dapat menjadi bekal untuk lebih memahami proses perubahan sosial dan perilaku
ekonomi yang berkembang di era masyarakat post-industrial
kapitalisme, dan kaitannya dengan perkembangan neoliberalisme dan globalisasi,
juga membahas tentang bagaimana berbagai kelompok menyikapi perkembangan
kapitalisme yang makin marak di era masyarakat post-in- dustrial Ketika
perkembangan globalisasi makin meluas dan batas-batas antarnegara makin kabur,
eksistensi kapitalisme justru makin kuat, dan mencengkeram hampir seluruh aspek
kehidupan masyarakat,
Kapitalisme, menurut Marx juga merupakan sebuah cara produksi dan hubungan dalam
proses produksi yang kemudian menimbulkan berbagai implikas dalam konteks ekonomi
politik, sosial psikologis maupun kultural. Ketika feodalisme mulai memudar, dan
kemudian hadir sistem ekonomi yang kapitalistik, maka yang terjadi kemudian adalah
perubahan hubungan antarkelas, mode produksi (mode of production), dan perubahan
gaya hidup masyarakat.
Esensi kapitalisme adalah pemilikan, persaingan, dan rasionalitas. Marx menganggap
subordinasi kelas buruh dan super- ordinasi kelas borjuis adalah watak kapitalisme
yang paling penting, karena dengan posisi dan cara seperti itulah kelas borjuis
akan dapat leluasa menyerap nilai tambah (surplus value) dari tenaga kerja.
Esensi yang mendasar dari kapitalisme, menurut Rob- ert Lekachman dan Borin van
Loon (2008: 3), antara lain: (1) Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa
yang merupakan hasil karya manusia dan karenanya bisa di- produksi berulang kali
(reproducible); (2) di bawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal
masyarakat, alat-alat produksinya dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki
hal legal untuk menggunakan hak miliknya guna meraup keuntungan pribadi; dan (3)
kapitalisme bergantung kepada sistem pasar, yang menentukan distribusi,
mengalokasikan sumber daya-sumber daya dan menetapkan tingkat-tingkat pendapatan,
gaji, biaya sewa, dan keuntungan dari kelas-kelas sosial yang berbeda.
Sementara itu, Ernest Mandel (2006), secara lebih perinci mengajukan lima ciri
pokok kapitalisme sebagai berikut (dalam Mulyanto, 2011: 164-165). Pertama, di
tingkat produksi, corak kapitalis adalah produksi komoditas, yaitu produksi yang
bertujuan menjual semua hasilnya ke pasar untuk meraih keuntungan yang sebesar-
besarnya. Produksi komoditas merupakan penyangga kebertahanan ekonomi kapitalis
yang melaluinya kapitalis memperoleh nilai lebih dari kerja yang dicurahkan pekerja
dan nilai lebih yang terkan- dung di dalam nilai tukar komoditas yang dihasilkan.
Kedua, produksi dilandasi kepemilikan pribadi atas sarana produksi. Artinya,
kekuasaan mengatur kekuatan produktif-sarana produksi dan tenaga kerja-bukan milik
kolektif, tetapi mi- lik perseorangan, entah dalam bentuk kepentingan pribadi,
keluarga, perusahaan perseroan terbatas, atau kelompok- kelompok penguasa keuangan.
Ketiga, produksi dijalankan untuk pasar yang tidak terbatas dan berada di bawah
tekanan persaingan. Setiap kapitalis berupaya memperoleh bagian keuntungan terbesar
dari keuntungan yang bisa dikeruk dari pasar. Untuk itu, setiap kapitalis bersaing
dengan kapitalis yang lain. Keempat, tujuan produksi adalah memaksimalkan
keuntungan. Kemampuan bersaing yang berujung pada [16/5 13.18] Nora: kemampuan
mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya, mengharuskan kapitalis menjual komoditas
dengan harga yang lebih rendah daripada pesaingnya. Untuk itu, kapitalis harus
memperluas jaringan produksinya, sehingga menghasil- kan komoditas yang lebih
banyak. Cara paling efisien yaitu dengan meningkatkan kemampuan permesinannya, yang
umumnya mahal, sehingga untuk memenuhinya, kapitalis mau tidak mau harus
memaksimalkan keuntungan dengan cara mengembangkan produksinya yang benar-benar
maksimal. Kelima, produksi kapitalis adalah produksi untuk akumulasi kapital.
Kapitalis membutuhkan sebagian besar nilai lebih yang terkumpul untuk dicurahkan
kembali dalam kegiatan produktif. Nilai lebih yang diambil diwujudkan menjadi
kapital tambahan dalam bentuk mesin-mesin, bahan baku, dan tambahan tenaga kerja.
