Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam ras petelur merupakan hasil persilangan berbagai perkawinan silang
dan seleksi yang sangat rumit dan diikuti dengan upaya perbaikan manajemen
pemeliharaan secara terus menerus. Akibatnya ayam ras petelur bisa di sebut
hewan ternak yang cengeng kesalahan dari segi pemeliharaan akan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit (Abidin, 2004).

Industri perunggasan memiliki nilai strategis khususnya dalam penyediaan


protein hewani untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, disamping peranannya
dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. Salah satu industri perunggasan
yang memiliki peran penting dalam penyediaan protein hewani masyarakat adalah
peternakan ayam ras petelur yang menghasilkan produk telur konsumsi. Salah satu
peternakan yang dikembangkan untuk menunjang protein hewani adalah
peternakan ayam ras petelur (Ardhiana et al, 2014). Menurut Widyantara dan
Ardani (2017), peternakan ayam petelur memiliki peluang untuk dikembangkan.
Purwaningsih (2014) menyatakan bahwa dalam dunia perunggasan, usaha
peternakan ayam ras petelur mengalami perkembangan yang pesat dan umumnya
bersifat komersial.

Menurut Mappigau dan Esso (2011), budidaya ayam ras petelur memiliki
potensi yang sangat menarik tetapi masih terdapat tantangan dalam
pengembangannya. Tantangan tersebut dapat menjadi penghambat usaha sehingga
potensi keuntungan dapat menjadi kerugian.

Sektor peternakan ayam petelur merupakan sektor penting, karena dari


sektor inilah sebagian kebutuhan protein hewani bagi manusia terpenuhi, yaitu
telur dan daging (Reiner and Dietmar Linden Berger, 2002). Oleh karena itu
sektor peternakan ayam petelur harus ditangani secara sungguh-sungguh, sehingga
dapat memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan manusia. (Duffy,
Michael.2009).
Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan
terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Produksi telur dalam sebuah
peternakan sangat dipengaruhi oleh pakan karena dengan adanya pakan yang
berkualitas akan meningkatkan produksi telur dalam sebuah peternakan (Krisno,
2013). Sektor peternakan adalah salah satu sektor yang menopang pertumbuhan
industri, hingga saat ini sektor peternakan sebagai mesin penggerak pembangunan
nasional maupun daerah sangat memegang peranan penting dalam perekonomian
masyarakat (Yunus, 2009). Kebutuhan akan telur ayam tidak hanya berasal dari
rumah tangga, tetapi juga berasal dari warung-warung makan di pinggir jalan,
rumah makan, hotel dan lainnya. Peningkatan produksi ayam petelur buras diikuti
dengan pendapatan peternak dan efisiensi usaha ternak yang dilakukan. Besar atau
kecilnya pendapatan peternak bergantung pada jumlah (output) yang dihasilkan
dan harga output yang ditetapkan. Peningkatan pendapatan peternak juga
dilakukan melalui peningkatan modal, luas lahan, jumlah ayam, tenaga kerja
dengan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi dan menekankan
pendapatan peternak telur ayam buras.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan yang di terappkan di
perusahaan ayam petelur.
2. Untuk mengetahui teknik dalam memasarkan telur di perusahaan.
3. Untuk mengetahui masalah yang di hadapi oleh perusahaan selama
perusahaan berjalan.

1.3 Manfaat
Untuk mengetahui dan memahami manajemen,pemasaran dan juga segala
resiko yang di hadapi suatu perusahaan terkhusus di bidang ayam petelur, serta
memberikan suatu solusi apabila menemukan suatu masalah di dalam perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Petelur


Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
untuk diambil telurnya (Prihatman, 2000). Asal mula ayam unggas adalah berasal
dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur
cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara
ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena
ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang
banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan
produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur
dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit
telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat.
Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam
petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek
dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian
dikenal dengan ayam petelur unggul.

