Anda di halaman 1dari 6

A.

Analisis Dasar tentang Tarif


Tarif merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum, merupakan sejenis pajak

yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Tarif spesifik (specific tariffs): Pajak yang dipungut sebagai biaya tetap untuk setiap

unit barang impor. (Misalnya saja, sebuah tariff spesifik dari $10 pada setiap sepeda

impor dengan harga internasional sebesar $100 berarti bahwa petugas bea cukai

mengumpulkan jumlah yang tetap sebesar $10).


b. Tarif ad valorem (ad valorem tariffs): Pajak yang dikenakan berdasarkan presentase

tertentu dari nilai barang-barang yang di impor. (Misalnya, sebuah iklan tariff

valorem 20% pada sepeda menghasilkan pembayaran $20 pada setiap sepeda $100

yang diimpor).

Dalam kedua kasus tersebut, tarif menimbulkan dampak berupa kenaikan harga atau

biaya pengiriman barang (produk impor) ke suatu negara. Tarif merupakan bentuk

kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai

sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Misalnya, sebelum menerapkan pajak

pendapatan, pemerintah federal Amerika Serikat memperoleh sebagian besar

pendapatannya dari tarif. Namun, maksud utama pengenaan tarif biasanya tidak semata-

mata untuk memperoleh pendapatan pengisi kas pemerintah, melainkan juga sebagai

suatu alat untuk melindungi sektor-sektor tertentu di dalam negri dari tekanan persaingan

produk impor. Pada penghujung abad ke Sembilan belas baik Jerman maupun Amerika

Serikat berusaha melindungi sector-sektor industrinya yang baru tumbuh dengan

mengenakan tarif impor atas beberapa barang manufaktur yang merupakan saingan.

Peranan tarif kini telah menurun dalam era modern ini, karena pemerintah dari berbagai

negara lebih suka melindungi industri-industri domestic mereka dengan memberlakukan

berbagai macam bentuk hambatan non tarif seperti:


a. Kuota impor, yakni pembatasan langsung jumlah impor.
b. Kuota ekspor atau pembatasan ekspor yang dikenakan langsung kepada pihak mitra

dagang.

Dalam mengembangkan teori perdagangan dalam bab-bab sebelumnya senantiasa

menggunakan perspektif keseimbangan umum yang berarti kita harus selalu

membayangkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di salah satu bagian dari

perekonomian akan berdampak ke bagian-bagian lainnya dari perekonomian yang

bersangkutan. Namun, dalam banyak hal, kebijakan perdagangan untuk satu sector

agaknya dapat dipahami dengan baik tanpa harus memerinci dampak-dampak yang

ditimbulkan oleh kebijakan tersebut. Oleh karena itu, untuk sebagian besar kasus,

kebijakan perdagangan dapat diteliti dalam kerangka keseimbangan parsial. Seandainya

dampak yang ditimbulkan oleh sebuah kebijakan perdagangan terhadap suatu

perekonomian secara keseluruhan memang penting, maka kita akan berpaling kembali

kepada analisis keseimbangan umum.

 Penawaran, Permintaan dan Perdagangan dalam Satu Sektor Industri


Diasumsikan saja bahwa di dunia ini hanya ada dua negara, yakni

Domestik dan Asing. Keduanya sama-sama mengkonsumsi gandum, yang dapat

diangkut dari satu negara ke negara lain tanpa menimbulkan biaya pengangkutan

(biaya pengangkutan dianggap nihil). Industri gandum dimasing-masing negara

bersifat konpetitif sehingga kurva penawaran dan permintaanya sepenuhnya

merupakan fungsi dari harga pasar. Seharusnya penawaran dan permintaan

Domestik akan bergantung pada harga dalam mata uang Domestik, sedangkan

tingkat permintaan dan penawaran Asing akan bergantung pada harga dalam mata

uang Asing. Namun, di asumsikan saja nahwa nilai tukar antara kedua mata uang
tersebut tidak dipengaruhi oleh bentuk kebijakan perdagangan apapun yang

diterapkan oleh masing-masing negara dalam pasar komoditi. Sehingga dapat

dicantumkan harga di kedua pasar dalam mata uang Domestik.


