Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR TEMATIK TEMA PERISTIWA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Rahma Rizki Azmia


PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (email: Rahma.10083@gmail.com )

Supriyono
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas II SDN Lidah Wetan II
Surabaya yang ditandai dengan persentase hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM sebesar 50%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil belajar tematik dan kendala-kendala yang muncul selama
pembelajaran serta solusinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Dilakukan menggunakan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, rekfleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN
Lidah Wetan II Surabaya yang berjumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
observasi yang terdiri dari observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa
selama proses pemelajaran dianalisis dalam presentase. Aktivitas guru mengalami peningkatan selama
pelaksanaan pembelajaran dengan dua siklus, pada siklus I yaitu 63,5% pada siklus II meningkat menjadi
89%. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa dari siklus I 63,3% menjadi 85%. Hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu 55% pada siklus I meningkat menjadi
85% pada siklus II. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar tematik tema peristiwa pada siswa kelas II SDN Lidah Wetan II Surabaya.
Kata Kunci: NHT, Hasil Belajar, Tema Peristiwa

Abstract: The background of this research is the low increase learning result on thematic learning,
particularly of the second grade elementary school in Lidah Wetan II Surabaya which was pointed out by
the number of students that have not reach the standard minimum was 50%. The purpose of this research
is to describe the process of learning using cooperative learning tiped NHT, learning result of thematic,
the obstacles that arise in learning process and the way to solve. This study uses a Class Action Research
using qualitative descriptive research approach. Carried through two cycles and each cycle consists of
planning, implementation, observation, reflection. Subjects in this study were two grade students of Lidah
Wetan II elementary scholl of Surabaya, amounting to fourthy students. Data collection techniques using
the observation sheet to observe the activities of teachers, student activities, and learning result of
students during the learning process is analyzed in percentage. Activities of teachers has increased over
increased during the implementation of learning the past two cycles, the first cycles of the 63,5% the
increase the 89% in the second cycle. The increase also occurred in the student activity from cycle one to
cycle two 63,3% to 85%. Learning result also showed an increasing of processed learning in the cycle I
to II is 55% of cycle I and the second cycle of 85%. It was concluded that the application of cooperative
learning model of type NHT can enhance student learning result thematic theme event studies class II
SDN Lidah Wetan II Surabaya.
Keywords:NHT, Learning Result, Theme Event

bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang


PENDAHULUAN terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai
Penddikan merupakan suatu aspek kehidupan yang edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan.
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
peserta didik diwujudkan dengan adanya interaksi belajar pembelajaranya secara sistematis dengan memanfaatkan
mengajar atau proses pembelajaran. segala sesuatunya guna kepentingan pembelajaran. Hal
Terwujudnya suatu pendidikan yang baik tentunya ini menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pendidikan
tidak terlepas dari proses belajar mengajar didalam kelas banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang
itu sendiri. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang dialami oleh peserta didik.

1
JPGSD Volume 02 Nomor 04 Tahun 2014,

Dalam pembelajaran siswa kelas rendah tentunya Dari ketiga masalah yang ada, masalah yang paling
peran guru sangat penting dalam melaksanakan proses penting untuk dipecahkan adalah rendahnya hasil belajar
pembelajaran karena siswa kelas masih belum dapat siswa dalam memahami tema peristiwa dengan mata
berfikir konkrit. Guru harus bisa menghubungkan materi pelajaran yang diajarkan adalah IPA dan Matematika
pembelajaran yang akan didapat siswa dengan peristiwa pada materi perkembangan hewan dan bilangan sampai
yang dilakukan siswa sehari-hari, sehingga siswa bisa 500. Setelah peneliti melakukan pengamatan, penyebab
lebih memahami materi yang akan disampaikan oleh rendahnya hasil belajar tersebut adalah guru kurang tepat
guru. Oleh karena itu, pentingnya pembelajaran tematik dalam memilih model pembelajaran. Kurang tepat dalam
pada kelas rendah khususnya kelas II. Hadi Subroto memilih model pembelajaran ini, mengakibatkan materi
(2000:9) mengatakan, bahwa pembelajaran terpadu yang disampaikan oleh guru tidak dapat di terima dengan
adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok baik oleh siswa sehingga siswa mengalami kesulitan
bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok dalam memahami materi yang disampaikan guru.
bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep Untuk memecahkan masalah diatas, peneliti
lain, yang dilakukan secara spontan atau di rencanakan, menggunakan Model Pembelajaran yang efektif, efisien
baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan dan menyenangkan agar dapat memotivasi siswa belajar
beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran sehingga aktivitas siswa dalam belajar meningkat. Model
menjadi lebih bermakna. pembelajaran yang peneliti terapkan adalah model
Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
lakukan di SDN Lidah Wetan II Surabaya, Kecamatan (NHT). Di dalam model pembelajaran ini, siswa diajak
Krembung Kabupaten Sidoarjo, peneliti menemukan belajar kelompok. Dalam pembelajaran kelompok ini
kekurangan-kekurangan pada saat pelaksanaan siswa tidak akan pasif dan menggantungkan diri ke
pembelajaran tematik, antara lain : (1) Guru masih anggota kelompoknya karena masing-masing anggota
cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran, (2) Guru kelompok akan memperoleh nomor kepala.
hanya menggunakan papan tulis untuk menunjang proses Dengan demikian, berdasarkkan uraian diatas, maka
pembelajaran, (3) Guru menerapkan metode ceramah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan
pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
proses pembelajaran kurang menarik perhatian siswa Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk
serta membuat siswa jenuh, (4) Model pembelajaran yang Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Pada Tema
digunakan guru kurang efektif yaitu model pembelajaran Peristiwa Siswa Kelas II SDN Lidah Wetan II Surabaya”
langsung, (5) Guru belum terbiasa menggunakan model Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka
pembelajaran inovatif, (6) Dalam belajar kelompok, guru teridentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: (a)
hanya membagi siswa dalam kelompok-kelompok dan Bagaimanakah peningkatan Hasil Belajar siswa setelah
langsung memberikan tugas penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe
Masalah-masalah tersebut menimbulkan dampak pada NHT(Number Heads Together) dalam Tema Peristiwa di
aktivitas belajar siswa sebagai berikut: (1) Siswa kurang Kelas II SDN Lidah Wetan II Surabaya, (b)
aktif dalam kegiatan belajar mengajar, (2) Dalam belajar Bagaimanakah aktivitas guru dalam penerapan model
kelompok banyak ditemukan siswa yang hanya pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads
menggantungkan diri pada temannya saat mengerjakan Together) pada Tema Peristiwa di Kelas II SDN Lidah
tugas yang diberikan guru, (3)Kegiatan belajar mengajar Wetan II Surabaya, (c) Bagaimanakah aktivitas siswa
yang dilakukan guru membuat siswa menjadi jenuh, dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
karena guru cenderung mengajar dengan menggunakan NHT (Number Heads Together) pada Tema Peristiwa di
metode ceramah. Kelas II SDN Lidah Wetan II Surabaya
Berdasarkan masalah diatas, dapat disimpulkan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam adalah: (a) Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas II
memahami materi yang disampaikan guru, terbukti data SDN Lidah Wetan II Surabaya dalam pembelajaran tema
nilai siswa pada tema peristiwa rendah. Dari 40 siswa peristiwa menggunakan model pembelajaran kooperatif
kelas II SDN Lidah Wetan II Surabaya, yang berada di tipe NHT (Number Heads Together), (b) Untuk
atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada tema mengetahui aktivitas guru dalam pelaksanaan
peristiwa dengan pencapaian nilai 75 dari 40 siswa hanya pembelajaran menggunakan model pembelajaran
dapat dilalui oleh 23 siswa, sedangkan 17 siswa lainnya kooperatif tipe NHT (Number Heads Together) pada
mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal ini menunjukkan Tema Peristiwa di Kelas II SDN Lidah Wetan II
bahwa lebih dari 57,5% nilai siswa berada di bawah Surabaya, (c) Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas II
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). SDN Lidah Wetan II Surabaya dalam pembelajaran tema