Ayam petelur memiliki sifat nervous (mudah terkejut ), bentuk tubuh


ramping, cuping telinga berwarna putih, produksi telur tinggi (200 butir / ekor /
tahun ), efisien dalam pengunaan ransum untuk membentuk telur, tidak memiliki
sifat mengengram (Sudarmono, 2003).

Ayam petelur memiliki 2 tipe yaitu tipe ayam petelur ringan dan tipe ayam
petelur medium.

 Tipe ayam petelur ringan adalah tipe ayam petelur yang memiliki berat
badan yang ringan di bandingkan dengan ayam lain dengan jenis yang
sama. Tipe ayam petelur ringan ini memiliki sebutan ayam petelur putih.
Sebutan ini di sesuaikan dengan warna telur yang di hasilkan. Tubuh ayam
petelur putih ini relative ramping dan kurus kurus atau mungil dengan
mata bersinar. Memiliki jengger merah dan bulu berwarna putih bersih.
Ayam tipe ini merupakan turunan galur murni white leghorn. Ayam ini
memiliki kemampuan memproduksi telur sebanyak 260 butir lebih setiap
tahunnya. Pemeliharaan ayam tipe ini harus sangat intensif karena ayam
ini memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga mudah kaget dan stress.
 Tipe ayam petelur medium adalah tipe ayam yang memiliki bobot badan
lebih berat dari tipe ayam ringan dan tidak lebih dari bobot ayam
pedaging, sehingga di sebut medium. Nama lain dari ayam petelur ini
adalah ayam petelur coklat. Nama ini di ambil dari warna telu yang di
hasilkan. Keunggulan dari ayam petelur ini adalah menghasilkan telur
yang banyak.

Selain itu terdapat beberapa strain ayam petelur sebagai berikut :

Strain Umur Umur Puncak FCR Kematian


awal pada produksi (%)
produksi produksi (%)
(minggu) 50%
(minggu)
Lohman Brown 19-20 22 92-93 2,3-2,4 2-6
MF 402
Hisex brown 20-22 22 91-92 2,36 0,4-3
Bovans White 20-22 21-22 93-94 2,2 5-6
Hubbard 19-20 23-224 90-94 2,2-2,5 2-4
Golden Comet
Dekald Warren 20-21 22,5-24 90-95 2,2-2,4 2-4
Bovans Goldline 20-21 21,5-22 93-95 1,9 6-7
Brown nick 19-20 21,5-23 92-94 2,2-2,3 4-7
Bovans Nera 21-22 21,5-22 92-94 2,3-2,45 2-5
Bovans Brown 21-22 21-23 93-95 2,25-2,35 2-7
(Rasyaf,1995)

Berdasarkan fase pemeliharaannya, ayam petelur mempunyai 3 fase yaitu


fase starter, grower dan fase layer. Fase starter ayam berumur 0 - 6 minggu, fase
grower umur 7 - 17 minggu dan fase layer umur 17 - 80 minggu. Produksi ayam
petelur sangat dipengaruhi oleh pemberian pakan, tatalaksana pemeliharaan, bibit
ayam dan pakan yang terdiri dari manajemen pemeliharaan, manajemen kesehatan
dan pakan

2.2 Manajemen Perkadangan


Kandang untuk ayam petelur dapat berupa litter dan cage. Sistem litter
menggunakan alas kandang berupa sekam atau serbuk gergaji. Sedangkan
kandang cage atau biasa disebut kandang bateray adalah kandang berupa single
bird cage ( diisi satu ekor ayam), multiple bird cage ( diisi 2 ekor ayam atau lebih,
tidak lebih dari 8 ekor), dan colony cage (diisi 20-30 ekor ayam).

