Anda di halaman 1dari 57

Kapitalisme ialah sebuah sistem ekonomi yang menginginkan kendali ekonomi yang berada di

tangan masing-masing rumah tangga dan juga berbagai bisnis pribadi (World Book
Encyclopedia). Kapitalisme atau Kapital ialah sistem ekonomi di mana terdapat perdagangan,
industri dan juga alat-alat produksi yang dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan untuk
membuat keuntungan dalam ekonomi pasar

Pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.


Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pada pasar yang
mengacu pada keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran
untuk mendapatkan kepentingan-kepentingan pribadi.

Walaupun seperti itu , kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi yang universal dan yang
bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme ialah sebagai sebuah sistem
yang mulai berlaku pada Eropa pada abad ke-16 sampai lke abad ke-19, yaitu pada masa
perkembangan perbankan komersial Eropa dimana sekelompok individu ataupun kelompok
dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki ataupun dapat melakukan
perdagangan benda milik pribadi, terutama bagi barang modal, seperti tanah dan juga manusia
guna proses pada perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal
tersebut , maka para kapitalis harus mendapatkan bahan mentah dan juga mesin dahulu, baru
kemudian buruh sebagai operator mesin serta untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan
mentah tersebut.

Karl Marx sering di kaitan dalam artian modern dalam Istilah kapitalisme,. Dalam buku yang
berjudul magnum opus Das Kapital, Karl Marx menulis tentang cara produksi kapitalis dengan
menggunakan metode dab pemahaman yang sekarang disebut sebagai Marxisme.

Kapitalisme secara etimologis menuju pada kata capitale atau capital yang
bahasa katanya berasal dari bahasa Latin caput yang berarti kepala.

Kapitalisme Menurut Para Ahli

1. Bottomore mengemukakan bahwa, kapitalisme ialah sebuah istilah yang mengacu


kepada sebuah cara produksi dimana terdapat modal (kapital) dan juga bermacam
bentuknya yang merupakan suatu alat utama dalam produksi.

2. Max Weber menganggap bahwa kapitalisme ialah sebagai suatu kegiatan ekonomi yang
dituju pada suatu pasar dan juga yang dipacu untuk dapat menghasilkan laba dengan
adanya pada pertukaran pasar.

Ideologi Kapitalisme

Kapitalisme ialah sebagai ideologi yang dapat diartikan sebagai sistem pemikiran dan juga
keyakinan yang dipakai oleh kelas dominan untuk dapat menjelaskan pada diri mereka sendiri
bahwa bagaimana sistem sosial mereka beroperasi dan juga apa prinsip-prinsip yang akan
diajukannya, ideologi ini melihat pada pencarian laba (kapital) sebagai fokus utama kegiatannya.

Adam Smith, yang disebut sebagai bapak kapitalisme, pertama kali menguraikan konsep
kapitalisme di dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nations, yang diterbitkan di tahun
1776. Smith yakin bahwa perekonomian akan paling baik ialah yang diatur oleh tangan
persaingan (competition) yang tak terlihat, yaitu pertempuran di antara dunia usaha untuk
mendapatkan suatu pengakuan konsumen.

Smith juga berpendapat bahwa persaingan di antara perusahaan akan dapat mengarah pada
pengakuan konsumen terhadap produk dan juga harga yang terbaik, sebab produsen yang kurang
efisien secara bertahap akan terlempar keluar dari pusat persaingan.

Ciri-Ciri Kapitalisme

Beberapa ciri-ciri yang menjadi khas ideologi kapitalisme:

Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi

Kepemilikan alat-alat produksi di tangan individu, berbanding terbalik dengan ideologi


komunisme.

Pasar berfungsi memberikan sinyal kepada produsen dan konsumen dalam bentuk harga-
harga.

Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin. The Invisible Hand yang
mengatur perekonomian menjadi efisien.

Individu bebas menentukan pekerjaan / usaha yang dipandang baik bagi dirinya.

Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar.

Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar


kepentingan (keuntungan) sendiri.

Kelebihan sistem kapitalisme

Sistem kapitalisme mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya:

Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi barang-barang.

Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan segala hal
yang terbaik dirinya.
Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan biaya yang diperlukan
lebih kecil.

Mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memfasilitasi kompetisi terbuka di pasar.

Hasil dari kapitalisme adalah sistem ekonomi yang ter-desentralisasi. Faktor ini dianggap
sebagai salah satu kelebihan terbesar kapitalisme.

Dalam perekonomian yang terdesentralisasi, individu memiliki lebih banyak pilihan


dalam bisnis.

Kerja keras sangat dihargai dalam ekonomi kapitalis. Pengusaha yang mempunyai kinerja
baik dan mampu terus melakukan inovasi akan memenangkan persaingan.

Kapitalisme membentuk ekonomi dimana konsumen mengatur pasar.

Kekurangan kapitalisme

Tak luput dari kelebihan kapitalisme, sistem ini juga mempunyai kelemahan yaitu:

Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna dan persaingan
monopolistik.

Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, karena adanya faktor-
faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan upah buruh dan lain-lain).

Sebagian menganggap persaingan sengit yang dibawa oleh kapitalisme sebagai


kelemahan utama.

Kapitalisme membuat ekonomi yang berorientasi pada uang. Perusahaan bisnis akan
melihat ekonomi dengan titik pandang materialistik.

Profit dipandang menjadi tujuan bisnis utama dengan raksasa bisnis mengambil alih
perusahaan-perusahaan kecil.

Kapitalisme memicu berkurangnya SDA karena dieksploitasi untuk menjaga


pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Kapitalisme juga diyakini menyebabkan distribusi kekayaan yang tidak adil dengan
kekayaan dan kekuasaan hanya dikuasai oleh segelintir orang.

Berawal dari kapitalisme liberal akhirnya berkembang menjadi ideologi liberal. Ciri-ciri negara
penganut ideologi kapitalisme adalah sebagai berikut.
Kebebasan warga negara dijunjung tinggi. Warga negara bebas melakukan apa saja
asalkan tidak melanggar tertib hukum.

Negara hanya bertindak sebagai pengawas jalannya tertib hukum.

Pada kapitalis monopolis mengesampingkan nilai-nilai agama sehingga melahirkan


sekulerisme (paham yang memisahkan agama dengan negara).

Sejarah Kapitalisme
Kapitalisme atau capital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dimana pemerintah tidak dapat
melakukan intervensi pasar (Wikipedia, bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Menurut Dudley Dillard kapitalisme adalah hubungan-hubungan di antara pemilik pribadi atas
alat-alat produksi yang bersifat nonpribadi (tanah, tambang, instalasi industry dan sebagainya,
yang secara keseluruhan disebut modal atau capital) dengan para pekerja yang biar pun bebbas
namun tak punya modal yang menjual jasa tenaga kerjanya kepada para majikan.
System kapitalisme sepenuhnya memihak dan menguntungkan pihak-pihak pribadi kaum bisnis
swasta. Seluruh keputusan yang menyangkut bidang produkasibaik itu alam dan tenaga kerja
dikendalikan oleh pemilik dan diarahkan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Secara sosiologis paham kapitalisme berawal dari perjuangan terhadap kaum feodal salah satu
tokoh yang terkenal Max Weber dalam karyanya The Protestan Etic of Spirrit Capitalism
mengungkapkan bahwa kemunculan kapitalisme erat sekali dengan semangat religious terutama
kaum protestan. Pendapat Weber ini didukung Marthin Luther King yang mengatakan bahwa
lewat perbuaatan dan karya yang lebih bain manusia dapat menyelamatkan diri dari kutukan
abadi. Tokoh yang mendukung adalah Benjamin Franklin dengan motonya yang sangat terkenal:
Time is Money, bahwa manusia hidup untuk bekerja keras dan memupuk kekayaan.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya system perniagaan yang
dilakukan oleh pihak swasta. Akan tetapi bukan hanya kritik saja yang mengancam kapitalisme
melainkan juga idiologi lain yang ingin melenyapkannya seperti komunisme.
Kapitalisme mulai mendominasi kehidupan perekonomian ekonomi dunia Barat sejak runtuhnya
feodalisme. Akar kapitalisme dalam beberapa hal bersumber daari filsafat Romawi kuno. Hal itu
muncul pada ambisinya untuk memiliki kekuatan dan meluaskan pengaruh serta kekuasaan.
Kapitalisme berkembang secara bertahap dari feodalisme bourgeoisme sampai pada kapitalisme.
Selama prose situ berlangsung telah bekembang berbagai pemikirran dan ideology yang melanda
dalam arus yang mengarah pada pengukuhan hak milik pribadi dan seruan kebebasan.
Kapitalisme menyeru dan membela liberalisme. Tetapi kebebasan politik telah berubah menjadi
kebebasan moral dan sosial, kemudian berubah menjadi permisifisme. Setelah Eropa memasuki
zaman Renaiscance yaitu zaman dimana pencerahan mulai muncul setelah zaman feudal
kapitalisme muncul bersamaan dengan munculnya ideology baru yaitu munculnya liberalisme.
Bapak kapitalisme yaitu Adam Smith mengemukakan lima teroti dasar dari kapitalisme yaitu:
Pengakuan hak milik pribadi tanpa batas-batas tertantu.
Pengakuan hak pribadi untuk melakukan kegiatan ekonomi demi meningkatkan status sosial
ekonomi.
Pengakuan adanya motivasi ekonomi dalam bentuk semangat meraih keuntungan semaksimal
mungkin.
Kebebasan melakukan kompetisi
Mengakui hukum ekonomi pasar bebas atau mekanisme pasar.

FASE-FASE KAPITALISME

1. Kapitalisme Awal (1500 1750)


Pada akhir abad pertengahan (abad 16 18), industry di Inggris sedang terkonsentrasi pada
industry sandang. Industry sandang di Inggris menjadi industry sandang terbesar di Eropa.
Meskipun banyak masalah yang dihadapi akan tetapi industry sandang di Ingris menjadi industry
yang sangat pesat. Industry sandang inilah yang menjadi pelopor lahirnya kapitalisme di Eropa
sebagai suatu system sosial dan ekonomi. Kemudian industry ini berlanjut pada usaha
perkapalan, pergudangan, bahan-bahan mentah, barang-barang jadi dan variasi bentuk kekayaan
yang lain.
Dari beberapa kejadian dan juga factor lingkungan historis mempengaruhi pembentukan modal
di Eropa Barat pada awal terbentuknya kapitalisme antara lain:
Dukungan agama bagi kerja keras dan sikap hemat
Pengaruh logam-logam mulia dari dunia baru terhadap perkembangan relative pendapatan atas
upah, laba dan sewa.
Peranan Negara dalam membantu dan secara langsung melakukan pembentukan modal dalam
bentuk benda modal aneka guna.
Etika ekonomi yang diajarkan katolisme abad pertengahan menciptakan banyak hambatan bagi
perkembangan kapitalis dan ideology kapitalis (Dudley Dillar, 1997;17).
Russel mengemukakan adanya tiga factor yang menghambat kapitalisme di pedesaan dan di
berbagai wilayah lain, kendala itu adalah:
Tanah yang ada hanya digunakan untuk becocok tanam sehingga hasil produksinya sangat
terbatas. Russel mengusulkan untuk mengubah tanah menjadi sesuatu yang lebih
menguntungkan (profitable). Dalam pengertian lalin tanah bisa diperjual belikan seperti barang
lainnya.
Para petani atau buruh tani yang masih terikat pada system ekonomi subsistensi. Komentar
Russel untuk hal ini adalah mereka siap untuk dipekerjaan dengan upah tertentu.
Hasil produksi yang diperoleh petani saat tiu hanya sekedar digunakan untuk mencukupi
kebutuhan pribadi. Menurut Russel produksi hasil petani harus ditawarka ke pasar dan siap
dikonsumsi oleh public.

2. Kapitalisme Klasik
Pada fase ini ditandai dengan adanya revolusi industry di Inggris. Di inggris mulai banyak
diciptakan mesin-mesin besar yang sangat berguna untuk menunjang industry. Revolusi industry
dapat didefinisikan sebagai periode peralihan dari dominasi modal perdagang atas modal
industry ke dominasi modal industry atas modal perdagangan (Dudley Diller 1987:22).
Kapitalisme mulai menjadi penggerak kuat bagi perubahan tekhnologi karena akumulasi modal
memungkinkan penggunaan penemuan baru yang tak mungkin dilakukan oleh masyarakat
miskin. Difase inilah mulai dikenal tokoh yang disebut bapak kapitalisme yaitu Adam Smith.
Adam Smith bersama dengan bukunya yang sangat trkenal yaitu wealth of nation (1776). Buku
ini mencerminkan ideology kapitalisme klasik. Salah satu poin ajarannya laissez faire dengan
invisible hand-nya (mekanisme pasar). Kebijaksanaan laissez faire mencakup pula perdagangan
bebas, keuangan yang kuat, anggaran belanja seimbang, dan bantuan kemiskinan minimum. Tak
ada satu konsepsi barupun tentang masyarakat yang dapat menandingi peradaban kapitalisme.
Beberapa tokoh seangkatan seperti David Ricardo dan John Stuart Mills yang sring dikenal
sebagai tokoh ekonomi neo klasik. Pada fase inilah kapitalisme sering mendapat hujatan pedas
dari kelompok Marx.

3. Kapitalisme Lanjut
Peristiwa besar yang menandai fase ini adalah terjadinya Perang Dunia. Kapitalisme lanjut
sebagai peristiwa penting ini ditandai paling tidak oleh tiga momentum, yaitu :
Pergeseran dominasi modal dari Eropa ke Amerika.
Bangkitnya kesadaran bangsa-bangsa di Asia dan Afrika sebagai akses dari kapitalisme klasik,
yang kemudian memanifestasikan kesadaran itu dengan perlawanan.
Ravolusi Bolshevik Rusia yang berhasrat meluluh lantahkan institusi fundamentak kapitalisme
yang berupa kepemilikan secara individu atas penguasaan sarana produksi, struktur kelas sosial,
bentuk pemerintahan dan kemampuan agama. Dari sama muncul ideology tandingan yaitU
komunisme.

Kapitalisme di Berbagai Bidang


1. Kapitalisme Pendidikan
Kapitalisme kini telah menyentuh wilayah pendidikan nasional. Munculnya dikotomi Sekolah
Berstandar Internasiaonal (SBI) dan sekolah biasa merupakan pengejawantahan semangat
kapitalis dalam dunia pendidikan. Tidak dipungkiri, akan muncul kelas-kelas sosial sebagai bias
penerapan ide kapitalis dalam dunia pendidikan. Kelas sosial karena system pendidikan yang
berbasis modal dan menyampingkan kecerdasan.

Contoh sederhana, jika dikota anda ada sekolah ber-SBI atau minimal masih Rintisan Standar
Internasiona (RSBI) yang bersebelahan dengan sekolah biasa, anda pasti menyaksikan fenomena
memprihatinkan. Betapa kesenjangan sosial kelihatan sangat nyata dan menjadi pemandangan
lumrah. Halaman parkir sekolah ber-SBI dipastikan penuh dengan mobil dan seluruh siswa
masuk sekolah menenteng laptop. Sebaliknya di sekolah biasa, para siswa diantar dengan sepeda
motor, naik angkutan kota, bahkan jalan kaki. Jarang sekali yang menenteng laptop atau
membawa ponsel pun seharga ratusan ribu. Kesenjangan kenyataan ini merupakan
pengejawantahan gagasan kapitalisme dalam dunia pendidikan.
Perbedaan menyolok performance siswa dan pengajar antara sekolah berstandar internasional
dan sekolah biasa mengindikasikan munculnya kelas sosial dalam masyarakat pendidikan.
Sebuah kelas sosial sebagai akibat system pendidikan yang berbasis modal dan meletakkan
kemampuan atau kecerdasan adalah efek dari kekuatan modal.

Dalam system pendidikan nasional, kecerdasan bisa dicapai apabila ditunjang oleh fasilitas
lengkap (berteknologi tinggi). Dengan teknologi yang memadai, maka proses belajar akan
berlangsung dengan baik. Logika seperti inilah yang menjadi landasan kegiatan belajat mengajar
dalam system pendidikan kita. Lantas bagaimana dengan siswa yang tidak mamapu membeli
segala fasilitas mahal tersebut.

Semestinya konsep SBI dan Non SBI ditinjau ulang. Sesuai amanat UUD 1945 bahwa setiap
warga Negara berhak mendapat pengajaran. Pemerataan pendidikan harus dirasakan oleh seluru
masyarakat Indonesia. Kenyataanya dalam sisitem pendidikan kita mereka yang memiliki modal
akan menikmati fasilitas pendidikan yang mewah. Sedangkan yang kurang beruntung hanya bisa
menikmati sekolah biasa dengan fasilitas seperti seadanya.

2. Kapitalisme Dalam Lembaga Keuangan Perbankan


System kapitalis memposisikan uang sebagai sesuatu yang mempunyai nilai berdasarkan waktu.
Keadaan ini akan memaksan lembaga keuangan khususnya perbankan memberikan pertolongan
financial dengan mengharapkan imbalan bunga,sehingga bunga dapat didefinisikan sebagai
tiada pertolongan tanpa imbalan. Hal ini bertolak belakang sekali dengan prinsip seseorang
muslim, karena islam merupakan agama terbesar di Indonesia, dimana pertolongan diberikan
dengan ikhlas dan biarlah Allah SWT yang membalas dengan cara-Nya. Disadari atau tidak,
bunga merupakan salah satu factor utama penyebab krisis moneter tahun 1997 dan krisis
keuangan global saat ini. Semua instansi keuangan baik bank maupun non bank menarik dana
dari masyarakat dengan iming-iming bunga dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat
dengan memperoleh imbalan berupa bunga. Keserakahan akan mendorong lembaga keuangan
untuk menyalurkan dana kepada pihak manapun secara besar-besaran, akibatnya terjadi kredit
macet yang berdampak besar terhadap lembaga itu sendiri.

Di Indonesia ini terjadi sebelum krisis dan memacu terjadinya krisis moneter, sedangkan di
Amerika Serikat ini memacu terjadinya krisis kredit perumahan yang menyebabkan terjadinya
krisis keuangan global. Disatu sisi jika pemerintah atau bank sentral melakukan regulasi ketat
akan berdampak buruk juga bagi perekonomian karena akan terjadi fenomena yang disebut credit
crunch. Dimana lembaga keuangan tidak menyalurkan kredit karena regulasi ketat sehingga roda
perekonomian tidak berjalan, khususnya sector riil yang menyerap tenega kerja.

IMF melalui rezim investai terbuka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global. Namun
pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang didorong liberalisasi perdagangan, privatisasi,
dan rezim investasi bebas hanya menguntungkan negara-negara maju. Liberalisasi perdagangan
tidak hanya transfer hasil produksi, tetapi juga mempermudah negara maju untuk
mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki oleh negara dunia ketiga. Rezim investasi
bebas merupakan pintu untuk mempermudah arus investasi yang menjadi fakor penting bagi
perkembangan perusahaan multinasional dan transnasional agar mampu bergerak melintasi batas
negara.