2
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

peristiwa menggunakan model pembelajaran kooperatif Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang
tipe NHT (Number Heads Together). menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran diharapkan dapat dicapai oleh siswa (Hamalik, 2005).
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat- Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku- termasuk salah satu tipe/jenis daripada model
buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada
1992:4). dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang
Menurut Slavin (1985), pembelajaran kooperatif menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5).
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur Menurut Depdiknas (2006: 6), pembelajaran tematik
kelompok heterogen. memiliki ciri khas antara lain: (a) Pengalaman dan
Menurut Johnson & Johnson (1994) menyatakan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar,
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi (b) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
akademik dan pemahaman baik secara individu maupun pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan
secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, siswa, (c) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan
maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan
antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan lebih lama, (d) Membantu mengembangkan keterampilan
kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan berfikir siswa, (e) Menyajikan kegiatan belajar yang
proses kelompok dan pemecahan masalah (Louisell & bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang
Dascamps, 1992). sering ditemui siswa dalam lingkungannya, (f)
Dalam NHT, Pembelajaran ini memberikan Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
kesempatan siswa untuk saling sharing ide-ide dan kerjasama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Metode gagasan orang lain.
ini juga dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal
dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan dari fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-
tingkatan kelas (Miftahul Huda, 2011: 138). hari. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan
Adapun langkah–langkah dari model pembelajaran ini tentang objek dan d=fenomena alam yang diperoleh dari
menurut Miftahul Huda (2011:138) adalah : (a) Siswa hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuan yang dilakukan
dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dengan keterampilan bereksperimen dengan
dalam kelompok diberi nomor, (b) Guru memberikan menggunakan metode ilmiah (Julianto, 2011: 1).
tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok Matematika, menurut Ruseffendi (1991), adalah
mengerjakannya, (c) Kelompok berdiskusi untuk bahasa simbol, ilmu induktif yang tidak menerima
menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan pengertian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan,
memastikan semua anggota kelompok mengetahui dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
jawaban tersebut, (d) Guru memanggil salah satu nomor. tidak didefinisikan, keunsur yang didefinisikan, ke
Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil.
jawaban hasil diskusi kelompok mereka.
Selain itu, Menurut Hamdani (2010:90) pembelajaran METODE
yang menggunakan model NHT memiliki kelebihan Peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas
sebagai berikut : (a) Setiap siswa menjadi siap semua (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
dalam pembelajaran, (b) Setiap siswa sungguh-sungguh pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
ketika dalam pembelajaran, (c) Siswa yang pandai tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
mengajari siswa yang kurang pandai (tutor sebaya). sebuah kelas secara bersamaan (Arikunto, 2011). Tujuan
Sudjana (2004) berpendapat, hasil belajar adalah utama PTK menurut Suhardjono adalah untuk
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas.
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar juga Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa
merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup kelas II SDN Lidah Wetan II Surabaya. Jumlah
bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Nana Sudjana, keseluruhan siswa adalah 40 siswa dengan perincian 18
2012:3).

