Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Kecerdasan Intelektual , Kecerdasan Emosi dan

Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan

Lisda Rahmasari
Fakultas Ekonomi Universitas AKI

Abstract

A good performance of the employee is certainly an expectation of all companies and


institutions, because at last the employee’s performance is expected to increase the company’s
performance entirely. This research is aimed to examine the impact of quotient, emotional, and
spiritual intelligence to employee’s performance. Those intelligences have a positive and
significant influence toward employee performance. The variable dealing with the highest degree
that influences the employee’s performance is intelligence quotient. The implication of quotient,
emotional, and spiritual intelligence presents an important role in developing employee’s
performance either individually or simultaneously.

Key words : Quotient, emotional, and spiritual intelligence, employee’s performance

1. Pendahuluan di negara berkembang termasuk Indonesia


masih memiliki kecerdasan emosional yang
Penelitian ini memfokuskan
kurang baik. Hal inilah yang menjadi salah
peningkatan kinerja SDM melalui faktor
satu penyebab lemahnya kualitas SDM di
internal (individu) karyawan, yaitu
Indonesia (Mangkunegara, 2010). Padahal
kemampuan (ability). Kemampuan
hasil penelitian Goleman (2003)
seseorang diantaranya ditentukan oleh
menunjukkan bahwa kemampuan terbesar
kecerdasan yang dimilikinya, menurut
yang mempengaruhi kesuksesan seseorang
Hawari (2006) terdapat beberapa
dalam bekerja adalah empati, disiplin diri
kecerdasan pada diri manusia, diantaranya:
dan inisiatif yang dikenal dengan nama
kecerdasan intelektual, kecerdasan
kecerdasan emosional. Bahwa keberhasilan
emosional, kecerdasan kreativitas, dan
hidup seseorang ditentukan pendidikan
kecerdasan spiritual. Sebagian besar SDM
-1-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

formalnya 15%, sedangkan 85% lagi kecerdasan dalam memecahkan masalah


ditentukan oleh sikap (Schultz and Schultz, 1994, 82).
mentalnya/kepribadiannya (Mangkunegara,
Penelitian yang pernah dilakukannya
2010). Kesimpulan ini sejalan dengan hasil
menyebutkan bahwa kecerdasan intelektual
penelitian yang dilakukan oleh Trihandini
saja tidak terlalu memadai, karena
(2005) dan Edwardin (2006).
kecerdasan intelektual hanya suatu alat.
Selain kecerdasan emosional, Zohar Goleman (1999) menunjukkan sederetan
dan Marshall (2000) menjelaskan bahwa bukti penelitian bahwa kecerdasan otak
kecerdasan spiritual juga memegang peranan bukanlah prediktor yang dominan dalam
yang besar terhadap kesuksesan seseorang perkembangan karir seseorang, melainkan
dalam bekerja. Seorang karyawan yang adalah kecerdasan emosional. Semakin
memperoleh kebahagiaan dalam bekerja tinggi jabatan seseorang dalam suatu
akan berkarya lebih baik. Hal ini sesuai perusahaan, maka semakin krusial peran
dengan hasil survei majalah SWA (Maret kecerdasan emosional. Penelitian Goleman
2007) yang menunjukkan bahwa penerapan (1999) mengungkapkan bahwa kecerdasan
nilai-nilai spiritual dalam perusahaan otak hanya menyumbang kira-kira 20% bagi
mampu meningkatkan produktivitas. faktor-faktor yang menentukan sukses dalam
Sedangkan hasil penelitian Trihandini hidup, dan yang 80% lainnya diisi oleh
(2005) menyimpulkan bahwa kecerdasan kekuatan-kekuatan lain, termasuk
spiritual memiliki pengaruh yang nyata kecerdasan emosional yang meliputi
terhadap kinerja karyawan. Sejak lama kemampuan untuk memotivasi diri dan
orang yakin bahwa kecerdasan khususnya bertahan menghadapi frustrasi,
kemampuan intelektual merupakan suatu mengendalikan dorongan hati dan tidak
apparatus dari wujud kemampuan mental melebih-lebihkan kesenangan, mengatur
yang penting dalam melaksanakan tugas suasana hati dan menjaga beban stress agar
atau pekerjaan (Wiramiharja, 2003, p.71). tidak melumpuhkan kemampuan berfikir,
Hal ini dapat dipahami karena dalam bekerja berempati dan berdoa.
bukan hanya tindakan-tindakan untuk
Estining Widyastini (2003)
melaksanakan pekerjaan tetapi juga
mengatakan bahwa secara khusus para
2
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

