Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

A. Pengertian
Fraktur adalah hi;langnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian.
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan
kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Arif Muttaqin,
2008)

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
menjadi tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan tubuh.
Tulang dlh jaringan terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi
utama:
a. Membentuk rangka badan
b. Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot
c. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-
alt dalam (otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
d. Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan
garam.
e. Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi
tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan
organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk
suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks
kolagen dan proteoglikan. Matriks organik tulang juga disebut osteosid.
Sekitar 70% dari osteosid adalah kolagen tipe I yang kaku dan
memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun
tulang berupa proteoglikan.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6;
a. Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus.
b. Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal
c. Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
d. Tulanmg tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra
e. Tulang Sesmoid: tulang patella
f. Tulang Sutura: atap tengkorak

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang
disebut dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.

2. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
a. Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses
yangh disebut osifikasi.
b. Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Osteoklas
Adalh sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yang
melarutklan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah (Arif Muttaqin, 2008)
3. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.
Disebelah atas dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut
trokanter mayor dan trokanter minor. Di bagian ujung membentuk
persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus
medialis dan kondilus lateralis. Di antara kedua kondilus ini terdapat
lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patela) yang disebut
dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os
tibia bentuknya lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian
ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju
yang disebut os maleolus medialis. (Syaifuddin, 2006)

C. Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain:
1. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pad paha
2. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis (Arif Muttaqin, 2011)
D. PATOFISIOLOGIS

E. Tanda dan gejala


1. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirncang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
2. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak
alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.
3. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan dibawah tempat fraktur.
4. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi
setelah beberapa jam atau hari. (Brunner Suddarth, 2001)

F. Klasifikasi
Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut;
1. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul,
dan melalui kepala femur (fraktur kapital).
2. Fraktur ekstrakapsular
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih
besar / lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokanter minor.

Klasifikasi fraktur femur:

1. Fraktur leher femur


Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua terutama
wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur
leher femur pada anak anak jarang ditemukan fraktur ini lebih sering
terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan
3:2. Insiden tersering pada usia 11-12 tahun.
2. Fraktur subtrokanter
Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang hebat.
Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokanter
minor.
3. Fraktur intertrokanter femur
Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang femur.
Fraktur daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter
mayor dan minor. Frkatur ini bersifat ekstraartikular dan sering terjadi
pada klien yang jatuh dan mengalami trauma yang bersifat memuntir.
Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen
proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat
kominutif terutama pada korteks bagian posteomedial.
4. Fraktur diafisis femur
Dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia dan biasanya karena
trauma hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.
5. Fraktur suprakondilar femur
Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal kondilus femur
dan batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma yang mengenai femur
terjadi karena adanya tekanan varus dan vagus yang disertai kekatan aksial
dan putaran sehingga dapat menyebabkan fraktur pada daerah ini.
Pergeseran terjadi karena tarikan otot.(Arif Muttaqin, 2008)

G. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan berdasar jenis fraktur femur:
1. Fraktur leher femur
Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis
pengobatan yang dapat diberikan.
2. Fraktur subtrokanter
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah
trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal, oblik atau spiral
dan sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam posisi fleksi,
sedangkan fragmen distal dlam posisi adksi bergeser ke proksimal.
3. Fraktur diafisis femur
Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas berupa
rotasi eksterna dan pemendekan tungkai. Klien mungkin datang dengan
keadaan syok.
4. Fraktur suprakondilar femur
Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi.(Arif Muttaqin,
2008)