3
JPGSD Volume 02 Nomor 04 Tahun 2014,

siswa laki-laki dan 24siswa perempuan. Beberapa mencatat keberhasilan atau kegagalan untuk perbaikan
pertimbangan memilih lokasi ini adalah (1) jarak sekolah pada siklus berikutnya. Sehingga hasil refleksi tersebut
yang cukup dekat dengan peneliti, (2) sekolah ini bersifat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang pada
terbuka dengan adanya inovasi baru untuk berubah ke siklus-siklus berikutnya oleh peneliti.
arah yang lebih baik, (3) guru kelas II SDN Lidah Wetan Sesuai dengan rumusan masalah maka data yang
II siap bekerja sama untuk penelitian tindakan kelas guna diperlukan dalam penelitian ini adalah (a) Data aktivitas
memperbaiki kualitas pembelajaran. guru dalam proses pembelajaran dengan menerapkan
Penelitian ini menggunakan rancangan model PTK model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe NHT ,
dari arikunto (2011: 16). Secara garis besar empat tahapan (b) Data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
yang lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan dengan menerapkan model pembelajaran pembelajaran
tindakan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Prosedur kooperatif tipe NHT, (c) Data hasil belajar siswa dalam
penelitian ini menggunakan dua siklus. Setiap siklusnya proses pembelajaran dengan menerapkan model
dilaksanakan dua kali tatap muka. pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Ada beberapa langkah-langkah prosedur penelitian Berdasarkan data penelitian diatas, maka akan
pada tahap perencanaan yaitu: (1) menganalisis kurikulum diperoleh instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
dan menentukan SK dan KD, (2) Membuat skenario (a) Lembar Pengamatan aktvitas guru dan siswa, (b)
pembelajaran yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran Lembar observasi berupa ceklist digunakan untuk
(RPP). (3) Menyusun LKS dan Lembar Penilaian beserta mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama
kuncinya, (4) Membuat lembar observasi yang digunakan pembelajaran berlangsung, (c) Tes hasil belajar siswa
untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
kegiatan pembelajaran tematik. hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan dari
Selanjutnya pada tahap pelaksanaan tindakan yang peneliti, utamanya pada ranah kognitif.
merupakan penerapan dari perencanaan pembelajaran.
Pelaksanaan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru Teknik Analisis Data
kelas II sebagai pengamat dalam rangka pengumpulan Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas
data. Pada tahap ini peneliti melakukan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pengumpulan data secara dskriptif kuantitatif dan
NHT dengan langkah : (1) Penomoran, (2) Mengajukan kualitatif
Pertanyaan, (3) Berfikir Bersama, dan (4) Menjawab
Teknik analisis data yang pertama adalah analisis hasil
Pelaksanaan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru
observasi . Data hasil observasi guru dan siswa dianalisis
kelas II sebagai pengamat dalam rangka pengumpulan
selama proses belajar mengajar dianalisis dengan
data. Pelaksanaan dilaksanakan beberapa rangkaian
menggunakan presentase (%) yakni menghitung
tahapan. Setiap tahap dilakukan beberapa pertemuan
banyaknya frekuensi kejadian yang sering muncul selama
sampai indikator penelitian dirasa telah tercapai.
kegiatan belajar mengajar berlangsung sesuai dengan jenis
Pada tahap pengamatan ini observer (guru kelas II)
kegiatan dibagi jumlah aktivitas keseluruhan dikali 100%.
melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi
ini berguna untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru f
P= x 100%
(peneliti) dan aktivitas siswa selama pembelajaran N
berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh guru kelas II
dan teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
Keterangan:
Melalui kegiatan observasi ini dapat diketahui sejauh
P = Persentase frekuensi kejadian yang muncul
mana kegiatan pembelajaran perkembangan pembelajaran
atau tingkat keberhasilan pembelajaran dengan F = Banyaknya frekuensi aktivitas guru/siswa yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. muncul
N = Jumlah frekuensi aktivitas keseluruhan
Tahapan akhir yang dilaksanakan yaitu tahap refleksi.
Dalam tahapan ini dimaksudkan mengkaji secara (Indarti, 2008:26)
menyeluruh tindakan yang dilakukan, berdasarkan data
aktivitas guru, aktivitas siswa dan data hasil belajar siswa Kriteria penilaian terhadap aktivitas guru sebagai berikut
pada siklus pertama, kemudian dilakukan evaluasi guna :
menyempurnakan tindakan berikutnya. Kegiatan yang 0% - 25% dinyatakan kurang (D)
dilakukan pada tahap refleksi ini yaitu merangkum hasil 26% - 50% dinyatakan cukup (C)
pengamatan, melakukan analisis hasil tes siklus I, 51% - 75% dinyatakan baik (B)

4
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

76% - 100 % dinyatakan sangat baik (A) HASIL DAN PEMBAHASAN


(Suhairah dalam Arifin, 2011: 33) Hasil Penelitian
Analisis data yang kedua adalah data hasil belajar Dalam bab ini, hasil penelitian akan diuraikan dalam
siswa. Untuk mengetahui nilai akademik siswa SDN tahapan-tahapan yang berupa siklus – siklus pembelajaran
Lidah Wetan II Surabaya setelah menggunakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dilaksanakan selama proses belajar mengajar di kelas.
Numbered Heads Together (NHT) bisa digunakan rumus Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian
sebagai berikut sebanyak 2 siklus. Dalam setiap siklus diharapkan dapat
menghasilkan pembelajaran yang aktif, efektif, dan efisien

M=  fx dan tentunya menyenangkan bagi siswa.


