Lisda Rahmasari
Fakultas Ekonomi Universitas AKI
Abstract
dan kecerdasan spiritual dalam diri berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
karyawan terhadap kinerja karyawan. inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan
2. Tinjauan Pustaka manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
sedangkan IQ atau singkatan dari
2.1 Kecerdasan Intelektual
Intelligence Quotient, adalah skor yang
Inteligensi/Intelektual adalah diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan.
kemampuan untuk bertindak secara terarah, Dengan demikian, IQ hanya memberikan
berpikir secara rasional dan menghadapi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
lingkungannya secara efektif. Secara garis seseorang dan tidak menggambarkan
besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi/ kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
intelektual adalah suatu kemampuan mental Wiramiharja (2003, p.73) mengemukakan
yang melibatkan proses berpikir secara indikator-indikator dari kecerdasan
rasional. Sehingga intelektual tidak dapat intelektual. Penelitiannya tentang
diamati secara langsung, melainkan harus kecerdasan ialah menyangkut upaya untuk
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata mengetahui keeratan besarnya kecerdasan
yang merupakan manifestasi dari proses dan kemauaan terhadap prestasi kerja. Ia
berpikir rasional. Quotient adalah suatu meneliti kecerdasan dengan menggunakan
konsep kuantifikasi yang awalnya alat tes kecerdasan yang diambil dari tes
diberlakukan dalam rangka pengukuran inteligensi yang dikembangkan oleh Peter
tingkat kecerdasan ( Sarlito, 2004 ). Lauster, sedangkan pengukuran besarnya
kemauan dengan menggunakan alat tes Pauli
Menurut David Wechsler,
dari Richard Pauli, khusus menyangkut
inteligensi adalah kemampuan untuk
besarnya penjumlahan. Ia menyebutkan tiga
bertindak secara terarah, berpikir secara
indikator kecerdasan intelektual yang
rasional, dan menghadapi lingkungannya
menyangkut tiga domain kognitif. Ketiga
secara efektif. Secara garis besar dapat
indikator tersebut adalah :
disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses
4
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)
5
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
bentuk emosi baik yang positif maupun dan pengaruh yang manusiawi. Lebih
negatif. Purba (1999, p.64) berpendapat lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan menuntut seseorang untuk belajar
di bidang emosi yaitu kesanggupan mengakui, menghargai perasaan diri sendiri
menghadapi frustasi, kemampuan dan orang lain serta menanggapinya dengan
mengendalikan emosi, semamgat tepat dan menerapkan secara efektif energi
optimisme, dan kemampuan menjalin emosi dalam kehidupan sehari-hari.
hubungan dengan orang lain atau empati.
c. Howes dan Herald (1999)
Berikut ini adalah beberapa pendapat
Howes dan Herald (1999) mendefinisikan
tentang kecerdasan emosional menurut para
kecerdasan emosional sebagai komponen
ahli (Mu’tadin, 2002), yaitu:
yang membuat seseorang menjadi pintar
a. Salovey dan Mayer (1990) menggunakan emosinya. Lebih lanjut
dijelaskan, bahwa emosi manusia berada di
Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan
wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri
kecerdasan emosional sebagai kemampuan
yang tersembunyi dan sensasi emosi yang
untuk mengenali perasaan, meraih dan
apabila diakui dan dihormati, kecerdasan
membangkitkan perasaan untuk membantu
emosional akan menyediakan pemahaman
pikiran, memahami perasaan dan
yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang
maknanya, dan mengendalikan perasaan
diri sendiri dan orang lain.
secara mendalam sehingga dapat
membantu perkembangan emosi dan d. Goleman (2003)
intelektual.
Goleman (2003) mendefiniskan kecerdasan
b. Cooper dan Sawaf (1998) emosional sebagai kemampuan lebih yang
dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
Cooper dan Sawaf (1998) mendefinisikan
ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
kecerdasan emosional sebagai kemampuan
mengendalikan emosi, dan menunda
merasakan, memahami, dan secara efektif
kepuasan serta mengatur keadaan jiwa.
menerapkan daya dan kepekaan emosi
Dengan kecerdasan emosional tersebut
sebagai sumber energi, informasi, koneksi
seseorang dapat menempatkan emosinya
6
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, kemampuan merasakan, memahami dan
dan mengatur suasana hati. secara selektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi dan
Pengendalian emosi adalah
pengaruh yang manusiawi. Penelitian lebih
kemampuan untuk menahan diri dari
lanjut yang dilakukan oleh McClelland
dorongan-dorongan emosi yang tak
(dalam Goleman, 1999) menyatakan bahwa
terkendali dari pandangan publik (Thoits,
kemampuan akademik bawaan, nilai rapor,
1989 dalam Ferris, 2003). Konsep tersebut
dan predikat kelulusan pendidikan tinggi
kemudian diperdalam oleh Goleman (1998)
tidak memprediksi seberapa baik kinerja
yang mengatakan bahwa koordinasi suasana
seseorang sesudah bekerja atau seberapa
hati adalah inti dari hubungan sosial yang
tinggi sukses yang dicapai selama hidup.
