Anda di halaman 1dari 13

Tugas (Individu)

CENGKRAMAN KAPITALISME GLOBAL

OLEH :
HARDIANTO
C1B1 13 177

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

A. PENGANTAR
Globalisasi di masa kini telah berkembang begitu pesat dan disebarkan ke
seluruh penghujung dunia. Namun apakah benar globalisasi bisa diterima
sebagaimana yang diimingkan oleh para agen globalisasi. Pada kenyataannya
negara-negara Dunia Ketiga menjadi korban dari globalisasi, khusunya dalam
ekonomi. Ekonomi di Dunia Ketiga telah menjadi lahan politik bagi para agen
globalisasi.
Namun perlu diketahui bagaimana sudut pandang yang berbeda-beda
dalam memandang globalisasi tersebut. Negara-negara Dunia Pertama (seperti
A.S dan Eropa Barat) tentu memandang globalisasi sebagai sebuah pencerahan
dan titik balik dari keterpurukan. Dan itulah yang menurut mereka dialami oleh
negara-negara Eropa pasca Perang Dunia Kedua. Hal ini menjadi sangat
meyakinkan bagi negara-negara Dunia Pertama, dimana dengan adanya
globalisasi mereka bisa menguasai pasar yang lebih luas. Globalisasi bagi mereka
adalah sebuah berkah yang turun dari langit.
Namun negara-negara Dunia Kedua (seperti Rusia dan Eropa Timur) serta
negara-negara Dunia Ketiga (Asia, Amerika Selatan, dan Afrika) memandang
globalisasi adalah sebuah bentuk penjajahan modern. Dengan hadirnya
globalisasi, negara-negara ini merasa sangat dirugikan olehnya. Khususnya
negara-negara Dunia Ketiga atau development countries yang menjadi obyek dari
globalisasi. Sehingga seakan penjajahan yang seharusnya telah dihapuskan,
kembali ke negara-negara mereka dengan bentuk yang lebih cantik, inilah
penjajahan secara formal.

B. REFLEKSI MASUKNYA KAPITALISME DALAM KONTEKS


EKONOMI
Tahap awal sistem kapitalisme tumbuh dari pertarungan kelas yang
bersifat revolusioner antara Tuan tanah maupun kaum bangsawan dengan para
pedagang yang berkonsekuensi pada perampasan alat produksi (pada zaman
feodal berupa tanah) dari tangan produsen, dan melahirkan kelas-kelas baru
dengan formasi sosial yang baru pula, yaitu proletariat dan borjuasi dalam
antagonisme kelas. Sebagaimana yang disampaikan oleh Karl Marx dalam Das
Kapital:
Proses yang menciptakan hubungan kapital, tiada lain proses yang
menceraikan pekerja dari penguasaan kondisi kerjanya sendiri; inilah sebuah
proses transformasi yang dijalankan, pertama, sarana hidup sosial dan sarana
produksi dimasukkan kedalam kapital, dan kedua, produsen langsung menjadi
pekerja upahan. Dengan demikian apa yang disebut akumulasi primitif tiada lain
adalah proses kesejarahan pemisahan produsen dan sarana produksi. Ia muncul
sebagai yang primitif karena membentuk prasejarah kapital
Perkembangan teknologi perkapalan dan komunikasi memungkinkan
perkembangan pesat dalam arus perdagangan global yang secara perlahan
menghantarkan kaum borjuasi pada posisi sosial yang semakin penting. Kaum
borjuis yang terhina kini dengan bangga membusungkan dada, merombak
sistem unit pemenuhan manorial (sistem tanah milik bangsawan) menjadi sistem
akumulasi nilai lebih kapital demi kapital. Kapital yang menjadi semakin penting
seiring dengan laju arus pertukaran global, meningkatkan kekuasaan ekonomi dan
politik kelas borjuasi yang secara perlahan mampu mendominasi alat negara untuk
kepentingan sepihak.
Rosa Luxemburg secara gamblang pemaparkan tentang pengalihan sistem
feodalisme yang paternalistik menuju suatu sistem pengagungan akumulasi ala
kapitalisme melalui intervensi unit manorial/ persekutuan pribumi yang menjadi
pelindung bagi nilai dan corak produksi pra kapitalis.