Wacana. Istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta wac, wak, vak. yang berarti berkata
ataupun berucap. Jika dilihat dari jenisnya, kata wac dalam bahasa sansekerta (morfologi)
termasuk kata kerja golongan III parasmae pada (m) bersifat aktif, yakni melakukan tindakan
ujar. Kata tersebut lalu mengalami perubahan menjadi wacana Bentuk ana yang muncul di
belakang adalah sufiks (akhiran) yang berkata membendakan.

Wacana ialah sebuah tulisan yang memiliki urutan yang teratur atau logis. Didalam sebuah
wacana ada unsur-unsur yang harus memiliki kepadua dan kesatuan

Sebelum kita menulis sebuah wacana, kita harus menentukan dahulu sebuah tema, tujuannya
agar sesuai dengan bentuk di dalam wacana, dan dan mengurutkan atau munyusun kerangkan
karangan. Sebelum kita menulis di anjurkan kita harus membuat kerangka karangan, apa lagi
untuk calon penulis.

Supaya dalam menyusun kerangka karangan menjadi sebuah acuan membuat karangan, calon
penulis dianjurkan untuk tahu langkah-langkah dalam menyusun sebuah kerangka karangan.
Dalam menulis kerangka karangan ada dua bentuk tulisan, yakni kerangka topik dan kerangka
kalimat.

Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan jenis dan bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi 5, yaitu wacana narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.

Narasi

Narasi ialah sebuah cerita yang bisa didasarkan pada urutan suatu peristiwa atau kejadian. Dan
narasi juga dapat berbentuk narasi imajinatif dan narasi ekspositarisYang paling penting dalan
unsur-unsur narasi adalah kejadian, konflik, tokoh, alur, plot, dan latar yang terdiri atas latar
waktu, suasana dan tempat.

Deskripsi

Karangan deskripsi adalah sebuah kerangan yang dapat menggambarkan sesuatu atau objek
berdasarkan hasil dari pengamatan, perasaan, dan pengalaman dari penulis.
Agar deskripsi dapat mencapai sebuah kesan yang sangat baik atau sempurna bagi pembacanya,
penulis harus mengamati dan merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dari sefar
objeknya deskripsi dapat dibedakan dalam du amacam, yaitu deskripsi deskripsi faktual/
ekspositaris dan Imajimatif/Impresionis.

Eksposisi

Eksposisi ialah sebuah karangan yang menjelaskan atau menerangkan karangan dengan
terperinci (memaparkan) sesuatu bertujuan agar dapat memberikan sebuah informasi dan dapat
memperluas ilmu dan pengetahuan bagi setiap pembacanya. Karangan yang menjelaskan atau
menerangkan (eksposisi) biasanya dipakai pada sebuah karya-karya ilmiah seperti makalah-
makalah, artikel ilmiah,untuk seminar, simposium, atau penataran.

Dalam tahapan-tahapan menulis sebuah eksposisi, yang harus di lakukan yaitu dengan
menentukan objek pengamatan, juga menentukan tujuan dua pola penyajian eksposisi, dengan
mengumpulkan bahan atau data, menyusun sebuah kerangka karangan, dan juga melakukan
pengembangan kerangka menjadi sebuah karangan. Dalam pengembangan kerangka karangan
bentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik, urutan kelimaks dan antiklimaks.

Argumentasi

Argumentasi ialah sebuah karangan berisikan pendapat, sikap, ataupun penilaian terhadap hal-hal
yang disertkan dengan bukti-bukti, alasan dan peryataan-pernyataan yang dapat diterima oleh
akal (logis). Adapun tujuan sebuah karangan argumentasi ialah berusaha agar dapat meyakinkan
seorang pembaca akan sebuah kebenaran dari pengarangnya.

Tahapan-tahapan penulisan karangan argumentasi, sebagai berikut:

1. Menentukan topik permasalahan atau tema

2. Mengumpulkan bahan atau data berupa: fakta, bukti-bukti atau pernyataan yang bisa
mendukung

3. Merumuskan tujuan penulisan

4. Menyusun kerangka karangan

5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan.Dalam mengembangakan sebuah kerangka


karangan argumentasi bisa berpolakan: sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan
masalah.

Berikut ini contoh wacana yang perlu di pahami:

Contoh wacana pendek:

1. Awas! kabel tetangan tinggi


2. Exit ( pintu keluar)

Contoh wacana panjang:

Di halaman rumah kami telah berubah menjadi pemandangan yang hijau, di halaman
depan ditanami berbagai jenis bunga yang sanagat indah. sperti: bunga melati, kamboja,
matahari, anggrek, kuping gajah dan lain-lain. Dan ada juga di samping pekarangan
rumah yang di tanami kebutuhan sehari-hari, speti: capai, terong, tomat, maupun
singkong.
Kelebihan bunga dan kebuituhan sehari-hari yakni dapat dijual, seperti anggek, melati,
cabai, terong da yang lainnya.

Disekolahku demikian padatnya kegiatan-kegiatan yang harus aku ikuti, Dari hari senin-
sabtu aku masuk pukul 07.15. Agar aku tida terlambat aku berangkat pukul 06.45 dan
bangun pukul 04.45. Setelah bangun aku mandi, lalu sholat subuh.Kemudian menyiapkan
peralatan sekolahku, agar tidak tergesa-gesa ataupun tertinggal saat berngkat ke sekolah.
Setelah selesai aku menyempatkan untuk nelajar sejenak untuk mata pelajaran yang akan
aku pelajari nanti disekolah. Selesai belajar lalu aku berganti baju seragam sekolah dan
sarapan pagi. setelah semoanya selsesai lalu aku berpamitan dengan orang tuaku untuk
berangkat ke sekolah agar ilmu yang aku dapat nanti dapat bermanfaat dan berguna bagi
diriku dimasa depan nanti.

Kata wacana berpadanan dengan kata discourse dalam bahasa inggris.Wacana sering
digunakan selain dalam bidang bahasa dan sastra ,juga dalam bidang sosiologi
,antropologi,politik ,dan filsafat.Diluar bidang bahasa dan sastra ,lebih sering digunakan
kata diskursus atau dengan kata sifat diskursif. Dalam bidang linguistic,kata diskursus
jarang dipakai disbanding kata wacana sehingga discourse analysis menjadi analisis
wacana.
Dalam bahasa inggris dibedakan discourse dan text,yang pertama berarti spoken
discourse wacana lisan, seperti ,percakapan ,lelucon,dan lain lain,yang kedua berarti
written discourse wacana tulis seperti buku,label hasil produksi pabrik obat dan
makanan,petunjuk yang dipasang di tempat umum,dan lain lain.Bahasa Indonesia
hanya mengenal wacana dan untuk membedakan satu dengan yang lainya ditambahkan
kata lisan dan tulis.
Selain perbedaan pada lisan dan tulis,kata discourse dan text juga menyiratkan adanya
perbedaan lain,yaitu dalam discourse ada interaktif atau dialog, sementara dalam text
hanya ada monolog noninteraktif. Mengenai panjang pendeknya ,sangat sulit ditentukan
karena ada wacana lisan yang pendek sekali,seperti,Tolong sayadan ada juga teks yang
pendek sekali,seperti,tulisan distasiun kereta api,pintu keluar.
Dengan memperhatikan contoh wacana lisan dan wacana tulis yang nyata dalam
kehidupan manusia , kita akan bertanya ,lalu apa kira kira pengertian wacana ?
wacana ,seperti tolong sayamerupakan kalimat ,sedangkan pada pintu keluarhanyalah
sebuah kelompok katadari segi struktur bahasa.Meskipun dari segi struktur bahasa
,wacana dapat berbentuk seperti sebuah frase atau kelompok kata,konteksnya telah
memberikan makna yang lain dari pada makna menurut struktur bahasanya.Makna
wacana sudah melebihi makna kalimat,sehingga beberapa ahli linguistik yang menggeluti
wacana telah memberikan pengertian tentang wacana dengan makna melebihi kalimat
.mereka mengatakan bahwa wacana adalah suatu unit bahasa yang lebih besar daripada
kalimat atau suatu rangkaian,yang bersinambung dari bahasa ,yang lebih besar daripada
kalimat.
Definisi yang diberikan oleh para ahli tentu berlainan satu dengan yang lainya.Pegertian
mengenai sesuatu selalu tidak utuh,selalu ada kekurangan bila dilihat dari sudut pandang
yang lain .Demikian juga pengertian wacana kalau kita menghimpun semua pengertian
tentang wacana dari para ahli .Wacana itu berbicara tentang suatu topic sampai tuntas
.Ketuntasanya bias dilihat nyata ( tersurat ),dalam bentuk rangkain kalimat ,dan dapat
juga tersirat.pintu keluar,misalnya,merupakan suatu wacana yang secara tersirat
menyatakan bahwa jika ingin meninggalkan tempat ini ,anda harus berjalan mengikuti
arah itu,karena kalau tidak ,anda tidak dapat keluar dari gedung atau ruang ini.
Kata wacana secara umum menagacu pada artikel, percakapan, atau dialog, karangan,
pernyataan .pada KBBI makna wacana adalah bahan bacaan ,percakapan,atau tuturan
.Kata wacana digunakan sebagai istilah yang merupakan padanan dari istilah discourse
dalam bahasa inggris.
Menurut Harimurti Kridalaksana ( 1985: 184 ),Wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa
tertinggi dan terbesar .1
Menurut Samsuri (1988: 1 ) Memandang wacana dari segi komunikasi.Menurutnya
dalam sebuah wacana,terdapat konteks wacana ,topic ,kohesi,dan koherensi.
Jadi wacana adalah susunan ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkap dan
tertinggi,saling berkaitan dengan koherensi dan kohesi berkesinambungan membentuk
satu kesatuan untuk tujuan berkomunikasi ,baik secara lisan maupun tulisan.
2. Jenis Wacana
a. Wacana Lisan
Jauh sebelum manusia mengenal huruf,bahasa telah digunakan oleh manusia.manusia
memakai bahasa lisan dalam berkomunikasi.bahasa lisan menjadi bahasa yang utama
dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada
bahasa tulis.karena itu tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar manusia masih
berada dalam budaya lisan.
Karena sering digunakan,bahasa lisan memiliki ciri ciri yang berlainan dengan bahasa
tulis .Salah satunya yang menonjol adalah sering terjadi penghilangan bagian bagian
tertentu,yang dapat menghilangkan pengertian wacana ,jika salah satu partisipanya
( pembicara dan pendengar ) belum terbiasa seperti pada contoh berikut :
wati : Nunung, ke mana?
Nunung : Biasa.
Pada wacana diatas wati dapat mengetahui bahwa nunung akan pergi,misalnya kewarung
untuk makan roti panggang ,karena pada saat seperti ini kebiasaan nunung makan roti
panggang diwarung x . Bagi orang lain yang belum mengenal kebiasaan nunung,wacana
diatas tidak dapat dimengerti . Ia tidak dapat menarik kesimpulan yang tepat
.Pertama,Karena ia mengetahui bahwa tidak ada lokasi yang bernama Biasatidak
mengacu kepada suatu tempat yang pasti dan kedua,ia belum mengenal kebiasaan atau
1
memiliki Pengetahuan yang telah diketahui bersama ( Common ground ) dengan
nunung.
Manusia lebih sering menggunakan wacana lisan yang pendek .Satuan satuan atau unit
unitnya pun pendek dan kadang tidak gramatikal 2, seperti percakapan nunung dan wati
diatas.Jarang ditemukan wacana lisan yang panjang .Kalaupun ada,biasanya maknanya
terus menerus diulang,seperti dalam mengungkapkan kekesalan hati.
Dalam mengutarakan maksud dengan wacana lisan,tidak hanya unsur bahasa tetapi juga
digunakan gerakan tubuh,pandangan mata ,dan lain lain,yang turut memberi makna
wacana itu .
Jika pengutaraan maksud memakan waktu yang cukup lama,diperlukan adanya daya
simak yang tinggi dari partisipan lainya.
Contoh : perkuliahan memerlukan perhatian dan daya simak mahasiswa untuk
menangkap inti perkuliahan yang diujarkan dosen.Karena konsentrasi dan daya simak
seseorang tidak dapat bertahan terus menerus dalam waktu yang lama,maka perkuliahan
menggunakan juga alat untuk wacana tulis agar inti materi perkuliahan dapat diingat oleh
mahasiswa.
Kelemahan wacana lisan adalah kesulitan dalam mengulang kembali wacana dengan
sama tepat seperti yang pertama.Kelemahan wacana ini jga menyebabkan wacana
lisan,sebagai bahan bukti,dalam bidang hukum memiliki kedudukan yang paling lemah
disbanding wacana tulis.
Dengan uraian diatas dapat dibuat ciri ciri wacana lisan sebagai berikut :
a. Wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi tidak terputus
b. Wacana lisan sulit diulang,dalam arti mengulang hal yang sama dengan ujaran
pertama
c. Wacana lisan dapat dilengkapi dengan gerakan anggota tubuh untuk memperjelas
makna yang dimaksud
d. Wacana lisan menyatukan partisipanya dalam satu situasi dan konteks yang sama.
e. Wacana lisan biasanya lebih pendek daripada wacana tulis
f. Wacana lisan juga melibatkan unsure kebiasaan atau pengetahuan yang telah
diketahui bersama (common ground) ,yang ada pada satu keluarga atau kelompok dan
g. Wacana lisan sering melibatkan partisipanya secara langsung.
b. Wacana Tulis
Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf,Huruf dibuat untuk mengganti peran
bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang
bunyi.Huruf huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan.
Meskipun banyak wacana tulis yang panjang,ada juga wacana tulis yang pendek,wacana
seperti ini banyak dijumpai di iklan ,distasiun kereta api ,diswalayan ,dan dijalan .
Contoh:
a. Pintu keluar
b. Semua kopi hitam sama,soal rasa ayam merak
c. Awas! tegangan tinggi !
2
d. Kocok dulu sebelum diminum
Wacana tulis yang pendek, seperti diatas sangat mirip dengan wacana lisan,seperti
penghilangan bagian tertentu dari wacana itu,penyatuan saat dan tempat yang sama bagi
penulis dan pembaca,dan penggunaan bentuk bentuk informal.
Dari uraian diatas dapat dibuat ciri ciri sebagai berikut :
a. Wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku
b. Wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit unit kebahasanya
c. Wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasan yang lengkap ( Tidak ada
penghilangan bagian bagianya).
a. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan
dalam komunikasi yaitu :
1) Wacana monolog
Pada wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas
ucapan pembicara .Contohnya pidato,ceramah.
2) Wacana dialog
Apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian peran (feed
back) Contohnya antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan disekolah,
(bisa resmi atau tidak resmi ).
3) Wacana polilog
Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran.
Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara
dan pendengar ( bisa resmi atau tidak resmi ).

Konsumerisme adalah sebuah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau
sekolompok orang melakukan proses konsumsi atau pemakaian barang hasil produksi secara
berlebihan. Biasanya hal ini tidak disadari oleh seorang atau sekolompok individu dan
berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan mereka pecandu dari suatu produk, sehinggan
ketergantungan itu sangat sulit dihilangkan. Apabila seorang konsumtif menjadikan
kekonsumtifannya sebagai gaya hidup, maka orang tersebut menganut paham konsumerisme

Penyebab Perilaku Konsumerisme

Perilaku konsumtif adalah perilaku yang mencerminkan serba instan atau tidak mau
menempuh proses. Perilaku konsumtif juga sering dilawankan dengan perilaku produktif.
Bahkan, konsumtif cenderung mengarah pada gaya hidup glamor, boros, dan lain sebagainya.
Perilaku konsumtif lazim dialami pada masa-masa remaja. Remaja sangat senang dengan
perilaku yang mengarah ke arah konsumtif dan hedonis(kesenangan/kenikmatan). Mereka
senang mengeluarkan uang demi membeli barang-barang yang mereka sukai.

A.Faktor Orang Tua

Perilaku konsumtif ini biasanya disebabkan oleh lingkungan, tapi tidak dipungkiri bahwa
perilaku konsumtif ini sendiri bisa berasal dari keluargannya. Contoh, seorang ibu sering
memakai barang-barang mahal. Anak-anak itu mempunyai 1 perilaku yang tidak mungkin bisa
lepas, yaitu mengimitasi (meniru). Jadi, jika anak melihat ibunya memakai perhiasan, Hp, atau
barang mahal lainnya, anak biasanya juga ingin mempunyainya. Maka dari itu, jika orang tua
menuruti permintaan anak, maka secara tidak sengaja orang tua telah membangun sikap
konsumtif kepada si anak. Akan tetapi, jika orang tua menjelaskan mengapa dia membeli
perlengkapan tersebut, maka kemungkinan anak menjadi konsumtif lebih kecil, tapi tidak
dipungkiri juga bahwa faktor lingkungan juga sangat berpengaruh kepada si anak.

B.Faktor Lingkungan

Walaupun orang tua sudah mengajarkan kepada si anak bahwa perilaku konsumtif yang
berlebihan itu tidak baik, tapi bisa saja faktor lingkungan membuat dia menjadi seorang yang
konsumtif. Misalnya, menipu orang tua untuk mendapatkan uang jajan lebih agar bisa membeli
baju yang serupa dengan teman-teman yang lain atau bisa juga menipu dengan mengatakan
bahwa harus bayar uang ini, itu, dsb agar bisa membeli barang yang diinginkan.

Masyarakat Konsumer

Dalam ranah masyarakat konsumer hasrat direproduksi lewat ide-ide yang terbentuk
lewat proses sosial. Baudrillard misalnya melihat bahwa struktur nilai yang tercipta secara
diskursif menentukan kehadiran hasrat. Struktur nilai dalam realitas masyarakat konsumer ini
menurutnya mengejawantah dalam kode-kode. Produksi tidak lagi menciptakan materi sebagai
objek eksternal, produksi menciptakan materi sebagai kode-kode yang menstimulasi kebutuhan
atau hasrat sebagai objek internal konsumsi. Dalam nalar Freudian hasrat untuk mengonsumsi
secara mendasar adalah sesuatu yang bersifat instingtual. Ia berada dalam fase pertama
perkembangan struktur psikis manusia: yaitu id. Pada fase id ini semua tindakan mengacu atau
didasari oleh prinsip kesenangan-kesenangan yang bersifat spontan. Adalah jelas bahwa tindakan
untuk mencapai kepuasan dan kesenangan spontan ini dalam fase id bersifat irasional.
Mengonsumsi pada awalnya terkait dengan tindakan menggapai kepuasan secara irasional,
spontan dan temporal - fase id struktur psikis manusia.

