Anda di halaman 1dari 15

Tugas Satu

Mata Kuliah : Teknik Pengukuran Besaran Listrik


Dosen : Muhamad Suyanto ST. MT

MENGENAL ALAT UKUR ECHOSOUNDER

Disusun Oleh:
Nama : Syarif Maulana
NIM : 171041019
Tangal Pengumpulan : 16 Maret 2018

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2017
Kata Pengantar

Assallamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulilah, tak henti – hentinya saya mengucapkan rasa syukur kepada
Allah SWT pencipta alam semesta langit, bumi dan seisinya. Sebab atas izinya saya
bisa menyelesaikan tugas pertama tentang alat ukur yang pada kesempatan ini saya
mencoba mempelajari tentang alat ukur yang namanya Echosonder yang fungsi
utamanya adalah untuk mengukur kedalaman air. Biasanya alat ukur ini digunakan
oleh kapal – kapal dalam membantu berlayar ke pulau – pulau yang dituju. Dengan
adanya alat ini kapal yang sedang berlayar bisa mengetahui kedalaman iar laut yang
akan dilewatinya sehingga dapat mencegah terjandinya kecelakaan saat kapal berlayar
agar ditak menabrak karang yang ada dibawahnya. Walaupun hanya sedikit kasus yang
pernah terjadi kecelakaan di lautan tapi terkadang manusia lalai dan untuk
mencegahnya kelailainya itu karna dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, yang
pernah dialami oleh kapal besar yang sangat fenomenal pada masanya yaitu kapal
Titanic yang mengalami kecelakan akibat menabrak karang dasar laut sehinga
menyebabkan kerusakan terhadap kapal tersebut dan akirnya kapal tersebut tidak bisa
dikendalikan lagi dan alhasil kapal super megah itu pun tengelam. Maka dari itu alat
ini juga bisa berfungsi untuk meminimalisir terjadinya kecelkaan di laut.
A. Pengertian Echosounder
Echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan
tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai
Echosounder kembali dari dasar air. Adapun kegunaan dasar dari Echosounder yaitu
menentukan kedalaman suatu perairan dengan mengirimkan tekanan gelombang dari
permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai Echosonder kembali dari dasar
air. Data tampilan juga dapat dikombinasikan dengan koordinat global berdasarkan
sinyal dari satelit GPS yang ada dengan memasang antena GPS (jika fitur GPS pada
Echosounder ada). Teknik Echosounder yang dipakai untuk mengukur kedalaman laut,
bisa dibuat alat pengukur jarak dengan ultra sonic. Pengukur jarak ini memakai
rangkaian yang sama dengan Jam Digital, ditambah dengan rangkaian pemancar dan
penerima Ultra Sonic.

Gambar 1.1 ( Cara kerja Ehcosonder )