N Sebelum melaksanakan tahapan pada siklus I, peneliti
terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk
Keterangan: mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam
M = Mean (nilai rata-rata). pembelajaran tematik dengann tema peristiwa di kelas II
∑fx = Jumlah nilai seluruh siswa. SDN Lidah Wetan II Surabaya, observasi awal ini
N = Jumlah siswa. dilaksanakan pada tanggal 18 oktober 2013.
(Indarti 2008 : 26) Hasil yang diperoleh dari observasi awal tersebut
Berdasarkan keterangan rumus nilai rata-rata yang adalah (1) Guru masih cenderung mendominasi kegiatan
diperoleh siswa, pencapaian pembelajaran dikategorikan pembelajaran, (2) Guru hanya menggunakan papan tulis
berdasarkan ketentuan sebagai berikut: untuk menunjang proses pembelajaran, (3) Guru
80 – 100 = Sangat Baik (A) menerapkan metode ceramah pada saat proses
66 – 79 = Baik (B) pembelajaran berlangsung, (4) Model pembelajaran yang
56 – 65 = Cukup Baik (C) digunakan guru kurang efektif yaitu model pembelajaran
40 – 55 = Kurang Baik (D) langsung, (5) Guru belum terbiasa menggunakan model
Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar pembelajaran inovatif, (6) Dalam belajar kelompok, guru
secara klasikal dapat dianalisis dengan rumus sebagai hanya membagi siswa dalam kelompok-kelompok dan
berikut: langsung memberikan tugas. Hal tersebut berakibat pada
hasil belajar matematika siswa yang mendapatkan nilai ≥
∑ 75 hanya sebanyak 19 siswa dengan presentase ketuntasan
= 100 % 47,5 % siswa yang tuntas atau jika dikriteriakan

ketuntasan belajar siswa adalah cukup. Sedangkan pada
Dengan kriteria sebagai berikut : mata pelajaran IPA siswa kelas II SDN Lidah Wetan II
81% - 100% = Sangat baik Surabaya didapatkan nilai rata-rata siswa sebesar 72,6
61% - 80% = Baik dengan siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75 sebanyak 15
41% - 60% = Cukup siswa dengan presentase ketuntasan 37,5 % siswa yang
21% - 40% = Kurang tuntas atau jika dikriteriakan ketuntasan belajar siswa
0% - 20% = Sangat kurang adalah kurang.
(Aqib,2009: 41) Siklus I:
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila: (1) Pada tahap pertama pada siklus I peneliti melakukan
Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran apabila perencanaan untuk melakukan persiapan proses
mencapai keberhasilan ≥80% dari keseluruhan aspek pembekaharan pada siklus I yaitu (1) menganalisis
yang diamati. (2) Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan kurikulum, pada tahap ono peneliti menganalisis
pembelajaran tema peristiwa apabila mencapai kurikulum untuk menentukan SK dan KD yang akan
keberhasilan ≥80% dari keseluruhan aspek yang diamati, digunakan pada pembelajaran. Adapun materi yang
(3) Siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila digunakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu
mendapat nilai ≥ 75 (Kriteria Ketuntasan Minimum/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu
KKM), sedangkan ketuntasan klasikal dikatakan tercapai pada tema peristiwa pada mata pelajaran IPA dan
apabila seluruh siswa dalam kelas tersebut tuntas belajar Matematika. Mata pelajaran IPA mengacu pada Standar
sebanyak ≥80%. Kompetensi 1 yaitu mengenal bagian-bagian utama tubuh
hewan dan tumbhan berbagai tempat hidup makhluk
hidup; Kompetensi Dasar 1.2 Mengidentifikasi
perubahan yang terjadi pada pertumbuhan hewan (dalam
ukuran) dan tumbuhan (dari biji menjadi tanaman).