H. Penatalaksanaan
1. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermt
untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka,
iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut
meliputi:
a. Profilaksis antibiotik
b. Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit
mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati
dieklsisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka yang
tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi, terapi yang cukup dengan
debridemen terbatas saja.
c. Stabilisasi
Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
d. Penundaan tertutup
e. Penundaan rehabilitasi
2. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam
melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan medis,
perawat dapat mengenal impliksi pada setiap tindakan medis yang
dilakukan.
a. Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
1) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan
dengan gips pinggul selama 7 minggu merupakn alternaltif
pelaksanaan pada klien usia muda.
2) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan
dengan memergunakan plate dan screw.
b. Fraktur diafisis femur, meliputi:
1) Terapi konserfativ
2) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan
terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
3) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut.
Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan
segmental.
4) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur
secara klinis.
c. Terapi Operasi
1) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau
distal femur
2) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi
tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah
farktur diafisis.
3) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur
kominutif, infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan
kerusakan jaringan lunak yang hebat.
d. Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
1) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan
penahan lutut Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
2) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi
secara konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-
phorc dare screw dengan berbagai tipe yang tersedia. (Arif
Muttaqin, 2011)
I. Komplikasi
1. Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang bersifat
umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias, dan dekubitus.
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur yang disertai
pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lrbih
ke proksimal, kemungklinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
2. Fraktur diafisis femur
a. Komplikasi dini
Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh perawat yang
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur diafisis femur.
Perawat dapat melakukan pengenalan dini dan pengawasan yang
optimal apabila telah mengenal konsep anatomi, fisiologi, dan
patofisioloigi patah tulang.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur adalah
sebagai berikut:
1) Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersift
tertutup.
2) Emboli lemak. Sering didapatkan pada penderita muda dengan
fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
3) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus
jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga
menmyebakan kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.
4) Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan
fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang berfariasi dari
neuropraksia sampai ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi
pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis
dan nervus peroneus komunis.
5) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya
distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo-
emboli.
6) Infeksi. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan
operasi.
b. Komplikasi lanjut
Komplikasi fraktur diafisis femur hampitr sama dengan komplikasi
bebrapa jenis fraktur lainnya. Oleh karena itu setiap perawat penrlu
memperhatikan dan mengetahui komplikasi yang biasa terjadi agar
komplikasi tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan. Pada beberapa
situasi, perawat akan berhadapan dengan klien fraktur diafisis femur
yang menga;lami komplikasi lanjut. Perawat yang mempunyai
pengalaman dan pengetahuan yang baik dapat mengidenmtifikasi
kelainan yang timbul akibat komplikasi tahap lanjut dari fraktur diafissi
femur.
Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis femur
adalah sebagai berikut:
1) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami union
dalam empat bulan.
2) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik,
perawat perlu mencurigai adanya non union. Oleh karena itu,
diperlukan fiksasi internal dan bone graft.
3) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen,
diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi
lebih sering ditemukan. Mal union juga mnyebabkan pemendekan
tungkai sehingga dipelukan koreksi berupa osteotomi.
4) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan
pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila
fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
5) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang
solid. (Arif Muttaqin, 2008)
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang
digunkan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan
diagnosis medis.
umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa nyeri
yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa
nyeri klien, perawat mengunakan OPQRSTUV.
O (onset)
P (Provoking Incident): hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah trauma bagian pada
Q (quality of pain): klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.
R (Region, Radiation, Relief): nyeri yang terjadi di bagian paha yang
mengalami patah tulang. Nyeri dapt reda dengan imobilisasi atau
istirahat.
S (Scale of pain): Secara subyektif, nyeri yang dirasakan klien antara 2-
4 pada skala pengukuran 0-4
T (Treatment)
U (Understanding)
V (Value)
b. Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha,
pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah berobt ke
dukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaaan,
perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu,
klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis
akut dan kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses
penyembuhan tulang.
d. Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah
faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
e. Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosis klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran
klien dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
gheneral) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokal)
a. Keadaan umum
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda gejala yang perlu
dicatat adalah kesadaran diri pasien (apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmetis yang bergantung pada keadaan klien), kesakitan atau
keadaaan penyakit (akut, kronis, berat, ringan, sedang, dan pada kasus
fraktur biasanya akut) tanda vital tidak nmormal karena ada gangguan
lokal baik fungsi maupun bentuk.
b. B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien fraktur
femur tidak mengalami kelainaan pernafasan. Pada palpasi thorak,
didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi
tidak terdapat suara tambahan.
c. B2 (Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat iktus tidak
teraba, auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
d. B3 (Brain)
1) Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
a) Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris., tidak
ada penonjolan, tidak ada sakit kepala.
b) Leher: Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
c) Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang
lain tidak mengalami perubahan fungsi dan bentuk. Wjah
simetris, tidak ada lesi dan edema.
d) Mata: Tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis (pada
klien dengan patah tulang tertutup tidak terjadi perdarahan).
Klien yang mengalami fraktur femur terbuka biasanya
mengfalami perdarahan sehingga konjungtiva nya anemis.
e) Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi dan nyeri tekan.
f) Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
g) Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
2) Pemeriksaan fungsi serebral
Status mental, observasi penampilan, dan tingkah laku klien.
Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.
3) Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I: fungsi pendiuman tidak ada gangguan.
b) Saraf II: ketajaman penglihatan normal
c) Saraf III, IV, VI: tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata,
pupil isokor.
d) Saraf V: tidak mengal;ami paralisis pada otot wajah dan reflek
kornea tidak ada kelainan.
e) Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
f) Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
g) Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
h) Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
i) Saraf XII: ;idah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada faskulasi. Indra pengecapan normal.
4) Pemeriksaan refleks
Biasanya tidak ditemukan reflek patologis.
5) Pemeriksaan sensori
Daya raba klien fraktur femur berkurang terutama pada bagian
distal fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak
menga;lami gangguan. Selian itu, timbul nyeri akibat fraktur.
e. B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi wana, jumlah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak
mengalami gangguan ini.
f. B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:
turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidk teraba. Perkusi:
suiara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik
normal. Inguinal,genital: hernia tidak teraba, tidak ada pembesaran
limfe dan tidak ada kesulitan BAB.
g. B6 (Bone)
Adanmya fraktur femur akan mengganggu secara lokal, baik fungsi
motorik, sensorik maupun peredaran darah.
h. LOOK
Pada sistem integumen terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, edema dan nyeri tekan. Perhatikan adanya
pembengklakan yang tidak biasa (abnormal) dan deformitas.
Perhatikan adanya sindrom kompartemen pada bagian distal fraktur
femur. Apabila terjadi fraktur terbuka, perawat dapat menemukan
adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak sam[pai kerusakann
intergritas kulit. Fraktur obli, spiral atau bergeser mengakibatkan
pemendekan batang femur. Ada tanmda cedera dan kemungkinan
keterlibatan berkas neurovaskular (saraf dan pembuluh darah) paha,
sepertoi bengkak atau edema. Ketidakmampuan menggerakkan
tungkai.
i. FEEL
Kaji adnya nyeri tekan dan krpitasi pada daerah paha.
j. MOVE
Pemeriksaan dengan menggerakkan eksteremitas apakh terdapat
keluhan nyeri pada pergerakan. Dilakukan pencatatan rentang gerak.
Dilakukan pemeriksaan gerak aktif dan pasif. Berdasar pemeriksaan
didapat adanya gangguan / keterbatasan gerak tungkai,
ketidakmampuan menggerakkan tungkai, penurunan kekuatan otot.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, kerusakan integritas struktur tulang, penurunan
kekuatan otot.
c. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal, hambatan mobilitas.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan fiksasi
interna.
f. Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.

Anda mungkin juga menyukai