Masyarakat konsumer disebut Jean Braudillard dengan masyarakat kapitalis mutakhir


(Jean Braudillard, 2005) dan Adorno dengan masyarakat komoditas (commodity society)
(Ibrahim dalam Ibrahim, hal. 1997, hal. 24). Adorno mengemukakan empat aksioma penting
yang menandai masyarakat komoditas atau masyarakat konsumer. Empat aksioma tersebut
adalah ; Pertama, masyarakat yang di dalamnya berlangsung produksi barang-barang, bukan
terutama bagi pemuasan keinginan dan kebutuhan manusia, tetapi demi profit dan keuntungan.
Kedua, dalam masyarakat komoditas, muncul kecenderungan umum ke arah konsentrasi kapital
yang massif dan luar biasa yang memungkinkan penyelubungan operasi pasar bebas demi
keuntungan produksi massa yang dimonopoli dari barang-barang yang distandarisasi.
Kecenderungan ini akan benar-benar terjadi, terutama terhadap industri komunikasi. Ketiga, hal
yang lebih sulit dihadapi oleh masyarakat kontemporer adalah meningkatnya tuntutan terus
menerus, sebagai kecenderungan dari kelompok yang lebih kuat untuk memelihara, melalui
semua sarana yang tersedia, kondisi-kondisi relasi kekuasaan dan kekayaan yang ada dalam
menghadapi ancaman-ancaman yang sebenarnya mereka sebarkan sendiri. Dan keempat, karena
dalam masyarakat kita kekuatan-kekuatan produksi sudah sangat maju, dan pada saat yang sama,
hubungan-hubungan produksi terus membelenggu kekuatan-kekuatan produksi yang ada, hal ini
membuat masyarakat komoditas sarat dengan antagonisme (full of antagonism). Antagonisme
ini tentu saja tidak terbatas pada wilayah ekonomi (economic sphere) tetapi juga ke wilayah
budaya (cultural sphere).

Proses Gaya Hidup


Dalam masyarakat komoditas atau konsumer terdapat suatu proses adopsi cara belajar
menuju aktivitas konsumsi dan pengembangan suatu gaya hidup (Feathersone, 2005).
Pembelajaran ini dilakukan melalui majalah, koran, buku, televisi, dan radio, yang banyak
menekankan peningkatan diri, pengembangan diri, transformasi personal, bagaimana mengelola
kepemilikan, hubungan dan ambisi, serta bagaimana membangun gaya hidup.

Dengan demikian, mereka yang bekerja di media, desain, mode, dan periklanan serta para
intelektual informasi yang pekerjaannya adalah memberikan pelayanan serta memproduksi,
memasarkan dan menyebarkan barang-barang simbolik disebut oleh Bordieu (1984) sebagai
perantara budaya baru. Dalam wacana kapitalisme, semua yang diproduksi oleh kapitalisme
pada akhirnya akan didekonstruksi oleh produksi baru berikutnya, berdasarkan hukum
kemajuan dan kebaruan. Dan karena dukungan media, realitas-realitas diproduksi mengikuti
model-model yang ditawarkan oleh media (Piliang dalam Ibrahim, 1997, hal. 200).
Budaya konsumerisme terutama muncul setelah masa industrialisasi ketika barang-barang
mulai diproduksi secara massal sehingga membutuhkan konsumen lebih luas. Media dalam hal
ini menempati posisi strategis sekaligus menentukan; yaitu sebagai medium yang menjembatani
produsen dengan masyarakat sebagai calon konsumen.
Masalah ini dikaji secara reflektif-akademik oleh seorang cendikiawan Prancis
terkemuka, Jean Baudrillard. Secara umum, menurutnya, media berperan sebagai agen yang
menyebar imaji-imaji kepada khalayak luas. Keputusan setiap orang untuk membeli atau tidak,
benar-benar dipengaruhi oleh kekuatan imaji tersebut. Jadi motivasi untuk membeli tidak lagi
berangkat dari dalam diri seseorang berdasarkan kebutuhannya yang riil, namun lebih karena
adanya otoritas lain di luar dirinya yang memaksa untuk membeli. Hasrat belanja masyarakat
merupakan hasil konstruksi yang disengaja. Jauh hari sebelum hari-hari besar itu, media terutama
televisi telah memoles-moles dirinya untuk bersiap bergumul ke dalam kancah persaingan
merebut hati para pemirsa. Berbagai program, dari mulai sinetron, kuis, sandiwara komedi,
sampai musik, disediakan sebagai persembahan spesial untuk menyambut hari spesial. Semakin
cantik acara yang disajikan akan semakin mengundang banyak penonton. Selanjutnya, rating-pun
tinggi sehingga merangsang kalangan produsen untuk memasang iklan. Iklan merupakan proses
persuasi yang sangat efektif dalam memengaruhi keputusan masyarakat dalam mengonsumsi.
Bagaimana menghindar dari konsumerisme? Mengonsumsi sebenarnya merupakan
kegiatan yang wajar dilakukan. Namun, dewasa ini disadari bahwa masyarakat tidak hanya
mengonsumsi, tapi telah terjebak ke dalam budaya konsumerisme. Budaya ini dikatakan
berbahaya karena berekses negatif terhadap lingkungan hidup, juga meluruhnya hubungan sosial
dan bertahtanya kesadaran palsu di benak masyarakat. Sekarang sudah saatnya menjadi
konsumen yang cerdas dan kritis, bukan lagi saatnya menjadi dalam istilah Bre Redana
mindless consumer, konsumen yang tidak berotak, pasif, dan gampang dibodohi. Mulailah
mengendalikan diri dan membelanjakan uang hanya untuk barang yang benar-benar kita
perlukan, jangan mudah terpengaruh dengan rayuan untuk membeli dan mulai mempertanyakan
proses di balik pembuatan barang yang akan kita beli. Sebagai konsumen, kita berhak
melakukannya karena kita adalah raja
Budaya Konsumer
Pilliang mengemukakan bahwa: Kebudayaan konsumer yang dikendalikan sepenuhnya
oleh hukum komoditi, yang menjadikan konsumer sebagai raja; yang menghormati setinggi-
tingginya nilai-nilai individu, yang memenuhi selengkap dan sebaik mungkin kebutuhan-
kebutuhan, aspirasi, keinginan dan nafsu, telah memberi peluang bagi setiap orang untuk asyik
dengan sendirinya (Piliang, 1999, hal. 44).
Masyarakat yang hidup dalam budaya konsumer. Ada tiga perspektif utama mengenai
budaya konsumer menurut Featherstone (1991). Tiga perspektif yang dimaksud adalah ; Pertama,
budaya konsumer di dasari pada premis ekspansi produksi komoditas kapitalis yang telah
menyebabkan peningkatan akumulasi budaya material secara luas dalam bentuk barang-barang
konsumsi dan tempat-tempat untuk pembelanjaan dan untuk konsumsi. Hal ini menyebabkan
tumbuhnya aktivitas konsumsi serta menonjolnya pemanfaatan waktu luang (leisure) pada
masyarakat kontemporer Barat. Kedua, perspektif budaya konsumer berdasarkan perspektif
sosiologis yang lebih ketat, yaitu bahwa kepuasan seseorang yang diperoleh dari barang-barang
yang dikonsumsi berkaitan dengan aksesnya yang terstruktur secara sosial. Fokus dari perspektif
ini terletak pada berbagai cara orang memanfaatkan barang guna menciptakan ikatan sosial atau
perbedaan sosial. Ketiga, perspektif yang berangkat dari pertanyaan mengenai
kesenangan/kenikmatan emosional dari aktivitas konsumsi, impian dan hasrat yang menonjol
dalam khayalan budaya konsumer, dan khususnya tempat-tempat kegiatan konsumsi yang secara
beragam menimbulkan kegairahan dan kenikmatan estetis langsung terhadap tubuh.
Budaya konsumerisme (dibaca : konsumtivisme) merupakan jantung dari kapitalisme,
adalah sebuah budaya yang di dalamnya berbagai bentuk dusta, halusinasi, mimpi, kesemuan,
artifisialitas, pendangkalan, kemasan wujud komoditi, melalui strategi hipersemiotika dan
imagologi, yang kemudian dikonstruksi secara sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan, show,
media dan sebagainya) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme. Semiotika
(semiotics) adalah salah satu dari ilmu yang oleh beberapa ahli/pemikir dikaitkan dengan
kedustaan, kebohongan, dan kepalsuan, sebuah teori dusta. Jadi, ada asumsi terhadap teori dusta
ini serta beberapa teori lainnya yang sejenis, yang dijadikan sebagai titik berangkat dari sebuah
kecenderungan semiotika, yang kemudian disebut juga sebagai hipersemiotika (hyper-semiotics).
Umberto Eco yang menulis tentang teori semiotika ini mengatakan bahwa semiotika
pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk berdusta (lie). Definisi Eco cukup mencengangkan banyak orang, secara eksplisit
menjelaskan betapa sentralnya konsep dusta di dalam wacana semiotika, sehingga dusta
tampaknya menjadi prinsip utama semiotika itu sendiri. Dalam semiotika, bila segala sesuatu
yang dalam terminologi semiotika disebut sebagai tanda (sign), semata alat untuk berdusta, maka
setiap tanda akan selalu mengandung muatan dusta; setiap makna (meaning) adalah dusta; setiap
pengguna tanda adalah para pendusta; setiap proses pertandaan (signification) adalah kedustaan.
Umberto Eco menjelaskan bahwa bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk
mengungkapkan dusta, maka sebaliknya ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan
kebenaran (truth): ia pada kenyataannya tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan apa-
apa. Dia berpikir definisi sebagai sebuah teori kedustaan sudah sepantasnya diterima sebagai
program komprehensif untuk semiotika umum. Hipersemiotika tidak sekadar teori kedustaan,
melainkan teori yang berkaitan dengan relasi-relasi lainnya yang lebih kompleks antara tanda,
makna dan realitas, khususnya relasi simulasi. Hipersemiotika yang berarti melampaui batas
semiotika merupakan sebuah kecenderungan yang berkembang pada beberapa pemikir,
khususnya pemikir semiotika yang berupaya melampaui batas oposisi biner (prinsip pertentangan
di antara dua istilah berseberangan dalam strukturalisme, yang satu dianggap lebih superior dari
yang lainnya: maskulin/feminin. Barat/Timur, struktur perkembangan, fisika/meta-fisika,
tanda/realitas dan sebagainya.
Prinsip ini sangat sentral dalam pemikiran struktural mengenai semiotika, antara lain:
perubahan dan transformasi, sifat imanensi, perbedaan, permainan bahasa, simulai, dan
diskontinuitas. Dengan demikian, dunia hipersemiotika tidak dapat dipisahkan dari dunia
hiperealitas yang dilukiskan oleh Baudrillard, sebuah dunia realitas yang dalam konstruksinya
tidak bisa dilepaskan dari produksi dan permainan benas tanda-tanda yang melampaui (hyper-
sign), sebuah tanda yang melampaui prinsip, definisi, struktur, dan fungsinya sendiri. Prinsipnya
hipersemiotika sama dengan poststrukturalisme, persamaan konsep kunci yang digunakan di
dalamnya, namun berbeda pada penekanannya. Karena itu, dunia hiperealitas dapat dipandang
sebagai dunia perekayasaan (dalam pengertian distorsi) realitas lewat hyper-sign, sehingga tanda-
tanda tersebut kehilangan kontak dengan realitas yang direpresentasikannya.
Hiperealitas menciptakan satu kondisi yang di dalamnya kepalsuan berbaur dengan
keaslian; masa lalu berbaur masa kini; fakta bersimpang siur dengan rekayasa; tanda melebur
dengan realitas; dusta bersenyawa dengan kebenaran. Kategori-kategori kebenaran, kepalsuan,
keaslian, isu, realitas seakan-akan tidak berlaku lagi di dalam dunia seperti itu - sehingga pada
akhirnya membentuk kesadaran diri (self-consciousness) yang sesungguhnya adalah palsu. Dan
kekuatan hipersemiotika dan hyper-sign merupakan kekuatan utama dari apa yang disebut
sebagai wacana postmodernisme, seperti dalam arsitektur, desain, sastra, media, iklan, fashion,
musik, film dan berbagai produk kebudayaan lain yang sangat luas

Hak-hak konsumen (universal)


1. Hak atas keselamatan
2. Hak untuk diberi informasi
3. Hak untuk memilih
4. Hak untuk didengar (diberi ganti rugi)
5. Hak untuk menikmati lingkungan yang bersih dan menyehatkan
6. Hak orang miskin dan minoritas untuk dilindungi kepentingannya
Hak 1-4 diinisiasi oleh John F. Kennedy
Hak 5-6 dari hasil konsensus sosial
Perkembangan teknologi informasi dan era perdagangan bebas memunculkan masalah
konsumerisme baru yang harus diwaspadai oleh berbagai pihak sehingga dapat mencegah
dampak yang merusak bagi konsumen
Model dan Penelitian terhadap Perilaku Konsumen
Dalam usaha untuk lebih memahami perilaku konsumen, seorang pemasar akan
melakukan penelitian yang terkait dengan konsumen dan produk yang dipasarkan. Penelitian ini
dilakukan dalam upaya untuk mengumpulkan informasi mengenai karakteristik perilaku
konsumen sehingga seorang pemasar akan dapat lebih mengenal siapa konsumennya, dan
bagaimana perilaku mereka dalam mencari, menggunakan, dan membuang produk.
Perilaku konsumen sangat kompleks dan melibatkan banyak variabel dalam analisis
sehingga diperlukan model-model perilaku konsumen untuk menyederhanakan gambaran dan
keterkaitan antar variabel tersebut dalam perilaku konsumen. Dengan berpedoman kepada
model-model perilaku konsumen yang telah ada maka penelitian akan lebih mudah dilakukan
karena variabel-variabel terkait sudah teridentifikasi di dalam model-model tersebut.
Lembaga Perlindungan Konsumen
Tidak pahamnya konsumen mengenai hak dan kewajibannya sebagai seorang konsumen
yang menggunakan barang dan atau jasa yang disediakan oleh pelaku bisnis, sering kali
menimbulkan permasalahan yang merugikan konsumen. Kerugian dapat berupa kerugian fisik
(kesehatan dan keselamatan) maupun kerugian nonfisik yaitu uang. Sering kali konsumen hanya
pasrah setelah menerima perlakuan yang merugikan mereka, yang disebabkan karena mereka
tidak tahu bagaimana dan kepada siapa harus mengadukan permasalahannya.
Perlindungan konsumen ini tertuang dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999 yang
dikenal dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK), di mana secara jelas
diuraikan berbagai hal mengenai hak dan kewajiban konsumen dan pelaku bisnis serta pihak-
pihak yang terkait dalam program Perlindungan Konsumen. Berikut ini adalah isi UU No. 8 1999
UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
BAB III, Pasal 4
Hak konsumen adalah :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan dan pendidikan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan barang kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
Selain hak kewajiban yang harus dilakukan konsumen menurut UU No. 8 ini adalah sebagai
berikut.
KEWAJIBAN KONSUMEN
(Pasal 55 UU No. 8 Tahun 1999)
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
Beritikad baik
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
Mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
Salah satu lembaga yang bergerak dalam perlindungan konsumen ini adalah Yayasan
lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang tujuan utamanya adalah untuk membantu konsumen
Indonesia agar tidak dirugikan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa.
Globalisasi dan Perubahan Perilaku Konsumen
Globalisasi menghilangkan batas-batas negara untuk mengonsumsi suatu produk atau
jasa. Teknologi informasi akan memudahkan konsumen untuk memperoleh informasi yang
terkait dengan perilaku konsumsi, produk, dan gaya hidup di negara lain dan akan
mempengaruhi perilaku konsumsinya sendiri. Teknologi informasi juga mempengaruhi pelaku
bisnis dalam hal penyebaran informasi dan melakukan komunikasi dengan konsumen.
Pada saat seorang konsumen mengambil keputusan pembelian, mereka juga
mempertimbangkan negara asal dari merek sebagai bahan evaluasi. Konsumen memiliki sikap,
preferensi, dan persepsi tertentu terhadap produk atau jasa yang dihasilkan suatu negara. Efek
negara asal ini mempengaruhi bagaimana konsumen menilai kualitas dan pilihan mereka
terhadap produk yang akan dikonsumsi.

Realitas pembangunan kota


Salah satu realitas pembangunan di Indonesia adalah munculnya kesenjangan pembangunan
antar daerah dan antar kawasan. Menyadari akan hal tersebut maka pemerintah mencoba untuk
melakukan perubahan konsep pembangunan dari pendekatan sektoral menjadi pembangunan
regional.Perbedaan laju pembangunan antar daerah menyebabkan terjadinya kesenjangan
kemakmuran dan kemajuan antar daerah, terutama daerah jawa dengan luar Jawa. Kawasan
Indonesia Barat dengan Kawasan Indonesia Timur. (Haeruman 1996, Kuncoro 2002). Salah satu
kebijakan yang diambil pemerintah untuk mempersempit kesenjangan regional yaitu diterapkan
kebijakan pembangunan daerah memalui konsep kawasan andalan, yang dilakukan berdasar
potensi yang dimiliki daerah.

Big Push

Big Push pertama kali dicetuskan oleh Paul Narcyz Rosenstein-Rodan, ia menekankan perlunya
rencana dan program aksi dengan investasi skala besar untuk mempercepat industrialisasi di
Eropa Timur dan Tenggara. Big Push merupakan dorongan besar untuk mengejar ketertinggalan
dengan daerah lain yang memanfaatkan dampak jaringan kerjasama antar daerah melalui
economics of scale and scope, serta keluar dari perangkap keseimbangan yang rendah.

Pada tahun 2009 ditargetkan oleh Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal 20% dari 199
daerah bisa terlepas dar ketertinggalannya. Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal telah
mengalokasikan 170 triliun untuk mengentaskan kemiskinan di daerah tertinggal.

Kementrian telah merumuskan suatu kebijakan RAN ( Rencana Aksi Nasional ) yaitu :

1. Berkurangnya kesenjangan antar wilayah yang tercermin dari meningkatnya peran


pedesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi agar mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

2. Meningkatnya pembangunan di daerah tertinggal

3. Meningkatnya pengembangan wilayah yang didorong oleh daya saing kawasan.


4. Meningkatnya keseimbangan pertumbuhan pembangunan

KAPET DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN Kawasan Timur Indonesia

Ciri yang paling mencolok aktivitas ekonomi secara geografis adalah konsentrasi dan
ketimpangan. Konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial dalam suatu negara menunjukkan
bahwa industrialisasi merupakan proses selektif dipandang dari segi geografis

KAPET merupakan kristalsasi dari ide pengembangan Kawasan Timur Indonesia. Prinsip
dasarnya :

1. Pemerataan,. Pertumbuhan, dan pengembangan wilayah

2. Landasanya adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu singkat secara efisien

KAWASAN PENGEMBANGAN STRATEGIS

Adalah kawasan pengembangan yang mempunyai sumber daya yang produktif untuk
dikembangkan baik tingkat regional maupun nasional, aglomerasi regional, posisi strategis
danmempunyai implikasi terhadap pengembangan regional dan nasional.