A. Prinsip Kerja Echosounder
Prinsip kerja Echosounder adalah untuk pengukuran jarak digambarkan dalam
pulsa Ultrasonic, yang merupakan sinyal ultrasonic dengan frekwensi lebih kurang 41
KHz sebanyak 12 periode, dikirimkan dari pemancar Ultrasonic. Ketika pulsa
mengenai benda penghalang, pulsa ini dipantulkan, dan diterima kembali oleh
penerima Ultrasonic. Dengan mengukur selang waktu antara saat pulsa dikirim dan
pulsa pantul diterima, jarak antara alat pengukur dan benda penghalang bisa dihitung.
Adapun rangkaian Jam Digital yang digunakan titik desimal pada tampilan
satuan dinyalakan dengan tahanan R8. Setiap kali tombol Start ditekan, AT89C2051
membangkitkan pulsa ultrasonic pada Pin P3.4 yang dipancarkan, selanjutnya lewat
pin P3.5 yang terhubung ke rangkaian penerima ultrasonic, sambil mengukur selang
waktu AT89C2051 memantau datangnya pulsa pantul. Hasil pengukuran waktu itu,
dengan sedikit perhitungan matematis ditampilkan di system penampil 7 ruas sebagai
besaran jarak, dengan satuan centimeter dan 1 angka dibelakang titik desimal.
Processor memerlukan waktu untuk melaksanakan instruksi. Bagi AT89C2051 yang
bekerja pada frekuensi 12 MHz, instruksi NOP (baris 4 sampai 12); instruksi CPL
(baris13) dilaksanakan dalam waktu 1 mikro detik, dan 2 mikro detik untuk
melaksanakan instruksi DJNZ (baris 14). Dengan demikian waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan instruksi-instruksi di baris 3 sampai 13 adalah 12 mikro detik.
Di baris 12, nilai Ultra_Out (= pin P3.4) dibalik, kalau semula Ultra_Out
bernilai 0 setelah instruksi ini dijalankan Utltra_Out akan bernilai 1, dan sebaliknya
kalau semula 1 dan berbalik menjadi 0. Di baris 13 nilai R7 dikurangi 1, selama R7
belum mencapai 0 AT89C2051 akan mengulang lagi baris 2 dan seterusnya. Di baris 1
R7 diberi nilai 24, dengan demikian baris 2 sampai 13 akan diulang sebanyak 24 kali,
dan selama itu pin 3.4 akan berbalik dari 0 ke 1 dan 0 kembali sebanyak 12 kali. Dengan
demikian, hasil kerja Potongan Program 1 adalah pulsa ultrasonic12 gelombang dengan
frekuensi 1/24 mikrodetik = 41666 Hz.
B. Fungsi SINGLE-BEAM ECHOSOUNDER
Single-beam Echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang
menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang
suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai
susunan : transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi
bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal
penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa
akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara)
secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai
dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever.
Transciever terdiri dari sebuah transmitter yan mempunyai fungsi sebagai
pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga
elektris untuk besar frekuensi yang diberikan.Transmitter ini menerima secara
berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan
milisekon.Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal
menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei.
Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh
gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di
titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau
pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama
Motion Reference Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran
kedalaman selam proses berlangsung.
Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor
Mapping Group mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz. Single-
beam echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan
informasi kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal.Jadi, ada feature yang
tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana ada
ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini.
C. Fungsi MULTI-BEAM ECHOSOUNDER
Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air
dengan cakupan area dasar laut yang luas.Prinsip operasi alat ini secara umum adalah
berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan
setalah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), beberapa
pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan
sinyal sehingga diketahui sudut beam.Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman
dan penerimaan dihitung dengan algoritma pendeteksian terhadap dasar laut
tersebut.Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, sistem ini dapat menentukan
kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan. Multi-Beam Echosounder
dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m akurasi vertikal dan
kurang dari 1 m akurasi horisontalnya). Echosounder untuk mengetahui kedalaman laut
penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam pencarian sumberdaya ikan yang
baru, sehingga akan mempercepat pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama
untuk menetapkan daerah penangkapan ikan agar potensi ikan dapat dipertahankan
(Riani, 1998).

Gambar 1.2 ( Pengaplikasian gelombang di dasar laut )


D. Cara mengunakan :
1. Memasang alat dan cek keadaan alat sebelum memulai pengambilan data.
2. Pastikan kabel single beam dan display sudah terpasang.
3. Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS.
4. Masukkan single beam kedalam air.
5. Set Skala kedalaman yang ditampilkan display.
6. Set frekuensi yang akan digunakan 200 Hz untuk laut dangkal atau 50 Hz untuk
laut dalam atau dual untuk menggunakan keduanya.
7. Set input data air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan air.
8. Pengambilan data.
F. Pengolahan Data :
Perhitungan kedalaman diperoleh dari setengah waktu pemantulan signal dari
echosounder memantul ke dasar laut kemudian kembali ke echosounder. Nilai waktu
yang diperoleh di konversikan dengan kecepatan gelombang suara di dalam air.
Untuk data kedalaman yang lebih tepat, dimasukkan pula data-data temperatur air,
salinitas air dan tekanan air.Hal ini diperlukan untuk memperoleh konversi yang tepat
pada cepat rambat suara di dalam air.
Berikut adalah perhitungannya :

c = 1448.6 + 4.618T2 − 0.0523 + 1.25 * (S − 35) + 0.017D


dimana :
c = kecepatan suara (m/s)
T = temperatur (degrees Celsius)
S = salinitas (pro mille)
D = kedalaman

