‬
ِ ‫ْالغُ ُر‬
‫ور‬
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali-`Imran(3): 185).
Kini saya dan Anda telah paham bahwa semua di dunia ini akan berakhir. Masa bayi akan
berakhir dengan memasuki usia anak-anak. Usia bermain anak-anak pun akan berakhir
dengan memasuki usia remaja. Masa remaja yang indah akan segera berakhir dengan
datangnya usia dewasa. Masa tua akan datang sebagai akhir dari usia dewasa seseorang.
Masa tua pun akan berakhir dengan kematian.
Waktu, ruang, dan tempat memiliki akhir masing-masing dan dalam dimensi yang berbeda-
beda. Waktu pagi akan berakhir di siang hari. Ketika sore merambat, siang pun berakhir.
Bulan Ddesember menjadi akhir dari perjalanan waktu selama satu tahun. Ruang-ruang
kosong diri yang kita isi, dipenuhi dengan ilmu, pengamalan dan pengalaman, pun akan
berakhir. Tempat-tempat yang kita ingin datangi, bahkan kita beli sampai berakhir menjadi
milik kita, akan sayang seribu sayang. Sebab dalam bentangan waktu yang panjang, banyak
yang kadang tak memberi akhir yang bahagia buat kita.
Jika dunia dan seisinya memiliki akhir, mengapa manusia semangat sekali untuk
mengejarnya. Sampai-sampai nafas terakhirnya pun dipakai untuk berlari menyongsong
dunia. Harta akan musnah, jabatan akan habis di purna waktu, kecantikan akan luluh di
senja usia. Semua akan berakhir dengan ketiadaan. Kehidupan ini akan berakhir dengan
takdir kematian. Tapi mengapa dengan angkuh engkau katakan “akan hidup seribu tahun
lagi”.
Jika kematian datang sebagai akhir dari kehidupan, maka akhirat datang sebagai akhir dari
sebuah kehidupan yang kekal dan abadi. Akhiratlah yang pantas menjadi tempat tujuan
terakhir, karena dia adalah akhir yang abadi untuk kehidupan. Akhirat adalah ruang terakhir
yang harus kita isi, karena dia berisi kenikmatan, kebahagian, dan anugrah terbesar yang
tak akan pernah habis dinikmati, tak akan pernah punah meskipun dijamah terus menerus,
tak akan pernah usang oleh waktu.
Masalahnya, bekal apa yang akan kita bawa ke sana nanti? Dan apakah kita semua merasa
yakin memiliki bekal cukup untuk itu? */Samsul Bahri
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Dalam riwayat sebuah hadits, Abu Hurairah bercerita bahwa nabi Muhammad saw pernah
mengajaknya dan berkata: “Mari kutunjukan kepadamu tentang kenyataan dunia ini.” Aku
pun mempersilakannya. Beliau membawaku pada suatu tempat sampah di luar Madinah. Di
sana, aku melihat tengkorak dan tulang belulang manusia terbenam dalam sampah,
bersama kotoran yang berserakan di mana-mana. Sambil memanggilku, Nabi berkata:
“Inilah tengkorak-tengkorak manusia yang berisi otak yang tamak. Orang-orang yang hidup
seperti kebanyakan kalian selama ini, menyadarkan harapan mereka pada kehidupan
duniawia. Tengkorak-tengkorak ini tergeletak tanpa kulit, dan setelah beberapa hari nanti
akan menjadi tanah. Dulu, mereka berusaha keras untuk makan masakan lezat, tapi kini
hanya dipenuhi sampah. Keadaan mereka saat ini sangat mengerikan bagi siapa saja yang
melihatnya. Melihat mereka yang dulunya menyukai aroma makanan, membuat kamu benci
padanya. Kotoran yang ada di sekeliling mereka adalah pengganti baju-baju gemerlap yang
pernah mereka kenakan. Sekarang mereka dalam kekuasaan angin yang terbang
sesukanya. Inilah tulang-belulang binatang yang pernah menempati manusia sombong.
Siapa pun akan meneteskan airmata pada akhir perjalanan yang tragis seperti ini.” Abu
Hurairah pun menangis tersedu-sedu.

Anda mungkin juga menyukai