Hubungan perdagangan akan terjadi di suatu pasar apabila tredapat

perbedaan harga pada waktu perdagangan itu belum dilangsungkan. Dimisalkan

saja sebelum adanya perdagangan harga gandum di Domestik lebih tinggi

daripada di Asing, ketika terjalin hubungan dagang karena harga gandum di

Domestik lebih tinggi daripada di Asing, maka pihak pengirim akan mengangkut

gandum dari Asing ke Domestik. Selanjutnya, ekspor gandum itu akan

meningkatkan harga gandum di Asing dan dalam waktu yang bersamaan akan

menrunkan harga gandum di Domestik sampai pada perbedaan harga tidak terjadi

lagi.
Untuk menentukan harga dunia (P ) dan jumlah gandum yang
w

diperdagangkan dunia (Q ), dibentuk dalam dua buah kurva, yakni:


w
a. Kurva permintaan impor Domestik:
Jumlah maksimum impor negara Domestik ingin mengkonsumsi pada

setiap harga barang impor. Artinya, kelebihan dari apa yang diminta

oleh konsumen atas apa yang ditawarkan oleh produsen Domestik:

MD = D (P) - S (P)
Gambar 8.1 menunjukan pada tingkat harga P1 konsumen Domestik

akan meminta sebanyak D1, sedangkan tingkat penawaran Domestik hanya

mencapai S1, sehingga permintaan untuk impor Domestik adalah D1 – S1.

Jika harga menjadi P2, permintaan konsumen Domestik hanya sebatas D2,

sementara produsen Domestik meningkatkan penawarannya ke S2,

sehingga permintaan untuk impor turun menjadi D2 – S2. Karena itu kurva

permintaan untuk impor atau MD berbentuk menurun dari kiri atas ke

kanan bawah. Pada PA, penawaran permintaan Domestik sama besarnya.

Ini adalah keadaan tanpa perdagangan, sehingga pada harga PA kurva

permintaan untuk impor Domestik memotong sumbu tegak, artinya tidak

ada impor.

b. Kurva penawaran ekspor Asing


Menunjukkan jumlah maksimum ekspor asing yang ingin ditawarkan

ke seluruh dunia pada setiap harga barang ekspor.


Artinya, kelebihan dari apa yang ditawarkan oleh asing atas yang

diminta oleh konsumen asing : XS = S * (P *) - D * (P *)

Gambar 8.2 menunjukan kurva penawaran dari ekspor Asing XS.

Pada tingkat harga P1, produsen akan menawarkan sebanyak S*1,

sedangkan permintaan konsumen Asing hanya mencapai D*1, sehingga

dengan sendirinya penawaran yang tersedia untuk diekspor adalah S*1

– D*1. Kemudian pada tingkat harga P2 para produsen Asing

meningkatkan penawarannya menjadi S*2, sebaliknya konsumen Asing

menurunkan permintaannya menjadi D*2, sehingga penawaran untuk

ekspor meningkat menjadi S*2 – D*2. Dengan demikian kurva

penawaran untuk ekspor berbentuk menaik dari sebelah kiri bawah ke

kanan atas. Jika harga yang berlaku sama dengan P*A, maka penawaran

dan permintaan akan sama persis dengan keadaan tanpa perdagangan,

sehingga di situ kurva penawaran untuk ekspor Asing memotong

sumbu vertical (taka da ekspor) di P*A.


Gambar 8.3 menunjukan keseimbangan dunia terjadi apabila

permintaan untuk impor Domestik (kurva MD) sama persis dengan

penawaran untuk ekspor Asing (kurva XS). Pada tingkat harga PW,

yakni ketika kedua kurva itu saling berpotongan, penawaran dunia

sama dengan permintaan dunia. Dengan demikian, pada keseimbangan

dititik 1 di dalam gambar 8.3 menunjukan:


Permintaan Domestik – Penawaran Domestik = Penawaran Asing

– Permintaan Asing
Dengan menambahkan serta mengurangi salah satu besaran pada

kedua sisi, maka persamaan tersebut dapat disusun kembali menjadi:


Permintaan Domestik + Permintaan Asing = Penawaran Domestik

+ Penawaran Asing
atau, dalam bentuk yang lebih sederhana menjadi:
Permintaan Dunia = Penawaran Dunia

Anda mungkin juga menyukai