Cage dapat dibuat bertingkat hingga tiga deck atau lebih. Deck dapat
disusun dengan bentuk frame A agar kotoran dari dect atas langsung jatuh
ketempat penampungan dan tidak mengenai deck di bawahnya. Deck dapat di
buat dari plastic, kayu, atau bambu (Lelystad, 2004). Dalam pembuatan kandang
bateray (cage) lantai cage dibuat agak miring agar telur dapat menggelinding
ketempat telur sehingga memudahkan dalam pengambilanggya.

2.3 Manajemen Pakan


Pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam usaha peternakan
ayam ras petelur. Pakan merupakan bahan – bahan hasil pertanian, perikanan,
peternakan, dan hasil industry yang mengandung nutrisi dan layak di pergunakan
sebagai bahan pakan, baik yang di olah maupun yang belum di olah (SNI, 2013).
Jumlah dan kandungan zat-zat pakan yang diperlukan harus memadai untuk
mencapai pertumbuhan dan produksi yang optimal. Asupan nutrisi yang cukup
dan berkualitas menjadi syarat untuk tercapainya produksi telur yang optimal.
Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun
reproduksi ternak (Anggorodi, 1985).

Kandungan energi pakan ayam perlu memperhatikan kandungan nutrien,


meskipun energi terpenuhi tetapi apabila kebutuhan nutrien lainnya belum
terpenuhi sesuai kebutuhan ternak maka efisiensi penggunaan pakan rendah.
Untuk membuat formulasi ransum harus memperhatikan kandungan energi dan
lain – lainya (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005). Pengaruh konsumsi pakan
terhadap kandungan protein ransum ayam petelur sangat penting. Selain tipe
ayam, suhu lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi ransum. Suhu
lingkungan yang tinggi akan menyebabkan ayam banyak minum dan menguranggi
konsumsi pakan. Akibat dari hal tersebut protein yang masuk ke dalam tubuh
ayam hanya sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut maka ransum ayam petelur di
indonesia harus mengandung protein yang tinggi (Rasyaf, 1994).

2.3.1 Gudang pakan


Dalam penyimpanan pakan dibutuhkan tempat yang dinamakan gudang
pakan. Gudang pakan diusahakan bebas dari hama, baik serangga maupun tikus.
Gudang pakan harus di desinfeksi serta kondisi ruangan harus tetap kering
(Rusman dan Siarah, 2005). Dalam penyimpanan pakan di gudang pakan hal yang
perlu di perhatikan adalah memastikan bahwa lokasi gudang terbebas dari
genangan air, tidak ada kebocoran atap, di lengkapi ventilasi yang cukup (tidak
terlalu lebar) agar pakan tidak mudah lembab dan berjamur, pakan tidak
bersentuhan langsung dengan lantai.

2.3.2 Ransum
Ransum dapat diartikan sebagai satu atau campuran beberapa jenis bahan
pakan yang di berikan untuk seekor ternak selama sehari semalamm (Manshur,
1998). Ransum adalah campuran berbagai macam bahan organic dan anorganik
yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Hal ini bertujuan
agar pertumbuhan dan produksi maksimal, sehingga jumlah dan kandungan zat zat
makanan yang di perlukan ternak haru memadai (Suprijatna et al., 2005).

Secara umum, bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan


atauedible (Tillman et al., 1991). Bentuk fisik pakan ada beberapa macam,
yaitu mash and limited grains (campuran bentuk tepung dan butiran), all
mash (bentuk tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran
sama), crumble (bentuk butiran halus dengan ukutan tidak sama). Di antara
keempat macam bentuk tersebut, bentuk pellet memiliki palatabilitas paling tinggi
dan lebih tahan lama disimpan. Bentuk all mash atau tepung digunakan untuk
tempat ransum otomatis, tetapi kurang disukai ayam, mudah tengik, dan sering
menyebabkan kanibalisme yang tinggi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Pakan untuk ayam petelur umur 0 – 6 minggu (fase starter) sebaiknya
menggunakan pakan jadi buatan pabrik yang memiliki komposisi pakan yang
tepat dan tekstur halus, sedangkan untuk fase grower dan layer dapat digunakan
pakan hasil formulasi sendiri (Ditjennak, 2001). Bahan pakan yang biasa di
gunakan adalah sepperti jagung giling, bekatul, bungkil kedelai, tepung tulang,
tepung ikan, grit, dan lain lain.