G. CARA MENGUKUR KEDALAMAN LAUT


Untuk mengetahui kedalaman laut digunakan dua metode yaitu:
1. BATU DUGA
Yaitu sistem pengukuran dasar laut menggunakan kabel yang dilengkapi bandul
pemberat yang massanya berkisar 25-75 kg.
GEMA SUARA, Yaitu metode pengukuran dasar laut dengan menggunakan alat gema
suara yaitu ECHO SOUNDER dan HIDROFON. Echo Sounder adalah alat pengirim
suara, sedangkan hidrofon adalah penerima gema suara. Dasar perhitungan kedalaman
laut dengan gema adalah cepat rambat bunyi dalam air yaitu 1500 m/detik.
Rumus yang digunakan untuk mengukur kedalaman laut:
X= tXv
X = kedalaman laut (meter)
t = waktu yang dibutuhkan untuk menerima kembali gema suara setelah ditembakkan
echo sounder
v = cepat rambat suara dalam air
gambar gema suara:

contoh:
1. Sebuah kapal mengukur kedalaman laut dengan metode gema suara. Setelah suara
ditembakkan echo sounder, terdengar gema pada hidrofon dalam selang waktu 8 detik,
maka kedalaman laut adalah: X = t X v = 8 X 1.500 = 6.000 meter
2. Kapal KRI Teluk Nibung mengukur kedalaman laut Jawa dengan gema suara (echo
sounding) tercatat waktunya 6 detik dari saat memancarkan gema sampai menerima
pantulannya, sedangkan kecepatan rambat suara melalui air laut rata-rata 1.500
m/detik. Apabila dihitung maka kedalaman lautnya adalah: X = t X v = 6 X 1.500 =
4.500 meter.
3. Kecepatan suara dalam air laut adalah 1.500 m/detik, dengan metode echo sounding
selisih waktu pancaran dan pantulan gelombang suara yang dipancarkan oleh sebuah
kapal adalah 10 detik, maka kedalaman laut yang diukur adalah:X = t X v = 10 X
1.500 = 7.500
2. SIDESCAN SONAR
Sonar merupakan teknik yang menggunakan perambatan gelombang suara di
bawah air digunakan untuk penunjuk arah, komunikasi atau mendeteksi kapal-kapal
laut. Sistem sonar dapat diartikan sebagai penentuan posisi dengan metode akustik
(acoustic location).
Penggunaan posisi dengan metode akustik telah digunakan jauh sebelum adnya
teknologi radar.
Sidescan sonar merupakan alat untuk mendapatkan gambaran permukaan dasar
perairan dengan menggunakan gelombang bunyi. Sistem sidescan mengirimkan pulsa
akustik pada suatu sisi dari receiver dan merekam amplitude energi balikan dari pulsa
yang dipancarkan oleh sensor. Tiap pancaran pulsa, satu lajur kecil (sekitar 100 sampai
200 m ke tiap sisi) dari dasar laut dipetakan.
Tiap pergerakn kapal, lajur ke lajur dipetakan. Pada dasar laut yang datar sempurna
semua energi dipantulkan dari sesor sonar dan tidak ada sinyal yang terekam. Dalam
faktanya, dasar laut tidak rata sempurna. Ketidakteraturan seperti bebatuan dan riak-
riak air karena pantulan (backscatter) dari energi akustik, dan sistem dapat
menyediakan informasi secara kasar keadaan dasar laut.