pemimpin perusahaan membutuhkan intelektual, emosional dan spiritual. Hal


kecerdasan emosional yang tinggi karena tersebut seperti juga yang ditulis oleh
mereka mewakili organisasi, dan Mudali (2002, p.3) bahwa menjadi pintar
berinteraksi dengan banyak orang baik di tidak hanya dinyatakan dengan memiliki IQ
dalam maupun di luar organisasi dan yang tinggi, tetapi untuk menjadi sungguh-
berperan penting dalam membentuk moral sungguh pintar seseorang haruslah memiliki
dan disiplin para pegawainya. Pemimpin kecerdasan spiritual (SQ). Adlin (2002, p.2)
yang memiliki empati tinggi akan dapat mengemukakan bahwa merupakan
memahami kebutuhan para pegawainya dan kekeliruan menyandingkan terminology
dapat memberikan feedback yang spiritual dengan Q ketiga dalam kecerdasan,
konstruktif. Nilai mendasar yang apalagi mengkaitkannya dengan kinerja.
dikembangkan dengan menampilkan Adlin dalam tulisannya menyebut
kecerdasan emosional dalam dunia kerja kecerdasan spiritual cenderung subyektif
adalah implikasinya terhadap yang juga tidak terkait dengan agama.
penyelenggaraan-penyelenggaraan
Dalam penelitian ini ingin mengetahui
pelatihan, dengan memperhatikan bahwa
pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan
kecerdasan emosional berperan aktif bagi
emosi, kecerdasan spiritual terhadap kinerja
kesuksesan seseorang dalam bekerja.
karyawan menggunakan metode Structural
Kecerdasan spiritual memungkinkan
Equation Modeling (SEM). SEM merupakan
seseorang untuk berpikir kreatif,
teknik statistika yang memungkinkan
berwawasan jauh, membuat atau bahkan
pengujian sebuah rangkaian hubungan yang
mengubah aturan, yang membuat orang
relatif rumit secara simultan. Hubungan
tersebut dapat bekerja lebih baik. Secara
tersebut dapat dibangun antara satu atau
singkat kecerdasan spiritual mampu
beberapa variabel dependen dengan satu
mengintegrasikan dua kemampuan lain yang
atau beberapa variabel independent.
sebelumnya telah disebutkan yaitu IQ dan
Berdasarkan uraian mengenai fenomena
EQ (Idrus, 2002, p.57). Zohar dan Marshal
permasalahan tersebut di atas maka peneliti
(2001, 23) mengatakan bahwa kecerdasan
ingin melihat bagaimana pengaruh,
spiritual mampu menjadikan manusia
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi
sebagai mahluk yang lengkap secara
3
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

dan kecerdasan spiritual dalam diri berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
karyawan terhadap kinerja karyawan. inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan
2. Tinjauan Pustaka manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
sedangkan IQ atau singkatan dari
2.1 Kecerdasan Intelektual
Intelligence Quotient, adalah skor yang
Inteligensi/Intelektual adalah diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan.
kemampuan untuk bertindak secara terarah, Dengan demikian, IQ hanya memberikan
berpikir secara rasional dan menghadapi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
lingkungannya secara efektif. Secara garis seseorang dan tidak menggambarkan
besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi/ kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
intelektual adalah suatu kemampuan mental Wiramiharja (2003, p.73) mengemukakan
yang melibatkan proses berpikir secara indikator-indikator dari kecerdasan
rasional. Sehingga intelektual tidak dapat intelektual. Penelitiannya tentang
diamati secara langsung, melainkan harus kecerdasan ialah menyangkut upaya untuk
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata mengetahui keeratan besarnya kecerdasan
yang merupakan manifestasi dari proses dan kemauaan terhadap prestasi kerja. Ia
berpikir rasional. Quotient adalah suatu meneliti kecerdasan dengan menggunakan
konsep kuantifikasi yang awalnya alat tes kecerdasan yang diambil dari tes
diberlakukan dalam rangka pengukuran inteligensi yang dikembangkan oleh Peter
tingkat kecerdasan ( Sarlito, 2004 ). Lauster, sedangkan pengukuran besarnya
kemauan dengan menggunakan alat tes Pauli
Menurut David Wechsler,
dari Richard Pauli, khusus menyangkut
inteligensi adalah kemampuan untuk
besarnya penjumlahan. Ia menyebutkan tiga
bertindak secara terarah, berpikir secara
indikator kecerdasan intelektual yang
rasional, dan menghadapi lingkungannya
menyangkut tiga domain kognitif. Ketiga
secara efektif. Secara garis besar dapat
indikator tersebut adalah :
disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses

4
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

1. Kemampuan figur yaitu merupakan karena mampu menguasai kebiasaan


pemahaman dan nalar dibidang berfikir yang mendorong produktivitas (
bentuk Widagdo, 2001 ). Goleman (2001)
membagi kecerdasan emosional yang dapat
2. Kemampuan verbal yaitu merupakan
memperngaruhi keberhasilan seseorang
pemahaman dan nalar dibidang
dalam bekerja ke dalam lima bagian utama
bahasa
yaitu kesadaran diri, pengaturan diri,
3. Pemahaman dan nalar dibidang motivasi, empati dan ketrampilan sosial.
numerik atau yang berkaitan dengan
Menurut Salovey dan Mayer, 1999
angka biasa disebut dengan
(handbook Emotional Intelligence training,
kemampuan numerik
prime consulting, p.11) kecerdasan emosi
Beberapa penjelasan dalam telaah pustaka adalah kemampuan untuk merasakan emosi,
yang di jelaskan sebelumnya , maka dapat menerima dan membangun emosi dengan
disimpulkan bahwa : baik, memahami emosi dan pengetahuan
emosional sehingga dapat meningkatkan
H1 : Kecerdasan intelektual berpengaruh
perkembangan emosi dan intelektual.
terhadap kinerja karyawan
Salovey juga memberikan definisi dasar
tentang kecerdasan emosi dalam lima
wilayah utama yaitu, kemampuan mengenali
2.2 Kecerdasan Emosi
emosi diri, mengelola emosi diri,
Kecerdasan emosional adalah memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
kemampuan mengenali diri sendiri dan orang kain, dan kemampuan membina
orang lain, kemampuan memotivasi diri hubungan dengan orang lain. Seorang ahli
sendiri dan mengelola emosi dengan baik kecerdasan emosi, Goleman (2000, p.8)
pada diri sendiri dan hubungannya dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
orang lain ( Goleman, 2001 ). Seseorang kecerdasan emosi di dalamnya termasuk
dengan kecerdasan emosional yang kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap
berkembang dengan baik, kemungkinan tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri.
besar akan berhasil dalam kehidupannya Kecakapan tersebut mencakup pengelolaan