baik. Apabila seseorang pandai
Sebaliknya Mc.Clelland mengatakan bahwa
menyesuaikan diri dengan suasana hati
seperangkat kecakapan khusus seperti
individu yang lain atau dapat berempati,
empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu
orang tersebut akan memiliki tingkat
membedakan orang- orang sukses dengan
emosionalitas yang baik dan akan lebih
mereka yang hanya cukup baik untuk
mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan
mempertahankan pekerjaan mereka.
sosial. Goleman, Boyatzis, McKee (2004)
Kemudian hasil penelitian Goleman (1999)
mengatakan bahwa kecerdasan emosional
menunjukkan bahwa kemampuan
adalah kemampuan lebih yang dimiliki
kecerdasan emosional adalah pendorong
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan
kinerja puncak. Kemampuan-kemampuan
dalam menghadapi kegagalan,
kognitif seperti big picture thinking dan
mengendalikan emosi dan menunda
long term vision juga penting. Tetapi ketika
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
dibandingkan antara kemampuan teknikal,
Dengan kecerdasan emosional tersebut
IQ dan kecerdasan emosional sebagai
seseorang dapat menempatkan emosinya
penentu kinerja yang cemerlang tersebut,
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan
maka kecerdasan emosional menduduki
dan mengatur suasana hati.
porsi lebih penting dua kali dibandingkan
Cooper dan Sawaf (1999) mengatakan dengan yang lain pada seluruh tingkatan
bahwa kecerdasan emosional adalah jabatan. Kecerdasan emosional adalah
7
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
ketrampilan ini untuk mempengaruhi, dan tidak berinteraksi dengan orang lain
memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan secara baik maka kinerjanya tidak akan
perselisihan, serta bekerja sama dalam tim. dapat berkembang. Berdasarkan uraian
tersebut maka kesimpulan yang dapat
Carson, dan Birkenmeier ( 2000);
diambil
Goleman (1998, dalam Deeter, dkk, 2003)
meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut : adalah :
dan dimiliki oleh setiap insan. Manusia kecerdasan emosi dan intelektualnya.Jadi
harus mengenali seperti adanya lalu seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap
menggosoknya sehingga mengkilap dengan orang mampu secara proporsional
tekad yang besar, menggunakannya bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga
menuju kearifan, dan untuk mencapai yang penuh keseimbangan.Dari pernyataan
kebahagiaan yang abadi. tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ
c. Zohar dan Marshall (2001 yang merupakan sebuah keseimbangan
kecerdasan spiritual sebagai kemampuan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul
internal bawaan otak dan jiwa manusia yang (Spiritual).
sumber terdalamnya adalah inti alam
Zohar dan Marshal (2001, p.37)
semesta sendiri, yang memungkinkan otak
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
untuk menemukan dan menggunakan
rasa moral, kemampuan menyesuaikan
makna dalam memecahkan persoalan.
aturan yang kaku dibarengi dengan
d. Ary Ginanjar Agustian (2001)
pemahaman dan cinta serta kemampuan
Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan
setara untuk melihat kapan cinta dan
spiritual sebagai kemampuan untuk meberi
pemahaman sampai pada batasannya, juga
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan
memungkinkan kita bergulat dengan ihwal
kegiatan melalui langkah-langkah dan
baik dan jahat, membayangkan yang belum
pemikiran yang bersifat fitrah, menuju
terjadi serta mengangkat kita dari
manusia yang seutuhnya dan memiliki pola
kerendahan. Kecerdasan tersebut
pemikiran integralistik, serta berprinsip
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
hanya karena Allah.
konteks makna yang lebih luas dan kaya,
Spiritual Quotient (SQ) adalah
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
kecerdasan yang berperan sebagai landasan
atau jalan hidup sesorang lebih bernilai dan
yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
bermakna (Zohar dan Marshal, 2000, p.25).
dan EQ secara efektif. Bahkan SQ
Eckersley (2000, p.5) memberikan
merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri
pengertian yang lain mengenai kecerdasan
kita.Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja
spiritual. Kecerdasan spiritual didefinisikan
tidak dapat menyelesaikan permasalahan,
sebagai perasaan intuisi yang dalam
karena diperlukan keseimbangan pula dari
10
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)
pendek, jangka menengah maupun untuk mencapai hasil yang baik, memiliki
jangka panjang, disertai keyakinan akan pandangan yang pragmatis (sesuai
adanya ”hari akhir” dimana setiap kegunaan), dan efisien tentang realitas.
individu akan mendapat balasan terhadap
d. Berpandangan Holistik
setiap tindakan yang dilakukan.
