Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN TRIASE (TRIAGE)

BAB I
DEFINISI

Kata triase(triage) berarti memilih.


Jadi triase adalah adalah proses skrining secara cepat terhadap semua pasien
segera setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke dalam salah satu
ketegori berikut:
 Dengan tanda kegawatdarurat (emergency signs) ATS 1 & 2: memerlukan
penanganan kegawatdaruratan segera
 Dengan tanda prioritas (Priority signs) ATS 3: harus diberikan prioritas dalan
antrean untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada
keterlambatan
 Tanpa tanda kegawatdarurat maupun prioritas. ATS 4 & 5 : merupakan kasus
non urgent sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan
pemeriksaan dan pengobatan.
Triase berkembang dari kebutuhan akan prioritas penanganan cedera pada prajurit
di medan perang. Konsep ini diperkenalkan di perancis pada awal abad ke 19.
Kata triase sendiri berasal dari bahasa perancis ”Triage” (trier), yang berarti
pemilahan.
Triase (triage) adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan
prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.
Triase berlaku untuk pemilahan korban baik di lapangan maupun di rumah sakit.
Tujuan Triase Melakukan pemeriksaaan dan penanganan terbaik pada pasien yang
datang ke IGD RSIA Ananda Trifa sehingga dapat menurunkan angka kematian
dan kecacatan maupun resiko cidera bertambah parah.
Dengan triase tenaga kesehatan akan mampu:
1. Melakukan penilaian yang cepat dan tepat kepada pasien
2. Menetapkan diagnosa dan melaksanakan tindakan/pengobatan yang tepat
terhadap pasien

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada keadaan bencana massal, korban timbul dalam jumlah yang tidak sedikit
dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan harus
disesuaikan dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya lainnya. Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah korban untuk
memberikan prioritas pertolongan.
Pada umumnya penilaian korban dalam triase dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tanda vital dan kondisi Pasien
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitif

2
BAB III
TATA LAKSANA

Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus
dilakukan sesegera mungkin.
Tanda kegawatdaruratan memakai konsep ABCD
- Airway, apakah jalan nafas bebas? sumbatan jalan nafas(stridor)
- Breating, apakah ada kesulitan bernafas? sesak nafas berat (retraksi dinding
dada,merintih,sianosis)?
- Circulation, tanda syok (akral dingin,capillary refil >3 detik, nadi cepat dan
lemah
Consciousness, apakah anak dalam keadaan kejang atau gelisah.
- Dehydration, tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata
cekung, turgor menurun)
Pasien dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan
segera untuk menghindari kematian. Jangan menggerakan leher bila ada dugaan
cidera leher dan tulang belakang. Bila tidak didapatkan tanda kegawatan, periksa
tanda prioritas (konsep 4T3PRMOB)
- Tiny baby (bayi kecil < 2 bulan)
- Temperatur (anak sangat panas)
- Trauma (trauma atau kondisi yang perlu tindakan bedah segera)
- Trismus
- Pallor (sangat pucat)
- Poisoning (keracunan)
- Pain (nyeri)
- Respiratory distress (distres pernafasan)
- Restless,irritable,or lethargic(gelisah,mudah marah,lemah)
- Referral (rujukan segera)
- Malnutrisi (gizi buruk)
- Oedema (edema kedua punggung kaki)
- Burns (luka bakar luas)

3
Anak dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan pemeriksaan
dan penanganan lebih lanjut dengan segera tanpa menunggu giliran
a. Tenaga Pelaksana
- Satu orang Dokter umum atau
- satu orang Perawat D3 yang sudah bersertifikat PPGD
b. Pengelompokkan Pasien Berdasarkan Kegawatannya
Setelah melakukan penilaian, korban dikategorikan sesuai dengan
kondisinya dan diberi tag warna. Ada 4 sistim pengelompokan triase secara
internasional.
Petugas IGD harus mampu mengkaji dan menggolongkan pasien
1. ATS 1 (tindakan segera): Merah (Emergen)
Setiap pasien dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat
mematikan dalam ukuran menit, harus ditangani segera. Pasien dibawa
segera ke ruang resusitasi ,waktu tunggu nol menit
Gambaran Klinis :
- Henti Napas
- Henti Jantung
- Respon (-) dengan rangsang nyeri (GCS 9)
- Kejang sedang berlangsung
- Overdosis obat (IV)
- Distress Pernapasan
- Sistolik <80 mmHg or syok
2. ATS 2 (Tindakan dalam 10 menit) Merah (Emergency)
Setiap korban dengan kondisi cedera berat (mengancam nyawa) di
mana dapat terjadi kerusakan organ jika tidak diberi pertolongan dalam
10 menit.
Gambaran Klinis :
- Resiko gangguan jalan napas, stridor berat
- Sesak napas
- Sirkulasi terganggu (akral dingin, HR <50 / >150x/menit,
perdarahan masif, nyeri dada)