kapitalisme bangkit dan berkembang secara kesejarahan di tengah-tengah


masyarakat non kapitalis. Di Eropa Barat ditemukan pertama kali di dalam
lingkungan feodal yang darinya ia bangkit, dan kemudian setelah menelan habis
sistem feodal, ia ada terutama di lingkungan kaum tani dan pengrajin, atau boleh
dikatakan (ditengah-tengah) sistem produksi sederhana baik itu di dalam pertanian
maupun perdagangan. Kapitalisme eropa kemudian dikitari wilayah-wilayah luas
peradaban non-Eropa yang merentangi semua tingkat perkembangan mulai dari
komunisme primitif gerombolan penggembala berpindah, pemburu, peramu,
hingga ke produksi komoditi oleh petani dan pengrajin. Inilah latar bagi
akumulasi kapitalisme.
Seiring dengan perkembangan embrio kapitalisme dalam mekanisme
akumulasi primitif, kebutuhan akan tenaga kerja, bahan mentah, dan pasar
produksi merupakan prasyarat untuk mendapatkan tiang penyangga akumulasi.
Tidak lain, ekspansi kapital menjadi cara untuk mampu merealisasikan nilai lebih
melalui penguasaan geografis sumber daya pendukung. Atas landasan inilah,
maka kapitalisme sebagai sistem akan selalu menciptakan lahan produksi baru
yang koheren dengan kategori sosial maupun nilai-nilai pendukung berdasarkan
keistimewaan suatu teritori. Kehidupan sistem ini dalam logika ekspansif
kemudian menumbukan watak yang ingin menguasai seluruh dunia dan
menjadikan emas seluruh lahan yang disentuh, dalam bentuk kolonialisme
ataupun melalui pemaksaan halus perekonomian global, dan atau melalui program
penyesuaian struktural dalam dalil humanisme universal.
Perekonomian gobal sedang terguncang. MF Global Holding Ltd, sebuah
perusahaan pialang di Amerika Serikat bangkrut akibat kegagalan pembayaran
obligasi negara. Beberapa pendapat mengatakan bahwa kurangnya pilihan
investasi dan terbatasnya pilihan yang lebih prospektif mengakibatkan beberapa
negara berkembang khususnya Indonesia menjadi sasaran pengalihan dana
overakumulasi sepanjang pemulihan ekonomi AS dan Eropa.

Persoalannya disebabkan rentannya perekonomian Indonesia yang dipicu


oleh masuknya dana dalam bentuk saham atau aset (saham) yang jauh di atas nilai
wajar, yang pada akhirnya akan menyebabkan penggelembungan nilai aset dan
kembali menciptakan krisis finansial yang terus berkelindan.
Kapitalis global bisa saja datang dan pergi menemukan ladang potensial
untuk keluar dari krisis, yang disisakan adalah dampaknya yang harus dirasakan
oleh sebuah negara karena menurunnya prospek ekonomi kedepan.
Landasan ancaman krisis dunia membuat kita sedikit memahami mengapa
aksi tuntutan sedang marak terjadi di seluruh belahan dunia, mulai dari tuntutan
yang bersifat ekonomis, misalnya kenaikan upah. Sampai kebijakan yang bersifat
politis, menggulingkan SBY-Boediono pada masa kepemimpinannya, dan bahkan
tuntutan yang ideologis: Sosialisme untuk rakyat.
Sebut saja pemogokan buruh dalam tuntutan peningkatan upah, tindakan
okupasi yang dilakukan oleh warga Amerika Serikat terhadap Wall Street yang
disinyalir menjadi dalang dibalik krisis finansial berskala global, aksi massif
menuntut reformasi pendidikan di Chile dan Kolombia menjadi indikator
ancaman kesejahteraan yang tengah mengguncang dunia. Apapun tuntutannya
fenomena ini mulai menguak kebusukan dari penyakit yang lama tersembunyi
(Kapitalisme).
Negara maju kehilangan akal untuk keluar dari jeratan krisis yang
menjulur. Bahkan negara adidaya Amerika Serikat sedang tersengal oleh lilitan
utang yang mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 14,3 Trilliun Dollar
yang setara dengan 100 Produksi Domestik Bruto (PDB) selama setahun.
Memang kenyataannya dalam sistem yang berlandaskan pencarian kekayaan demi
kekayaan itu sendiri, krisis yang merupakan kontradiksi internal dari sistem,
merupakan tamu rutin yang tidak mungkin ditolak. Ini lah sistem Kapitalisme,
sistem perekonomian yang mendominasi dunia saat ini, tidak hanya merambah
pada tatanan basis struktur suatu negara tapi telah membentuk koherensi struktur
dengan nilai norma, kultural dan lainnya dalam tatanan suprastruktur.

