TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk dalam suku Liliaceae.
Disamping itu tidak sedikit lidah buaya yang merupakan hasil persilangan. Menurut
Dowling dalam Furnawanthi (2002), hanya tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan
secara komersial di dunia, yakni Curacao aloe atau Aloe vera (Aloe barbadensis
Miller), Cape aloe atau Aloe ferox Miller, dan Socotrine aloe yang salah satunya
adalah Aloe perryi Baker.
Dari ketiga jenis tersebut yang banyak dimanfaatkan adalah species Curacao
aloe atau Aloe vera (Aloe barbadensis Miller) yang ditemukan oleh Phillip Miller,
seorang pakar botani yang berasal dari Inggis, pada tahun 1768. Aloe barbadensis
Miller mempunyai nama sinonim yang binomial, yakni Aloe vera dan Aloe vulgaris
(Furnawanthi, 2002). Aloe vera pertama kali dideskripsikan oleh Carl Linneus pada
tahun 1753 sebagai Aloe perfoliata vera. Selanjutnya dideskripsikan ulang oleh
Nicolas Laurens pada tahun 1768 sebagai Aloe vera (Idris, 2013). Taksonomi lidah
buaya (Aloe vera) dalam dunia tumbuhan yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Monocotiledonae
Ordo : Aspargales
Famili : Liliaceae
Genus : Aloe
Gambar 2.1 Aloe vera
Species : Aloe vera
(Sumber: Kartinah, 2012)
2.1.3 Kandungan Kimia Lidah Buaya (Aloe Vera L)
Bagian dari Aloe vera yang umum dimanfaatkan adalah daun, eksudat atau
getah daun dan gel. Daun lidah buaya dapat digunakan secara langsung baik
tradisional maupun dalam bentuk ekstrak untuk mempertahankan integritas status
antioksidan dalam tubuh. Eksudat atau getah daun yaitu cairan rasa pahit dan kental
yang mengalir keluar apabila daun lidah buaya dipotong, dapat digunakan secara
tradisional yang biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut.
Gel adalah bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam
daun setelah eksudat dikeluarkan, bersifat mendinginkan dan mudah rusak karena
oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut agar diperoleh gel yang
stabil dan tahan lama. Ada beberapa yang zat terkandung didalam gel lidah buaya
yaitu karbohidrat (glucomannan, accemanan), senyawa anorganik, protein, sakarida,
vitamin, dan saponin (Gusviputri, et al., 2013)
Pengertian Diabetes Melitus Istilah Diabetes Melitus diperoleh dari bahasa latin
yang berasal dari kata Yunani, yaitu Diabetes yang berarti pancuran dan Melitus yang
berarti madu. Jika diterjemahkan, Diabetes Melitus adalah pancuran madu. Istilah
pancuran madu berkaitan dengan kondisi penderita yang mengeluarkan sejumlah
besar urin dengan kadar gula yang tinggi. (Wijayakusuma, 2004)
Diabetes (kencing manis) adalah penyakit dimana tubuh penderitannya tidak
bisa mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Jadi penderita mengalami
gangguan metabolisme dari distribusi gula oleh tubuh sehingga tubuh tidak bisa
memproduksi insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi kelebihan gula di dalam darah
sehingga menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan dalam darah
tersebut melimpah ke sistem urin.
Ditinjau dari segi ilmiah, Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan
metabolik glukosa (molekul gula paling sederhana yang merupakan hasil pemecahan
karbohidrat) akibat defisiensi atau penurunan efektifitas insulin. Kurangnya sekresi
insulin menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan melebihi batas normal
jumlah glukosa yang seharusnya ada dalam darah. Kelebihan gula dalam darah
tersebut dibuang melalui urin.
Keterangan :
GDP = Glukosa Darah Puasa
GDS = Glukosa Darah Sewaktu
GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu
TGT = Tolerasi Glukosa Terganggu
* = GDPT bila GDP 110-126 Normal bila GD 2jam PP 110-126
2.3 Uji Efektifitas
2.3.1 Pengertian Uji Efektivitas
Penentuan perlakuan terbaik ditentukan berdasarkan metode indeks
efektivitas (DeGarmo et al., 1984). Metode ini dilakukan berdasarkan prosedur
sebagai berikut: Variabel diurutkan menurut prioritas dan kontribusi terhadap hasil.
Memberikan bobot nilai pada masing-masing variabel (BV) sesuai kontribusinya
dengan angka relatif 0-1. Bobot ini berbeda tergantung dari kepentingan masing-
masing variabel yang hasilnya diperoleh sebagai akibat perlakuan. Bobot normal
(BN) ditentukan dari masing-masing variabel dengan membagi bobot variabel (BV)
dengan jumlah semua bobot variabel.
Mengelompokkan variabel-variabel yang dianalisa dua kelompok yaitu: a)
Kelompok A, terdiri dari variabel-variabel yang semakin besar reratanya semakin
baik (dikehendaki pada produk yang diperlakukan), b) Kelompok B adalah kelompok
yang makin besar reratanya semakin jelek (tidak dikehendaki).
Ditentukan nilai efektivitas (Ne) masing-masing variabel, dengan rumus:
Nilai perlakuan - Nilai terjelek
Nilai terbaik - Nilai terjelek
Untuk variabel dengan rerata semakin besar semakin baik, maka nilai
terendah sebagai nilai terjelek dan nilai tertinggi sebagai nilai terbaik. Sebaliknya
untuk variabel dengan nilai semakin kecil semakin baik, maka nilai tertinggi sebagai
nilai terjelek dan nilai terendah sebagai yang terbaik. Menghitung nilai hasil (Nh)
masing-masing variabel yang diperoleh dari perkalian bobot normal (BN) dengan
nilai efektifitas (Ne). Menjumlahkan nilai hasil dari semua variabel, dan kombinasi
terbaik dipilih dari kombinasi perlakuan yang memiliki nilai hasil (Nh) tertinggi.
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑒𝑙𝑒𝑘
𝑁 𝐸𝐹𝐸𝐾𝑇𝐼𝑉𝐼𝑇𝐴𝑆 =
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑖𝑘 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑒𝑙𝑒𝑘