5
JPGSD Volume 02 Nomor 04 Tahun 2014,

Kemudian pada mata pelajaran matematika mengacu tersebut dalam bentuk LKS yang dikerjakan secara
pada Kompetensi Dasar 1 yaitu melakukan penjumlahan berkelompok kemudian siswa dibimbing guru melakukan
dan pengurangan bilangan sampai 500; Standar diskusi. Setelah selesai berdiskusi, guru memanggil
Kompetensi 1.4 melakukan penjumlahan dan nomor tertentu, nomor 3 misalnya, siswa yang mendapat
pengurangan bilangan sampai 500. (2) membuat Rencana nomor 3 mengacungkan tangannya dan mencoba
Pelaksanaan Pembelajaran yang mencakup komponen- menjawab LKS yang telah di diskusikan bersama. Pada
komponen dalam RPP: tema, waktu, standar kompetensi, Fase V yaitu Mengecek Pemahaman dan memberikan
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, umpan balik dengan cara memberikan pertanyaan singkat
kegiatan pembelajaran, materi, media dan sumber serta kepada siswa untuk mengecek pemahaman siswa.
evaluasi, (3) membuat media dan sumber belajar , media Selanjutnya kegiatan akhir pembelajaran pada siklus I
dan sumber belajar yang digunakan adalah papan ini yaitu Fase VI Memberi kesempatan untuk pelatihan
bilangan dan gambar pertumbuhan hewan, sedangkan lanjutan dan penerapan. memberikan tugas untuk
sumber belajar yang digunakan adalah beberapa buku mengecek seberapa besar materi yang telah didapatkan
IPA dan Matematika; (4) membuat LKS, (5) membuat oleh siswa. Setelah selesai mengerjakan guru membantu
intumen penolaoan yang terdiri dari lembar observasi siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini, kemudian
aktivitas guru dan siswa serta instrumen hasil belajar; (6) guru memberikan penghargaan pada kelompok dan siswa
evaluasi, Evaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi paling aktif pada proses belajar mengajar hari ini.
evaluasi produk (hasil belajar). Evaluasi hasil belajar Kemudian huru menutup pelajaran dengan berdoa
yang dimaksud berupa tes hasil belajar untuk mengetahui bersama dan mengucapkan salam.
kemampuan siswa dalam memahami konsep materi yang Tahap selanjutnya yaitu tahap pengamatan, pada
sudah dipelajari. Tes hasil belajar dilaksanakan di akhir tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada aktivitas
siklus I yang akan dikerjakan siswa secara individu guru dan siswa serta hasil belajar siswa terhadap
dengan jumlah 5 soal isian. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Pada tahap pelaksanaan tindakan yang telah kooperatif tipe NHT. Pada aktivitas guru Pada tahap
dilakukan pada hari senin tanggal 9 Desember 2013 dan pengamatan/observasi ini dilaksanakan bersamaan
rabu tanggal 11 desember 2013 oleh peneliti pada siklus I dengan kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas II
ini akan dipaparkan sebagai berikut: Kegiatan Awal pada SDN Lidah Wetan II Surabaya. Hasil pengamatan
Fase I menyampaikan tujuan pembelajaran dan aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama
memotiasi siswa yaitu guru membuka pelajaran dengan memperoleh 63,5% sedangkan pada pertemuan kedua
mengucapkan salam kemudian guru meminta ketua kelas mengalami peningkatan presentase sebesar 69,4%. Kedua
untuk memimpin doa setelah berdoa selesai guru kegiatan pembelajaran pada siklus I pada setiap
melakukan absensi dan memeriksa keadaan kelas pertemuannya dapat dikategorikan Baik akan tetapi hal
kemudian melakukan apersepsi untuk mengungkapkan ini belum sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian
pengetahuan awal serta memotivasi siswa dengan yaitu kurang dari atau sama dengan 80 %. Selanjutnya
mengajak siswa bernyanyi lagu “pak tani punya pada aktivitas siswa saat proses pembelajaran dengan
kandang” , setelah apersepsi dilakukan guru menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pertemuan pertama mencapai 63,3 % atau dapat
dalam proses pembelajarannya. dikategorikan Baik. Pada aktivitas siswa selanjutnya
Pada Kegiatan Inti, Fase II Mendemonstrasikan yaitu pada pertemuan kedua mencapai presentase 71,6%
pengetahuan dan keterampilan, guru memperlihatkan atau dapat dikategorikan baik, namun sama halnya
gambar yang berisikan beberapa hewan kemudian guru dengan aktivitas guru diatas belum mencapai indikator
meminta siswa untuk menghitung banyaknya hewan yang keberhasilan yang diharapkan. Sedangkan pada data hasil
ada di gambar tersebut, setelah itu guru mengkaitkan belajar siswa menunjukkan jumlah siswa yang
konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan ke materi memperoleh skor ≥ 75 sebanyak 18 siswa, sehingga
pertumbuhan hewan, setelah dikaitkan terhadap materi presentase ketuntasan belajar klasikal 55%, dapat
yang akan disampaikan guru menjelaskan materi disimpulkan bahwa dari keseluruhan hasil belajar siswa
pertumbuhan hewan dengan mengggunakan media. Fase apabila dihubungkan dengan indikator keberhasilan
III yaitu mengorganisasi siswa kedalam kelompok penelitian pada siklus I ini masih belum dikatakan
belajar. Dalam mengorganisasikan siswa guru meminta berhasil, meskipun lebih dari setengah jumlah siswa yang
siswa membuat kelompok belajar dengan cara berhitung mencapai KKM yang sudah ditentukan yaitu 22 siswa
1-5. setelah membentuk kelompok, guru memberikan yang nilainya mencapai KKM, akan tetapi belum dapat
penomoran pada siswa. Pada fase IV Membimbing mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu 80%,
Pelatihan. Siswa diberi guru pertanyaan, pertanyaan

6
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pada tahap Refleksi, Refleksi dilakukan oleh guru Siklus II