5
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

bentuk emosi baik yang positif maupun dan pengaruh yang manusiawi. Lebih
negatif. Purba (1999, p.64) berpendapat lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan menuntut seseorang untuk belajar
di bidang emosi yaitu kesanggupan mengakui, menghargai perasaan diri sendiri
menghadapi frustasi, kemampuan dan orang lain serta menanggapinya dengan
mengendalikan emosi, semamgat tepat dan menerapkan secara efektif energi
optimisme, dan kemampuan menjalin emosi dalam kehidupan sehari-hari.
hubungan dengan orang lain atau empati.
c. Howes dan Herald (1999)
Berikut ini adalah beberapa pendapat
Howes dan Herald (1999) mendefinisikan
tentang kecerdasan emosional menurut para
kecerdasan emosional sebagai komponen
ahli (Mu’tadin, 2002), yaitu:
yang membuat seseorang menjadi pintar
a. Salovey dan Mayer (1990) menggunakan emosinya. Lebih lanjut
dijelaskan, bahwa emosi manusia berada di
Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan
wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri
kecerdasan emosional sebagai kemampuan
yang tersembunyi dan sensasi emosi yang
untuk mengenali perasaan, meraih dan
apabila diakui dan dihormati, kecerdasan
membangkitkan perasaan untuk membantu
emosional akan menyediakan pemahaman
pikiran, memahami perasaan dan
yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang
maknanya, dan mengendalikan perasaan
diri sendiri dan orang lain.
secara mendalam sehingga dapat
membantu perkembangan emosi dan d. Goleman (2003)
intelektual.
Goleman (2003) mendefiniskan kecerdasan
b. Cooper dan Sawaf (1998) emosional sebagai kemampuan lebih yang
dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
Cooper dan Sawaf (1998) mendefinisikan
ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
kecerdasan emosional sebagai kemampuan
mengendalikan emosi, dan menunda
merasakan, memahami, dan secara efektif
kepuasan serta mengatur keadaan jiwa.
menerapkan daya dan kepekaan emosi
Dengan kecerdasan emosional tersebut
sebagai sumber energi, informasi, koneksi
seseorang dapat menempatkan emosinya
6
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, kemampuan merasakan, memahami dan
dan mengatur suasana hati. secara selektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi dan
Pengendalian emosi adalah
pengaruh yang manusiawi. Penelitian lebih
kemampuan untuk menahan diri dari
lanjut yang dilakukan oleh McClelland
dorongan-dorongan emosi yang tak
(dalam Goleman, 1999) menyatakan bahwa
terkendali dari pandangan publik (Thoits,
kemampuan akademik bawaan, nilai rapor,
1989 dalam Ferris, 2003). Konsep tersebut
dan predikat kelulusan pendidikan tinggi
kemudian diperdalam oleh Goleman (1998)
tidak memprediksi seberapa baik kinerja
yang mengatakan bahwa koordinasi suasana
seseorang sesudah bekerja atau seberapa
hati adalah inti dari hubungan sosial yang
tinggi sukses yang dicapai selama hidup.
baik. Apabila seseorang pandai
Sebaliknya Mc.Clelland mengatakan bahwa
menyesuaikan diri dengan suasana hati
seperangkat kecakapan khusus seperti
individu yang lain atau dapat berempati,
empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu
orang tersebut akan memiliki tingkat
membedakan orang- orang sukses dengan
emosionalitas yang baik dan akan lebih
mereka yang hanya cukup baik untuk
mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan
mempertahankan pekerjaan mereka.
sosial. Goleman, Boyatzis, McKee (2004)
Kemudian hasil penelitian Goleman (1999)
mengatakan bahwa kecerdasan emosional
menunjukkan bahwa kemampuan
adalah kemampuan lebih yang dimiliki
kecerdasan emosional adalah pendorong
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan
kinerja puncak. Kemampuan-kemampuan
dalam menghadapi kegagalan,
kognitif seperti big picture thinking dan
mengendalikan emosi dan menunda
long term vision juga penting. Tetapi ketika
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
dibandingkan antara kemampuan teknikal,
Dengan kecerdasan emosional tersebut
IQ dan kecerdasan emosional sebagai
seseorang dapat menempatkan emosinya
penentu kinerja yang cemerlang tersebut,
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan
maka kecerdasan emosional menduduki
dan mengatur suasana hati.
porsi lebih penting dua kali dibandingkan
Cooper dan Sawaf (1999) mengatakan dengan yang lain pada seluruh tingkatan
bahwa kecerdasan emosional adalah jabatan. Kecerdasan emosional adalah
7
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

kemampuan seseorang untuk mengenali pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada


emosi diri, mengelola emosi, memotivasi kata hati, serta sanggup menunda
diri sendiri, mengenali emosi orang lain kenikmatan sebelum tercapainya suatu
(empati) dan kemampuan untuk membina sasaran dan mampu pulih kembali dari
hubungan (kerjasama) dengan orang lain. tekanan emosi.