2.3.3 Tempat Pakan dan Minum


Tempat pakan dan minum yang dipelihara dalam sistem litter umumnya
berupahanging feeder atau hanging waterer. Hanging feeder ditempatkan setinggi
punggung ayam, sedangkan tempat minum setinggi leher ayam. Perusahaan besar
pada umumnya menggunakan tempat pakan dan minum otomatis. Tempat pakan
dan minum untuk kandang sistem cage umumnya berbentuk trough (memanjang)
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

2.3.4 Tata laksana Pemberian Pakan


Rata-rata ayam petelur fase layer strain Hy–Line Brown mengkonsumsi
114 – 120 gram pakan per hari sehingga pemberian pakan tiap hari sekitar 120
gram per ekor ayam. Air merupakan komponen nutrien yang paling penting,
apabila ayam kekurangan air minum, konsumsi pakan akan menurun sehingga
produktivitasnya menurun. Air minum hanya dibatasi pada saat-saat tertentu,
misalnya sebelum vaksinasi melalui air minum. Ayam dapat bertelur dengan
optimal apabila pakan diberikan secara ad libitum, yaitu selalu tersedia sepanjang
hari. Pakan bentuk pellet memiliki palatabilitas yang paling baik. Bentuk pakan
seperti campuran crumble dan mash umum digunakan dalam ransum hasil
formulasi sendiri dan relatif lebih ekonomis. Ayam harus distimulasi untuk
mengkonsumsi pakan, salah satunya dengan memberikan biji-bijian setengah
hancur, misalnya jagung. Pakan di dalam tempat pakan diusahakan selalu kering
dan diganti dengan yang baru setiap hari untuk mencegah timbulnya jamur. Air
bersih untuk minum harus selalu tersedia atau ad libitum (Shirt, 2010).

2.4 Manajemen Pencegahan dan Penyakit


Biosekuriti merupakan metode terbaik untuk mencegah penyakit. Prosedur
yang diterapkan dalam biosekuriti antara lain yaitu tidak mengunjungiflock ayam
sehat setelah mengunjungi flock ayam sakit, melakukan fumigasi dan disinfeksi
kandang sebelum kedatangan pullet. Fumigasi dilakukan dengan menyemprotkan
gas formaldehyde di kandang dan sekitarnya untuk mencegah penularan penyakit
yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan virus (Blakely dan Bade, 1998).

Beberapa jenis penyakit menyebar dengan luas dan sulit diberantas


sehingga harus dilakukan vaksinasi rutin. Program vaksinasi yang wajib untuk
ayam petelur antara lain untuk mencegah Newcastle Disease (ND), Infectious
Bronchitis (IB), Infectious Bursal Disease (IBD), dan Avian
Encephalomyelitis (AE) (Hy-Line International, 2010). Teknik vaksinasi antara
lain dengan metode tetes mata (ocular), injeksi subcutan, air minum,
maupun spray. Vaksin dengan metode tetes mata misalnya vaksin ND – IB untuk
anak ayam berumur 3 hari. Metode injeksi intramuskuler misalnya vaksin ND
untuk ayam usia 16-17, 30 dan 50 minggu. Metode wing web injection (tusuk
sayap) misalnya vaksin fowl pox dan AE untuk ayam usia 18 minggu. Metode
pemberian vaksin dengan air minum misalnya vaksin IBD (Gumboro) untuk ayam
usia 32 dan 52 minggu serta vaksin ND La Sota. Metode pemberian vaksin
melalui spray misalnya vaksin coccidiosis live untuk DOC (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006; Spoolder, 2007).

