Anda di halaman 1dari 14

1.

Ideologi Kapitalisme

Macam ideologi yang pertama adalah ideologi kapitalisme. Ideologi kapitalisme merupakan ideologi
yang cukup dikenal di dunia. Ideologi kapitalisme ini dipopulerkan oleh seorang bapak ilmu ekonomi
dunia yaitu Adam Smith.

Paham ini digagas oleh Adam Smith karena tidak setuju dengan ideologi merkantilisme yang
berkembang pada saat itu. Teori Adam Smith mengenai ideologi kapitalisme yang cukup dikenal luas
yaitu teori invisible hand (tangan yang tidak terlihat).

Ideologi kapitalisme menekankan kepada penguasaan modal oleh pihak swasta yang di mana negara
tidak berhak mengatur dan membuat undang-undang yang dapat mempersulit jalanya usaha
mereka.

Istilah ideologi kapitalisme awalnya muncul dari konsep ekonomi dari Inggris di abad ke-18,
kemudian menyebar ke Eropa Barat dan Amerika Utara sebagai akibat dari perlawanan terhadap
ajaran gereja. Kemunculan awal kapitalisme adalah saat revolusi Inggris pada abad ke-18 saat
berkembangnya industrialisasi. Penyebaran hubungan-hubungan di pasar serta pertumbuhan
konsumsi mengakibatkan permintaan pasar yang cukup besar sehingga investasi di bidang produksi
industrial menjadi bernilai. Dikutip dari laman Dana Moneter Internasional (IMF), paham ekonomi
kapitalisme adalah paham di mana pelaku usaha swasta memiliki dan mengendalikan properti sesuai
dengan kepentingan mereka. Sementara permintaan dan penawaran berjalan secara bebas dalam
menetapkan harga pasar, sehingga peran negara sangat terbatas. Faktor penting dari sistem
ekonomi kapitalis adalah motif keuntungan sesuai dengan teori Adam Smith. Baca juga: Pengertian
Globalisasi, Ciri, Penyebab, dan Dampaknya Dalam ideologi kapitalisme, aset modal—seperti pabrik,
tambang, dan jalur distribusi, dapat dimiliki dan dikendalikan secara pribadi, tenaga kerja dibeli
dengan upah uang, keuntungan modal diperoleh pemilik swasta, dan harga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran. Sistem kapitalis merupakan kebalikan dari sistem sosialisme, di mana
negara banyak menguasai alat produksi, harga barang atau jasa hingga upah pekerja banyak
ditentukan oleh negara. Ciri paling menonjol dalam penerapan kapitalisme adalah minimnya
intervensi negara. Semua ditentukan berdasarkan kehendak pasar. Inilah yang disebut Adam Smith
sebagai teori The Invisible Hand. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kapitalisme adalah sistem atau paham ekonomi yang modalnya bersumber pada modal pribadi atau
modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan di pasaran bebas. Baca juga: Mengenal Beasiswa
LPDP dan Cara Mendapatkannya Kapitalisme adalah ideologi pasar bebas Adam Smith menjelaskan
kapitalisme melalui ilustrasi bahwa “Apa yang kita harapkan untuk makan malam kita tidaklah
datang dari keajaiban si tukang daging, si pemasak bir atau tukang roti, melainkan dari apa yang
mereka hormati dan kejar sebagai kepentingan pribadi.” Sederhananya, kapitalisme adalah sistem
ekonomi yang memberikan kebebasan penuh pada semua orang untuk melakukan kegiatan ekonomi
untuk memperoleh keuntungan. Dalam sistem ekonomi ini, setiap individu memiliki hak penuh
untuk mengambil manfaat atas harta atau kekayaannya sebagai alat produksi dan berusaha. Dalam
ideologi kapitalisme adalah negara atau pemerintah tidak dapat melakukan intervensi atau ikut
campur dalam sistem ekonomi kapitalisme, tetapi berperan untuk memastikan kelancaran dan
keberlangsungan kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, pemerintah hanya berlaku sebagai pengawas.
Di Indonesia sendiri, kapitalisme mulai tumbuh di era periode awal kolonialisme yang bermula dari
rempah-rempah, di mana muncul perusahaan Belanda The Dutch East India Company atau VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie). Lihat Foto Contoh kapitalisme adalah VOC, di mana ideologi
kapitalisme menekankan keuntungan maksimal.(Wikipedia) Baca juga: Pengertian Sistem Ekonomi,
Jenis, Kelebihan dan Kekurangannya Contoh ideologi kapitalisme Kapitalisme dapat dilihat dari