Goleman (2003) menjelaskan bahwa 3. Motivasi (Self Motivation)


kecerdasan emosional terbagi ke dalam lima
Self Motivation merupakan hasrat yang
wilayah utama, yaitu kemampuan mengenali
paling dalam untuk menggerakkan dan
emosi diri, mengelola emosi diri,
menuntun diri menuju sasaran, membantu
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
pengambilan inisiatif serta bertindak sangat
orang lain, dan kemampuan membina
efektif, dan mampu untuk bertahan dan
hubungan dengan orang lain. Secara jelas
bangkit dari kegagalan dan frustasi.
hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: 4. Empati (Empathy/Social awareness)

1. Kesadaran Diri (Self Awareness) Empathy merupakan kemampuan


merasakan apa yang dirasakakan orang lain,
Self Awareness adalah kemampuan untuk
mampu memahami perspektif orang lain dan
mengetahui apa yang dirasakan dalam
menumbuhkan hubungan saling percaya,
dirinya dan menggunakannya untuk
serta mampu menyelaraskan diri dengan
memandu pengambilan keputusan diri
berbagai tipe hubungan.
sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis
atas kemampuan diri sendiri dan 5. Ketrampilan Sosial (Relationship
kepercayaan diri yang kuat. Management)

2. Pengaturan Diri (Self Management) Relationship Management adalah


kemampuan untuk menangani emosi
Self Management adalah kemampuan
dengan baik ketika berhubungan sosial
seseorang dalam mengendalikan dan
dengan orang lain, mampu membaca situasi
menangani emosinya sendiri sedemikian
dan jaringan sosial secara cermat,
rupa sehingga berdampak positif pada
berinteraksi dengan lancar, menggunakan
8
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

ketrampilan ini untuk mempengaruhi, dan tidak berinteraksi dengan orang lain
memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan secara baik maka kinerjanya tidak akan
perselisihan, serta bekerja sama dalam tim. dapat berkembang. Berdasarkan uraian
tersebut maka kesimpulan yang dapat
Carson, dan Birkenmeier ( 2000);
diambil
Goleman (1998, dalam Deeter, dkk, 2003)
meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut : adalah :

1. Kesadaran Diri (Self-Awareness) H2 : Kecerdasan Emosi berpengaruh


positif terhadap kinerja karyawan
2. Pengaturan diri (Self-Regulation)

3. Motivasi Diri (Self-Motivation)


2.3 Kecerdasan Spritual
4. Empati (Empathy)
Berikut ini adalah beberapa pendapat
5. Ketrampilan hubungan antar pribadi tentang kecerdasan spiritual menurut ahli
(Interpersonal Skill) dalam Zohar dan Marshall (2001) dan

Suatu penelitian yang pernah Agustian (2001):

dilakukan oleh Boyatzis (1999, p.2) dan a. Sinetar (2000)


Chermiss (1998, p.4) terhadap beberapa Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan
subjek penelitian dalam beberapa spiritual sebagai pikiran yang mendapat
perusahaan maka hasil yang didapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang
menunjukan bahwa karyawan yang memiliki terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan
skor kecerdasan emosi yang tinggi akan yang semua manusia menjadi bagian di
menghasilkan kinerja yang lebih baik yang dalamnya.
dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan b. Khalil A. Khavari (2000)
kuantitas yang diberikan karyawan tersebut Khavari (2000) mendefinisikan kecerdasan
terhadap 26 perusahaan. Chermiss juga spiritual sebagai fakultas dimensi non-
mengungkapkan bahwa walaupun sesorang material atau jiwa manusia. Lebih lanjut
tersebut memiliki kinerja yang cukup baik dijelaskan oleh Khavari (2000), kecerdasan
tapi apabila dia memiliki sifat yang tertutup spiritual sebagai intan yang belum terasah
9
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

dan dimiliki oleh setiap insan. Manusia kecerdasan emosi dan intelektualnya.Jadi
harus mengenali seperti adanya lalu seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap
menggosoknya sehingga mengkilap dengan orang mampu secara proporsional
tekad yang besar, menggunakannya bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga
menuju kearifan, dan untuk mencapai yang penuh keseimbangan.Dari pernyataan
kebahagiaan yang abadi. tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ
c. Zohar dan Marshall (2001 yang merupakan sebuah keseimbangan
kecerdasan spiritual sebagai kemampuan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul
internal bawaan otak dan jiwa manusia yang (Spiritual).
sumber terdalamnya adalah inti alam
Zohar dan Marshal (2001, p.37)
semesta sendiri, yang memungkinkan otak
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
untuk menemukan dan menggunakan
rasa moral, kemampuan menyesuaikan
makna dalam memecahkan persoalan.
aturan yang kaku dibarengi dengan
d. Ary Ginanjar Agustian (2001)
pemahaman dan cinta serta kemampuan
Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan
setara untuk melihat kapan cinta dan
spiritual sebagai kemampuan untuk meberi
pemahaman sampai pada batasannya, juga
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan
memungkinkan kita bergulat dengan ihwal
kegiatan melalui langkah-langkah dan
baik dan jahat, membayangkan yang belum
pemikiran yang bersifat fitrah, menuju
terjadi serta mengangkat kita dari
manusia yang seutuhnya dan memiliki pola
kerendahan. Kecerdasan tersebut
pemikiran integralistik, serta berprinsip
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
hanya karena Allah.
konteks makna yang lebih luas dan kaya,
Spiritual Quotient (SQ) adalah
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
kecerdasan yang berperan sebagai landasan
atau jalan hidup sesorang lebih bernilai dan
yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
bermakna (Zohar dan Marshal, 2000, p.25).
dan EQ secara efektif. Bahkan SQ
Eckersley (2000, p.5) memberikan
merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri
pengertian yang lain mengenai kecerdasan
kita.Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja
spiritual. Kecerdasan spiritual didefinisikan
tidak dapat menyelesaikan permasalahan,
sebagai perasaan intuisi yang dalam
karena diperlukan keseimbangan pula dari
10
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