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain fowl


cholerae dan infectious coryzae. Penyakit yang disebabkan oleh virus antara
lain fowl pox. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain leukosis.
Penyakit parasit internal terutama disebabkan oleh cacing. Penyakit parasit
eksternal disebabkan oleh kutu dan tungau (Blakely dan Bade, 1998). Fowl
cholerae merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella
multocida yang ditandai dengan gejala diare, dalam kondisi kronis menyebabkan
jengger dan pial bengkak, diare berwarna kuning hingga hijau, dan pembengkakan
sendi. Pengobatannya yaitu dengan injeksi sulfadoxin secara
intramuskuler. Infectious coryza disebabkan oleh bakteriHaemophilus
gallinarum dengan gejala kesulitan bernafas, keluar lendir dari nostril dan mata,
dalam kondisi kronis muka dan sekitar mata membengkak akibat penggumpalan
eksudat. Pengobatannya yaitu dengan injeksi sulfadimetoksin dan streptomisin
(Meerburg dan Kiljstra, 2007; Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Fowl pox ditandai dengan tonjolan kehitaman pada jengger dan pial,
disebabkan oleh virus Borreliota avium dan dapat dicegah dengan vaksinasi.
Leukosis ditandai dengan pembengkakan hati dan limpa yang disebabkan oleh
virus maupun protozoa seperti Plasmodium sp. yang ditularkan oleh
nyamuk Anopheles. Leukosis yang disebabkan oleh Plasmodium sp. dapat diobati
dengan injeksi sulfa, seperti sulfamonometoksin (Blakely dan Bade, 1998;
Bappenas, 2010). Cacing parasit misalnya Ascaridia galli pada usus dan Heterakis
gallinarum pada ceca, pengobatannya yaitu dengan Piperazine, Albendazole, dan
Flubendazole (Hy-Line International, 2010).

2.5 Manajemen penangan telur


Kualitas eksterior telur antara lain ditentukan oleh cangkangnya, yaitu
meliputi kebersihan, bentuk, tekstur, dan keutuhan. Pengambilan telur dalam satu
hari minimal empat kali supaya telur yang didapat bersih dan mengurangi resiko
telur pecah karena terinjak oleh ayam (Sudaryani dan Santosa, 2000).
Penimbangan telur dilakukan bersamaan dengan pengepakan dan tidak
mengikutkan telur yang pecah. Penimbangan diperlukan dalam suatu penjualan
dari peternak ke pedagang atau konsumen terakhir, satuan yang dipakai adalah
berat dan di Indonesia biasanya adalah kilogram (Adiwilaga, 1982).

Tujuan pengepakan telur konsumsi adalah untuk mencegah kebusukan dan


berperan dalam menjaga agar telur tetap bersih dan biasanya pembungkusan
dengan peti kayu (Winarno dan Jennie, 1983). Setiap perusahaan menyimpan
produknya sebelum terjual, dalam hal ini fungsi gudang diperlukan karena siklus
produksi dan konsumsi jarang sesuai, sehingga kelancaran dalam suatu pemasaran
dapat terjaga (Kotler, 1997).
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktek Kerja Magang ternak non-ruminansia berada di UD.
DARMA PUTRA yang memiliki ayam petelur kapasitas 40.000 ekor yang
berlokasi di Jalan Raya Buruan - Penebel No.7 Tabanan. PKM di mulai dari
hari senin, 28 Oktober 2019 sampai minggu 10 November 2019.