sebagai peneliti dan observer melalui diskusi mengenai Pada tahap perencanaan untuk melakukan persiapan
aspek-aspek yang berhasil dan yang kurang berhasil proses pembekaharan pada siklus II sama dengan siklus I
dalam pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan hasil yaitu (1) menganalisis kurikulum, pada tahap ini peneliti
refleksi, kemudian dilakukan perbaikan rancangan menganalisis kurikulum untuk menentukan SK dan KD
pembelajaran untuk siklus ke II. Adapun hasil refleksi yang akan digunakan pada pembelajaran. Adapun materi
adalah sebagai berikut : pada aktivitas guru ditemukan yang digunakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
kekurangan pada pembelajaran siklus I yaitu (1) Guru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
belum bisa menyampaikan tujuan pembelajaran yang mengacu pada tema peristiwa pada mata pelajaran IPA
akan dicapai. (2) Guru kurang bisa melakukan dan Matematika. Mata pelajaran IPA mengacu pada
penomoran kepada tiap anggota kelompok sehingga Standar Kompetensi 1 yaitu mengenal bagian-bagian
menyebabkan waktu yang terbuang cukup lama, (3) Guru utama tubuh hewan dan tumbhan berbagai tempat hidup
kurang bisa membimbing siswa bekerja sama dengan makhluk hidup; Kompetensi Dasar 1.2 Mengidentifikasi
kelompoknya, (4) Guru kurang adil dalam memberikan perubahan yang terjadi pada pertumbuhan hewan (dalam
reward/penghargaan kepada siswa yang aktif pada saat ukuran) dan tumbuhan (dari biji menjadi tanaman).
proses pembelajaran berlangsung, (5) Guru belum bisa Kemudian pada mata pelajaran matematika mengacu
membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran pada Kompetensi Dasar 1 yaitu melakukan penjumlahan
yang telah didapatkan siswa, (6) Dalam menyampaikan dan pengurangan bilangan sampai 500; Standar
pesan moral guru belum mengaitkan dengan materi yang Kompetensi 1.4 melakukan penjumlahan dan
telah diberikan pada saat itu. pengurangan bilangan sampai 500. (2) membuat Rencana
Selanjutnya pada aktivitas siswa juga ditemuan Pelaksanaan Pembelajaran yang mencakup komponen-
kendala-kendala sebagai berikut: (1) Pada saat guru komponen dalam RPP: tema, waktu, standar kompetensi,
menjelaskan materi pelajaran, terdapat siswa yang kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
berbicara dengan teman dan kurang memperhatikan kegiatan pembelajaran, materi, media dan sumber serta
penjelasan guru, (2) masih banyak siswa yang belum evaluasi, (3) membuat media dan sumber belajar , media
mencatat materi tersebut, (3) banyak siswa yang masih dan sumber belajar yang digunakan adalah papan
ragu-ragu untuk maju ke depan kelas menjawab bilangan dan gambar pertumbuhan hewan, sedangkan
pertanyaan dari guru, (4) Siswa masih kurang berani sumber belajar yang digunakan adalah beberapa buku
bertanya tentang materi yang belum mereka mengerti, (5) IPA dan Matematika; (4) membuat LKS, (5) membuat
siswa masih banyak yang ramai sendiri karena kurangnya intumen penolaoan yang terdiri dari lembar observasi
bimbingan dari guru, (6) Sebagian siswa ada yang tidak aktivitas guru dan siswa serta instrumen hasil belajar; (6)
siap ketika guru menyebut nomor secara acak untuk evaluasi, Evaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi
nomor yang harus menjawab pertanyaan, (7) Dalam evaluasi produk (hasil belajar). Evaluasi hasil belajar
menyimpulkan materi di akhir pembelajaran hanya yang dimaksud berupa tes hasil belajar untuk mengetahui
sebagian siswa saja yang melakukannya. kemampuan siswa dalam memahami konsep materi yang
Hasil belajar siswa pada siklus I didapatkan sudah dipelajari. Tes hasil belajar dilaksanakan di akhir
presentase sebesar 55 % dengan kategori “cukup”, dari siklus I yang akan dikerjakan siswa secara individu
persentase hasil belajar siswa ini belum sesuai dengan dengan jumlah 5 soal isian.
persentase keberhasilan yang ditentukan sebesar 80 %. Pada tahap pelaksanaan Sama halnnya dengan siklus
Oleh karena itu peneliti harus lebih meningkatkan I dan siklus II, Setiap siklusnya pembelajaran INI
kualitas pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan dilakukan dalam dua kali pertemuan (2x35 menit).
meningkat. Kemudian pada tahap pengamatan didapatkan hasil
Setelah dilakukan refleksi pada siklus I, maka peneliti sebagai berikut: aktivitas guru pada siklus II pertemuan
perlu mengadakan perbaikan yang akan dilaksanakan pertama mencapai 88,9% kemudian meningkat sebesar
pada siklus ke II. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan 5,5% menjadi 94,4% atau dapat dikategorikan baik
aktivitas guru, siswa serta hasil belajar siswa yang terjadi sekali. Dengan demikian, dapat dikatakan hasil ini telah
pada siklus I. Selain itu aktivitas guru, aktivitas siswa, mencapai target bahkan melebihi target indikator
dan hasil belajar siswa belum mencapai target ketuntasan keberhasilan penelitian yang ditetapkan sebesar 80%.
yang ditentukan yaitu sebesar 80%. Berdasarkan hasil Aktivitas siswa dalam meenggunakan model
refleksi siklus I tersebut, maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran Kooperatif tipe NHT di atas dapat
pada siklus ke II yang akan dilaksanakan dalam kegiatan diketahui bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran di
pembelajaran. siklus II pertemuan pertama mencapai skor 85 % dan
91,6% pada pertemuan kedua atau bisa dikategorikan

7
JPGSD Volume 02 Nomor 04 Tahun 2014,

baik sekali. Pada hasil belajar siklus II mengalami serta pesan moral yang diberikan guru harus berkaitan
peningkatan siswa yang tuntas mencapai 35 siswa. Hal dengan pembelajaran yang telah didapat siswa.
ini dapat terlihat pada presentase hasil belajar siswa pada Dengan melakukan perbaikan, didapatkan
siklus II yaitu 87,5%. peningkatan hasil observasi aktivitas guru pada siklus II.
setelah pembelajaran siklus II dilaksanakan dilakukan Pada siklus II hasil observasi aktivitas guru mencapai
refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah presentase ketuntasannya sebesar 89% pada pertemuan
dilaksanakan. Hasil refleksi tersebut menyatakan bahwa pertama dan 94,4% pada pertemuan kedua atau dapat
semua kendala dan hambatan telah teratasi dengan baik dikatakan sangat baik sekali. Bila dibandingkan dengan
terbukti dari data yang diperoleh pada siklus II pencapaian aktivitas guru pada siklus I pertemuan
menunjukkan aktifitas guru mencapai 90%, aktifitas pertama sebesar 63,5% dan 69,4% pada pertemuan
siswa menunjukkan persentase sebesar 85% dan hasil kedua. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
belajar siswa mencapai 87,5%, Apabila dibandingkan pada siklus I dan siklus II dan dapat dikatakan bahwa
dengan indikator ketercapaian tujuan dalam penelitian ini penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
maka dapat dinyatakan ketiga kegiatan tersebut telah mampu menarik perhatian siswa untuk lebih bersemangat
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan guru serta
sebelumnya dan mengalami eningkatan secara signifikan. dalam pembelajaran ini guru lebih berperan sebagai
fasilitator atau pemberi informas, pembelajaran
Pembahasan kooperatif tipe NHT ini juga mampu mengaktifkan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, akan dianalisis komunikasi antara guru dan siswa. Selain itu
perkembangan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan semangat
belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran siswa untuk lebih percaya diri dalam bertanya dan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpendapat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tipe Numbered Head Together (NHT) pada tema aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
peristiwa kelas II SDN Lidah Wetan II Surabaya. kooperatif tipe NHT telah berhasil mencapai target
Berdasarkan hasil aktivitas guru yang diperoleh dari indikator keberhasilan yang telah ditenukan.
penelitian tindakan siklus I dan siklus II. Untuk Peningkatan pelaksanaan pembelajaran selama dua
mengetahui peningkatan aktivitas guru dari setiap siklus siklus juga mengalami peningkatan pada aktivitas siswa
tersebut, maka dapat dilihat pada diagram di bawah ini. dengan menerapkan model pembelajaran Koperatif tipe
Berikut ini disajikan data tentang hasil aktivitas guru NHT, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
selama proses pembelajaran siklus I dan siklus II: dibawah ini:
100% 89% 100% 85% 92%
69,40% 94,40% 72%
63,50% 63%
50% pertemuan 1 50%
pertem
pertemuan 2
uan 1
0% 0%
Siklus I siklus II Siklus I siklus II
Gambar I Presentase Pelaksanaan Aktivitas Guru Gambar 2 Presentase Pelaksanaan Aktivitas Siswa