Berpandangan holistik yaitu melihat bahwa
f. Prinsip Keteraturan
diri sendiri dan orang lain saling terkait dan
Prinsip keteraturan merupakan prinsip bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal.
berdasarkan iman kepada ”ketentuan Dapat memandang kehidupan yang lebih
Tuhan”. besar sehingga mampu menghadapi dan
memanfaatkan, melampaui kesengsaraan
Ciri-ciri orang yang memiliki
dan rasa sehat, serta memandangnya
kecerdasan spiritual berdasarkan teori Zohar
sebagai suatu visi dan mencari makna
dan Marshall (2001) dan Sinetar (2001)
dibaliknya.
dalam Bowo (2009), yaitu:
e. Melakukan Perubahan
a. Memiliki Kesadaran Diri
Melakukan perubahan yaitu terbuka
Memiliki kesadaran diri yaitu adanya
terhadap perbedaan, memiliki kemudahan
tingkat kesadaran yang tinggi dan
untuk bekerja melawan konvensi dan status
mendalam sehingga bisa menyadari berbagai
quo dan juga menjadi orang yang bebas
situasi yang datang dan menanggapinya.
merdeka.
b. Memiliki Visi
f. Sumber Inspirasi
Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman
Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi
tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas
sumber inspirasi bagi orang lain dan
hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
memiliki gagasan-gagasan yang segar.
c. Bersikap Fleksibel
g. Refleksi Diri
Bersikap fleksibel yaitu mampu
Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan
menyesuaikan diri secara spontan dan aktif
apakah yang mendasar dan pokok.
12
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)
Eckersley (2000; dalam Trihandini, mereka juga dapat bekerja lebih baik.
2005) mendefinisikan kecerdasan spiritual Pendapat-pendapat yang telah dikemukakan
sebagai perasaan instuisi yang dalam sebelumnya memunculkan kesimpulan
terhadap keterhubungan dengan dunia luas bahwa :
di dalam hidup manusia. Berman (2005;
H3 : Kecerdasan spiritual berpengaruh
dalam Trihandini, 2005) menjelaskan bahwa
positif terhadap kinerja
kecerdasan spiritual dapat memfasilitasi
dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa
dan tubuh. Kecerdasan spiritual juga dapat
2.4 Kinerja Karyawan
membantu seseorang untuk dapat melakukan
transedensi diri. Macormick (1994; dalam Definisi kinerja sumber daya manusia
Trihandini, 2005) dalam penelitiannya dinyatakan oleh beberapa ahli, diantaranya:
membedakan kecerdasan spiritual dengan ”perbandingan antara hasil kerja yang
religiusitas di dalam lingkungan kerja. secara nyata dengan standar kerja yang
Religiusitas lebih ditujukan pada ditetapkan” Dessler (1993), ”kesuksesan
hubungannya dengan Tuhan sedangkan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan
kecerdasan spiritual lebih terfokus pada atau successful role achievement yang
suatu hubungan yang dalam dan terikat diperoleh dari pembuatan-pembuatannya”
antara manusia dengan sekitarnya secara As’ad (1991), ”hasil kerja baik yang
luas. kuantitas maupun kualitas yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai
Penelitian Oxford University
tanggung jawab yang diberikan”
menunjukkan bahwa spiritualitas
Mangkunegara (2009), ”konsep yang
berkembang karena manusia krisis makna,
bersifat universal yang merupakan
jadi kehadiran organisasi seharusnya juga
efektivitas operasional suatu organisasi,
memberi makna apa yang menjadi tujuan
bagian organisasi dan bagian karya
organisasinya. Makna yang muncul dalam
berdasarkan standar perilaku yang
suatu organisasi akan membuat setiap orang
ditetapkan untuk mencapai hasil yang
yang bekerja didalamnya lebih dapat
diinginkan” Siagian (2003). Wirawan
mengembangkan diri mereka. Hasilnya
(2009) menyatakan bahwa kinerja
13
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
merupakan singkatan dari kinetika energi Kuantitas adalah jumlah yang dihasilkan
kerja. Kinerja adalah keluaran yang yang dinyatakan dalam istilah sejumlah unit
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator kerja ataupun merupakan jumlah siklus yang
suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam dihasilkan.