terhadap keterhubungan dengan dunia luas Prinsip malaikat adalah prinsip


didalam hidup kita. Konsep mengenai berdasarkan iman kepada Malaikat.
kecerdasan spiritual dalam hubungannya Semua tugas dilakukan dengan disiplin
dengan dunia kerja, menurut Ashmos dan dan baik sesuai dengan sifat malaikat
Duchon (2000, p.6) memiliki tiga komponen yang dipercaya oleh Allah untuk
yaitu kecerdasaan spiritual sebagai nilai menjalankan segala perintah Allah SWT.
kehidupan dari dalam diri, sebagai kerja
c. Prinsip Kepemimpinan
yang memiliki arti dan komunitas.
Prinsip kepemimpinan adalah prinsip
Agustian (2006) mendefinisikan
berdasarkan iman kepada Rasullullah
kecerdasan spiritual adalah kemampuan
SAW. Seorang pemimpin harus
memberi makna ibadah terhadap setiap
memiliki prinsip yang teguh, agar mampu
perilaku dan kegiatan melalui langkah-
menjadi pemimpin yang sejati. Seperti
langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,
Rasullullah SAW adalah seorang
menuju manusia yang seutuhnya dan
pemimpin sejati yang dihormati oleh
memiliki pola pemikiran integralistik serta
semua orang.
berprinsip hanya karena Allah. Prinsip-
prinsip kecerdasan spiritual menurut d. Prinsip Pembelajaran
Agustian (2001), yaitu:
Prinsip pembelajaran adalah prinsip
a. Prinsip Bintang berdasarkan iman kepada kitab. Suka
membaca dan belajar untuk menambah
Prinsip bintang adalah prinsip yang
pengetahuan dan mencari kebenaran yang
berdasarkan iman kepada Allah SWT.
hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal
Semua tindakan yang dilakukan hanya
dan menjadikan Al-Qur’an sebagai
untuk Allah dan tidak mengharap pamrih
pedoman dalam bertindak.
dari orang lain dan melakukannya
sendiri. e. Prinsip Masa Depan

b. Prinsip Malaikat (Kepercayaan) Prinsip masa depan adalah prinsip yang


berdasarkan iman kepada ”hari akhir”.
Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka
11
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

pendek, jangka menengah maupun untuk mencapai hasil yang baik, memiliki
jangka panjang, disertai keyakinan akan pandangan yang pragmatis (sesuai
adanya ”hari akhir” dimana setiap kegunaan), dan efisien tentang realitas.
individu akan mendapat balasan terhadap
d. Berpandangan Holistik
setiap tindakan yang dilakukan.
Berpandangan holistik yaitu melihat bahwa
f. Prinsip Keteraturan
diri sendiri dan orang lain saling terkait dan
Prinsip keteraturan merupakan prinsip bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal.
berdasarkan iman kepada ”ketentuan Dapat memandang kehidupan yang lebih
Tuhan”. besar sehingga mampu menghadapi dan
memanfaatkan, melampaui kesengsaraan
Ciri-ciri orang yang memiliki
dan rasa sehat, serta memandangnya
kecerdasan spiritual berdasarkan teori Zohar
sebagai suatu visi dan mencari makna
dan Marshall (2001) dan Sinetar (2001)
dibaliknya.
dalam Bowo (2009), yaitu:
e. Melakukan Perubahan
a. Memiliki Kesadaran Diri
Melakukan perubahan yaitu terbuka
Memiliki kesadaran diri yaitu adanya
terhadap perbedaan, memiliki kemudahan
tingkat kesadaran yang tinggi dan
untuk bekerja melawan konvensi dan status
mendalam sehingga bisa menyadari berbagai
quo dan juga menjadi orang yang bebas
situasi yang datang dan menanggapinya.
merdeka.
b. Memiliki Visi
f. Sumber Inspirasi
Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman
Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi
tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas
sumber inspirasi bagi orang lain dan
hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
memiliki gagasan-gagasan yang segar.
c. Bersikap Fleksibel
g. Refleksi Diri
Bersikap fleksibel yaitu mampu
Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan
menyesuaikan diri secara spontan dan aktif
apakah yang mendasar dan pokok.
12
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