Beberapa factor penting yang memengaruhi lokasi KPS adalah :

1. Lokasi Geografi

2. Sumber Daya Alam

3. Insfrastruktur regional

4. Keterkaitan antar Daerah

17 KPS dibagi menjadi 4 Kelompok :

1. KPS yang menjadi pintu gerbang regional dengan negara-negara APEC : Batam,
Pontianak, Samarinda, Manado, Biak.

2. Pintu gerbang Uni Eropa, Timur Tengah, dan Asia Selatan : Lhoksumawe, Padang,
Medan, Batam

3. Pintu gerbang Australia : Timika, Kupang, Denpasar

4. Pusat Distribusi antar kawasan : Medan, Lampung, Jakarta, Semarang, Surabaya,


Banjarmasin, Makasar

STRATEGI PERCEPATAN DAERAH TERTINGGAL


1. Strategi pembangunan ekonomi lokal perlu menekankan dimensi spasial

2. Integrasi antara pembangunan desa dan kota

3. big push bagi percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Hingga saat ini, pandangan banyak ahli ekonomi pembangunan terhadap pembangunan ekonomi
masih diwarnai oleh dikotomi antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan.
Masih adanya kontroversi antara mana yang lebih dahulu untuk dilakukan dan dicapai,
pertumbuhan ekonomi atau pemerataan pembangunan. Kontroversi tersebut muncul disebabkan
karena penerapan strategi pembangunan ekonomi yang mengacu pada pertumbuhan (growth) dan
pemerataan (equity) belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Definisi Pembangunan
Istilah pembangunan seringkali digunakan dalam hal yang sama dengan pengembangan.
Sehingga istilah pembangunan dan pengembangan (development) dapat saling dipertukarkan.
Namun berbagai kalangan di Indonesia cenderung menggunakan secara khusus istilah
pengembangan untuk beberapa hal yang spesifik. Meski demikian, sebenarnya secara umum
kedua istilah tersebut diartikan secara tidak berbeda untuk proses-proses yang selama ini secara
universal dimaksudkan sebagai pembangunan atau development (Rustiadi, 2006: vii-1).
Ada yang berpendapat bahwa kata pengembangan lebih menekankan proses meningkatkan dan
memperluas. Dalam pengertian bahwa pengembangan adalah melakukan sesuatu yang tidak dari
nol, atau tidak membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada, melainkan melakukan sesuatu
yang sebenarnya sudah ada tapi kualitas dan kuantitasnya ditingkatkan atau diperluas (Rustiadi,
2006: vii-1).
Sumitro (1994) mendefinisikan pembangunan sebagai suatu transformasi dalam arti perubahan
struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi diartikan sebagai perubahan dalam struktur
ekonomi masyarakat yang meliputi perubahan pada perimbangan keadaan yang melekat pada
landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi. Menurut penulis, pemahaman Sumitro
ini terkait dengan pandangan Arthur Lewis (1954) tentang pentingnya transformasi struktur
ekonomi pertanian ke struktur ekonomi industri dalam upaya menuju pertumbuhan (dalam aspek
ini pengertian pertumbuhan asosiatif dengan pembangunan) ekonomi.
Dalam pada itu, Budiman (1995) membagi teori pembangunan ke dalam tiga kategori besar yaitu
teori modernisasi, dependensi dan pasca-dependensi. Teori modernisasi menekankan pada faktor
manusia dan budayanya yang dinilai sebagai elemen fundamental dalam proses pembangunan.
Kategori ini dipelopori orang-orang seperti (a) Harrod-Domar dengan konsep tabungan dan
investasi (saving and investation), (b) Weber dengan tesis etika protestan dan semangat
kapitalisme (the protestant ethic and the spirit of capitalism), (c) McClelland dengan kebutuhan
berprestasi, (d) Rostow dengan lima tahap pertumbuhan ekonomi (the five stage of economics
growth), (e) Inkeles dan Smith dengan konsep manusia modern, serta (f) Hoselitz dengan konsep
faktor-faktor non-ekonominya.
Di lain sisi, Kartasasmita (1996) menyatakan, pembangunan adalah usaha meningkatkan harkat
martabat masyarakat yang dalam kondisinya tidak mampu melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Membangun masyarakat berarti memampukan atau
memandirikan mereka.
Menurut Tjokrowinoto (1997), batasan pembangunan yang nampaknya bebas dari kaitan tata
nilai tersebut dalam realitasnya menimbulkan interpretasi-interpretasi yang seringkali secara
diametrik bertentangan satu sama lain sehingga mudah menimbulkan kesan bahwa realitas
pembangunan pada hakikatnya merupakan self project reality.
Secara filosofis, suatu proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan
berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang
sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik (Rustiadi, 2006: vii-1). Di
lain sisi, UNDP mendefinisikan pembangunan dan khususnya pembangunan manusia sebagai
suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (a process of enlarging peoples
choices) (dalam Rustiadi, 2006: vii-1). Dalam konsep tersebut, penduduk ditempatkan sebagai
tujuan akhir (the ultimate end), bukan alat, cara atau instrumen pembangunan sebagaimana
dilihat oleh model formasi modal manusia (human capital formation) sedangkan upaya
pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu.

Pembangunan yang dijalankan di Indonesia sejak tahun 1970-an hingga sekarang masih
cenderung fokus pada pembangunan ekonomi, bahkan pada pertumbuhan ekonomi yang
cenderung jangka pendek. Sehingga masalah keberlanjutan belum menjadi prioritas utama. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika pertumbuhan ekonomi pun kualitasnya semakin memburuk.
Apalagi dengan keterbatasan APBN dan sumber daya yang kita miliki, sehingga tidak
mengherankan apabila pengambil kebijakan lebih memilih jalan pintas, yang cepat kelihatan
hasilnya, kurang memperhatikan keberlanjutannya.

Padahal pembangunan berkelanjutan sudah menjadi tuntutan bagi pengambil kebijakan


pembangunan dalam bumi yang semakin rusak ini. Namun demikian lingkungan hidup tidak
mendapatkan banyak perhatian sejak lama baik pada skala global, regional ataupun negara.
Apalagi negara sedang berkembang yang tengah banyak menghadapi permasalahan ekonomi
seperti Indonesia. Sehingga degadrasi lingkungan telah banyak menurunkan kualitas hidup
masyarakat, khususnya di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Oleh karena itulah
masyarakat dunia sejak tahun 1970-an mulai memberikan perhatian yang besar pada masalah
lingkungan, dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan. Hal itu dapat dilihat diantaranya
dari Stockholm Conference (1972), Agenda 21 di Rio Earth Summit (1992), dan Johannesburg
Declaration (2002). Meski komitmen dan perhatian besar telah diberikan pada tingkat
internasional, namun kondisi lingkungan hidup masih saja memburuk. Kita sekarang masih
hidup dalam kondisi yang dapat merusak lingkungan hidup semakin parah, sehingga akan
membahayakan kehidupan umat manusia pada masa mendatang. Oleh karena itulah usaha untuk
menjaga lingkungan hidup agar pembangunan dapat berkelanjutan sehingga kepentingan
kehidupan generasi yang akan datang terproteksi, menjadi semakin penting untuk diperjuangkan.
Dengan demikian perlu adanya jaminan agar supaya dalam memenuhi kebutuhan sekarang kita
tidak akan mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.

Dalam perkembangannya disadari bahwa pembangunan berkelanjutan tidak hanya terkait dengan
aspek lingkungan hidup, namun juga pembangunan ekonomi dan sosial yang dikenal dengan the
living triangle. Tidaklah mungkin lingkungan dapat dijaga dengan baik bila kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat buruk. Oleh karena itulah dalam rangka melestarikan lingkungan hidup kita
secara berkelanjutan, pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan juga perlu dilakukan.
Tidaklah mungkin masyarakat yang untuk hidup saja sulit akan dapat menjaga lingkungannya
dengan baik. Perhatian dan komitmen yang besar masyarakat internasional pada pembangunan
berkelanjutan khususnya dari negera maju dalam beberapa conference adalah cukup besar.
Namun demikian dalam implementasinya ternyata jauh dari harapan. Dapat dilihat bahwa
Official Development Assistance (ODA) yang diberikan negara maju rata-rata hanya sebesar
0,27% dari PDB mereka pada tahun 1995, turun dari 0,34% pada tahun 1992. Pada tahun 2000
didapati hanya 4 negara yang menandatangi komitmen ODA memenuhi komitmennya. Hal ini
mencerminkan bahwa pembangunan berkelanjutan pada tingkat globalpun seringkali hanya
menjadi retorika politik belaka. Sehingga tidaklah mengherankan bahwa upaya pembangunan
berkelanjutan tidak mudah diimplementasikan (Cooper & Vargas, 2004).

Rendahnya komitmen negara maju dalam memenuhi komitmennya dalam kerangka


pembangunan yang berkelanjutan tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan rendahnya
kepentingan negara maju untuk mendukung pembangunan berkelanjuitan global. Hal ini tentu
saja erat kaitannya dengan kalahnya prioritas menjaga lingkungan dengan masalah aktual seperti
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi taupun menjaga agar dunia usaha dari negaranya yang
banyak diwakili oleh TNCs terus berkembang dalam pasar global. Tingginya nilai politis dari
kepentingan ekonomi jangka pendek tersebut memang akan mudah membuat politisi baik dari
negara maju ataupun sedang berkembang akan mengedepankan kepentingan jangka pendek.
Selain itu jangan lupa bahwa bargaining power dari bisnis raksasa di negara maju tentu saja juga
besar sekali, sehingga akan mampu mendistorsi keputusan yang diambil oleh pejabat publik,
dapat mengalahkan kepentingan publik dalam jangka panjang. Hal yang sama juga terjadi di
negara kita, dimana seringkali pengambilan keputusan dibengkokan oleh kepentingan pemodal
yang memiliki kedekatan dengan kekuasaan. Sehingga tidaklah mengherankan jika World Trade
Organization (WTO) yang menawarkan liberalisasi serta akses pasar yang lebih luas, serta
kadang menawarkan solusi yang lebih menarik/menguntungkan terhadap berbagai isu yang sama
(terkait dengan isu pembangunan berkelanjutan) dapat menjadi salah satu outlet bagi mereka.
Oleh karena itulah dapat dipahami jika WTO berkembang pesat akhir-akhir ini. Sementara
pembangunan berkelanjutan semakin tenggelam ditengah-tengah berbagai kemelut ekonomi
yang dihadapi oleh banyak negara, khususnya negara Selatan.

Prinsip-prinsip ekonomi yang menekankan pada efisiensi ekonomi dengan maximizing benefit
dan minimizing cost dari sudut pandang teori ekonomi memang sangat rasional. Sehingga
dengan ekonomi yang semakin liberal ekonomi pada akhirnya banyak dikuasai oleh perusahaan
transnational (TNCs) yang banyak beroperasi di negara sedang berkembang, baik untuk
mendapatkan input khususnya sumber daya alam, maupun tenaga kerja murah, ataupun untuk
memperluas pasar produk mereka. Sedangkan bagi negara sedang berkembang, globalisasi yang
menjadikan masyarakatnya menjadi konsumen dari TNCs, juga menggunakan globalisasi untuk
memperluas pasarnya, meskipun biasanya untuk produk primer ataupun sekunder dengan tingkat
teknologi yang rendah. Sehingga banyak negara sedang berkembang yang terjerat utang ataupun
masih harus berkubang dengan kemiskinan yang kronis. Bahkan Stiglitz dalam bukunya
Globalization and Its Discontent (2002) mengatakan bahwa manfaat dari globalisasi lebih rendah
dari klaim yang selama ini diyakininya, sebab harga yang harus dibayar juga mahal, karena
lingkungan yang semakin rusak, demikian juga proses politik korup berkembang, dan cepatnya
perubahan yang terjadi membuat masyarakat tidak dapat menyesuaikan budayanya.
Liberalisasi pasar yang semakin melibas perekonomian di banyak Negara juga telah
menghambat pembangunan berkelanjutan. Martin Khor direktur dari Third World Network
melihat bahwa lieberalisasi dan globalisasi yang menekankan pada "daya saing" telah
menghambat pembangunan berkelanjutan sehingga merusak lingkungan. Liberalisasi dan
globalisasi telah memperburuk lingkungan global karena tidak adanya aturan dan pengawasan
pada TNCs di pasar global sehingga meningkatnya volume bisnis mereka meningkatkan
kerusakan lingkungan. Padahal aktivitas TNCs telah banyak merusak lingkungan hidup
(penghasil lebih dari 50% greenhouse gases). Demikian juga kebijakan yang liberal dan integrasi
pasar telah mendorong peningkatan eksploitasi dari sumber daya alam seperti hutan dan kelautan
sehingga mendorong kerusakkan lingkungan yang serius. Selain itu globalisasi mendorong
ekplorasi sumber daya alam yang melampau batas keberlangsungannya seperti air, tanah, dan
mineral, telah banyak merusak lingkungan hidup.

Bagi negara seperti Indonesia, yang baru saja keluar dari krisis ekonomi, serta masih
menghadapi banyak masalah ekonomi dan sosial yang berat, sehingga menghadapi proses
globalisasi baik dalam kerangka ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 2010, ASEAN
Economic Community tahun 2015, Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), dan WTO
adalah tidak mudah. Oleh karena itu membangun kembali Indonesia tidaklah mudah pada saat
ini. Apalagi membangun secara berkelanjutan ditengah-tengah pasar yang semakin liberal.

Tantangan Indonesia
Potret pembangunan berkelanjutan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan potret internasional,
bahkan cenderung lebih buruk. Meskipun komitmen pemerintah nampaknya cukup besar sejak
jaman Orde Baru, diantaranya dapat dilihat dengan keberadaan Kementrian Negara Lingkungan
Hidup yang tentunya diikuti dengan kebijakan dan anggaran untuk melestarikan lingkungan
hidup. Namun komitmen dan keberadaan kementrian yang menjaga lingkungan hidup pun
ternyata tidak mencukupi. Dapat dilihat dari kerusakkan lingkungan hidup Indonesia yang masih
saja berlanjut, sehingga bencana alam semakin banyak terjadi di tanah air kita yang tercinta ini.
Laut, hutan dan lingkungan hidup lainnya pada umumnya semakin rusak.

Seperti sudah dibahas sebelumnya bahwa menjaga lingkungan tidaklah dapat berdiri sendiri.
Pembangunan berkelanjutan dengan melestarikan lingkungan hanya akan berhasil jika dipadukan
secara terintegral dengan pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Oleh karena
itulah perlu kebijakan yang terintegral dalam pembangunan lingkungan dengan pembangunan
ekonomi dan sosial agar dapat memberikan hasil yang optimal. Meski demikian desain program
yang baikpun belum menjamin keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Banyak bukti
menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan berkelanjutan seringkali terganjal oleh
kurangnya implementasi yang baik. Secara prinsip pembangunan berkelanjutan sebenarnya harus
terefleksi dalam cara berfikir, hidup, memerintah dan berbisnis dari seluruh masyarakat. Oleh
karena itulah dalam kerangka mensukseskan pembangunan berkelanjutan banyak sekali aspek
yang perlu dibenahi.

Kegagalan implementasi kebijakan, program ataupun proyek-proyek pada pembangunan


berkelanjutan seringkali karena tidak mempertimbangkan berbagai aspek yang perlu dilihat, baik
dari sisi teknis, legal, fiskal, administrasi, politik, etik dan budaya (Cooper and Vargas, 2004).
Pertanyaannya adalah apakah secara teknis suatu kebijakan fisibel erat kaitannya dengan apakah
kita tahu apa yang perlu dilakukan, bagaimana caranya? Seringkali tantangannya disini adalah
lebih pada masalah keberlanjutannya suatu kebijakan, dan apa yang dilakukan dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan. Dari sisi legal tentu saja erat kaitannya dengan apakah secara legal
kebijakan ataupun program yang dilakukan tidak melanggar ramburambu yang ada. Dalam hal
ini tantangan yang dihadapi adalah bagaimana kita mendesain infrastruktur legal yang diperlukan
untuk pembangunan berkelanjutan. Ataupun kasus yang hangat akhir-akhir ini terkait dengan
masalah illegal logging dan penegakkan hukumnya yang dinilai tidak memihak pada lingkungan.
Jelas ini merupakan salah satu masalah terbesar bangsa Indonesia. Sedangkan dari sisi fiskal,
tantangan yang dihadapi diantaranya adalah bagaimana mendesain kebijakan yang ongkosnya
minimal ditengah beban fiskal yang berat untuk membayar hutang. Oleh karena itu dana untuk
melaksanakan program pembangunan terbatas, sehingga perlu terobosan agar supaya secara
fiskal baik dari sisi penerimaan dan pengeluaran dapat mendukung pembangunan berkelanjutan.
Reformasi fiskal yang tengah kita gulirkan mestinya juga didasari oleh kepentingan
melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Adapun aspek administrasi erat kaitannya dengan
kemampuan organisasi dan kemampuan manajerial untuk melaksanakan secara konsisten
kebijakan yang ada. Dalam hal ini koordinasi baik secara horizontal ataupun vertikal, baik di
pusat maupun daerah, ataupun antar pusat dan daerah, ataupun antar daerah, sangat krusial untuk
dilakukan. Seringkali ego antar instansi dan juga antar pemerintah pusat dan daerah membuat
koordinasi untuk melaksanakan kebijakan secara konsisten sulit untuk dilakukan. Aspek politik
juga memegang peranan penting dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Selain
political will untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan penting. Namun stabilitas politik
juga memegang peranan penting dalam hal ini. Untuk itulah perlu pembangunan institusi dan
juga perbaikkan pemerintahan untuk mensukseskan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan
aspek etika dan budaya juga memegang peranan penting dalam implementasi kebijakan
pembangunan berkelanjutan. Itu semua menunjukkan bahwa mengimplementasikan kebijakan
pembangunan berkelanjutan tidaklah mudah. Meski demikian tidak berarti tidak dapat dilakukan.

Pembangunan berkelanjutan tidaklah mudah dilakukan oleh negara yang masih menghadapi
banyak masalah ekonomi seperti Indonesia. Beban hutang yang besar, kemiskinan dan
pengangguran yang tinggi, serta stabilitas ekonomi yang rapuh serta pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas rendah membuat pemerintah menghadapi tantangan besar dalam
mengimplementasikan kebijakan ekonomi berkelanjutan.

Sementara itu kondisi keungan negara yang berat, hutang luar negeri yang besar, serta
fundamental ekonomi yang masih rapuh, disertai dengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang
memburuk. Membuat Indonesia akan mudah terjebak memilih kebijakan ekonomi yang
cenderung menguntungkan dalam jangka pendek. Khususnya dengan mengeksploitasi sumber
daya alamnya, ataupun memberikan kelonggaran yang lebih besar pada kegiatan ekonomi yang
berpotensi merusak lingkungan baik dari industrialis domestik ataupun asing. Pembangunan
berkelanjutan menjadi semakin mahal untuk diimplementasikan.

Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

Pengertian Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable
development. Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam WorldConservation
Strategy (Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment
Programme (UNEP), International Union for Conservation of Nature andNatural
Resources (IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada 1980. Pada 1982, UNEP
menyelenggarakan sidang istimewa memperingati 10 tahun gerakan lingkungan dunia (1972-
1982) di Nairobi, Kenya, sebagai reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini.
Dalam sidang istimewa tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan (WorldCommission on Environment and Development - WCED). PBB memilih
PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan mantan Menlu Sudan Mansyur Khaled, masing-
masing menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED. Menurut Brundtland Report dari PBB (1987),
pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb)
yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan
kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian dipopulerkan melalui laporan WCED


berjudul Our CommonFuture (Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan pada 1987. Laporan
ini mendefi nisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Di dalam konsep tersebut terkandung dua gagasan penting.