Nilai lebih ini sedikit mungkin digunakan untuk konsumsi pribadi yang tidak
produktif.Tahap-tahap Perkembangan Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu
sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa,
hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Tetapi, untuk
saat ini kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang
menginginkan keuntungan belaka
Dalam sistem kapitalisme, kepemilikan atas sarana produksi umumnya bersifat formal
absolut. Seseorang bisa saja tidak mengolah atau sama sekali tidak terlibat dalam
proses pengolahan lahan yang dimilikinya, meski dia secara sah diakui sebagai
pemilik lahan tersebut. Di dalam sistem kapitalisme, satu-satunya jalan bagi semua
orang untuk men- dapatkan barang dan jasa yang telah dihasilkan yaitu pergi ke
pasar dan menukar uang miliknya dengan barang tersebut. Begitu pula sebaliknya.
Seseorang yang membutuhkan uang, maka ia harus pergi ke pasar dan membawa barang
miliknya untuk diperdagangkan di pasar itu. Semua transaksi diperan- tarai uang dan
barang (Mulyanto, 2012: 18). Pasar adalah pranata pokok dalam kapitalisme yang
memungkinkan proses pertukaran. Pasar adalah pranata yang menata jejaring sosial
pertukaran dengan berbasiskan penawaran dan permintaan. Simpul penghubung satu-
satunya dalam berhubungan dengan pasar adalah uang sebagai alat tukar.
Menurut Meghnad Desai, sebagai sebuah modal produksi, ciri-ciri yang menandai
kapitalisme antara lain: (1) produksi untuk dijual dan bukannya untuk dikonsumsi
sendiri; (2) adanya pasar, di mana tenaga kerja dibeli dan dijual dengan alat tukar
upah melalui hubungan kontrak; (3) penggunaan uang dalam proses tukar-menukar yang
selanjutnya mem- berikan peranan yang sistematis kepada bank dan lembaga keuangan
nonbank; (4) proses produksi atau proses kerja berada dalam kontrol para pemilik
modal dan agen-agen manajerialnya; (5) kontrol dalam keputusan keuangan ber- ada di
tangan pemilik modal, di mana para pekerja tidak ikut serta dalam proses
pengambilan keputusan itu; dan (6) berlakunya persaingan bebas di antara pemilik
kapital
Dalam sistem kebebasan ekonomi yang alamiah, menurut Smith kekuasaan tertinggi
memiliki tiga tugas penting: (1) kewajiban melindungi negara dari kekerasan dan
serangan negara bebas lainnya; (2) melindungi setiap anggota masyara- kat sejauh
mungkin dari ketidakadilan atau penindasan oleh
anggota masyarakat lainnya atau mendirikan badan hukum
Kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan
usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka
pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersamaWalaupun
demikian, kapitalisme se- benarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa
diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme seba- gai sebuah
sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada
masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun
kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan ter- tentu yang dapat memiliki maupun
melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan
manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan
modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu,
baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan
baku tersebut.
Secara garis besar, tahap-tahap perkembangan kapital- isme dapat dibedakan menjadi
empat kategori. Pertama, kapitalisme murni. Menurut Abercrombie et al. (2010: 56),
ciri-ciri yang menandai kapitalisme murni, antara lain: (1) Kepemilikan dan
pengendalian swasta atas sarana produksi yaitu modal; (2) Aktivitas ekonomi yang
digerakkan untuk mendapatkan keuntungan; (3) Sistem pasar yang mengatur aktivitas
ekonomi; (4) Pengambilan keuntungan oleh p modal; (5) pelaksanaan kerja oleh tenaga
kerja yang meru. pemilik pakan agen bebas. Secara teoretis, sebagaimana dikatakan
Adam Smith, bagi konsumen atau masyarakat, persaingan pasar yang bebas di dalam
tahap kapitalisme murni berfungsi menurunkan tingkat harga, menyamakan tingkat laba
di antara perusahaan-perusahaan dan mendorong efisiensi dalam produksi.
(2) fraksi negara yang tersusun atas negara yang mengglobal dan para birokrat
serta politisi antarnegara;
(3) fraksi teknis yang terdiri dari para profesional yang mengglobal; dan
Globalisasi dan perkembangan kapitalisme tahap lan- jut, apa pun bentuknya
merupakan sebuah ancaman yang membutuhkan sikap dan antisipasi. Berbeda dengan Adam
Smith yang meyakini kapitalisme sebagai jalan pembuka bagi kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat
Perkembangan ekonomi global dan upaya yang dilakukan lembaga-lembaga besar dalam
proses globalisasi telah menjatuhkan negara-negara yang sedang kesulitan yang
seharusnya mereka bantu, karena di balik itu pertimbangan yang dipakai para perumus
kebijakan global ternyata lebih banyak pertimbangan politis daripada
(1) berkembangnya kelas kapitalis yang dengan kekayaan uangnya bisa membai tenaga
kerja dan sarana produksi untuk memproduksi barang dagangan di pasar,
(2) kelas kapitalis menguasai semua sarana produksi yang penting dalam perekonomian
masyarakat dan membatasi akses bebas pekerja terhadap sarana-sarana produksi,
sehingga pekerja harus menjual tenaga kerjanya kepada kapitalis; dan