waktu tertentu. Gibson et. all (1995)
3. Ketepatan waktu
mendefinisikan kinerja sebagai catatan
terhadap hasil produksi dan pekerjaan atau Tingkat aktivitas diselesaikannya pekerjaan
aktivitas tertentu dalam periode waktu tersebut pada waktu awal yang diinginkan.
tertentu. Mangkunegara (2010) menjelaskan
4. Efektifitas
bahwa kinerja individu adalah hasil kerja
baik dari segi kualitas maupun kuantitas Efektifitas merupakan tingkat pengetahuan
berdasarkan standar kerja yang telah sumber daya organisasi dengan maksud
ditentukan. Kinerja individu ini akan menaikkan keuntungan.
tercapai apabila didukung oleh atribut
5. Kemandirian
individu,upaya kerja (work effort) dan
dukungan organisasi. Karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya
tanpa bantuan dari orang lain.
Untuk mengukur kinerja seorang
karyawan, Bernadin (1993; dalam Menurut Wibowo, Soewito,
Trihandini, 2006) menjelaskan bahwa Sugiyanto (2001) mengungkapkan bahwa
terdapat lima kriteria yang dihasilkan dari kinerja karyawan mengacu pada prestasi
pekerjaannya, yaitu: kerja karyawan yang diukur berdasarkan
standar/ kriteria yang telah ditetapkan oleh
1. Kualitas
perusahaan. Dalam upaya meningkatkan
Kualitas merupakan tingkatan dimana hasil kinerja karyawan secara optimal dalam
akhir yang dicapai mendekati sempurna suatu perusahaan, terdapat beberapa faktor
dalam arti memenuhi tujuan yang yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja
diharapkan oleh perusahaan. karyawan, antara lain sebagai berikut :
16
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)
UJI HIPOTESA
Chi-Square = 106.022
Probability = .000
CMIN/DF = 1.002
.171 GFI = .899
e1 .20
1 X196 TLI = .913
e2 .26
1 X21.00 KI .17 CFI = .914
e3 X3 RMSEA = .034
.01 AGFI=.820
.251 .217
.27 .15
e4 .31 X4 .94 .28 .45 X10 e10
1 X11 .29 e11
e5 .231 X5 .97 KE Kinerja karyawan
e6 X6 X12 .20 e12
.281 .36 .01
e7 .17 X7..28
1
e8 .31 X80.67 Produk
1 KS
19 .26 X9 .98
1
17
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
secara parsial ataupun diuji secara (Goleman 2000, p.37) tentang hubungan
simultan. Berdasarkan hasil penelitian antara kecerdasan emosi yang akan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
hasil ini sesuai dan mendukung hasil Hasil-hasil dalam penelitian ini dapat
penelitian yang mengatakan bahwa dijadikan sumber ide dan masukan bagi
kecerdasan intelektual, emosi dan pengembangan penelitian ini dimasa
spiritual berpengaruh terhadap kinerja. yang akan datang.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa 3. Penelitian juga memberikan bukti bahwa
kecerdasan emosi berpengaruh positif faktor kecerdasan emosi ternyata
terhadap kinerja, sehingga ternyata berpengaruh positif dan yang paling
bahwa kecerdasan emosi memang benar- dominan, oleh karena itu perusahaan
benar memiliki pengaruh terhadap sebaiknya lebih memperhatikan
kinerja karyawan. pelaksanaan seleksi dan rekruietmen bisa
2. Selain itu dari hasil penelitian ternyata dengan menggunakan tes EQ sehingga
kecerdasan emosi memiliki pengaruh bisa mendapatkan karyawan yang
yang paling tinggi diantara ketiganya. memiliki dan dapat mengelola emosinya
Kecerdasan emosi yang didefinisikan dengan baik
sebagai kemampuan untuk menggunakan 4. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya
emosi secara efektif dalam mengelola ditambah dengan faktor yang
diri sendiri dan mempengaruhi hubungan mempengaruhi minat entrepreneurship
dengan orang lain secara positif yang lain selain kecerdasan emosi.
mempunyai lima dimensi, yaitu self
awareness, self management,
motivation, empathy, relationship Daftar Pustaka
management. Penelitian ini
Adlin, 2002, Kecerdasan Spiritual dan
membuktikan bahwa kecerdasan emosi Kecerdasan Abritasi Diantara Agama
memiliki pengaruh positif dengan dan Semiotika,
http://www.paramartha.com, 12 Juni
kinerja karyawan. Hasil pengujian 2005
dalam penelitian ini mengkonfirmasi
pendapat dari Boyatzis (1999, p.2) dan
19
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012
20