Eckersley (2000; dalam Trihandini, mereka juga dapat bekerja lebih baik.
2005) mendefinisikan kecerdasan spiritual Pendapat-pendapat yang telah dikemukakan
sebagai perasaan instuisi yang dalam sebelumnya memunculkan kesimpulan
terhadap keterhubungan dengan dunia luas bahwa :
di dalam hidup manusia. Berman (2005;
H3 : Kecerdasan spiritual berpengaruh
dalam Trihandini, 2005) menjelaskan bahwa
positif terhadap kinerja
kecerdasan spiritual dapat memfasilitasi
dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa
dan tubuh. Kecerdasan spiritual juga dapat
2.4 Kinerja Karyawan
membantu seseorang untuk dapat melakukan
transedensi diri. Macormick (1994; dalam Definisi kinerja sumber daya manusia
Trihandini, 2005) dalam penelitiannya dinyatakan oleh beberapa ahli, diantaranya:
membedakan kecerdasan spiritual dengan ”perbandingan antara hasil kerja yang
religiusitas di dalam lingkungan kerja. secara nyata dengan standar kerja yang
Religiusitas lebih ditujukan pada ditetapkan” Dessler (1993), ”kesuksesan
hubungannya dengan Tuhan sedangkan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan
kecerdasan spiritual lebih terfokus pada atau successful role achievement yang
suatu hubungan yang dalam dan terikat diperoleh dari pembuatan-pembuatannya”
antara manusia dengan sekitarnya secara As’ad (1991), ”hasil kerja baik yang
luas. kuantitas maupun kualitas yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai
Penelitian Oxford University
tanggung jawab yang diberikan”
menunjukkan bahwa spiritualitas
Mangkunegara (2009), ”konsep yang
berkembang karena manusia krisis makna,
bersifat universal yang merupakan
jadi kehadiran organisasi seharusnya juga
efektivitas operasional suatu organisasi,
memberi makna apa yang menjadi tujuan
bagian organisasi dan bagian karya
organisasinya. Makna yang muncul dalam
berdasarkan standar perilaku yang
suatu organisasi akan membuat setiap orang
ditetapkan untuk mencapai hasil yang
yang bekerja didalamnya lebih dapat
diinginkan” Siagian (2003). Wirawan
mengembangkan diri mereka. Hasilnya
(2009) menyatakan bahwa kinerja
13
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

merupakan singkatan dari kinetika energi Kuantitas adalah jumlah yang dihasilkan
kerja. Kinerja adalah keluaran yang yang dinyatakan dalam istilah sejumlah unit
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator kerja ataupun merupakan jumlah siklus yang
suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam dihasilkan.
waktu tertentu. Gibson et. all (1995)
3. Ketepatan waktu
mendefinisikan kinerja sebagai catatan
terhadap hasil produksi dan pekerjaan atau Tingkat aktivitas diselesaikannya pekerjaan
aktivitas tertentu dalam periode waktu tersebut pada waktu awal yang diinginkan.
tertentu. Mangkunegara (2010) menjelaskan
4. Efektifitas
bahwa kinerja individu adalah hasil kerja
baik dari segi kualitas maupun kuantitas Efektifitas merupakan tingkat pengetahuan
berdasarkan standar kerja yang telah sumber daya organisasi dengan maksud
ditentukan. Kinerja individu ini akan menaikkan keuntungan.
tercapai apabila didukung oleh atribut
5. Kemandirian
individu,upaya kerja (work effort) dan
dukungan organisasi. Karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya
tanpa bantuan dari orang lain.
Untuk mengukur kinerja seorang
karyawan, Bernadin (1993; dalam Menurut Wibowo, Soewito,
Trihandini, 2006) menjelaskan bahwa Sugiyanto (2001) mengungkapkan bahwa
terdapat lima kriteria yang dihasilkan dari kinerja karyawan mengacu pada prestasi
pekerjaannya, yaitu: kerja karyawan yang diukur berdasarkan
standar/ kriteria yang telah ditetapkan oleh
1. Kualitas
perusahaan. Dalam upaya meningkatkan
Kualitas merupakan tingkatan dimana hasil kinerja karyawan secara optimal dalam
akhir yang dicapai mendekati sempurna suatu perusahaan, terdapat beberapa faktor
dalam arti memenuhi tujuan yang yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja
diharapkan oleh perusahaan. karyawan, antara lain sebagai berikut :

2. Kuantitas 1. Strategi organisasional (nilai tujuan


jangka pendek dan jangka panjang).
14
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