C. JARINGAN-JARINGAN KAPITALISME DAN CARA KERJANYA


Ketika pasar finansial negara Amerika Serikat dan eropa serta negaranegara lain mengalami krisis, Indonesia-pun ikut terkena krisis juga. Ini
menunjukan bahwa Indonesia masih sangat tergantung oleh Negara lain.
Indonesia tidak berdiri sendiri. Indonesia tidak menutup laju keluar masuknya
modal dari dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, Indonesia merupakan satu titik
dari jejaring pasar kapitalisme global. Kita bayangkan saja bahwa jejaring
kapitalisme ini terdiri dari titik-titik, di mana tiap titik merupakan investor ./ agen.
Jaring-jaring terhubung antar titik melalui interaksi antar investor.
Interaksi yang paling berpengaruh saat ini adalah :
1. Interaksi kredit di mana antar investor saling meminjamkan modal kepada
investor

lain.

Dari

interaksi

ini

terbentuklah

jaringan

kredit.

Bayangkanlah modal ini sebagai darah kapitalisme. Memberikan kredit


sama dengan memberikan darah kapitalisme.
2. Interaksi lain yang cukup penting adalah interaksi melalui cross-holding,
(kepemilikan silang atau cross holding yang terjadi apabila perseroan
memiliki saham yang dikeluarkan oleh perseroan lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dari interaksi ini terbentuklah jaringan
kepemilikan aset.
3. Ada bentuk jaringan

lain

yang

menghubungkan

aset,

bukan

menghubungkan investor, yaitu kesamaan faktor yang mempengaruhi


sumber pendapatan suatu aset tersebut. Misalnya, sumber pendapatan bank
kira-kira bakal sama dengan bank-bank lainnya. Demikian juga sumber
pendapatan penjual kelontong kira-kira bakal sama dengan penjual
kelontong tetangganya. Jaringan ini bisa disebut sebagai jaringan
ekonomi.
Jaringan-jaringan baru akan terus muncul, diciptakan, dan dibuang sesuai
dengan adaptasi kebudayaan manusia. Mana yang terbukti menguntungkan

bertahan hidup, yang lain dibuang. Misalnya, munculnya jaringan melalui produkproduk derivatif membuat jejaring kapitalisme semakin kompleks. Dalam jejaring
kapitalisme ini, hanya ada satu hukum selalu benar: setiap investor (agents)
bertindak untuk kepentingannya sendiri. Semua agents ingin survive (bertahan
hidup lebih lama) and prosper (menjadi makmur) dalam jejaring ini.
Bila kita melihat pasar sebagai jejaring kapitalisme, mungkin kita akan
lebih bisa memahami dinamika / tenaga gerak pasar dengan pikiran lebih terbuka.
Satu hal yang sangat penting dari cara pandang ini adalah melihat pasar sebagai
suatu sistem kompleks (rumit atau majemuk) yang adaptive

(mudah

menyesuaikan diri dengan keadaan). Banyak hal-hal dari sistem seperti ini yang
menarik untuk dipelajari. misalnya, tidak ada individu/institusi yang bisa
mengatur bagaimana seharusnya pasar berlaku. Bahkan The Fed (Bank Sentral
AS) ataupun investor terbesar di dunia tidak akan bisa mendikte bagaimana pasar
akan bertindak. Semua yang kita lihat di permukaan (misalnya turunnya hargaharga) adalah hasil dari interaksi jutaan agents / investor yang bertindak untuk
kepentingannya sendiri-sendiri. It is a bottom up system.. no central authority.
Dalam kondisi normal, (biasanya dalam pasar persaingan sempurna)
jejaring kapitalisme ini sangatlah efisien dalam banyak hal. Ia efisien dalam
memproses semua informasi yang relevan dengan sangat cepat dan akurat
(misalnya betting markets/ pasar taruhan). Ia juga sangat efisien dalam
mengalokasikan modal ke titik-titik yang bisa menggunakan modal dengan baik..
dari sinilah kita bisa melihat kembali the invisible hand a la Adam Smith.
Sistem ini juga secara alami akan menghasilkan segala macam emergent
behavior atau perilaku perilaku yang segera muncul . Bayangkan sebuah virus
yang menyerang populasi sebuah binatang. Ekosistem binatang merupakan
suatu sistem kompleks yang adaptif, sama seperti pasar. Karena jaringan
kedekatan geografris, virus akan cepat menyebar sampai tinggal binatang yang
bisa beradaptasi dengan virus saja yang akan hidup dan akan sejahtera serta
berkembang lagi, demikian seterusnya.