Pertama, gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin sedunia yang harus
diberi prioritas utama. Kedua, gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi teknologi dan
organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebututuhan kini dan hari
depan. Jadi, tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus dituangkan dalam gagasan
keberlanjutan di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang
mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka peningkatan
kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa mengurangi akses dan
kesempatan kepada generasi yang akan dating untuk menikmati dan memanfaatkannya. Dalam
proses pembangunan berkelanjutan terdapat proses perubahan yang terencana, yang didalamnya
terdapat eksploitasi sumberdaya, arah investasi orientasi pengembangan teknologi, dan
perubahan kelembagaan yang kesemuanya ini dalam keadaan yang selaras, serta meningkatkan
potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas dari
itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan (selanjutnya disebut 3 Pilar Pembangunan
berkelanjutan). Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005 menyebut
ketiga pilar tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan
berkelanjutan. Idealnya, ketiga hal tersebut dapat berjalan bersama-sama dan menjadi focus
pendorong dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam buku Bunga Rampai Pembangunan Kota
Indonesia dalam Abad 21 (Buku 1) Sarosa menyampaikan bahwa pada era sebelum
pembangunan berkelanjutan digaungkan, pertumbuhan ekonomi merupakan satu-satunya tujuan
bagi dilaksanakannya suatu pembangunan tanpa mempertimbangkan aspek lainnya. Selanjutnya
pada era pembangunan berkelanjutan saat ini ada 3 tahapan yang dilalui oleh setiap Negara. Pada
setiap tahap, tujuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi namun dengan dasar
pertimbangan aspek-aspek yang semakin komprehensif dalam tiap tahapannya. Tahap pertama
dasar pertimbangannya hanya pada keseimbangan ekologi. Tahap kedua dasar pertimbangannya
harus telah memasukkan pula aspek keadilan sosial. Tahap ketiga, semestinya dasar
pertimbangan dalam pembangunan mencakup pula aspek aspirasi politis dan sosial budaya dari
masyarakat setempat. Tahapan-tahapan ini digambarkan sebagai evolusi konsep pembangunan
berkelanjutan.

FILSAFAT GERAK
Filsafat Shadra juga terkenal dengan sebutan Filsafat Hikmah = kebijaksanaan yang
diperoleh lewat pencerahan spiritual atau intuisi intelektual dan disajikan dalam bentuk rasional
dengan menggunakan argument rasional. kaitannya dengan ini, ontologi /wujud merupakan kata
kunci dalam memahami filsafat Shadra. Karena seluruh bangunan epistemologi filsafat Shadra
(filsafat hikmah) bertumpu pada wujud. Setiap paparan tentang Filsafat Hikmah pastilah diawali
dari kata kuncinya: wujud (Being). Begitu sentralnya gagasan tentang wujud dalam filsafat ini
sehingga sebagian orang tak segan-segan menyebut Hikmah sebagai semacam eksistensialisme
Islam. muncul dua konsep yakni eksistensi (ada/wujud) yang benar-benar ada itu adalah
eksistensi(ada) dan bukan esensi (mahiyah). Esensi tidak akan bersarti tanpa eksistensi. Oleh
karena itu, yang paling substansial adalah bahwa eksistensi atau wujud merupakan keniscayaan,
ia tidak terbatas dan tidak bermateri. Ia (wujud) mencakup segala hal, mulai dari dzat kudus
ilahi, realitas-realitas abstrak dan material, baik substansi maupun kasiden dan baik esensi
maupun keadaan. Sebaliknya yang namanya esensi (mahiyah) merupakan ketidakniscayaan,
terbatas (partikularistik) dan mempunyai materi.
Dalam konteks ontologi Shadra, seluruh realitas merupakan refleksi wujud. Bahwa
wujudlah yang memberikan realitas kepada segala sesuatu dan bahwa mahiyah secara literal
bukan apa-apa dalam dirinya sendiri, melainkan diabstraksikan oleh akal dari keterbatasan-
keterbatasan suatu tindakan tertentu wujud. Pada tataran ontologis apa yang disebut dengan
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tuhan, planet-planet dan sejenisnya adalah hal yang sama,
yakni wujud. Artinya wujud yang ada pada manusia secara ontologis, adalah wujud yang ada
pada binatang, wujud yang ada binatang adalah wujud yang juga ada pada tumbuh-tumbuhan dan
seterusnya. Oleh karena itu pada eksisistensi /ontologis ini segala macam perbedaan mahiyyah
atau esensi menjadi meaningless. Karena semuanya adalah wujud yang satu. Segala keragaman
dan partikularitas hanya ada pada tataran esensi.
Kesatuan ontologis ini secara fungsional merupakan starting poin untuk mengantarkan
kepada ilmu hudluri yang merupakan sebagian prinsip-prinsip filsafat hikmah itu sendiri. Ilmu
hudluri ini merupakan pola relasi antara subyek dan obyek yang pada level ontologis telah lebur
menjadi satu. Secara tehnis, sebuah subyek yang berrelasi dengan obyek ini sama halnya
hubungan antara ada dengan ada (sewasubyek). Baik subyek maupun obyek adalah ada itu
sendiri. Maka ketika subyek berrelasi dengan obyek sama halnya ia (sang subyek) menegaskan
dirinya sendiri. Dengan demikian tentu saja ia hadir, dan ketika ia hadir maka sejatinya terjadilah
peleburan antara subyek dan obyek.
Dalam filsafat hikmah ini terdapat prinsip. Karena, prinsip-prinsip utama semuanya
bersifat hudhuri (swabukti atau self-evident), sehingga pengukuhan filsafat ini dapat dilakukan
secara introspektif.
Musa Kazim dalam hal ini meyebutkan prinsip-prinsip utama filsafat hikmah: Pertama,
para pendukung filsafat ini menyatakan bahwa wujud atau ada merupakan konsep sederhana
yang secara langsung bisa dimengerti tanpa perantara konsep lain (badihah mafhum al-
wujud).Kedua, wujud merupakan konsep yang berlaku secara umum atas segala sesuatu dengan
pengertian tunggal (mafhum al-wujud musytarakun manawi). Ketiga, prinsip yang disebut
dengan ashalah al-wujud yang berintikan bahwa wujud adalah ungkapan bagi realitas secara
mutlak yang mau tak mau pasti kita akui keberadaannya. Di luar itu, yakni segenap ungkapan
dan konsep lain yang terdapat dalam perbendaharaan bahasa manusia yang dalam istilah para
filosof disebut dengan mahiyah adalah rekaan/ gerak manusia (itibariyah).
Keempat, untuk menjelaskan keberagaman wujud yang kita saksikan secara langsung di alam
raya ini, filsafat hikmah mengajukan prinsip yang disebut dengan tasykik al-wujud. Intinya,
wujud yang mutlak itu merupakan kenyataan atau realitas yang bertingkat-tingkat. Contoh yang
lazim digunakan untuk menggambarkan kebertingkatan itu adalah cahaya sebagai realitas yang
bergradasi. Kelima, setiap titik dalam wujud yang bertingkat-tingkat itu mengalami proses
evolusi yang terus-menerus dalam suatu gerakan substansial. Perlu dicatat bahwa dalam wacana
filsafat, gerak (harakah) diartikan sebagai proses aktualisasi potensi (khuruj al-quwwah ila al-
fili). Inilah prinsip yang disebut dengan al-harakah al-jauhariyyah. Keenam, gerakan substansial
dalam konteks manusia terjadi melalui hubungan subjek dengan objek. Subjek di sini adalah ruh,
jiwa atau akal, sementara objek adalah pengetahuan yang dicerapnya.
Dalam pembahasan wujud Shadra ini ada tiga kata kunci yang bisa digunakan untuk
pisau analisis yaitu, Ashaltul Wujud Wahdatul, Tasykiqul wujud, dan al-Harakatul al-
Jauhariyyah. Untuk ashalatul wujud ini pada prinsipnya sudah disinggung di atas merupakan
konsep yang menyatakan bahwa wujud itu adalah tunggal, yakni antara wujud Tuhan yang
transendental dengan manusia dan alam semesta yang imanen ini merupakan realitas yang satu..
Untuk memahami doktrin ini, pertama-tama kita perlu beralih ke perbedaan klasik dalam filsafat
antara eksistensi dan esensi (mahiyyah). Pada perbedaan ini yang dipersoalkan adalah manakah
yang penting antara dua hal tersebut yakni eksistensi dan esensi? Sebagaimana gurunya, Mir
Damad. Mulla Shadra menyatakan bahwa wujud atau eksistensilah yang penting. Karena seperti
yang sudah disinggung di atas, bahwa wujudlah (eksistensi) yang memberikan keber-Ada-an
pada esensi.
Sementara Tasykiqul Wujud atau lebih dikenal dengan gradasi wujud atau ambiguitas
wujud. Dalam hal ini ditegaskan bahwa wujud tidak hanya satu atau tunggal, tetapi juga beragam
atau plural, merentang dalam suatu gradasi atau hirarki, dari wujud Tuhan hingga eksistensi pasir
di pantai. Setiap tingkat wujud yang lebih tinggi mengandung semua realitas yang termanifestasi
pada tingkat di bawahnya. Bagi Mulla Shadra, wujud adalah realitas tunggal yang muncul dalam
gradasi atau tahap yang berbeda. Jadi yang perlu digraisbawahi dalam konsep ini adalah bahwa
wujud adalah satu sementara tahapan-tahapan wujudlah yang berbeda. Tapi sekali lagi, tahapan-
tahapan wujud ini hanya ada dalam level esensi atau mahiyyah dan bukan pada level eksistensi
karena pada level eksistensi selain semua wujud satu, ia tak mempunyai jarak atau sekat apapun.
Konsep ketiga adalah al-harakatul Jauhariyyah (Gerak substansial). Gerak sendiri
definisinya adalah perpindahan dari satu titik ke titik yang lain. Karena yang sifatnya yang
demikian itu, maka sudah jelas bahwa gerak ini sifatnya tergantung, ia ada dalam alam esensi
dan oleh karena itu ia tidak niscaya atau serba mungkin. Karena sifatnya yang serba mungkin itu
maka gerak mempunyai berbagai kemungkinan. Artinya gerak mempunyai kemungkinan pindah
atau perubahan yang tak terbatas. Sebagai contoh batu. Batu ini kalau dipecah terus menerus
maka, secara aqal ia akan terus terurai sampai tak terbatas, meskipun secara materi ia bisa habis.
Karena ketakterbatsannya inilah maka gerak tentu mengandung substansi, karena substansi itu
sendiri adalah eksistensi yang tak terbatas. Kalau memang gerak itu tidak mengandung substansi
maka sudah barang tentu gerak itu akan berhenti pada satu titik. Padahal secara aqal itu tidak
mungkin. Dari sini bisa ditarik benang merah, ternyata yang namanya materi itu kembali pada
yang satu yakni Ada itu sendiri.
Gerak substansial ini merupakan sanggahan Mulla Shadra terhadap filsafat Ibnu Shina
yang mengikuti filsafat Aristoteles dengan menerima gerak hanya dalam kategori-kategori
kuantitas, kualitas, situasi, dan ruuang atau tempat, yang semuanya adalah aksiden dan tak
memungkinkan adanya gerak dalam kategori substansi. Dalam hal ini Mulla Shadra menegaskan
bahwa setiap perubahan aksiden suatu obyek sebenarnya mensyaratkan perubahan substansinya
karena aksiden tidak mempunyai eksistensi yang bebas dari substansi. Ia menegaskan bahwa
selalu ada beberapa subjek (maudhuun) bagi gerak sekalipun kita tidak menetapkan dan
menentnukannya berdasarkan logika..
Aristoteles.
Teori Prime-mover (penggerak awal) Aristoteles
Pembahasan akan kami mulai dari tema esensi sesuatudan kami akanmenyajikan uraian
pertama tentang teori penggerak awal yang dinisbatkan kepadaAristoteles.Menurut pendapat
Aristoteles untuk menemukan sebab, khususnya untuk menemukan sebab gerak, maka kita harus
berhenti pada suatu tempat, dan pada selain keadaan ini tidak akan ada penyebab dari sesuatupun
yang bisa ditemukansecara pasti. Hanya harus dilihat di manakah kita harus berhenti. Jawaban
untukpertanyaan ini akan ditemukan melalui tafakkur dan kontemplasi tentang gerak. Apabila
sebab dari sebuah gerak
kita hadirkan melalui gerak lainnya, makakeniscayaan yang akan muncul adalah bahwa gerak
kedua akan kita dapatkanmelalui gerak ketiga dan gerak ketiga melalui gerak keempat dan
demikianseterusnya hingga rangkaian ini akan berlanjut terus tanpa akhir. Jadi apabila kitaingin
mendapatkan alasan yang pasti, maka kita harus melihat ke dalam majemukgerak, bukan pada
pengaruh sebuah penggerak yang digerakkan melainkan pada sebuah penggerak yang tak
digerakkan,
ringkasnya kita hendaknya melihat padasebuahpenggerak yang berhenti. Akan tetapi kita
mengenal sebuah keadaan dimana dalam keadaan tersebut,gerak secara inderawi dilahirkan
melalui proses sebuah penggerak yang berhentidan penggerak tersebut adalah cinta yang
muncul melalui sebuah kecantikan.Seseorang yang telah menjadi pecinta akan terseret ke arah
yang dicinta,hal inidisebabkan yang dicintai itu telah menarik perhatian pecint ke arahnya, akan
tetapiobyek yang dicintai bukan hanya untuk menggerakkan pecintanya saja sehingga diatidak
memberikan gerakan pada dirinya, melainkan terdapat banyak kemungkinandimana dia pun
tidak sadar dengan kewujudannya. Inilah sebuah gambaran yangmenurut perkiraan Aristoteles
telah memberikan kefahaman
sebab gerakan yangtelah membuat dunia bergerak, dan karena gerakan semcam ini ada, maka
harusterdapat pula penggerak yang berhenti yang menjadi tempat kebergantungansemuanya dan
penggerak tersebut adalah Tuhan. Kedua uraian di atas sebagaimana yang telah Anda
perhatikan- secaraeksternal saling berbeda antara satu dengan lainnya. Pada uraian pertama
penggerak awal
diungkapkan sebagai pecinta, akan tetapi pada uraian terakhir penggerak awal diungkapkan
sebagai
yang dicintai yaitu sesuatu yang terbatas.Dalam kelanjutan pembahasan, kami akan kembali
pada point tersebut sekaligusmencoba melakukan analisa dan evaluasi terhadap perangkat dari
setiap keduauraian.Syeikh Ar-Rais Ibn Sina sebagai penjabar teori Aristoteles, pada kitab
IlahiyatShifa mengetengahkan pembahasan tentang penggerak awal yang dia namakansebagai
sesuatu yang dicintai , kebaikan hakiki, puncak kebaikan, sebab pertamadan penggerak pertama
dan universal.

Premis teori gerak dan perbedaannya dengan teori-teori lainnya :


Untuk lebih menjelaskan adanya kelebihan teori gerak atas teori-teori lainnyaseperti teori
keteraturan, teorihuduts, wujub-imkan, dan teori sebab-akibat, hal inimengharuskan kami untuk
lebih cermat dan lebih jeli dalam menanggapi premis-premis teori ini serta prinsip middle term-
nya.Allamah Syahid Muthahari (ra) menuliskan: Teori penggerak awal terdiri dari lima prinsip
pokok:1. Gerak, membutuhkan penggerak,2. Penggerak dan gerak keduanya adalah bersamaan
secara temporal, yaitumustahil terjadi pemisahan waktu di antara keduanya,3. Setiap penggerak,
mungkin digerakkan dan mungkin konstan,4. Setiap eksistensi jasmani akan berubah dan
digerakkan,5. Gradasi interkoneksi (tasalsul) tanpa batas adalah mustahil.Ayatullah Taqi Misbah
Yazdy dalam uraiannya atas kitabnya allamah Thabathbai Nihayatul Hikmah mengungkapkan
empat premis untuk teori gerak,sebagai berikut:
Argumen gerak bersandar pada empat asas :obyek gerak membutuhkanpenggerak, penggerak
harus berakhir pada sesuatu yang tidak bergerak, sesuatuyang non materi bukanlah obyek gerak,
mata rantai sesuatu non materi harusberakhir pada wajib al wujud.Harus diketahui bahwa gerak
adalah semacam bentuk perubahan dan tidaksetara dengan perubahan mutlak. Gerak merupakan
perubahan bertahap, dan dalamteori gerak perubahan tidak diperhatikan dari sisi kejadiannya,
karena dalamkeadaan ini berarti, pertama: tidak akan ada perbedaan antara perubahan seketika
dengan perubahan bertahap (gerak), kedua: teori gerak pasti akan kembali kepadateori hudust
(dari tiada menjadi ada). Demikian juga harus dicermati bahwapenegasan dalam teori gerak ini
tidak diletakkan pada keharmonisan danketeraturan gerak langit dan seluruh gerakan lainnya,
karena dalam keadaan ini teorigerak akan kembali pada teori keteraturan.Dan juga harus
diperhatikan bahwa yang menjadi point pembahasan gerakdalam teori ini bukanlah dari sisi
kemungkinannya dan kebutuhannya terhadap wajib,karena hal ini akan berarti tidak ada
perbedaan antara perubahan bertahap (gerak)dengan perubahan seketika, karena keduanya
merupakan wujud-wujud possibelyang membutuhkan wajib.Dalam teori gerak, prinsip
keberadaan gerak di alam natural adalah jelas dannyata. Apabila seseorang mengingkari prinsip
ini-sebagaimana yang dilakukan olehfilosof Paramandise dkk- maka hal tersebut akan membuat
torehan pada teori ini akan tetapi pengingkaran semacam ini untuk teori-teori seperti teori
keteraturan,hudust, imkan-wujub, sebab-akibat, tidak akan memberikan goresan apapun.
Olehkarena itu untuk memisahkan teori gerak dari teori-teori lainnya, harus kitaperhatikan
bahwa dalam teori ini middle termnya adalah perjalanan benda secarabertahap dari potensi ke
aktual, dan bukan sesuatu yang lain, dan gerak baiksebagai persepsi mandiri atas asumsi
penggerak ataupun sebagai gerak yangposisinya terletak dibawah persepsi mumkin atau akibat,
merupakan sebuahpersepsi filosofi, oleh karena itu midle term teori gerak ini adalah middle term
yangfilosofi, dan oleh karena itu teori gerak tidak bisa hanya dinamakan sebagai teorialami atau
bertahap. Bukanlah Aristoteles dalam definisi geraknya mengatakan : Gerak merupakan
kesempurnaan pertama untuk sesuatu yang potensi, darisisi kepotensiannya Tanpa ragu lagi
perspesi seperti kesempurnaan, pertama dan potensi merupakanpersepsi filosofis dan bukan
persepsi dari kelompok ilmu alam, oleh karena itu perluditinjau kembali apabila kita
mengatakan: Aristoteles membahas teori ini dalamkapasitasnya sebagai seorang ahli ilmu alam
bukan dari kapasitasnya sebagaiseorang filsosof ilahi tentu saja tidak ragu lagi bahwa gerak
merupakan fenomenaalami akan tetapi pembahasan hukum-hukum gerak merupakan
pembahasanrasional dan filosofi.

