OLEH :
HARDIANTO
C1B1 13 177
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
A. PENGANTAR
Globalisasi di masa kini telah berkembang begitu pesat dan disebarkan ke
seluruh penghujung dunia. Namun apakah benar globalisasi bisa diterima
sebagaimana yang diimingkan oleh para agen globalisasi. Pada kenyataannya
negara-negara Dunia Ketiga menjadi korban dari globalisasi, khusunya dalam
ekonomi. Ekonomi di Dunia Ketiga telah menjadi lahan politik bagi para agen
globalisasi.
Namun perlu diketahui bagaimana sudut pandang yang berbeda-beda
dalam memandang globalisasi tersebut. Negara-negara Dunia Pertama (seperti
A.S dan Eropa Barat) tentu memandang globalisasi sebagai sebuah pencerahan
dan titik balik dari keterpurukan. Dan itulah yang menurut mereka dialami oleh
negara-negara Eropa pasca Perang Dunia Kedua. Hal ini menjadi sangat
meyakinkan bagi negara-negara Dunia Pertama, dimana dengan adanya
globalisasi mereka bisa menguasai pasar yang lebih luas. Globalisasi bagi mereka
adalah sebuah berkah yang turun dari langit.
Namun negara-negara Dunia Kedua (seperti Rusia dan Eropa Timur) serta
negara-negara Dunia Ketiga (Asia, Amerika Selatan, dan Afrika) memandang
globalisasi adalah sebuah bentuk penjajahan modern. Dengan hadirnya
globalisasi, negara-negara ini merasa sangat dirugikan olehnya. Khususnya
negara-negara Dunia Ketiga atau development countries yang menjadi obyek dari
globalisasi. Sehingga seakan penjajahan yang seharusnya telah dihapuskan,
kembali ke negara-negara mereka dengan bentuk yang lebih cantik, inilah
penjajahan secara formal.
lain.
Dari
interaksi
ini
terbentuklah
jaringan
kredit.
lain
yang
menghubungkan
aset,
bukan
bertahan hidup, yang lain dibuang. Misalnya, munculnya jaringan melalui produkproduk derivatif membuat jejaring kapitalisme semakin kompleks. Dalam jejaring
kapitalisme ini, hanya ada satu hukum selalu benar: setiap investor (agents)
bertindak untuk kepentingannya sendiri. Semua agents ingin survive (bertahan
hidup lebih lama) and prosper (menjadi makmur) dalam jejaring ini.
Bila kita melihat pasar sebagai jejaring kapitalisme, mungkin kita akan
lebih bisa memahami dinamika / tenaga gerak pasar dengan pikiran lebih terbuka.
Satu hal yang sangat penting dari cara pandang ini adalah melihat pasar sebagai
suatu sistem kompleks (rumit atau majemuk) yang adaptive
(mudah
menyesuaikan diri dengan keadaan). Banyak hal-hal dari sistem seperti ini yang
menarik untuk dipelajari. misalnya, tidak ada individu/institusi yang bisa
mengatur bagaimana seharusnya pasar berlaku. Bahkan The Fed (Bank Sentral
AS) ataupun investor terbesar di dunia tidak akan bisa mendikte bagaimana pasar
akan bertindak. Semua yang kita lihat di permukaan (misalnya turunnya hargaharga) adalah hasil dari interaksi jutaan agents / investor yang bertindak untuk
kepentingannya sendiri-sendiri. It is a bottom up system.. no central authority.
Dalam kondisi normal, (biasanya dalam pasar persaingan sempurna)
jejaring kapitalisme ini sangatlah efisien dalam banyak hal. Ia efisien dalam
memproses semua informasi yang relevan dengan sangat cepat dan akurat
(misalnya betting markets/ pasar taruhan). Ia juga sangat efisien dalam
mengalokasikan modal ke titik-titik yang bisa menggunakan modal dengan baik..
dari sinilah kita bisa melihat kembali the invisible hand a la Adam Smith.
Sistem ini juga secara alami akan menghasilkan segala macam emergent
behavior atau perilaku perilaku yang segera muncul . Bayangkan sebuah virus
yang menyerang populasi sebuah binatang. Ekosistem binatang merupakan
suatu sistem kompleks yang adaptif, sama seperti pasar. Karena jaringan
kedekatan geografris, virus akan cepat menyebar sampai tinggal binatang yang
bisa beradaptasi dengan virus saja yang akan hidup dan akan sejahtera serta
berkembang lagi, demikian seterusnya.
mereka
harus
mendapatkan
modal
untuk
membiayai
bermasalah. Ketika penurunan harga aset-aset ini mencapai suatu level kritis,
fenomena lainnya terjadi. Mereka yang memiliki aset-aset menjadi tahu bahwa
harga-harga akan turun karena ada agent-agen / investor bermasalah yang harus
menjual aset-asetnya.
perbankan. Karena sendi perbankan ini merupakan sendi yang paling banyak
jaringannya ke sendi-sendi lainnya. Sebagian dari jaring-jaring itu pasti akan
terputus yang menyebabkan resesi ekonomi.
1. Jaringan Kapitalisme di Indonesia
Dari segi pasar modal, jelas jaringan-jaringan titik Indonesia ke jejaring
kapitalisme global cukup besar, terutama dari segi jaringan kepemilikan aset.
Banyak investor asing yang menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia.
Tak heran ketika pasar global jatuh, Jakarta juga ikut turun dengan drastis.
Sebagian investor asing itu tak punya pilihan lain selain menjual asetnya di
Jakarta. Sebagian lagi menjual karena tahu harga akan turun. Dari segi jaringan
ekonomi, Indonesia sepertinya tidak terlalu terhubung dengan pasar global,
kecuali melalui sektor pertambangan (batubara, minyak,logam, dll). Dari segi
jaringan kredit Indonesia juga tidak terlalu terhubung. Ini yang merupakan sebab
mengapa dalam krisis ekonomi tahun 2008 Indonesia tidak mengalami hal yang
parah dan cepat bisa bangkit. Beda dengan tahun 97-an di mana banyak
perusahaan Indonesia yang berhutang di luar negeri dalam bentuk dollar.
D. PENAKLUKAN KAPITALISME GLOBAL ATAS LOKALITAS
Kapitalisme atau kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa
pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesarbesarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan
intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan
secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi.
Untuk memahami apakah sebuah negara itu bercorak kapitalisme ataukah
sebaliknya yaitu sosialisme, maka indikator yang paling mudah untuk digunakan
adalah dengan melihat seberapa besar pihak-pihak yang menguasai sektor
ekonominya. Jika sektor-sektor ekonomi lebih banyak dikuasai oleh swasta, maka
negara tersebut cenderung bercorak kapitalisme dan sebaliknya, jika ekonomi
lebih
mengalokasikan
besar
karena
sumberdaya
pemerintah
ekonomi
dianggap
untuk
telah
menjaga
gagal
dalam
kesinambungan