2. Batasan situasional (budaya organisasi yang dihasilkan, kuantitas (jumlah)


dan kondisi ekonomi). pekerjaan yang dapat diselesaikan, ketepatan
waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
3. Atribut individual (kemampuan dan
tersebut, dan efektifitas karyawan
ketrampilan).
menggunakan sumber daya organisasi.
McKenna dan Beach (1995 dalam
Nugraheni, 2003) menyimpulkan bahwa
faktor-faktor kinerja yang sering digunakan 3. Metodologi Penelitian
sebagai indikator dalam penelitian adalah Alat analisis yang digunakan untuk
pengetahuan, kemampuan, ketrampilan menguji model tersebut dengan
kerja, sikap terhadap pekerjaan (antusiasme, menggunakan Structural Equation
komitmen dan motivasi), kualitas kerja, Modelling (SEM) dengan bantuan program
volume hasil produksi dan interaksi AMOS versi 6.0.Pengujian goodness of fit
(komunikasi dan hubungan dalam model dilakukan sebelum pengujian
kelompok). Terkait dengan faktor-faktor hipotesis penelitian. Pengujian goodness of
yang mempengaruhi kinerja, Winardi (1996) fit dilakukan dengan melihat beberapa
mengemukakan bahwa faktor-faktor tersebut indeks goodness of fit, seperti absolute
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu goodness of fit, incremental goodness of fit
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor dan parsimony goodness of fit.Absolute
intrinsik meliputi motivasi, pendidikan, goodness of fit merupakan indeks kelayakan
kemampuan, keterampilan dan pengetahuan. yang paling berperan dalam model
Faktor ekstrinsiknya adalah lingkungan kausalitas berjenjang.Metode estimasi yang
kerja, kepemimpinan, hubungan kerja dan umum dalam SEM ialah estimasi kesamaan
gaji. Faktor yang mempengaruhi pencapaian maksimum (maximum likelihood (ML)
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) estimation). Asumsi pokok untuk metode ini
dan faktor motivasi (motivation). ialah normalitas multivariat untuk semua
variable exogenous.. Dengan menggunakan
Dari uraian di atas maka dapat
Amos kita dapat mencocokkan model kita
disimpulkan bahwa kinerja sumber daya
dengan data yang ada. Salah satu tujuan
manusia dapat diukur dari kualitas pekerjaan
menggunakan Amos ialah menyediakan
15
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

estimasi-estimasi yang paling baik terhadap Uji Kesesuaian Model


parameter-parameter yang bervariasi sekali
Untuk mengukur “kebenaran” model yang
didasarkan dengan meminimalkan fungsi
diajukan, maka harus dilakukan pengujian
yang melakukan indeks seberapa baik
terhadap beberapa fit index. Pendugaan
model-model, serta dikenakan kendali-
parameter san pengujian hipotesis dalam
kendali yang sudah didefinisikan terlebih
SEM dapat dilakukan apabila asumsi
dahulu.
terhadap data telah terpenuhi. Tabel 3.1
Amos menyediakan pengukuran
adalah beberapa indeks kesesuaian dan cut
keselarasan model (goodness-of-fit) untuk
off value-nya untuk digunakan dalam
membantu melakukan evaluasi kecocokan
menguji apakah sebuah model dapat
model. Setelah menelaah hasil-hasilnya
diterima atau ditolak.
maka kita dapat menyesuaikan model-model
tertentu dan mencoba memperbaiki Tabel 3.1 Kriteria Goodness Of Fit
keselarasannya. Amos juga menyediakan Kriteria Nilai Kritis
model ekstensif untuk mencocokkan Chi Square Kecil
Probability (Cut off
> 0.05
diagnosa- diganosa yang dibuat oleh Cmin/df  2.0
Model}
peneliti. Membandingkan model-model GFI  0.90
TLI  0.95
dalam SEM merupakan metode dasar untuk CFI  0.95
RMSEA Kecil
pengujian semua hipotesis baik yang AGFI Kecil

sederhana maupun yang kompleks. (Cut off


Model}
Untuk mengetahui signifikan tidaknya
hubungan antara variabel, maka t-value
Estimasi Parameter
harus lebih besar dari nilai t-tabel pada level
Estimasi paramater pada CFA ini, dilakukan tertentu yang tergantung dari ukuran sampel
dengan membandingkan matriks varians dan level signifikansi.
kovarians measurement model model
dengan matriks varian kovarians data
observasi. Langkah-langkah SEM

16
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

Secara garis besar langkah-langkah dalam


SEM adalah sebagai berikut:
4. Hasil Dan Pembahasan
1. Pengembangan Model Berbasis Teori.
4.1 Hasil Structural Equation Model
2. Mengkonstruksi Diagram Path
Analisis selanjutnya adalah analisis
(Pengembangan Diagram Jalur)
Structural Equation Model (SEM) secara
3. Menterjemahkan Diagram Path ke dalam Full Model yang dimaksudkan untuk
Model Struktural menguji model dan hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini.
4. Memilih Matriks Input dan Estimasi
Pengujian model dalam Structural Equation
Model
Model dilakukan dengan dua pengujian,
5. Munculnya Masalah Identifikasi yaitu uji kesesuaian model dan uji
signifikansi kausalitas melalui uji koefisien
6. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit
regresi.
7. Interpretasi dan Modifikasi Model
Tabel 4. 1 Hasil Uji Structural Equation Model

UJI HIPOTESA

Chi-Square = 106.022
Probability = .000
CMIN/DF = 1.002
.171 GFI = .899
e1 .20
1 X196 TLI = .913
e2 .26
1 X21.00 KI .17 CFI = .914
e3 X3 RMSEA = .034
.01 AGFI=.820
.251 .217
.27 .15
e4 .31 X4 .94 .28 .45 X10 e10
1 X11 .29 e11
e5 .231 X5 .97 KE Kinerja karyawan
e6 X6 X12 .20 e12
.281 .36 .01
e7 .17 X7..28
1
e8 .31 X80.67 Produk
1 KS
19 .26 X9 .98
1

Sumber : Data primer yang diolah dengan AMOS 6

17
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Tabel 4. 2 Evaluasi Kinerja Goodness of Fit

Kriteria Hasil Model Nilai Kritis Evaluasi Model


(Cut off Model}
Chi Square 106.022 Kecil Cukup Baik
Probability 0.000 > 0.05 Baik
Cmin/df 1.002  2.0 Baik
GFI 0.899  0.90 Baik
TLI 0.913  0.95 Baik
CFI 0.914  0.95 Baik
RMSEA 0.034  0.08 Baik
AGFI 0.820  0.90 Baik
Sumber : Data primer yang diolah dengan AMOS 6