3.2 Metode Pengambilan Data


Untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan PKM, maka dilakukan
beberapa cara untuk mendapatkan informasi dan data yang kurang dipahami untuk
melengkapi laporan. Adapun cara yang dilakukan yaitu:

1. Pengamatan (observasi)
Mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung mengenai
kondisi dan kegiatan yang dilakukan pada tempat lokasi Praktek Kerja
Mahasiswa.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan melakukan Tanya jawab dengan
pihak-pihak dan instansi yang bersangkutan, serta menanyakan bagian-
bagian yang dirasa kurang jelas pada kegiatan magang untuk mengetahui
segala hal yang diperlukan untuk menambah informasi atau dalam
menyusun laporan.
3. On the job training
Mahasiswa dalam mencari informasi dapat dilakukan dengan cara
langsung melaksanakan kegiatan yang dilakukan pada tempat magang agar
bisa lebih mengetahui proses yang dilakukan.
4. Studi pustaka
Studi pustaka adalah mencari dan mempelajari pustaka mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan magang. Studi pustaka
dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan
kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang
tersedia misalnya buku, data perusahaan dan majalah ilmiah.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan


Nama Perusahaan : UD DARMA PUTRA

Nama Pemilik : I Gede Nyoman Darma Susila, S.Pt

Alamat : Jalan Raya Buruan - Penebel No.7 Tabanan

Tahun berdiri : 1996

Kapasitas awal : 1.500 ekor

Kapasitas sekarang : 40.000 ekor

4.2 Perkandangan
Perkadangan yang di terapkan di perusahaan UD. Darma Putra adalah
menggunakan kandang bateray atau disebut juga dengan cage berupa multiple
bird cage yang berisi 2 ekor ayan dalam 1 kandang. Cage yang dibuat bertingkat
hingga 2 deck yang disusun dengan bentuk frame A.

dengan disusunnya seperti frame A sehingga memudahkan kotoran untuk jatuh ke


bawah tanpa mengenai deck yang di bawahnya. Deck terbuat dari bambu. Lantai
cage dibuat agak miring, bagian depan lebih rendah daripada bagain belakang. Hal
ini bertujuan agar telur dapat menggelinding serta lebih mudah dalam
pengambilan telur.

4.3 Manajemen Pakan


Pemberian pakan pada ayam petelur yang dimiliki oleh UD. Darma Putra
dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya. Pemberian pakan pertama
dilakukan jam 5 pagi. Hal ini harus sama dalam setiap harinya dikarenakan ayam
petelur yang mudah mengalami stress sehingga konsistensi pemberian pakan
harus selalu dijaga untuk menghindari ayam menjadi stress sehingga berdampak
pada hasil produksi. (MASIH PERLU DILENGKAPI BRUUHHH)
4.3.1 Gudang pakan
UD. Darma Putra memiliki 1 gudang pakan yang strategis. Gudang
pakan di lengkapi dengan ventilasi yang cukup. Selain itu dinding dana
atap juga sangat bagus sehingga tingkat kebocoran sangat minim terjadi.
Pakan yang ada di gudang pakan di letakkan dengan rapi. Pakan yang
disusun tidak bersntuhan langsung dengan lantai, alat pemisah yang
digunakan berupa balok. Hal ini bertujuan agar pakan tidak cepat rusak.

4.3.2 Ransum
Untuk doc pakan yang diberikan adalah pakan komplit dari pabrik.
Pakan tersebut adalah pakan starter untuk tipe ayam pedaging. Pemberian
pakan jenis ini hanya sampai 1-2 minggu saja. Tidak lebih. Tujuan
pemberian pakan jenis ini adalah untuk memicu pertumbuhan DOC.

Untuk fase grower dan layer di berikan pakan campuran.


Konsentrat di ambil dari pabrik. Untuk dedak jagung dan dedak padi di
cari lagi. Untuk pencampuran pakan di lakukans secara manual.

4.3.3 Tempat pakan dan Minum


Tempat pakan dan minum yang digunakan adalah pipa paralon
yang di belah dua. Pipa pralon di buat memanjang dari awal sampai akhir
kandang.

4.3.4 tata laksana Pemberian Pakan


Pemberian pakan di lakukan 2 kali dalam sehari. Pemberian pakan
pertama di lakukan pada jam 05:00 pagi hari, sedangkan untuk yang kedua
adalah jam 10:00 pagi. Pengosekan/pemerataan pakan di lakukan sekali
yaitu pada jam 15:00 sore hari. Pakan dan air minum selalu tersedia
sepanjang hari.