Apa yang terjadi di jejaring kapitalisme global sekarang ? Ingat jaringan


kredit tadi? Adalah sekelompok agents (dalam hal ini bank, hedge funds, dll)
yang secara efektif meminjamkan modal kepada sekelompok agents ( investor )
lain yang disinyalir kemampuan kreditnya diragukan dalam bentuk subprime
mortgage (semacam KPR). Rumah-rumah yang dibeli dijadikan agunan.
Kemudian hari pengambil kredit ini tidak bisa mengembalikan hutangnya. maka
nilai dari asset-aset yang didasari oleh pinjaman-pinjaman ini pun turun. Dalam
jaringan kredit ini, beberapa agen yang meminjamkan modal juga meminjam
dari pihak lain. Maka mulailah efek jaringan (efek domino) ini melanda. Gagal
bayar di salah satu agen menjadi gagal bayar agen-agen lainnya juga. Tetapi agenagen lain yang tidak ada hubungan langsung dengan pinjaman subprime mortage
ini juga mendapatkan sinyal dari pasar bahwa kesehatan beberapa agen-agen lain
cukup lemah. Ketika kondisi ini mencapai suatu level kritis, fenomena menarik
terjadi (emergent behavior). Mereka yang biasanya memberi supply darah
kapitalisme (kredit), berusaha menyelamatkan diri sendiri dengan memutuskan
untuk tidak lagi memberi supply darah ke agent lain karena khawatir darahnya
tidak akan berputar balik.. Maka terjadilah fenomena credit squeeze /
pengurangan jumlah kredit atau kredit macet , jaringan-jaringan kredit menjadi
terputus. Seperti halnya suatu organisme di mana organ-oragannya tidak mendapat
supply darah. Organ-organ itu akan melemah dan mungkin mati. Di sisi lain,
agen-agen yang bermasalah ini juga merupakan titik-titik penting dalam jaringan
kepemilikan aset.
Ketika

mereka

harus

mendapatkan

modal

untuk

membiayai

operasionalnya (darah untuk hidup), mereka terpaksa menjual asset-aset yang


mereka miliki untuk mendapat modal baru. Ketika mereka menjual asset-aset ini
karena tidak ada pilihan lain, mereka akan menjual dengan berapapun harganya.
Maka turunlah harga-harga, tidak pandang bulu apakah asset-aset itu ada
hubungannya dengan subprime mortage atau tidak. Mereka menjual aset yang
mereka miliki. Melalui penurunan harga-harga, maka agen-agen (investor) dalam
jejaring ini mendapat sinyal dari pasar bahwa ada agen-agen/ investor lain yang

bermasalah. Ketika penurunan harga aset-aset ini mencapai suatu level kritis,
fenomena lainnya terjadi. Mereka yang memiliki aset-aset menjadi tahu bahwa
harga-harga akan turun karena ada agent-agen / investor bermasalah yang harus
menjual aset-asetnya.

Agent-agen/investor mendapat masalah dan harus menjual asetnya karena:


a. Harus membayar hutang kepada kreditor mereka,
b. Mendapatkan margin call/Stop out dari broker (Jenis margin ini mirip
dengan margin sela, yaitu Jumlah dana yang harus disetor kembali oleh
investor. Hanya saja, dalam margin call setoran dana harus dilakukan jika
dana yang outstanding sudah berada di bawah maintenance margin, bukan
initial margin. Jika investor mendapat margin call berarti investor harus
menambah dananya sampai ke level initial margin, kalau tidak dilakukan,
posisinya akan ditutup oleh perusahaan lain.
c. Mendapatkan pembayaran bunga / penarikan dana dari investor-investor
lain yang menanamkan modal kepadanya.
Akhirnya, behavior dari agen-agen dalam jaringan kepemilikan aset ini
tersinkronisasi. Sebagian besar tidak ingin membeli, karena tahu harga akan turun
lebih dalam lagi dan harga benar-benar turun, kemudian agent-agen yang tadinya
tidak bermasalah pun menjadi ikut-ikutan bermasalah dan harus menjual asetnya
dengan harga yang lebih murah lagi. Sehingga terjadilah vicious cycle (lingkaran
setan).
Dalam jejaring kredit juga tidak semua agen memutar uangnya dalam
pasar modal. Sebagian, memutarnya dalam pasar real dan ketika jejaring kredit
terputus (credit squeeze), mereka tidak memiliki darah untuk memutar usahanya.
Masalah pun merambat ke pasar riil (pasar barang dan jasa), mulai dari sendi
ekonomi di mana perusahaan-perusahaan yang terkena credit squeeze berada.
Ketika suatu sendi ekonomi terpengaruh, maka jaringan ekonomi pun akan
terimbas. Masalah akan menjadi parah ketika sendi yang terkena adalah sendi

perbankan. Karena sendi perbankan ini merupakan sendi yang paling banyak
jaringannya ke sendi-sendi lainnya. Sebagian dari jaring-jaring itu pasti akan
terputus yang menyebabkan resesi ekonomi.
1. Jaringan Kapitalisme di Indonesia
Dari segi pasar modal, jelas jaringan-jaringan titik Indonesia ke jejaring
kapitalisme global cukup besar, terutama dari segi jaringan kepemilikan aset.
Banyak investor asing yang menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia.
Tak heran ketika pasar global jatuh, Jakarta juga ikut turun dengan drastis.
Sebagian investor asing itu tak punya pilihan lain selain menjual asetnya di
Jakarta. Sebagian lagi menjual karena tahu harga akan turun. Dari segi jaringan
ekonomi, Indonesia sepertinya tidak terlalu terhubung dengan pasar global,
kecuali melalui sektor pertambangan (batubara, minyak,logam, dll). Dari segi
jaringan kredit Indonesia juga tidak terlalu terhubung. Ini yang merupakan sebab
mengapa dalam krisis ekonomi tahun 2008 Indonesia tidak mengalami hal yang
parah dan cepat bisa bangkit. Beda dengan tahun 97-an di mana banyak
perusahaan Indonesia yang berhutang di luar negeri dalam bentuk dollar.
D. PENAKLUKAN KAPITALISME GLOBAL ATAS LOKALITAS
Kapitalisme atau kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa
pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesarbesarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan
intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan
secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi.
Untuk memahami apakah sebuah negara itu bercorak kapitalisme ataukah
sebaliknya yaitu sosialisme, maka indikator yang paling mudah untuk digunakan
adalah dengan melihat seberapa besar pihak-pihak yang menguasai sektor
ekonominya. Jika sektor-sektor ekonomi lebih banyak dikuasai oleh swasta, maka
negara tersebut cenderung bercorak kapitalisme dan sebaliknya, jika ekonomi

lebih banyak dikendalikan oleh negara, maka lebih bercorak sosialisme


(Samuelson & Nordhaus, 1999).
Dengan menggunakan tolak ukur di atas, kita dapat menelusuri sejauh
mana cengkeraman kapitalisme telah menjalar ke Indonesia. Sesungguhnya jejak
kapitalisme di Indonesia dapat ditelusuri ketika Indonesia mulai memasuki era
pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru dimulai sejak Bulan Maret
1966. Orientasi pemerintahan Orba sangat bertolak belakang dengan era
sebelumnya. Kebijakan Orba lebih berpihak kepada Barat dan menjahui ideologi
komunis.
Dengan membaiknya politik Indonesia dengan negara-negara Barat, maka
arus modal asing mulai masuk ke Indonesia, khususnya PMA dan hutang luar
negeri mulai meningkat. Menjelang awal tahun 1970-an atas kerja sama dengan
Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB)
dibentuk suatu konsorsium Inter-Government Group on Indonesia (IGGI) yang
terdiri atas sejumlah negara industri maju termasuk Jepang untuk membiayai
pembangunan di Indonesia. Saat itulah Indonesia dianggap telah menggeser
sistem ekonominya dari sosialisme lebih ke arah semikapitalisme (Tambunan,
1998).
Memasuki periode akhir 1980-an dan awal 1990-an sistem ekonomi di
Indonesia terus mengalami pergeseran. Menilik kebijakan yang banyak ditempuh
pemerintah, kita dapat menilai bahwa ada sebuah mainstream sistem ekonomi
telah dipilih atau telah DIPAKSAKAN kepada negara kita. Isu-isu ekonomi
politik banyak dibawa ke arah libelarisasi ekonomi, baik libelarisasi sektor
keuangan, sektor industri maupun sektor perdagangan. Sektor swasta diharapkan
berperan