Dalam pembelajaran selama 2 siklus terdapat Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan
kendala-kendala diantaranya dalam pembelajaran dikelas, bahwa aktivitas siswa dengan menggunakan model
guru kurang bisa menguasai kelas, membimbing pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada kelas II SDN
diskusi,membimbing siswa dalam menyimpulkan Lidah Wetan II Surabaya mengalami peningkatan pada
pelajaran serta pemberian pesan moral masih belum tiap siklusnya. Pada siklus I aktivitas siswa pertemuan
dikaitkan dengan pelajaran yang didapatkan siswa. pertama mencapai persentase sebesar 63,3 % dan 72%
Setelah ditemukan adanya kendala tersebut maka peneliti pertemuan kedua, kemudian pada siklus II meningkat
mengadakan perbaikan yang harus dilaksanakan guru menjadi 85 % pada pertemuan pertama dan 92%
dalam pembelajaran siklus II. Perbaikan tersebut antara pertemuan kedua. Dengan demikian hasil pada siklus II
lain: guru harus dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif telah mencapai target indikator keberhasilan penelitian
dalam kegiatan pembelajaran, harus bisa membimbing yang ditetapkan sebesar 80 %.
siswa dalam belajar dan pembentukan kelompok, Keberhasilan dalam pelaksanan pembelajaran tidak
membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran terlepas dari peran seorang siswa. Pembelajaran yang
dilakukan oleh guru akan mempengaruhi aktivitas siswa

8
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

dalam proses pembelajaran. Pada siklus I dapat dikatakan 100% 87,50


bahwa aktivitas siswa sudah tergolong baik namun belum %
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Maka 55%
dari itu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran 50%
dan mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang
ditemukan di siklus I. Aktivitas siswa selama proses 0%
pembelajaran tema peristiwa pada siklus I diperoleh Siklus I Siklus II
persentase rata-rata 63,3% pertemuan pertama dan 72%
Gambar 3 Presentase Peningkatan Hasil Belajar
pertemuan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
Penapaian hasil belajar yang tingggi merupakan usaha
siswa pada siklus I belum mencapai indikator
yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas
keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu 80%.
pembelajaran namun terlepas dari itu siswa juga berperan
Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I,
penting dalam berhasilnya suatu pembelajaran. Hasil
ditemukan kendala-kendala pada aktivitas siswa sebagai
belajar siswa diambil dari evaluasi pada akhir
berikut: (1) masih terdapat siswa yang ramai dan kurang
pembelajaran yang terdiri dari 4 soal isian. Evaluasi hasil
memperhatikan penjelasan dari guru, (2) siswa masih
belajar ini akan menunjukkan tentang pemahaman yang
ragu dalam bertanya, (3) Dalam kegiatan penomoran
telah didapat siswa setelah pembelajaran selesai. Tes
masih banyak siswa yang belum siap ketika guru
hasil belajar ini dilakukan pada akhir pembelajaran.
menyebutkan secara acak nomor tersebut, (4) Dalam
Dalam diagram diatas dapat dikatakan bahwa pada siklus
menyimpulkan materi di akhir pembelajaran hanya
I ketercapaian hasil belajar siswa hanya mencapai 55%
sebagian siswa saja yang melakukannya. Dari observasi
atau dapat diartikan bahwa hasil belajar tersebut belum
tersebut, kemudian guru melakukan perbaikan yaitu: (1)
mencapai indikator keberhasilan secara klasikal yang
guru harus lebih bisa memotivasi siswa agar siswa lebih
telah diharapkan sebesar 80%. Bila dibandingkan dengan
bisa berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran yang
hasil belajar pada siklus II meningkat menjadi 87,% atau
akan diterima oleh siswa, (2) guru harus lebih
dapat dikatakan telah mencapai indikator keberhasilan
memotivasi siwa untuk lebih aktif lagi dalam bertanya
yang diharapkan.
tentang materi yang belum ia pahami, (3) guru harus
Peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa merupakan
mengajak siswa untuk lebih berjonsentrasi dan mengingat
hasil pembelajaran yang muncul dalam pelaksanaan
nomor yang telah didapat siswa, agar siswa lebih siap
penelitian ini. Terdapat berbagai kendala yang dialami
lagi ketika guru menyebut secara acak nomor siswa, (4)
oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, namun
guru perlu berusaha mengajak semua siswa untuk aktif
dengan berbagai upaya perbaikan yang dilakukan guru
dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah
selama siklus I dan siklus II menunjukkan hasil yang
dilaksanakan.
maksimal.
Dengan melakukan perbaikan didapatkan peningkatan
hasil aktivitas siswa pada siklus II yaitu menunjukkan
Ucapan Terima Kasih
peningkatan aktivitas siswa sebesar 85% pertemuan
Terima kasih kepada Bapak Drs. Supriyono, M.M.
pertama dan 92% pertemuan kedua. Hal tersebut
selaku pembimbing dalam membantu proses pelaksanaan
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dengan
pembuatan penelitian ini dari awal sampai
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terselesaikannya laporan ilmiah ini.
dapat dikatakan tercapai dengan sangat baik dan
meningkat pada setiap siklusnya
PENUTUP
Sama halnya dengan aktivitas guru dan siswa, Hasil
Simpulan
Belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang
kooperatif tipe NHT juga mengalami peningkatan selama
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
dilaksanakannya pembelajaran dengan dua siklus.
tema peristiwa di kels II SDN Lidah Wetan II Surabaya
Peningkatan tersebut dapat digambarkan pada gambar
yang telah dideskripsikan pada bab IV, maka diperoleh
presentase peningkatan hasil belajar dibawah ini:
kesimpulan sebagai berikut: 1) Pada pelaksanaan
pembelajaran tema peristiwa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada aktivitas siswa
sudah terlihat sangat baik karena pada saat pelaksaan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari
hasil observasi pada siklus 1 pertemuan pertama