4
- Nyeri hebat (skala 9-10)
- Penurunan respon (GCS<13)
- Hemiparese / dysfagia mendadak
- Demam + tanda kejang
- Trauma kimia okuli
- Multiple trauma/berat (fraktur berat, amputasi)
- Keracunan/riwayat zat adiktif (kecanduan)
- Nyeri hebat kehamilan (KET)
3. ATS 3 (Tindakan dalam 30 menit) Kuning (urgent)
Pasien berpotensi mengancam nyawa dan dapat mengalami gangguan
fungsi organ jika tidak mendapat pertolongan dalam waktu 30 menit.
Gambaran Klinis :
- Perdarahan Berat
- Napas pendek
- Demam
- Muntah persisten
- Dehidrasi
- Cedera kepala
- Nyeri Hebat (skala 7-8)
- Nyeri perut >65 tahun
- Cedera ekstremitas sedang (deformitas, laserasi berat)
- Riwayat kejang
4. ATS 4 (Tindakan dalam 60 menit) Hijau (Non Urgent)
Pengobatan dimulai dalam waktu 60 menit dan berprotensi
mengancam kehidupan.
Gambaran Klinis :
- Perdarahan sedang
- Aspirasi benda asing (respirasi distress(-))
- Cedera dada (breating normal)
- Cedera kepala ringan
- Nyeri sedang (skala 4-6)

5
- Muntah / diare (dehidrasi (-))
- Inflamasi/benda asing oculi (visus normal)
- Trauma ekstremitas ringan, terkilir
- Nyeri abdomen tidak spesifik
- Kasus psikiatri ringan.
5. ATS 5 (Tindakan dalam 120 menit) Putih (False Emergency)
- Nyeri ringan (skala 1-3)
- Gejala ringan, penyakit stabil
- Gejala ringan penyakit resiko rendah
- Luka lecet (hecting (-))
- Imunisasi
- Kasus psikiatri dengan gejala kronik, klinis sehat
 Langkah Triase Gawat Darurat dan Penanganannya
Periksa tanda kegawatdaruratan dalam 2 tahap
- Tahap 1 : periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah,
segera berikan tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan
napas bantuan.
- Tahap 2 : segera tentukan apakah pasien dalam keadaan syok, tidak
sadar, kejang, atau diare dengan dehidrasi berat.
Bila didapatkan tanda kegawatan daruratan :
- Panggil tenaga kesehatan professional terlatih bila memungkinkan,
tetapi jangan menunda penanganan. Tetap tenang dan kerjakan
dengan tenaga kesehatan lain yang mungkin diperlukan untuk
membantu memberikan pertolongan. Karena pada pasien dengan
sakit berat seringkali memerlukan beberapa tindakan pada waktu
yang bersamaan. Tenaga kesehatan professional yang berpengalaman
harus melanjutkan penilaian untuk menentukan masalah yang
mendasarinya dan membuat rencana penatalaksanaannya.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah
lengkap, gula darah, malaria untuk daerah endemik). Kirimkan
sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah dan cross-match

6
bila pasien mengalami syok, anemia berat, atau perdarahan yang
cukup banyak.
- Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera
dengan penilaian, diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah
yang mendasarinya.
Pasien dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan
pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut dengan segera (tanpa menunggu
giliran). Bila ada trauma atau masalah bedah yang lain, pasien didorong
keruang tindakan untuk mendapatkan peertolongan bedah.
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium memberikan data diagnostik penting yang
menuntun penilaian awal.
Pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan IGD:
- Darah lengkap
- Gula darah

7
BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan dan pelaporan hasil triase meliputi :


- Mengisi assesment IGD dan memberi label di status sesuai dengan
kegawatannya.
- Menyertakan berkas rekam medisnya

Anda mungkin juga menyukai