lebih

mengalokasikan

besar

karena

sumberdaya

pemerintah
ekonomi

dianggap

untuk

telah

menjaga

gagal

dalam

kesinambungan

pertumbuhan ekonomi, baik yang berasal dari eksploitasi sumberdaya alam


maupun hutang luar negeri (Rachbini , 2001).

Menjamurnya industri perbankan di Indonesia, yang selanjutnya diikuti


dengan terjadinya transaksi hutang luar negeri perusahaan-perusahaan swasta
yang sangat pesat, mewarnai percaturan ekonomi Indonesia saat itu (Rachbini ,
2001).
Masa pembangunan ekonomi Orde Baru-pun akhirnya berakhir. Puncak
dari kegagalan dari pembangunan ekonomi Orba ditandai dengan meledaknya
krisis moneter, yang diikuti dengan ambruknya seluruh sendi-sendi perekonomian
Indonesia.
Pasca krisis moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan
perekonomian Indonesia tidak bergeser sedikitpun dari pola sebelumnya. Bahkan
semakin liberal. Dengan mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh IMF,
Indonesia benar-benar telah menuju libelarisasi ekonomi. Hal itu paling tidak
dapat diukur dari beberapa indikator utama, yaitu (Triono, 2001):
1. Dihapuskannya berbagai subsidi dari pemerintah secara bertahap. Berarti,
harga dari barang-barang strategis yang selama ini penentuannya
ditetapkan oleh pemerintah, selanjutnya secara berangsur diserahkan
sepenuhnya pada mekanisme pasar.
2. Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating rate). Sesuai dengan
kesepakatan dalam LoI dengan pihak IMF, penentuan nilai kurs rupiah
tidak boleh dipatok dengan kurs tetap (fix rate). Dengan kata lain,
besarnya nilai kurs rupiah harus dikembalikan pada mekanisme pasar.
3. Privatisasi BUMN. Salah satu ciri ekonomi yang liberal adalah semakin
kecilnya peran pemerintah dalam bidang ekonomi, termasuk didalamnya
adalah kepemilikan asset-asset produksi. Dengan dijualnya BUMN kepada
pihak swasta, baik swasta nasional maupun asing, berarti perekonomian
Indonesia semakin liberal.

4. Peran serta pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan perjanjian


GATT. Dengan masuknya Indonesia dalam tata perdagangan dunia
tersebut, semakin memperjelas komitmen Indonesia untuk masuk ke
kubangan libelarisasi ekonomi dunia atau kapitalisme global.
E. PENUTUP
Sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan
ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya
kepada mekanisme pasar. Sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi pasar ini
mempunyai ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan. Kapitalisme muncul dari sebuah
pemikiran dunia Barat. Kapitalisme mulai mendominasi kehidupan perekonomian
dunia barat sejak runtuhnya feodalisme. Dalam bidang ekonomi, di Eropa
akhirnya dikenal system kapitalisme, yaitu sebuah system yang mencakup
hubungan-hubungan pemilik modal besar.
Tahap dalam sistem ekonomi kapitalis yang pertama adalah kapitalisme
awal yang berlangsung sekitar abad ke-17 sampai menjelang abad ke-20 dimana
individu/swasta mempunyai kebebasan penguasaan sumber daya maupun
pengusaan ekonomi dengan tanpa adanya campur tangan pemerintah berbeda pada
tahap kapitalisme modern yang diterimanya peran pemerintah dalam pengelolaan
perekonomian. Seperti yang dikatakan oleh Marx yang kaya makin kaya dan
yang miskin makin miskin.
Di Indonesia, kapitalisme terasa pada persaingan antara pasar modern
dengan pasar tradisional. Seperti halnya yang kita jumpai banyaknya toko
swalayan seperti carefour, indomaret, alfamart yang menjamur di Indonesia dan
mengalahkan pasar tradisional, baik dalam pelayanan mutu maupun penarikan
konsumen.

Anda mungkin juga menyukai