9
JPGSD Volume 02 Nomor 04 Tahun 2014,

menunjukkan presentase keterlaksanaan aktivitas siswa pembelajaran berlangsung dan mendapatkan hasil belajar
mencapai 63,3% dan 71,6% pada pertemuan kedua. yang optimal.
Kemudian pada siklus II meningkat sebesar 21,7%
menjadi 85% pada pertemuan pertama dan 91,6% DAFTAR PUSTAKA
pertemuan kedua. 2) pada aktivitas siswa juga mencapai
indikator keberhasilan dan mengalami peningkatan pada Aqib, Zainal. 2006. Metode Penelitian. Bandung : Yrama
siklus 2. Hasil observasi pada siklus 1 pertemuan pertama Media
menunjukkan presentase keterlaksanaan aktivitas siswa Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
mencapai 63,5%, pertemuan kedua 69,4% dan pada siklus Pendekatan Praktik. Yogyakarta : Rineka Cipta
II pertemuan pertama meningkat sebesar 25,5% menjadi
89%, 94,4% pada pertemuan kedua.yaitu 85% pertemuan Daryanto. 2013.Strategi dan Tahapan Mengajar.
per. 3) Hasil belajar siswa kelas II SDN Lidah Wetan II Bandung: Yrama Widya
Surabaya setelah mengikuti pembelajaran tema peristiwa Heruman. 2013. Model Pembelajarn Matematika.
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Bandung: PT Remaja Rosdakarya
tipe NHT mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya.
Hergenhahn.2008. Theories Of Learning. Jakarta :
Pada siklus I sebesar 55% dan pada siklus II mengalami
Kencana Prenada Media Group
peningkatan menjadi 87,5%.
Indarti. Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Saran dan Penulisan Ilmiah. Surabaya: Lembaga
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Penerbit FBS Unesa.
Lidah Wetan II Surabaya, maka peneliti memberikan Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta :
saran sebagai berikut: Pustaka Pelajar
Dalam pembelajaran hendaknya guru tidak hanya
menerapkan model pembelajaran yang tetap setiap hari, Julianto. 2011. Model Pembelajaran IPA. Surabaya:
tetapi guru harus memberi inovasi pada model UNESA University Press
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Karena dengan Jihad, Asep., Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran.
menggunakan model pembelajaran yang inovasi dan Yogyakarta : Multi Presindo
media yang menarik siswa tidak akan bosan mengikuti
Nursalim, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
pembelajaran yang akan diberikan guru, siswa akan
Surabaya: UNESA University Press
menjadi lebih bersemangat dalam belajar yang akan
berdampak pada hasil belajar siswa nantinya. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta :
Guru hendaknya memfasilitasi pembelajaran tema Raja Grafindo
peristiwa dengan menggunakan model pembelajaran Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar
kooperatif tipe Numbered Heads Together, agar siswa Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran yang akan diberikan guru. Siswa akan Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
menjadi lebih bersemangat dalam belajar dengan Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta
memperhatikan penjelasan dari guru dan lebih aktif Supriyono,dkk. 2011. Teori dan Implementasi Model-
bertanya ketika ada materi yang belum dipahami oleh model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: UNESA
siswa. University Press
Guru hendaknya lebih memahami langkah-langkah
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran.
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
agar tidak kesulitan untuk memancing keterampilan sosial
siswa. Selain itu, guru juga harus mempelajari lagi Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-
hakekat pembelajaran kooperatif yang utama yaitu kerja Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media
sama Group
Guru hendaknya mengembangkan pembelajaran Trianto. 2012. Mengembangkan Model Pembelajaran
peristiwa dengan menggunakan model pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher
kooperatif tipe Numbered Heads together, agar siswa
termotivasi mengikuti pembelajaran. Karena dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together siswa merasa senang dan antusias selama

10

Anda mungkin juga menyukai