Berdasarkan hasil pengamatan pada gambar yang menunjukkan bahwa variable


pada grafik analisis full model dapat kecerdasan emosi memberikan pengaruh
ditunjukkan bahwa model memenuhi kriteria yang signifikan dan positif terahadap
fit, hal ini ditandai dengan nilai dari hasil kinerja karyawan .
perhitungan memenuhi kriteria layak full 3. Pengujian secara parsial kecerdasan
model. spiritual terhadap kinerja karyawan
memiliki probablitas dibawah 0.05 dan
CR > 1,96 yang menunjukkan bahwa
4.2 Hasil Uji Hipotesis variable kecerdasan spiritual
memberikan pengaruh yang signifikan
1. Pengujian secara parsial variabel X1
terhadap kinerja karyawan.
(kecerdasan intelektual ) memiliki
memiliki probablitas dibawah 0.05 dan
CR > 1,96 yang menunjukkan bahwa
5. Kesimpulan dan Saran
variabel kecerdasan intelektual
1. Pengujian terhadap Hipotesis 1, 2 dan 3
memberikan pengaruh yang signifikan
memberikan bukti empiris bahwa
terhadap kinerja karyawan .
ternyata kecerdasan intelektual,
2. Pengujian secara parsial variabel X2
kecerdasan emosi dan kecerdasan
(kecerdasan emosi ) memiliki
spiritual berpengaruh positif terhadap
probablitas dibawah 005 dan CR > 1,96
kunerja karyawan, baik itu bila diuji
18
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Lisda R)

secara parsial ataupun diuji secara (Goleman 2000, p.37) tentang hubungan
simultan. Berdasarkan hasil penelitian antara kecerdasan emosi yang akan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
hasil ini sesuai dan mendukung hasil Hasil-hasil dalam penelitian ini dapat
penelitian yang mengatakan bahwa dijadikan sumber ide dan masukan bagi
kecerdasan intelektual, emosi dan pengembangan penelitian ini dimasa
spiritual berpengaruh terhadap kinerja. yang akan datang.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa 3. Penelitian juga memberikan bukti bahwa
kecerdasan emosi berpengaruh positif faktor kecerdasan emosi ternyata
terhadap kinerja, sehingga ternyata berpengaruh positif dan yang paling
bahwa kecerdasan emosi memang benar- dominan, oleh karena itu perusahaan
benar memiliki pengaruh terhadap sebaiknya lebih memperhatikan
kinerja karyawan. pelaksanaan seleksi dan rekruietmen bisa
2. Selain itu dari hasil penelitian ternyata dengan menggunakan tes EQ sehingga
kecerdasan emosi memiliki pengaruh bisa mendapatkan karyawan yang
yang paling tinggi diantara ketiganya. memiliki dan dapat mengelola emosinya
Kecerdasan emosi yang didefinisikan dengan baik
sebagai kemampuan untuk menggunakan 4. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya
emosi secara efektif dalam mengelola ditambah dengan faktor yang
diri sendiri dan mempengaruhi hubungan mempengaruhi minat entrepreneurship
dengan orang lain secara positif yang lain selain kecerdasan emosi.
mempunyai lima dimensi, yaitu self
awareness, self management,
motivation, empathy, relationship Daftar Pustaka
management. Penelitian ini
Adlin, 2002, Kecerdasan Spiritual dan
membuktikan bahwa kecerdasan emosi Kecerdasan Abritasi Diantara Agama
memiliki pengaruh positif dengan dan Semiotika,
http://www.paramartha.com, 12 Juni
kinerja karyawan. Hasil pengujian 2005
dalam penelitian ini mengkonfirmasi
pendapat dari Boyatzis (1999, p.2) dan
19
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Carruso, D, R, 1999, Applying The Ability Ferdinand, Augusty T. 2006. Metode


Model Of Emotional Intelligence To Penelitian Manajemen. Edisi II.
The World Of Work, Semarang: Bp Undip
http://cjwolfe.com/article.doc, 15
Oktober 2005
Morrison, 1997, How Franchise Job
satisfaction and personality affects
Goleman, D. (2003). Working with Performance, organizationa
Emotional Intelligence commitment, Franchisor Relations,
Terjemahan).Jakarta: PT andIntention To Remain,
Vol.35,pg.39
Gramedia Pustaka Utama.

Trihandini,2005, “Analisis Pengaruh


Grunhagen,Mittelstaedt, 2005, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
“Entrepreneur or Investor:Do Multi- Emosi
UnitFranchisees Have Different
Philosophical Orientation?”, dan Kecerdasan Spiritual terhadap
Journal OfSmall Business
Kinerja Karyawan”, UNDIP
Management, Vol43 pg.207

Greenbaum,2006, “Creating Dynamic Brand


awareness”, Franchising
World,Vol.38 Pg. 46

Kaufmann, P. J., and Stanworth, J.


(1995).“The Decision to Purchase
aFranchise: A Study of Prospective
Franchisees”. Journal of Small
Business Management, October,
22-31.

Keller, K. L. (1993). “Conceptualizing,


Measuring, and Managing
Customer-basedBrand Equity”.
Journal of Marketing, 57 (January),
1-22.

20

Anda mungkin juga menyukai