lembaga dan mekanismenya, yaitu ekonomi pasar, adanya hak pemilikan, adanya usaha swasta,
persaingan bebas, dan adanya kebebasan. Contoh kapitalisme adalah industri di Amerika Serikat, di
mana banyak bisnis atau industri di sana dikuasai oleh pengusaha swasta dan campur tangan
pemerintah sangat minim. Pemerintah di sini hanya berperan sebagai pengawas. Negara dengan
ideologi kapitalisme sangat menjunjung tinggi kebebasan pasar. Contohnya di industri penerbangan
Amerika Serikat, di mana pelaku usahanya seluruhnya dimiliki swasta. Harga tiket pesawat pun
mengikuti mekanisme pasar sesuai dengan penawaran dan permintaan, dan pemerintah tidak
mengatur berapa harga tiket pesawat yang harus dijual maskapai. Kelebihan dan kekurangan
kapitalisme Seperti sistem keuangan lainnya, ideologi kapitalisme pun memiliki keuntungan serta
kekurangan. Keuntungan pertama adalah pemanfaatan sumber daya yang lebih efisien serta efektif.
Hal ini terjadi karena kapitalisme adalah situasi di mana pemilik modal telah memasang target untuk
mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, pola pikir masyarakat lebih kreatif karena
dihadapkan dengan persaingan tinggi. Terlebih lagi, produk-produk yang unik memiliki
kecenderungan lebih diminati oleh konsumen. Meski demikian, penerapan sistem ini juga memiliki
kerugian. Karena akses terhadap modal hanya bisa dimiliki oleh kalangan tertentu, persaingan tak
sempurna dalam pasar bebas tidak bisa dihindari. Inilah yang menjadi akar terjadinya monopoli
pasar. Selanjutnya, sistem kapitalis ini mengakibatkan pengusaha hanya berorientasi pada uang
semata sehingga masalah-masalah lain seperti kesejahteraan pekerja pun terabaikan. Baca juga: 4
Cara Isi Saldo PayPal Termudah dan Tercepat Dampak buruk selanjutnya yang dihadapi kapitalisme
adalah terancamnya kelestarian sumber daya alam. Karena pemilik modal memasang target
keuntungan besar, eksploitasi sumber daya alam akan dilakukan dalam skala besar tanpa
memikirkan aspek keberlanjutannya. Kelebihan kapitalisme: Penggunaan sumber daya dan
pendistribusian barang yang efisien Agar dapat bersaing, setiap orang berusaha untuk lebih kreatif
Adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat karena persaingan pasar Adanya penghargaan yang
diberikan kepada individu yang bekerja keras dalam bisnis Konsumen memiliki control untuk
mengendalikan pasar karena persaingan harga yang terjadi antar perusahaan Kekurangan
kapitalisme Munculnya pasar persaingan tidak sempurna dan pasar persaingan monopolistik
Persaingan pada sistem ini memicu konflik dan ketidakadilan karena pemimpin pasarnya merupakan
pengusaha besar Perekonomian berorientasi pada uang sehingga perusahaan akan memiliki sudut
pandang yang materialistik Dalam sistem ini, profit dijadikan sebagai tujuan utama dalam berbisnis
sehingga perusahaan besar akan mengambil alih perusahaan kecil Terjadinya eksploitasi sumber
daya alam demi keuntungan sebesar-besarnya Adanya kesenjangan dalam distribusi antar individu
dan juga berbagai sarana produksi yang terpusat pada satu kelompok Meningkatnya krisis dan
kriminalitas karena pengangguran yang meningkat akibat ada pihak produsen yang berhenti
berproduksi karena kalah bersaing Kapitalisme modern Ideologi kapitalisme terus berkembang
menyesuaikan kondisi masyarakat modern. Kini, kapitalisme modern adalah kapitalisme monopoli,
yaitu kapitalisme negara dan kapitalisme perusahaan. Ciri utama kapitalisme akhir ini adalah
konsumerisme dan finansialisasi, yaitu proses di mana membuat uang menjadi tujuan dominan
setiap industri. Agar kapitalisme dapat bekerja, modal harus diakumulasi, bukan dikonsumsi. Modal
harus diinvestasikan kembali untuk mengembangkan teknik-teknik produksi yang lebih efisien untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Semakin banyak kekayaan yang dikumpulkan, semakin
sukses perusahaan kapitalis, sehingga semakin banyak sumber daya yang tersedia untuk
memperbaiki efisiensi produksi.