Gamabr 1.3 ( Echosonder saat mengukur kedalaman laut )


H. SUB-BOTTOM PROFILING
Adalah merupakan suatu sistem untuk mengidentifikasi dan mengukur variasi
dari lapisan-lapisan sedimen yang ada di bawah permukaan air. Sistem akustik yang
digunakan dalam penentuan sub-bottom profiling hampir sama dengan alat pada
echosounder. Sumber suara memancarkan sinyal secara vertikal ke bawah menelusuri
air dan reciever memonitor sinyal balikan yang telah dipantulkan dasar laut. Batasan
antara dua lapisan memiliki perbedaan ciri akustik (acoustic impedance = rintangan
akustik). Sistem menggunakan energi pantulan untuk mengumpulkan informasi
lapisan-lapisan sedimen di bawah dasar permukaan air (tampilan muka sedimen bawah
air).
Rintangan akustik berhubungan dengan tingkat kekentalan atau berat jenis
(densitas) dari kandungan material dan tingkat kecepatan suara menelusuri material.
Ketika terjadi perubahan rintangan akustik, seperti tampilan muka sedimen bawah air,
bagian suara yang diteruskan kemudian dipantulkan kembali. Bagaimanapun, beberapa
energi suara menembus menelusuri sampai batas dan kedalam lapisan sedimen. Energi
ini dipantulkan ketika menembus batas antara lapisan sedimen yang lebih dalam yang
memiliki rintangan akustik yang berbeda-beda. Sistem ini menggunakan energi yang
dipantulkan oleh lapisan-lapisan untuk membentuk penampang dari bagian sub-bottom
lapisan-lapisan sedimen. Beberapa parameter-parameter dari sonar (tenaga keluaran,
frekuensi dari sinyal, dan panjang gelombang pulsa yang dipancarkan) mempengaruhi
performa dari alat yang digunakan.

I. SIMRAD EM 1002
Komponen ini digunakan untuk pemetaan batimetri dasar samudera yang
akurat. Komponen dasar dari sistem ini adalah terdapatnya 2 susunan tranduser yang
berupa garis dengan konfigurasi mills cross dengan pengirim dan penerima sinyal yang
terpisah. Lebar pemancaran beam adalah 150º melintang pada lintasan survei, dan 2º
sejajar sepanjang lintasan (gambar 5).
Untuk pengukuran kedalaman, dari setiap ping 111 nilai kedalaman yang diterima
tegak lurus pada lintasan. Dengan menggunakan 2 kali jarak waktu pulang pergi dan
setiap beam akan mengenali setiap beamnya, dan dimasukan kedalam perhitungan
dimana sinyal dikalibrasi dengan cepat rambat suara pada kolom air sehingga
kedalaman bias dihitung. Gambaran sapuan beam pada SIMRAD EM-1002
Data mentah dari SIMRAD EM-1002 secara langsung dapat diproses on board
di Kapal Baruna Jaya VIII. Dalam memproses data multibeam dibutuhkan dua step
proses, yaitu: berorientasi pada profil dan berorintasi pada area. Dimana pada proses
orientasi profil data EM-1002 terdiri dari pengecekan data navigasi, interpolasi nilai
navigasi yang hilang, kalkulasi kolom air dan posisi footprint dari beam dengan
menelusuri jalur melalui kolom air yang ditarik ke profil cepat rambat suara, dan
menghilangkan data titik poin yang salah. Prosesing data didasarkan pada area terdiri
dari kalkulasi dari digital terrain model (DTM) dan visualisasi berbagai macam data.
Data multibeam secara terus menerus disimpan dalam workstation dan disimpan dalam
format data yang spesifik.

Gamabar 1.4 ( Skematik Echosonder )