4.3.5 manajemen pencegahan penyakit


(SILAHKAN DI ISI, dan yANG LAINNYA TOLONG DI TAMBAHI)
4.4 manajemen Penangan Telur

4.4.1 pengambilan telur


Pengambilan telur dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu 08:00, 13:00, dan
16:00. Teknik pengambilan telur dilakukan dengan mengambil telur dari kandang
serta langsung memasukkan ke trai/kerat telur. Setelah selesai telur akan di bawa
ke tempat perkumpulan telur untuk di seleksi.

4.4.2 seleksi/Penyortiran telur


Seleksi/penyortiran terur bertujuan untuk memisahkan antara telur jumbo,
telur besar, telur tanggung, telur pecah, dan telur kotor. Masing masing telur di
gabung sesuai dengan kelompoknya. Telur yang sudah dipisah akan dikumpulkan
di satu tempat sehingga memudahkan dalam proses penjualan. Harga telur juga
berbeda tergantung besar telur dan juga kondisi fisik telur.

4.5 Distribusi
Telur yang ada di kandang yang berada dilain lokasi akan dikumpulkan di
gudang utama kemudian akan kembali di sortir. Proses pemasaran biasanya
terjadi ketika konsumen datang ke gudang utama untuk membeli telur. Konsumen
yang sudah menjadi pelanggan seperti produsen roti akan membawa kendaraan
sendiri seperti truk sebagai alat transportasi. (I DUNNO INI BENER ATAU
NGGAK! JADI TOLONG DIREVISI LAGI)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiana, M.Y., B.A. Nugroho., dan B. Hartanto. 2014. Efisiensi Pemasaran


Telur Ayam Ras di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Jurnal
Fakultas Peternakan 2 (1): 1-13.
Purwaningsih, D.L. 2014. Peternakan Ayam Ras Petelur di Kota Singkawang.
Jurnal online Mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura 2 (2) : 74-88.
Widyantara, I.N.P dan I.G.A.K.S. Ardani. 2017. Analisis Strategi Pemasaran
Telur Ayam (Studi Kasus di Desa Pesedahan dan Bugbug, Kabupaten
Karangaem). E-Jurnal Manajemen Unud 6 (7): 3766-3793.
Mappigau, P dan A.S.R. Esso. 2011. Analisis Strategi Pemasaran Telur pada
Peternakan Ayam Ras Skala Besar di Kabupaten Sidrap. Jurnal Agribisnis X
(3) :14-31.
Duffy, Michael. 2009. Economic of Size in Production Agriculture. Bulletin of
Indonesian Economic Studies. 4 : 375-392.
Reiner Kummel, Julian Hem And Dietmar Linden Berger. 2002. Capital, Labor,
Energy and Creativity: Modelling Innovation Diffusion. Journal Structural
Chage and Economic Dynamics.13(2): h: 415-433.
Yunus, R. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternak Ayam Ras Pedaging
Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah (Tesis
). Universitas Diponegoro. Semarang.
Krisno, R. D. A. 2013 . Kelayakan Usaha Budidaya Ayam Petelur ( Analisi Biaya
Manfaat dan BEP Pada Keanu Farm, Kendal ). Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang ( Skripsi ) h:
6-10.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen48 halaman
    Bab Iv
    Hady Saeful Raillah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen8 halaman
    Daftar Pustaka
    Hady Saeful Raillah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi - BAB I
    Daftar Isi - BAB I
    Dokumen11 halaman
    Daftar Isi - BAB I
    Hady Saeful Raillah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Hady Saeful Raillah
    Belum ada peringkat
  • THT Hady Saeful
    THT Hady Saeful
    Dokumen3 halaman
    THT Hady Saeful
    Hady Saeful Raillah
    Belum ada peringkat