Anda di halaman 1dari 8

A.

Masa Balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi
yang jumlahnya lebih banyak dengan kwalitas tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok
lawan gizi, mereka mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang
dibutuhkan. (sediaoetama 2000) Masalah gizi balita yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini
adalah masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh
kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan, sedang Masalah gizi lebih disebabkan oleh
kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan.
(almasteir, 2002)
Pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan
kwalitas tinggi.
Gizi merupakan salah satu penentu kwalitas sumber daya manusia. Akibat kekurangan gizi akan
menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya
perkembangan dan kecerdasan. Akibat lain adalah terjadinya penurunan produktifitas,
menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian.
Gizi yang baik sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang bagi anak-anak yang normal
ditinjau dari segi umur, anak balita yaitu anak yang berumur di bawah lima tahun, merupakan
anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang adalah merupakan golongan yang paling rawan
terhadap kekurangan kalori protein. (Back, 2000)

2. Kebutuhan Gizi Balita


Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi energi dan protein.
Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/ kg berat badan.
Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/ kg berat
badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak dan juga protein.
Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat
pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, mengganti sel-sel
yang rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh, serta sebagai sumber energi.
Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi, selain itu lemak juga mempunyai 3
fungsi, diantaranya sebagai sumber lemak esensial, sebagai zat pelarut vitamin A, D, E, K, serta
dapat memberi rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60-
70% dari total energi. Sumber karbohidrat dapat diperoleh dari beras, jagung, singkong, tepung-
tepungan, gula, dan serat makanan. Serat makanan sangat penting untuk menjaga kesehatan alat
pencernaan. Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk mengatur
keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan. Kebutuhan akan vitamin dan
mineral jauh lebih kecil dari pada protein, lemak, dan karbohidrat.
Ada beberapa hal yang perl dihindari bagi anak agar makannya tidak berkurang, seperti
membatasi makanan yang kurang menguntungkan, seperti coklat, permen, kue-kue manis karena
dapat membuat kenyang sehingga nafsu makan berkurang. Menghindari makanan yang
merangsang seperti pedas dan terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan
menyenangkan, memilih makanan dengan nilai gizi tinggi, memperhatikan kebersihan
perorangan dan lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan serta tidak menghidangkan porsi
makanan terlalu banyak.
Usia balita dapat kita bedakan menjadi 2 golongan, yang pertama adalah balita usia 1-3 tahun.
Jenis makanan yang paling disukai anak balita di usia ini biasanya adalah makanan yang manis-
manis, seperti cokelat, permen, es krim, dll. Pada anak usia ini sebaiknya makanan yang banyak
mengandung gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak atau berlubang (caries). Pada usia,
biasanya anak sangat rentan terhadap gangguan gizi, seperti kekurangan vitamin A, zat besi,
kalori dan protein. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan gangguan fungsi pada mata,
sedangkan kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
kecerdasan anak.
Kedua adalah anak usia 4-6 tahun. Pada usia ini, anak-anak masih rentan terhadap gangguan
penyakit gizi dan infeksi. Sehingga pemberian makanan yang bergizi tetap menjadi perhatian
orang tua, para pembimbing dan pendidik di sekolah. Pendidikan tentang nilai gizi makanan,
tidak ada salahnya mulai diajarkan pada mereka. Dan ini saat yang tepat untuk menganjurkan
yang baik-baik pada anak, karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu yang dilihat
dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga akhirnya anak dapat memilih
menyukai makanan yang bergizi.

A. Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak
karena faktor eksternal maupun intaernal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi
keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor
internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi
mereka pun bisa menolak makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena
itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan
makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting didalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang
sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terluhat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan
ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya
memberikan makan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat
yang mengandung banyak gizi.

Pemenuhan Gizi Pada Balita


1. Pengertian Balita
Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima tahun. Kelompok anak ini
menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian yang intensif untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangannya. Lima tahun pertama dari kehidupan seorang manusia
adalah fondasi bagi seluruh kehidupan di dunia. Sumber daya manusia yang berkualitas baik
fisik, psikis, maupun intelegensianya berawal dari balita yang sehat. Balita adalah anak usia
dibawah lima tahun yang berumur 0-4 tahun 11 bulan.
Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat kompleks.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan.
Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan.
Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara
asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau
sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap.

2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari
apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan
dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia
prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang
masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan
adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

3. Karakteristik Usia Prasekolah


Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat
pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai
senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang
diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak.
Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting
dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya.
Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan
anak.

4. Peran Makanan Bagi Balita


a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat
pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein.
Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan
perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.

3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat
berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam
lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

5. Kebutuhan Gizi Balita


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara
kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin,
aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif
lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang
dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya
usia.

6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi


Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah
gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian,
kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan
tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya
mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan
keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman
jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu


Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan
atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan
makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis
sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan
protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat
keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan


Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering
kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan,
ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara
dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu
guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit
mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan
protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu


Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai
faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat


Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga
ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu
ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan
tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI,
yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian
pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang
malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga,
disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan
kehamilan.

f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini
juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan.

7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang


a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energy
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan
asupan yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita


terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang
disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi
badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi
dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi
pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk.

1) Marasmus
kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk
ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam
jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ) .
Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena
penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.

3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini
dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan
lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan.
Obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:

1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.


2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan
orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

J. Menu Makanan Balita


Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh
karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan
pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
 Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.
 Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

 Makanan Selingan Balita


Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu
diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak
sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan
gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-
4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi
dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua
sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus
mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga
karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam
keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya.
Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak
susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena
akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran,
tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan
malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Anda mungkin juga menyukai