J. Analisa
Mengukur kedalaman laut ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur
kedalaman laut yaitu dengan menggunakan teknik bandul timah hitam (dradloading)
dan teknik Gema duga atau Echosounder atau Echoloading. Teknik Bandul Timah
Hitam (dradloading). Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang
ujungnya diikat dengan bandul timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali
diturunkan hingga bandul menyentuh dasar lau Selanjutnya panjang tali diukur dan
itulah kedalaman laut. Cara ini sebenarnya tidak begitu tepat karena tali tidak bisa
tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu kadang-kadang bandul tidak
sampai ke dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga memerlukan waktu
lama. Namun demikian cara ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengetahui jenis
batuan di dasar laut, suhu dan juga mengetahui apakah di dasar laut masih terdapat
organisme yang bisa hidup.
Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading penggunaan teknik ini
didasarkan pada hukum fisika tentang perambatan dan peantulan bunyi dalam air.
Isyarat bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan yang dipasang di dasar kapal
memiliki kecepatan merambat rata-rata 1600 meter per detik sampai membentur dasar
laut. Setelah membentur dasar laut bunyi dipantulkan dalam bentuk gema dan
ditangkap melalui sebuah peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak waktu
yang diperlukan untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan sebagai
kedalaman laut. Cara ini dianggap lebih praktis, cepat dan akurat. Namun kita tidak
dapat memperoleh informasi tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan di
dasar laut. Rumusnya adalah di mana d = kedalaman laut, V = kecepatan suara dalam
laut dan t = waktu. Jadi misalnya diketahui waktu yang diperlukan untuk perambatan
bolak-balik (t) ada 4 detik dan kecepatan suara dalam laut (V) = 1600 m/detik, maka
kedalaman laut dapat dihitung sebagai berikut: Jadi kedalaman laut adalah 3200 m.
Altimetri adalah Radar (Radio Detection and Ranging) gelombang mikro yang
dapat digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara permukaan bumi dengan
wahana antariksa (satelit atau pesawat terbang). Pengukuran ini dapat menghasilkan
topografi permukaan laut sehingga dapat menduga geoid laut, arus permukaan dan
ketinggian gelombang. Inderaja altimetri untuk topografi permukaan laut pertama kali
dikembangkan sejak peluncuran SKYLAB dengan sensor atau radiometer yang disebut
S-193. Satelit altimetri yaitu : GEOS-3, SEASAT, ERS-1, dan yang terakhir yang
sangat terkenal adalah TOPEX/POSEIDON. Satelit terakhir ini adalah satelit misi
bersama antara Amerika Serikat (NASA) dengan Perancis (Susilo, 2000).
Satelit altimetri memiliki prinsip penggambaran bentuk paras laut dimana bentuk
tersebut menyerupai bentuk dasar laut dengan pertimbangan gravitasi yang
mempengaruhi paras laut dan hubungan antara gravitasi dan topografi dasar laut yang
bervariasi sesuai dengan wilayah. Satelit altimetri juga memberikan bentuk gambaran
paras muka laut. Satelit ini mengukur tinggi paras muka laut relatif terhadap pusat
massa bumi. Sistem satelit ini memiliki radar yang dapat mengukur ketinggian satelit
di atas permukaan laut dan sistem tracking untuk menentukan tinggisatelit pada
koordinat geosentris. Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar
(transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi.
Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa olehsatelit memancarkan pulsa-pulsa
gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut
dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Informasi
utama yang ingin ditentukan dengan satelit altimetri adalah topografi dari muka laut.
Hal ini dilakukan dengan mengukur ketinggian satelit di atas permukaan laut dengan
menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan kepermukaan laut, dan
dipantulkan kembali ke satelit. (Heri Andreas dalam Hasanuddin Z A)

K. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu aplikasi dari
sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan batimetri. Sonar
(Sound Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi
yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dari dasar laut,
teknik tersebut dapat menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut dengan
bertambah majunya dan berkembangnya peralatan yang merupakan penentu
kedalaman air dimana sepanjang swath lantai laut di bawah kapal penarik,
menghasilkan peta-peta batimetri yang sangat detail. Echosounder adalah alat untuk
mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke
dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air,
adapun kegunaan dasar dari echosounder yaitu menentukan kedalaman suatu perairan
dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat
waktunya sampai echo kembali dari dasar air.
Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air
dengan cakupan area dasar laut yang luas, prinsip operasi alat ini secara umum adalah
berdasarkan pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut
dan setalah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), bebrapa
pancaran suara (beam). Altimetri adalah Radar (Radio Detection and Ranging)
gelombang mikro yang dapat digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara
permukaan bumi dengan wahana antariksa (satelit atau pesawat terbang).
Daftar Putaka

http://www.academia.edu/4777826/JURNAL_ECHOSONDER.
http://Variana-larasati.blogspot.co.id/2013/01/makalah-alat-ukur-echosender

Anda mungkin juga menyukai