MANAGERIAL

Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan bertanggung jawab atas
pekerjaan tersebut. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenag formal untuk
mengorganisasi, mengarahkan dan mengontrol para bawahan yang bertanggungjawab, supaya
semua bagian pekerjaan dikoordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan (Robert Tanembaum)
Tugas-tugas manajer :
1. Siklus pengambilan keputusan, POSDC, penilaian dan pelaporan
2. Manajer harus dapat menciptakan kondisi yang

akan membantu bawahannya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya.


3. Harus berusaha agar para bawahannya bersedia memikul tanggung jawab.
4. Harus membina bawahannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
5. Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen dengan baik.
6. Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan pihak luar

Manajerial
Manajerial adalah perpaduan seni dan ilmu, sebuah ilmu dalam mengatur segala
sesuatunya dengan benar. Pelaku ilmu disebut dengan manajer. Seorang manajer haruslah
menguasai ilmu manajerial dengan baik. Pada dasarnya, semua orang adalah seorang manajer,
setidaknya manager bagi diri pribadi, atau Anda saat ini bekerja sebagai seorang manajer dimana
Anda bertanggung jawab terhadap sekelompok orang yang mungkin tidak Anda pilih, tidak Anda
sukai, tidak memiliki kesamaan , dan mungkin tidak begitu menyukai Anda.
Lantas bagaimana cara sukses manajerial? Kuncinya adalah mengetahui aturan-aturan
apa saja yang pasti menuntun saya, Anda, dan kita semua dalam meraih kesuksesan hidup.
Aturan-aturan ini mencakup bagaimana Anda berhubungan dengan orang dan bagaimana Anda
melakukan sendiri.
Definisi manajer menurut Havard Business School adalah orang yang mendapatkan
hasil melalui orang lain. Lain lagi menurut konsultan Peter Drucker, manajer adalah orang yang
bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi. Sedangkan Australian
Institute of Management, mendefinisikan sebagai orang yang merencanakan, memimpin,
mengordinasi, mendelegasikan, mengontrol, mengevaluasi, dan menganggarkan dalam rangka
mencapai hasil.
Apapun definisinya, semua merujuk pada satu pengertian yaitu mengolah kepemimpinan.
Templar dalam bukunya membagi menjadi dua bab aturan penting yaitu aturan managerial
pengelolaan tim dan aturan manajerial diri pribadi.
Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (James A.F Stoner, Management,
Prentice/ Hall International, Inc., Englewood Cliffs, New York, 1982, halaman 8)
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno mnagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima
secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal; dalam
berbagai bidang seperti industri, pendidikan, kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Dengan
kata lain efektif menyangkut tujuan dan efisien menyangkut cara dan lamanya suatu proses
mencapai tujuan tersebut

Managerial Skills yang harus dimiliki oleh seorang manajer ada 7, antara lain:

1. Technical, keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan atau memahami suatu jenis
pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam suatu organisasi.

2. Inter Personal, kemampuan untuk memahami, memotivasi, dan berkomunikasi dengan


individu maupun kelompok.

3. Conceptual, kemampuan manajer untuk berpikir secara abstrak.

4. Diagnostic, kemampuan manajer untuk memvisualisasikan jawaban yang paling sesuai


untuk situasi tertentu dan dalam waktu tertentu.

5. Communication, kemampuan manajer untuk mengirimkan ide dan informasi secara


efektif kepada orang lain maupun untuk menerima ide dan informasi secara efektif dari
orang lain.

6. Decision-Making, kemampuan manajer untuk mengenali dan mendefinisikan masalah


dan kesempatan untuk memperbaikinya dan kemudian memilih suatu tindakan yang
sesuai untuk memecahkan masalah dan memanfaatkn kesempatan.

7. Time-Management, kemampuan manajer untuk memprioritaskan pekerjaan, pekerjaan


secara efisien, dan untuk mendelegasikan secara tepat.

Fungsi-fungsi Manajemen
a. Perencanaan (Planning), yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penetuan strategi dan taktik
yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
b. Pengorganisasian (Organizing), yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan
taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna
pencapaian tujuan organisasi.
c. Pengarahan (Actuating), yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh
seluruh pihak dalam organisasi serta proses yang memotivasi agar semua pihak tersebut
dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang
tinggi.
d. Pengendalian dan pengawasan (Controlling), yaitu proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,diorganisasikan,
diarahkan/diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang telah digariskan,
meskipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan organisasi.

5. Beberapa pandangan mengenai fungsi-fungsi manajemen


a. Menurut Luther Gullick : Planning Organizing Staffing Directing Coordinating
Reporting Controlling
b. Menurut George Terry : Planning Organizing Actuating Controlling.
c. Menurut james AF. Stoner : Planning Organizing Staffing Directing Controlling.
d. Menurut Koontz & O Donnel : Planning Organizing Staffing Directing
Controlling.
e. Menurut Nickels Mc. Hugh & Mc. Hugh : Planning Organizing Directing
Controlling.
f. Menurut Richard W. Griff : Planning Organizing Leading Controlling.
g. Menurut Ernest Dale : Planning Organizing Staffing Directing Inovating
Representing Controlling.

B. Fungsi Operasional Manajemen (Manajemen Fungsi)

1. Manajemen Sumber Daya Manusia : adalah penerapan manajemen berdasarkan


fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi organisasi yang
dijalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan
tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun
bertambah.

2. Manajemen produksi : adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk


menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan
konsumen, dengan teknik produksi yang seefisien mungkin. Kegiatan produksi pada
dasarnya merupakan proses bagaimana sumber daya input dapat diubah menjadi output
dalam bentuk barang dan jasa.

3. Manajemen Pemasaran : adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang


berusaha untuk mengidentifikasikan apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen, dan
bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan. Untuk dapat mengidentifikasi apa yang
dibutuhkan konsumen, maka pebisnis perlu melakukan riset pemasaran, di antaranya berupa
survei tentang keinginan konsumen, sehingga pebisnis bisa mendapatkan informasi mengenai
apa yangsesungguhnya dibutuhkan oleh konsumen. Informasi yang diperoleh kemudian
diteruskan ke bagian produksi untuk dapat diwujudkan. Setelah output produk terwujud,
maka manajemen pemasaran kemudian melakukan kegiatan proses penyampaian produk
kepada konsumen yang dikenal dengan istilah pemasaran.

4. Manajemen Keuangan : adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang


berusaha memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai tujuan secara
ekonomis, yaitu diukur berdasarkan profit. Tugas manajemen keuangan, di antaranya
merencanakan dari mana pembiayaan bisnis diperoleh, dan dengan cara bagaimana modal
yang telah diperoleh dialokasikan secara tepat dalam kegiatan bisnis yang dijalankan.

5. Manajemen Informasi : adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang


berusaha memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan tetap mampu untuk terus
bertahan dalam jangka panjang. Untuk memastikan itu, manajemen informasi bertugas untuk
menyediakan seluruh informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan bisnis yang
dijalankan, baik informasi internal maupun eksternal, sehingga bisnis yang dijalankan dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.

C. Manajer Dalam Kegiatan Manajemen

1. Peran Manajer Dalam Organisasi


Manajer pada dasarnya adalah subyek dari / orang yang melaksanakan kegiatan manajemen.
Secara lebih lengkap lagi, manajer adalah orang yang bertanggung jawab secara langsung
untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama para anggota
organisasi. Manajer bertugas untuk memastikan bahwa seluruh tujuan yang telah ditetapkan
oleh organisasi dapat diwujudkan melalui rangkaian kegiatan manajemen, baik yang bersifat
funsional maupun yang bersifat operasional.

2. Keahlian-keahlian Manajemen
Untuk dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen tersebut, setiap manajer harus
mempunyai keahlian-keahlian manajemen (managerial skill). Keahlian-keahlian tersebut
meliputi :
a. Keahlian teknis (technical skills), yaitu keahlian yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan spesifik tertentu.
b. Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat (human relation
skills), yaitu keahlian dalam mamahami dan melakukan interaksi dengan berbagai jenis
orang di masyarakat. Contoh, keahlian bernegosiasi, memotivasi, meyakinkan orang dan lain
sebagainya.
c. Keahlian konseptual (conceptual skills), yaitu keahlian dalam berfikir secaraabstrak,
sistematis, termasuk di dalamnya mendianogsis dan menganalisis berbagai masalah dalam
situasi yang berbeda-beda, bahkan keahlian untuk memprediksi di masa yang akan datang.
d. Keahlian dalam pengambilan keputusan (decision making skills), yaitu keahlian untuk
mengidentifikasi masalah sekaligus menawarkan berbagai alternatif solusi atas permasalahan
yang dihadapi.
e. Keahlian dalam mengelola waktu (time management skills), yaitu keahlian dalam
memanfaatkan waktu secara efektif dan efeisien.
f. Keahliandalam manajemen global (global management skills), yaitu keahlian
manajerial yang tidak saja terfokus pada satu keadaan di negara tertentu, akan tetapi juga
lintas negara bahkan lintas budaya.
g. Keahlian teknologi (technological skills), yaitu keahlian manajerial dalam mengikuti dan
menguasai berbagai perkembangan teknologi yang terjadi.

D. Tingkatan-tingkatan Manajemen
Menurut Nickels Mc. Hugh & Mc. Hugh ada beberapa tingkatan manajemen :

1. Manajemen Tingkat Puncak (Top Management).


Bertanggung jawab atas arah dan operasi menyeluruh dari sebuah organisasi Misalnya CEO,
Presiden, Presiden Divisi, dengan tugas Mengembangkan/menetapkan tujuan-tujuan/
kebijakan-kebijakan, dan strategi-strategi bagi organisasi secara keseluruhan. Mewakili
organisasi mereka, menghabiskan 75% waktu mereka untuk merencanakan dan memimpin.
Untuk manajemen tingkat ini, keahlian yang terutama diperlukan adalah keahlian dalam hal
konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen global, dan manajemen waktu.

2. Manajemen Tingkat Menengah (Middle Managemenet).

Bertanggung jawab menetapkan sasaran-sasaran yang konsisten dengan tujuan-tujuan


manajemen puncak dan menterjemahkannya ke dalam rencana-rencana bagi manejer lini
pertama untuk dilaksanakan
Misalnya kepala departemen, manejer pabrik : Bertanggung jawab untuk mengarahkan dan
mengkoordinasi manejer lini pertama dan keryawan non-manejerial, karyawan biasa. Terlibat
di dalam menetapkan tenggat waktu produksi; criteria evaluasi kinerja; proyek mana yang
perlu diberikan sumber daya. Menterjemahkan tujuan umum manajemen puncak ke dalam
rencana-rencana operasional khusus, skedul, dan prosedur serta mengembangkan bawahan
mereka.
Untuk manajemen tingkat menengah ini, keahlian yang diperlukan di antaranya adalah
keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu, dan teknikal.

3. ManajemenSupervisi atau Tingkat pertama (Supervisory or First-Line


Managemenet).

Secara langsung bertanggung jawab atas produksi barang dan jasa. Misalnya: manejer
penjualan, kepala seksi, pengawas produksi : Sebagian besar waktunya dihabiskan dengan
orang yang dia supervisi, lebih banyak waktunya untuk memimpin dan mengontrol, sangat
membutuhkan ketrampilan teknis dan mensupervisi tugas sehari-hari.
Keahlian yang diperlukan pada tingkatan ini adalah keahlian komunikasi, pengambilan
keputusan, manajemen waktu, dan teknikal.
4. Manajemen Nonsupervisi (Non Supervisory Management),

yang biasanya terdiri dari para tenaga kerja tingkat bawah, seperti buruh. Keahlian yang
diperlukan pada tingkatan ini adalah keahlian teknikal, komunikasi, dan manajemen waktu.

E. Kompetensi Yang Harus Dimiliki Manajer

1. Communication Competency
Kompetensi komunikasi : penyampaian dan pertukaran informasi yang efektif yang
menimbulkan pemahaman antara diri anda sendiri dan orang lain
Berbicara, menulis, mengamati untuk memodifikasi makna.
Informal Grapevine karena jaringan social (social network), fleksibel, pendekatan beragam
sesuai dengan situasi.
Formal ikuti hirarki,
Negotiation kemampuan membangun hubungan dan menerapkan pengaruh dalam semua
arah.

2. Planning and Administration Competency


Kompetensi Perencanaan dan administrasi: menentukan tugas apa yang perlu dilakukan,
menentukan bagaimana tugas dilakukan, mengalokasikan sumber daya agar tugas dapat
dilaksanakan, dan memonitor kemajuan untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan.
Mengumpulkan informasi, menganalisis dan memecahkan masalah
Merencanakan dan mengorganisasi proyek : rencana-rencana, skedul-skedul, prioritas
tugas-tugas, delegasi tanggung jawab.Manajemen Waktu: tahu kapan penundahan
diperbolehkan.
Penganggaran dan Manajemen Keuangan : memahami anggaran, arus kas, laporan
keuangan, dan laporan tahunan yang rutin digunakan seperti informasi.

3. Teamwork Competency
Kompetensi kerja team : menyelesaikan tugas-tugas melalui kelompok-kelompok kecil yang
bertanggung jawab secara kolektif dan yang pekerjaan mereka memerlukan koordinasi
Mendisain team :
merumuskan sasaran-sasaran yang jelas yang dapat menginspirasi anggota team
Menciptakan lingkungan yang mendukung :
bertindak sebagai coach, counselor, dan mentor
Mengelola dinamika team :
menggunakan kekuatan dan kelemahan dan membawa konflik ke permukaan untuk
diselesaikan.

4. Strategic Action Competency


Understanding the Industry :
mengantisipasi perubahan-perubahan para pesaing dan para mitra strategis
Understanding the Organization :
memahami kompetensi-kompetensi unik dari organisasi sendiri
Taking Strategic Actions :
mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari langkah-langkah yang diambil dalam
rangka mempertahankan dan memajukan organisasi ke depan.

5. Global Awareness Competency


Cultural Knowledge and Understanding
Tetap terinformasi dengan kecenderungan-kecenderungan politik, sosial dan ekonomi dan
kejadian-kejadian di seluruh dunia.
Mengenali dampak dari kejadian global terhadap organisasi.
Cultural Openness and Sensitivity
Mengenali keragaman budaya dan menghindari stereotyping
Peka terhadap isyarat-isyarat budaya dan mampu mengadopsinya secara cepat dalam situasi
baru
Menyesuaikan perilaku sendiri ketika berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang
budaya berbeda

6. Self-Management Competency
Kompetensi Mengelola Diri: Mengambil tangung jawab bagi kehidupan anda di pekerjaan
dan di luar pekerjaan
Integrity and Ethical Conduct :
memiliki standar integritas pribadi dan perilaku etis yang jelas; menerima tanggungjawab
atas tindakannya.
Personal Drive and Resilience :
memikul tanggungjawab, memperlihatkan ketahanan dalam menghadapi hambatan, bangkit
dari kegagalan.
Balancing Work and Life Issues :
harus menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kegiatan kehidupan yang lain
Self-Awareness and Development :
memiliki tujuan pribadi dan karir yang jelas dan mengenali nilai-nilai, perasaan-perasaan,
kekuatan dan kelemahan diri; menganalisis dan belajar dari pengalaman kerja dan hidup

LANDASAN KERANGKA BERPIKIR ILMIAH


Kerangka adalah sesuatu yang menyusun atau menopang yang lain, sehingga sesuatu
yang lain dapat berdiri, dan Berpikir merupakan gerak akal dari satu titik ke titik yang lain. Atau
bisa juga gerak akal dari pengetahuan yang satu ke pengetahuan yang lain. Pengetahuan pertama
kita adalah ketidaktahuan (kita tahu bahwa kita sekarang tidak mengetahui sesuatu), pengetahuan
yang kedua adalah tahu (kemudian kita mengetahui apa yang sebelumnya tidak kita tahu). Wajar
kemudian ada juga yang mendefinisikan berpikir sebagai gerak akal dari tidak tahu menjadi tahu.
Tapi yang penting (inti pembahasannya) adalah adanya gerak akal.
Ilmiah adalah sesuatu hal/penyataan yang bersifat keilmuan yang sesuai dengan hukum-
hukum ilmu pengetahuan. Atau sesuatu yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan
menggunakan metode Ilmiah (Prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna
memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas uji coba hipotesis serta teori secara terkendali).
Satu hal yang menjadi garis bawah adalah kebenaran ilmiah tidak mutlak, melainkan bersifat
sementara, relatif, metodologis, pragmatis, dan fungsionalis, dan pasti Epistemologis[4].
Dengan demikian dalam kacamata dunia Ilmiah berdasarkan metode ilmiah, ilmu pengetahuan
sebagai hasil fikir manusia akan terus bertambah tanpa mengenal batas
akhir.Permasalahan Berfikir Ilmiah sudah tentu tidak terlepas dari kajian filsafat ilmu, karena ia
merupakan bagian dari pengetahuan ilmiah. Sebelum memasuki pembahasan mendalam penting
kiranya saya jelaskan secara singkat apa itu filsafat? (Mengingat kajian kita nantinya akan
banyak bersinggungan dengan keilmuan ini).
Filsafat atau Falsafah (Arab) Pilosopia (Latin) bada dasarnya berasal dari bahasa Yunani
Philo yang berarti cinta dan Sophia yang berarti arif, bijaksana / pandai. Secara bahasa
semula Filsafat lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan, kepandaian[5]. Namun, cakupan
pengertian Sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu Sophia tidak hanya berarti
kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan
intelektual, pertimbangan sehat dll.

Pembahasan.
Seorang filosof pada dasarnya bukan sosok yang menakutkan / kafir / tidak familier,
karena tujuan awal dari filsafat sendiri adalah Love of Wisdom sehingga orang yang berfikir
filsafat hakekatnya adalah pencari kebijaksanaan & mencintainya. Istilah ini konon pertama di
perkenalkan oleh pytagoras.[6]
Jika diatas kita sudah membahas makna Filsafat secara bahasa, sekarang bagaimana
pemaknaan filsafat itu menurut para filosof besar? Plato; Filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran asli. Aristoteles; Filsafat adalah ilmu
(Pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalam ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Al-Farbi; Filsafat adalah ilmu pengetahuan ttg
alam wujud, bagaimana hakekat yang sebenarnya. Hasbullah Bakry; Ilmu filsafat adalah ilmu
yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam.[7]
Disini penulis akan menitik beratkan pada tradisinya, bukan sekedar pengertiannya.Dari
sekian filosof yang kita kenal baik didunia barat maupun timur, ada satu tradisi yang hampir-
hampir menjadi benang merah ketika menyelesaikan sesuatu sdengan jalan filosofis, yaitu tradisi
berfikir. Filsafat yang mempunyai arti sebagai berpikir secara radikal, menyeluruh dan
sistematis. Maksudnya, dengan berpikir radikal (bhs Yunani radix=akar) atau sampai ke akar-
akarnyabukan cuman dlohirnya, sehingga melihat sesuatu secara menyeluruh dan tersusun
sehinggadiharapkan kita dapat lebih arif dalam melihat persoalan. Ketika dilekatkan dengan kata
ilmu maka berarti secara radikal, menyeluruh, komperhensif, diskriptif dan
sistematis[8] terhadap ilmu.
Menurut Jujun S. Suriasumantri filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Lebih
lanjut Jujun mengatakan bahwa semua sistem kefilsafatan selalu berkisar pada masalah Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi karena, ketiga sub sistem tersebut selalu berkaitan satu sama lain.
Ontologi ilmu terkait dengan Epistemologi ilmu, dan Epistemologi ilmu terkait dengan Aksiologi
ilmu.
Atau secara sederhana dapat kita katakan bahwa: Epistemologi adalah ilmu yang
membahas tentang sumber pengetahuan berikut kevalidan sebuah sumber. Kedua Ontologi,
membahas tentang hakikat sesuatu dalam hal eksistensi dan esensi. Atau dengan kata lain
keberadaan dan keapaan sesuatu. Ketiga aksiologi, membahas tentang kegunaan sesuatu. Dalam
materi ini saya akan lebih banyak membahas aspek Epistemologi, yang lainnya hanya untuk
memperjelas saja.
Menurut William S. Sahakian; Epistemologi merupakan pembahasan mengenai
bagaimana kita mendapatkan pengetahuan : Apakah sumber pengetahuan? Apakah hakikat,
jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan
pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia.
Secara Bahasa / Lughowi, Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme, yang
berarti pengetahuan. Istilah yang sama dalam bahasa yunani adalah Genosis, sehingga dalam
sejarahnya istilah Epistemologi ini pernah juga disebut Genoseologi.[9] Pengetahuan dalam
hal ini ada beberapa persoalan pokok yang secara garis besar terbagi dua. Pertama, persoalan
tentang apa yang kelihatan (phenomena/appearance) versus hakikat (noumena/essence): Apakah
sumber pengetahuan? Dari mana sumber pengetahuan yang benar itu datang? Bagaimana cara
diketahuinya? Benarkah ada realita di luar pikiran kita? Apakah kita mengetahuinya?. Kedua,
tentang mengkaji kebenaran atau verifikasi: Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)?
Bagaimana kita dapat membedakan yang benar dan yang salah?. (Ringkasnya; Bagaimana kita
mengetahui atau memperoleh pengetahuan dan bagaimana menguji kebenaran pengetahuan tsb /
Evaluatif dan Kritis)[10].
Lantas apa itu pengetahuan? Ada yang mengatakan pengetahuan adalah informasi atau
ide, yang telah diterima sebagai fakta yang benar, bisa jadi itu diperoleh dengan pengindraan atau
kegiatan empirik secara langsung maupun melalui proses penalaran rasional terhadap ide-ide
yang telah ada dalam alam pikir manusia.[11] Dikemudian hari orang yang lebih menekankan
kegiatan empirik untuk memperoleh pengetahuan dikatagorikan dalam penganut faham
Empirisme sedangkan yang mengandalkan pada rasionalitas disebut sebagai penganut faham
Rasionalisme sebagaimana sejarah Filsafat Barat mencatat; Ada dua aliran pokok dalam
epistemologi. Pertama, idealism atau rasionalism (Plato), yaitu suatu aliran pemikiran yang
menekankan pentingnya peran akal, idea, category, form, sebagai sumber ilmu
pengetahuan, dan mengesampingkan peran indera. Kedua,
adalah realism atauempiricism (Aristoteles), yaitu aliran pemikiran yang lebih menekankan peran
indera sebagai sumber sekaligus alat memperoleh pengetahuan, serta menomorduakan akal.
Kedua aliran tersebut lahir pada zaman Yunani antara tahun 423 sampai dengan tahun 322
sebelum Masehi.
Selanjutnya dalam sejarah filsafat Islam tercatat aliran epistemologi yang menekankan
pentingnya integrasi metode rasionalism dan empiricsm yang melahirkan metode eksperimen.
Dalam metode ini pertentangan antara penalaran rasio dan empiri seperti yang dianut Barat
dihilangkan. Metode ini dikembangkan oleh sarjana-sarjana Muslim pada abad keemasan Islam,
yaitu ketika ilmu dan pengetahuan lainnya mencapai titik kulminasi antara abad IX dan XII
Masehi. Kemudian diperkenalkan di dunia Barat oleh filsuf Roger Bacon (1214-1294) serta
dimantapkan sebagai paradigma ilmiah atas usaha Francis Bacon (1561-1626). Fakta ini
diperkuat oleh H.G. Wells yang menyatakan bahwa jika orang Yunani adalah bapak metode
ilmiah, maka orang Muslim adalah bapak angkatnya. Dalam perjalanan sejarah maka lewat
orang Muslimlah dunia modern sekarang ini mendapatkan kekuatan dan cahayanya, dan diakui
telah memberi sumbangan besar bagi lahirnya renaissans dalam peradaban Barat (Insya Allah
akan dibahas nanti, jika memungkinkan, jika tidak ya tetap bisa dipelajari & bisa dibaca).
Setelah mengetahui pokok dasar dari epistemologi adalah Bagaimana kita mendapat
pengetahuan perlu kiranya kita mengetahui sumber-sumber pengetahuan. Secara umum ada
beberapa mazhab pemikiran yang berusaha menawarkan sumber-sumber
pengetahuansebagai mana berikut:

1. Skriptualisme
Skriptualisme adalah sebuah sistem berpikir yang dalam menilai kebenaran digunakan
teks kitab. Asumsi dasar yang terbangun adalah teks dalam kitab mutlak adanya, oleh karenanya
dalam penilain kebenaran harus sesuai dengan teks kitab. Mempertanyakan teks kitab sama saja
dengan mempertanyakan kemutlakan. Biasanya kaum skriptual adalah orang yang beragama
secara sederhana. Maksudnya, peran akal dalam wilayah keagamaan sangat sempit bahkan
hampir tidak ada. Akal dianggap terbatas dan tidak mampu menilai, olehnya kembali lagi ke teks
kitab. Namun dalam wilayah epistemologi, skriptualisme memiliki beberapa kekurangan, antara
lain:
Tidak memiliki alasan yang jelas, mengapa kita harus mempercayai kitab tersebut. Kalau yang
mutlak adalah teks kitab, maka pertanyaannya Bagaimana caranya diantara banyak kitab
menilai bahwa kitab inilah yang benar. Kalau kita langsung percaya, maka kitab lain juga harus
kita langsung percaya. Nah, kalau kontradisi, kitab yang mana benar? Artinnya, kelemahan
pertamanya adalah butuh sesuatu dalam membuktikan kebenaran sebuah kitab.
Dari kelemahan pertama dapat kita turunkan kelemahan berikutnya, yakni: terjebak pada
subjektifitas. Artinya, kebenaran sebuah kitab sangat tergantung pada umatnya. Kebenaran Al
Quran, walau berbicara universal, hanya dibenarkan oleh umat Islam. Umat Nasrani, Budha dan
sebagainya meyakini kitab mereka masing-masing. Sementara kita tidak dapat memaksakan
kitab kita pada umat lain sebagaimana kita pun pasti tidak akan menerima teks kitab umat lain
Kelemahan ketiga adalah teks adalah tanda atau simbol yang membutuhkan penafsiran.
Kitab tidak bisa berinteraksi langsung, tetapi melewati proses penafsiran. Sementara dalam
penafsiran sangat tergantung kualitas intelektual dan spiritual seseorang. Makanya kemudian,
adalah wajar jika sebuah teks dapat dimaknai berbeda. Sebagai contoh, surah 80:1

Alif laam miin


Teks tidak dapat membuktikan pencipta

2. Idealisme Platonian
Pemikiran Plato dapat digambarkan kurang lebih seperti ini. Sebelum manusia lahir dan
masih berada di alam ide, semua kejadian telah terjadi. Olehnya, manusia telah memiliki
pengetahuan. Ketika terlahir di alam materi ini, pengetahaun itu hilang. Untuk itu yang harus
manusia lakukan kemudian adalah bagaimana mengingat kembali. Pengetahuan yang kita miliki
hari ini kemarin dan akan datang sebetulnya (dalam perspektif teori ini) tidak lebih dari
pengingatan kembali. Teori ini juga sering disebut sebagai teori pengingatan kembal. Namun
sebagai alat penilaian, teori ini memiliki beberapa kekurangan.
Tidak ada landasan yang memutlakkan bahwa dahulu kita pernah di alam ide
Turunan dari yang pertama, kalaupun (jadi diasumsikan teori ini benar) ternyata sebelum lahir
kita telah memiliki pengetahuan, maka persoalannya adalah apakah pengetahuan kita saat ini
selaran dengan pengetahuan kita sewaktu di alam ide. Kalau dikatakan selaras, apa yang dapat
dijadikan bukti.
Ketiga, tidak diterangkan dimanakah ide dan material itu menyatu (saat manusia belum
dilahirkan), dan mengapa disaat kita lahir, tiba-tiba pengetahuan itu hilang. Kalau dikatakan
material kita terlalu kotor untuk menampung ide, maka mengapa saat ini kita bukan saja
memiliki ide, tapi bahkan mampu mengembangkan ide disaat material kita justru semakin kotor.

3. Empirisme
Doktrin empirisme berlandaskan pada pengalaman dan persepsi inderawi. Oleh karena
itu, kebenaran dalam doktrin ini adalah sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra manusia.
Bangunan sains kita pada hari ini sangat kental nuansa empirisnya. Tetapi empirisme memiliki
kekurangan sebagai berikut:
Indera terbatas mata misalnya memiliki daya jangkau penglihatan yang berbeda. Begitupun
telinga dan indera lainnya. Olehnya indera hanya bisa menangkap hal-hal yang bersifat terbatas
atau material pula. Makanya fenomena penyembahan dan jatuh cinta misalnya, tidak dapat
dijawab dengan tepat oleh kaum empiris.
Indera dapat mengalami distorsi. Sebagai contoh terjadinya fatamorgana atau pembiasan
benda pada dua zat dengan kerapatan molekul berbesa. Ketika kita masukkan pensil ke dalam
gelas berisi air kita akan melihatnya bengkok karena kerapatan molekul air, gelas dan udara
sebagai medium berbeda. Padahal jika kita periksa ternyata pensil tetap lurus.

4. Kaum Perasa (Intuisi)


Kaum perasa selalu menjadikan perasaannya sebagai tolok ukur kebenaran. Ciri khas
mereka adalah Yakin saja. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang paling mampu
mendengar suara hatinya, dan menjadikan suara hatinya sebagai ukuran kebenaran. Banyak
orang beragama seperti ini padahal sistem berpikir macam ini memiliki kekurangan dalam
pembuktian kebenaran sebagai berikut:
Tidak jelas yang didengar itu adalah suatu hati atau justru sekedar gejolak emosional, atau
bahkan (dengan pendekatan orang beragama) justru bisikan setan. Jangan sampai hanya gejolak
emosi lantas dianggap suara hati, atau bisikan setan. Nah persoalannya bagaimana
membedakannya?
Kalau pun didengar adalah suara hati, maka akan subjektif. Karena hati orang berbeda. Jika
subjektif, maka yang didapatkan adalah relativitas, bukan kemutlakan.
Tidak punya landasan mengapa kita mesti mengikuti suara hati. Kalau akal menjustifikasi
penggunaan hati berarti tidak konsisten. Tetapi kalau menggunakan hati sebagai alasan mengapa
harus mengikuti suara hati, maka kembali ke point sebelumnya.

Selanjutnya dalam kacamata Epistemologi ada beberapa istilah yang penting untuk
diketahui seperti Skeptisme; Dalam bahasa yunaninya adalah Skeptomai maknanya saya berfikir
dengan seksama atau saya lihat dengan teliti, kemudian diturunkan arti yang dihubungkan
dengan kata tersebut yaitu Saya Meragukan. Adalah Naif jika ada orang yang tidak pernah
meragukan sesuatu apapun, dengan meragukan maka proses verifikasi akan terjadi.
Kemudian Subjektivisme; Mengandaikan bahwa satu-satunya hal yang dapat kita ketahui
dengan pasti ada dalam diri kita sendiri & kegiatan sadar kita. Dengan kata lain pengetahuan
yang bukan AKU adalah pengetahuan yang tidak langsung. Sehingga muncul apa yang disebut
dengan The Problem of Bridge (Soal Jembatan Pengetahuan), yaitu Bagaimana orang dapat
keluar dari pikirannya sendiri dan mengetahui dunia objektiv diluar kita? Bagaimana kita bisa
tau bahwa gagasan itu memang sesuai dengan Objeknya sendiri (Bukan cuman ilusi
kita) Relativisme; Mengingkari adanya dan diketahuinya kebenaran yang Objektiv dan
Universal oleh manusia (Kebenaran yang ada dimanusia adalah kebenaran yang bersifat relatif)
[12]
Mana yang Rasional..? Menurut Kang Jalal, sesutu kadang dianggap tidak rasional
karena tiga hal. Pertama tidak empiris. Sesuatu yang tidak dicerna indra manusia biasanya
dianggap tidak rasional. Hal ini umumnya menghinggapi orang yang sangat empiris. Kedua
menyimpang dari rata-rata. Sewaktu perang Khaibar, kaum muslim menundukkan benteng
terakhir kaum Yahudi. Para sahabat sejumlah 50 laki-laki yang kuat tidak mampu mengangkat
pintu benteng itu, tapi Sayyidina Ali mampu mengangkatnya sendirian. Ini dianggap tidak
rasional, padahal hal ini rasional hanya tidak seperti kebanyakan. Ketiga tidak tahu.
Ketidaktahuan adalah kelemahan yang orang berusaha tutupi dengan penisbahan stigma
irasional.
Rasionalisme tidak menutup diri dari teks, pengalaman atau persepsi inderawi, juga
perasaan. Akan tetapi kaum rasionalis menggunakan akal dalam menilai semua yang ditangkap
oleh bagian diri kita. Namun bagi sekelompok orang, akal tidak dapat digunakan untuk menilai
kebenaran. Alasannya, akal terbatas. Artinya penggunaan akal sangat dekat dengan mengakal-
akali sesuatu.
Memang benar bahwa akal terbatas dibanding PenciptaNya (selanjutnya dibahas dalam
materi NDP / Dasar-Dasar Kepercayaan), akan tetapi akal sebagai potensi untuk tahu, dimana
batasnya? Hukum akal menyatakan bahwa sebab selalu mendahului, lebih kuat dari akibat. Jadi
kesadaran akal sebagai ciptaan atau akibat pasti memiliki keterbatasan dihadapkan dengan
penciptaNya. Cuma persoalannya adalah sejauh mana kita gunakan akal kita untuk mengetahui.
Dalam kacamata seorang filsuf bahwa manusia adalah binatang berakal. Secara Biologis
manusia memiliki syarat-syarat kebinatangan seperti respirasi, eksresi, regenerasi dan
sebagainya. Bedanya Cuma satu, akal. Artinya manusia yang tidak menggunakan akalnya bisa
lebih buruk daripada binatang.
Kadang orang merancukan antara akal dan otak. Katanya, otaklah yang berpikir. Untuk
menjawab hal ini sederhana. Seandainya otak yang berpikir, maka tentu saja kerbau adalah
makhluk yang cerdas karena volume otaknya lebih besar dari manusia. Ternyata kedokteran
modern menemukan bahwa dalam otak terdapat sel yang disebut neuron. Neuron inilah yang
mengkoordinasikan kerja syaraf dalam tubuh dimana tubuh disisi kanan diatur melalui tulang
belakang menuju ke otak kiri begitupun sebaliknya. Artinya otak tidak ada hubungannya dengan
akal. Otak tidak lebih dari sebuah organ seperti jantung, paru-paru dan sebagainya.

Dalam diri kita ada beberapa fakultas pengetahuan, diantaranya:


Indera, yang mencakup warna, bentuk, bunyi, bau,dam sebagainya. Perbedaan dengan
empirisme, empirisme menjadikan indera sebagai tolok ukur sedang rasionalisme menjadikan
indera sebagai sumber pengetahuan namun bukan utama.
Khayal. Hasil persekutuan ide yang tidak memiliki realitas eksternal. Misalnya ide manusia
dan monyet yang kesemuanya memiliki realitas eksternal, namun jika digabungkan menjadi kera
sakti yang hanya memiliki realitas internal (dalam ide) tapi tidak direalitas eksternal.
Wahmi. Berkaitan dengan perasaan. Benci, cinta, rindu, jengkel dan sebagainya. Ilmu secara
wahmiyah seperti pada kaum perasa diatas. Cuma perbedaannya wahmi masih dikontrol, bukan
sebagai patokan utama.
Akal. Fakultas dalam diri kita yang mengontrol semuanya.
Kita telah sampai pada pentingnya akal dalam menilai sesuatu. Namun, persoalannya
lagi bahwa ternyata akal pun masih bisa salah. Artinya akal tidak mutlak. Untuk menjawab hal
ini, kita kembali ke pendefinisian awal. Berpikir adalah gerak akal. Hal ini berarti menandakan
adanya proses. Analogi sederhana motor adalah akalnya, mengendarai motor adalah
menggerakkan motor dari satu titik ke titik lain, atau berpikir. Dalam proses itu harus menaati
aturan yang ada. Jika kita tidak menaati aturan seperti lampu lalu lintas dan rambu-rambu maka
akan terjadi kecelakaan. Berpikir dengan tidak menaati rambu-rambu atau aturan berpikir akan
menyebabkan kecelakaan berpikir.
Jadi terjadi kesalahan berpikir bukan akalnya yang salah, tapi penggunaannya yang
tidak tepat. Untuk itu kita harus mengetahui bagaimana aturan berpikir yang mutlak adanya,
yang itupun harus dinilai kebenarannya.
Seorang pemikir telah membantu kita menyusun prinsip atau aturan berpikir tersebut
yang sering disebut logika aristotelian atau logika formal sebagai berikut:
1. Prinsip identitas. Prinsip ini menyatakan bahwa sesuatu hanya sama dengan dirinya sendiri.
Secara matematis dirumuskan: X=X
2. Prinsip non kontradiksi. Prinsip ini menyatakan bahwa tiada sesuatu pun yang berkontradiksi.
Sesuatu berbeda dengan bukan dirinya. Jika diturunkan melalui rumus matematika: X X
3. Prinsip kausalitas. Prinsip ini menyatakan bahwa tidak ada sesuatupun yang kebetulan. Setiap
sebab melahirkan akibat.
4. Prinsip keselarasan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap akibat selaras dengan sebabnya.
Kira-kira begini:
Kambing jika kita beri emas dan rumput ia tidak akan mengambil emas karena rumput =
rumput dan emas = emas artinya justru prinsip ini berlaku universal.

KUASA MEDIA DAN GLOBALISASI

Media massa merupakan sarana penyebarluasan berita dan informasi kepada khalayak luas, baik
secara local, nasional, maupun internasional. Hal ini selaras dengan fungsi media massa sebagai
lembaga siaran yang berkepentingan dengan penyebaran informasi dan bisnis serta upaya
mempengaruhi opini public internasional (Shoelhi : 2009). Melalui media massa yang bersifat
internasional ini, penyebarluasan informasi masuk dalam era globalisasi. Di mana dikatakan oleh
Marshall McLuhan menjadi sebuah global village, yang membuat batas antar negara tidak jelas.
Dengan memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi yang telah berkembang
dengan pesat, maka seluruh bangsa-bangsa di dunia dapat disatukan dalam agenda globalisasi.
Media massa dan globalisasi memiliki pengaruh maupun peran yang saling mendukung
satu sama lain. Pengaruh tampaknya dapat diistilahkan dengan sesuatu yang positif (konstruktif)
maupun negative (destruktif), sedangkan peran merupakan faktor yang saling menguntungkan
(mutualisme). Dengan adanya pengaruh yang negative, maka diperlukan gatekeeper (filter)
terhadap informasi yang diterima, khususnya dari bangsa barat. Sebab sejak decade 70-an hingga
sekarang, terjadi ketimpangan dalam arus informasi antara negara maju dengan negara
berkembang.
Dari peranan media massa dan globalisasi, memang tak dapat dipungkiri bahwa terdapat
nilai positif di antara keduanya. Globalisasi akan mendorong masyarakat untuk terlibat secara
langsung dalam berbagai kegiatan dan forum internasional. Dengan demikian menurut
Mohammad Shoelhi, komunikasi internasional semakin dirasakan arti pentingnnya dalam
pergaulan internasional guna memajukan saling pengertian dan menghilangkan kesenjangan
dalam hubungan internasional.

BAB II
ISI

A. Globalisasi
Menurut asal katanya, globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Dapat juga diartikan sebagai proses di mana antar individu , antarkelompok , antar negara saling
berinteraksi ,bergantung , terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
kota dengan penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara
mendunia melalui media cetak dan elektronik.
Globalisasi pada khususnya terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia.
Adapula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat
kemajuan teknologi informasi. Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar, seperti :
a. Selalu meningkatkan pengetahuan
b. Patuh hukum
c. Kamandirian
d. Keterbukaan
e. Rasionalisasi
f. Etos kerja
g. Kemampuan memprediksi
h. Efisiensi dan produktivitas
i. Keberanian bersaing
j. Menajemen resiko
Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya :
a. Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan
b. Lembaga keagamaan
c. Industri internasional dan lembaga perdagangan
d. Wisata mancanegara
e. Saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional
f. Lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional
g. Lambaga kenegaraan seperti hubungan diplomatic dan konsuler
Globalisasi berpengaruh hampir dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Ada
masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda, penduduk dengan
status sosial yang tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit menerima
atau bahkan menolak globalisasi seperti masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang
kehidupannya stagnan, dan masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental.

B. Media Massa (Mass Media)


1. Pengertian
Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk
mengistilahkan jenis-jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang
luas.
2. Ciri-ciri Media Masa

a. disebarluaskan kepada khalayak luas (publisitas).


b. Pesan atau isinya bersifat umum (universalitas),
c. tetap atau berkala (periodisitas),
d. berkesinambungan (kontinuitas),
e. berisi hal-hal baru (aktualitas).

3. Jenis-jenis Media Masa

a. media masa cetak (printed media). Berdasarkan formatnya terdiri dari : koran/surat kabar,
tabloid, newsletter, majalah, buletin dan buku.
b. media masa elektronik (elektronic media). Contohnya : radio, televisi, film.
c. media on-line (cyber media). Berisikan informasi aktual layaknya media masa cetak.
C. Faktor Pendukung Globalisasi

Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik,


ekonomi, sosial budaya. pertahanan keamanan dan lain-lain. Yang ini semua akan mempengaruhi
nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa. terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi
globalisasi, yaitu :
1. Berkembang Pesatnya Teknologi Komunikasi

Setiap rumah dan kantor dilengkapi dengan telfon, mesin fax, televisi, dan internet.
Hampir setiap orang yang mampu memiliki telfon genggam, sehingga terhubung ke seluruh
pelosok dunia.
Teknologi ini membuat ruang dan waktu seakan-akan semakin sempit.

2. Adanya Integrasi Ekonomi Dunia

Kegiatan ekonomi mengarah ke perekonomian tanpa bobot (weightless economy), yaitu


perekonomian yang produknya adalah informasi, seperti perangkat lunak komputer, produk
media, hiburan, dan jasa berbasis internet.
Disebut juga perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge economy), yang ditandai oleh
munculnya banyak konsumen yang cakap teknologi dan mudah menguasai kemajuan-kemajuan
terbaru dalam bidang komputerisasi, hiburan, dan telekomunikasi serta mempraktekkannya
dalam kehidupan keseharian mereka.
Banyak aspek ekonomi sekarang bekerja melalui jaringan-jaringan yang melintasi batas-batas
negara.

D. Pengaruh Globalisasi dalam Media Massa


Globalisasi media massa merupakan proses yang sangat nature terjadi. Pada titik-titik
tertentu terjadi benturan antar budaya dari Luar Negeri yang tidak dikenal oleh bangsa Indonesia.
Akibat itulah terjadi kekhawatiran yang sangat besar dampaknya dalam kehidupan masyrakat
Indonesia.
Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalami serbuan yang hebat dari berbagai
produk media massa berupa tabloid, majalah, buku bacaan di media cetak, televisi, radio, dll.
Misal, munculnya majalah-majalah Amareika dan Eropa versi Indonesia, seperti : Bazaar,
Cosmopolitan, Hausekeeping, dll. Begitupula dengan peredaran VCD. Baik yang datang dari luar
negeri maupun dalam negeri sendiri.
Kebebasan pers yang muncul pada awal masa reformasi ternyata dimanfaatkan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk menerbitkan produk-produk pornografi.
Mereka menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang dijamin hak asasi warga negara yang
tidak dikenakan penyensoran dan pembredelan. Padahal dalam Undang-Undang Pers No. 40
Tahun 1999 bahwa Pers berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati
norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat (pasal 5 ayat 1).
Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai
informasi tentang peradaban baru dari seluruh penjuru dunia. Terutama masalah pornografi.
Contohnya, saat ini wanita-wanita Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari Negara
Amerika dan Eropa yang dalam berbusana cenderung minim. Sedangkan masyarakat Indonesia
pada umumnya menganut ajaran agama islam yang memiliki aturan dalam hal berpakaian.

E. Pengaruh Media Massa dalam Globalisasi

F. Peran Globalisasi
G. Peran Media Massa di Era Globalisasi
Media massa memiliki peran penting di era yang serba modern. Salah satu peran penting
media adalah sebagai penentu identitas suatu bangsa. Perkembangan yang terjadi dalam dunia
media massa saat ini seperti perkembangan teknologi dunia elektronik, penggunaan internet
secara luas dan penggunaan telepon seluler, yang secara tidak langsung memfasilitasi proses
globalisasi dalam dunia jurnalistik. dengan adanya internet, atau penggunaan telepon genggam
yang juga memiliki fasilitas internet, segala sesuatu dari dunia luar begitu mudah masuk ke
Indonesia.
Oleh karena itu, dengan sisi positif dengan adanya globalisasi, media massa dapat
berperan dalam mencerdaskan masyarakat. hal inilah yang menjadi agenda terbesar media
massa. Selanjutnya, media massa dapat menjadi penggerak aktivitas sosial masyarakat. Sebagai
instrumen pemberi warta tentunya sebuah koran, misalnya, memiliki sebuah kekuatan persuasif
tersendiri untuk mengajak masyarakat melakukan sesuatu. Peran propaganda sebuah media
massa sangatlah kuat. Daya pengaruh ini mampu memobilisasi masyarakat untuk membantu
penderitaan korban bencana, misalnya. Atau juga pembentukan posko keprihatinan. Saat ini
beberapa mediabaik cetak, radio maupun televisitelah membuka berbagai posko maupun
pundi amal. Langkah ini hendaknya diperluas dalam berbagai segmen aktivitas: sosial, budaya,
ekonomi, politik.

Peran yang lainnya yaitu, dapat menjadi sarana empowering (pemberdayaan). Posisi
media massa hendaknya selalu berpihak kepada masyarakat. Opini yang diciptakan sesuai
dengan nurani masyarakat. Sekaligus, dalam kondisi tertentu harus siap berhadapan dengan
kebijakan penguasa. Peran media massa cukup signifikan untuk mempengaruhi kebijakan
eksekutif, merubahnya menuju tuntutan masyarakat. Namun, berdiri diametral bukan berarti
membenci atau memusuhi. Landasan nurani dan persaudaraan tentunya bisa menghiasi kritik
membangun yang disodorkan oleh sebuah media. Dalam hal ini, kepekaan pejabat sangat
diharapkan. Kontrol media dan kepekaan penguasa menjadi sinergi yang indah. Dan yang
terakhir menurut Purwasito(2002), media massa dapat berperan mentransfer kebudayaan dan
mengembangkan nilai maupun norma berdasarkan visi-misi dan latar belakang usahanya.

Fungsi & Peranan Media Massa

A. Peranan media massa bagi masyarakat antara lain:


Sebagai sarana untuk mengidentifikasi diri nilai nilai lain di dalam media
Media dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman diri melalui orang lain
Media terkait mempromosikan pendekatan pendekatan alternative terhadap kegiatan
kemasyarakatan
Sebagai suatu hiburan, artinya media massa dapat menampilkan berbagai hiburan yang bisa
melepaskan rasa jenuh masyarakat.

B. Media massa di dalam pendidikan:


Peran media massa di dunia pendidikan yng terpenting adalah dapat memperluas wawasan
dan pengetahuan
Sebagai penyedia informasi bagi pelajar
Media massa dapat membantu pelajar dalam menyelesaikan tugas tugasnya
Dengan adanya media massa dapat mendorong pelajar untuk lebih aktif mencari ilmu
pengetahuan dan informasi
Mempermudah dan mempercepat administrasi pendidikan
C. Media massa dalam bidang ekonomi:
Media massa menyampaikan berbagai informasi seputar perkembangan ekonomi saat ini
Secara ekonomis, media massa adalah akses untuk mempermudah transaksi suatu barang atau
proses jual beli antara penyedia barang dan pembeli dalam hal ini konsumen
Mempercepat informasi mengenai perkembangan bursa efek maupun masalah perkembangan
saham di pasar.

D. Peran media massa terhadap psikologi, agama, & moral:


Nilai positif terhadap perkembangan psikologi, agama, & moral
Media sebagai sarana penghubung dalam menyampaikan berbagai informasi dan pembahasan
mengenai moral dan etika serta hal hal yang bersifat reliji kepada orang lain atau masyarakat
luas
Media massa khususnya televisi dapat dijadikan alat untuk menampilkan nilai nilai etika
moralitas agama
Media massa berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan seseorang, hal ini berarti media dapat
merubah kondisi psikologis seseorang untuk selalu konsisten melakukan hal hal yang bernilai
positif.
Dampak negatif media massa mengenai psikologi, agama, & moral
Bagi remaja maupun anak anak, pada dasarnya masih mempunyai jiwa yang labil, tidak
mempunyai pendirian yang teguh dan biasanya susah dalam hal pengendalian diri sehingga
pengaruh pengaruh negatif seperti perilaku perilaku menyimpang akibat dari pergeseran nilai
mudah mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru berupa krisis ahlak.

E. Media massa di dalam persaudaraan & persahabatan:


Media massa diartikan sebagai medium atau saluran yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan orang lain dalam hal mempererat tali persaudaraan
Mempermudah akses untuk berinteraksi dengan orang lain
Sebagai sarana untuk menyampaikan pesan kepada teman lain, dll.

F. Bagi orang tua:


Peranan orang tua tidak terlepas dalam mengontrol sikap anak anaknya sehingga tidak
terjerumus untuk melakukan hal hal yang negatif. Orang tua sangat berperan dalam
mendukung dan mewaspadai segala hal yang bisa menjerumuskan masa depan anaknya.

4. Gerakan Pro-globalisasi

Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa


globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori
ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling
menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam
bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan
komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk
kamera digital (mampu mencetak lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia
memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan
untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk
memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan
membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.

5. Gerakan antiglobalisasi

Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap
politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-
lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO).
Antiglobalisasi dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang
lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang
berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap
ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan
hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab
lainnya.

6.Globalisasi Kebudayaan

Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk


diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut
oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa
yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila
disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah
kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal
dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke
berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan
berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai
sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa
lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi
kebudayaan.

Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan:


Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu
terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
Berkembangnya turisme dan pariwisata.
Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa

7. Hubungan Globalisasi dan Media Massa

Kita sudah menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya globalisasi adalah media
massa. Mari kita bahas peran media massa itu sendiri.
Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat modern tidak ada yang
menyangkal, menurut McQuail dalam bukunya Mass Communication Theories (2000 : 66), ada
enam perspektif dalam hal melihat peran media.

Pertama, melihat media massa seabagai window on event and experience.


Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi
di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.

Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying
a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang
merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak bersalah jika
isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena
memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari
suka atau tidak suka.

Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas
tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk
mengetahui apa yang mereka inginkan.

Ketiga, memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal
untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content
yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak dipilihkan oleh media tentang
apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.

Keempat, media massa acapkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter,
yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternative yang
beragam

Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan
ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik.

Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya
informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.

Pendeknya, semua itu ingin menunjukkkan, peran media dalam kehidupan social bukan sekedar
sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan,
mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi
otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas
subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa
inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial.
Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap
objek sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan
berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media
massa.

8. Globalisasi Media

Bertolak dari besarnya peran media massa dalam mempengaruhi pemikiran khalayaknya,
tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada massa akan datang harus dipikirkan lagi.
Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang tak terelakan lagi.

Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature terjadi, sebagaimana
jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor. Pendekatan profesional
menjadi kata kunci, masalah dasarnya mudah diterka. Pada titik-titik tertentu, terjadi benturan
antar budaya dari luar negeri yang tak dikenal oleh bangsa Indonesia. Jadi kekhawatiran besar
terasakan benar adanya ancaman, serbuan, penaklukan, pelunturan karena nilai-nilai luhur dalam
paham kebangsaan. Imbasnya adalah munculnya majalah-majalah Amerika dan Eropa versi
Indonesia seperti : Bazaar, Cosmopolitan, Spice, FHM (For Him Magazine), Good
Housekeeping, Trax dan sebagainya. Begitu pula membajirnya program-program tayangan dan
produk rekaman tanpa dapat dibendung.

Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalamai serbuan yang hebat dari berbagai
produk pornografi berupa tabloid, majalah, buku bacaan di media cetak, televisi, radio dan
terutama adalah peredaran bebas VCD. Baik yang datang dari luar negeri maupun yang
diproduksi sendiri. Walaupun media pornografis bukan barang baru bagi Indonesia, namun tidak
pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia
sebagai surga pornografi karena sangat mudahnya mendapatkan produk-produk pornografi dan
harganya pun murah.

Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat yang tidak bertanggungjawab, untuk menerbitkan produk-produk pornografi. Mereka
menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang dijamin sebagai hak asasi warga Negara dan
tidak dikenakan penyensoran serta pembredelan. Padahal dalam Undang-Undang Pers No. 40
tahun 1999 itu sendiri, mencantumkan bahwa pers berkewajiban memberitakan peristiwa dan
opini dengan menghormati normanorma agama dan rasa kesusilaan masyarakat (pasal 5 ayat 1).

Dalam media audio-visualpun, ada Undang-undang yang secara spesifik mengatur


pornografi, yaitu Undang-undang Perfilman dan Undang-undang Penyiaran. Dalam UU
Perfilman 1992 pasal 33 dinyatakan bahwa setiap film dan reklame film yang akan diedarkan
atau dipertunjukkkan di Indonesia, wajib sensor terlebih dahulu. Pasal 19 dari UU ini
menyebutkan bahwa LSF (Lembaga Sensor Film) harus menolak sebuah film yang menonjolkan
adegan seks lebih dari 50 % jam tayang.

Dalam UU Penyiaran pasal 36 dinyatakan bahwa isi siaran televisi dan radio dilarang
menonjolkan unsur cabul (ayat 5) dan dilarang merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan
nilai-nilai agama dan martabat manusia Indonesia (ayat 6).

Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang
mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan
terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang datang dari
seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga negara mampu menilai
sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Begitulah, misalnya, banjir informasi dan budaya
baru yang dibawa media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku.
Terutama masalah pornografi, dimana sekarang wanita-wanita Indonesia sangat terpengaruh oleh
trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam berbusana cenderung minim, kemudian ditiru
habis-habisan. Sehingga kalau kita berjalan-jalan di mal atau tempat publik sangat mudah
menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim mengumbar aurat. Di mana budaya itu
sangat bertentangan dengan norma yang ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free
sex di kalangan remaja masa kini. Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya adalah
orang-orang Indonesia.

Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat perkembangan
kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang berbagai sepak terjang
masyarakt yang berperilaku tidak semestinya. Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang
Yudoyono, menyarankan agar televisi tidak menayangkan goyang erotis dengan puser atau perut
kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa, banyak televisi yang akhirnya tidak menayangkan
para artis yang
berpakaian minim.

Studi Kasus

Akhir-akhir ini apabila kita sering menonton tayangan berita criminal televisi, banyak sekali
berita yang menyangkut tentang asusila yaitu pemerkosaan. Berikut adalah salah satu kasusnya.
Siswi SMA yang berada di kota Malang telah hilang beberapa hari. Orang tua siswi tersebut
sudah melaporkan hal ini kepada Polisi setempat. Selang 3 hari kemudian akhirnya polisi dapat
menemukan siswi tersebut. Siswi tersebut ditemukan di sebuah kos pria di dekat sekolahnya.
Saat polisi datang, siswi yang berinisial N ini terkulai lemas di tempat tidur. Polisi segera
membawa N ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa ternyata N diperkosa. Kondisi N
masih trauma dan lemah. Polisi akhirnya segera menangkap pelaku perkosaan, yang tak lain
adalah teman sekolah N sendiri.
Dari keterangan pelaku, ia memperkosa N karena tidak tahan melihat N memakai pakaian
minim. Apalagi pelaku baru saja selesai menonton film porno yang baru dia download dan
membaca majalah vulgar. Pelaku mengajak N mampir ke kosnya untuk ngobrol-ngobrl
sejenak. Ketika N sudah di kos, pelaku mengunci pintu kosnya dan memperkosa N. Pelaku
menyekap N berhari-hari karena ingin melakukan perbuatan asusila itu berkali-kali.

Dari kasus diatas kita dapat mengetahui bahwa penyebab utamanya adalah pakaian yang minim
dan menonton film porno. Jelas sekali ini bukan budaya Negara kita. Sangat disarankan buat
kaum hawa, boleh berpakaian trendi namun semua itu harus sesuai dengan norma yang ada. Buat
kaum adam, jangan menonton film porno, apalagi hal itu dilarang agama. Apabila sedang
internet, jangan sampai membuka situs porno. Internet dibuat untuk menambah pengetahuan
bukan untuk membuat manusia menjadi bobrok.

Anda mungkin juga menyukai