Kapitalisme di Indonesia

Quipperian, kapitalisme yang terus tumbuh di Indonesia sampai saat ini ternyata tidak lepas dari
pengaruh kolonialisme Belanda, lho. Kamu tentu masih ingat masa berlakunya sistem tanam paksa
dari VOC, kan? Peristiwa itulah yang jadi akar kapitalisme di Indonesia.
Kekejaman sistem tanam paksa oleh Belanda ini jadi bentuk nyata dari kapitalisme, yakni Belanda
memeras kekayaan pribumi demi memenuhi kepentingan pemerintahannya sendiri.

Setelah sistem tanam paksa ini hilang dan Indonesia merdeka, kapitalisme di Indonesia berkembang
dengan bentuk imperialisme baru. Pada masa Orba, modal-modal asing mulai masuk ke Indonesia
dan gap antar masyarakat yang punya modal dan tidak punya modal pun makin terlihat.

Sayangnya, sampai saat ini sistem kapitalisme masih berkembang di Indonesia. Bisa kita lihat di
mana kekayaan sumber daya Indonesia masih dieksploitasi oleh negara-negara lain. Meski begitu,
kita pun bisa melihat upaya Pemerintah Indonesia untuk mencegah hal tersebut terus terjadi, bisa
dilihat dari kasus Freeport di Papua yang akhirnya 51% saham bisa dikuasai oleh Indonesia.

Perbedaan Kapitalisme, Sosialisme, dan Liberalisme

Kapitalisme: Sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh terhadap individu atau sektor
swasta untuk bisa berperan aktif dalam kegiatan ekonomi demi mendapatkan keuntungan.

Sosialisme: Serangkaian sistem ekonomi dan sosial yang ditandai dengan kepemilikan sosial atas
alat-alat produksi dan manajemen mandiri pekerja.

Liberalisme: Sebuah ideologi, pandangan, atau tradisi politik berdasarkan pemahaman bahwa
kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Liberalisme punya cita-cita agar
masyarakat bisa bebas, terutama bebas berpikir bagi masing-masing orang.

2. Ideologi Liberalisme

Macam ideologi di dunia selanjutnya adalah ideologi liberalisme. Ideologi ini menekankan kepada
kebebasan setiap golongan untuk dapat mengekspresikan keinginannya sendiri tanpa ada larangan
dari pihak lainnya, seperti dari asal katanya yaitu liberal yang berarti kebebasan.

Ideologi ini menganggap bahwa setiap orang harus memperoleh kesempatan yang sama dalam
mencapai sesuatu. Setiap individu berhak untuk menentukan sendiri berbagai hak umum seperti hak
politik, hak beragama, dan berbagai hak lainnya.

Ideologi Liberalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan. Istilah liberalisme
berasal dari bahasa Latin, libertas atau dalam bahasa Inggris disebut liberty yang artinya kebebasan.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk bertempat tinggal, kemerdekaan pribadi, hak
untuk menentang penindasan, serta hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi dan hak milik.
Selain itu, liberalisme juga didefinisikan sebagai suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan
individu, baik dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama, maupun
kebebasan sebagai warga Negara dinamakan liberalisme. Paham liberal maupun sebagai reaksi atas
penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan agamawan pada masa perkembangan
feodalisme dengan pemerintahan monarki absolute. Pendukung utama paham liberal adalah kaum
borjuis dan kaum-kaum terpelajar kota. Baca juga: Jalan Hidup Mikhail Bakunin, Sang Anarkis Musuh
Ideologis Karl Marx Sejarah Ideologi Liberalisme Mengutip Heru Nugroho dalam penelitiannya pada
Jurnal Ilmiah Bestari dengan judul Tinjauan Kritis Liberalisme dan Sosialisme (Vol. 13, 2000: 2),
paham liberalisme mulai berkembang di pada abad ke-18 dan 19 di Prancis dan Inggris. Sebagai
suatu gerakan, liberalisme dimulai pada masa renaissance yang memperjuangkan kebebasan
manusia dari kungkungan gereja atau agama. Saat itu, kekuasaan raja, bangsawan, dan gereja
mendominasi seluruh kehidupan masyarakat. Rakyat tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat
dan bertindak. Keadaan tertekan ini menimbulkan kritik dari berbagai kalangan yang menginginkan
kebebasan di semua bidang kehidupan. Mengutip modul Sejarah Kelas XI (2020), konsep kebebasan
dalam bidang politik melahirkan pemikiran tentang negara yang demokrasi. Konsep bebas dalam
bidang ekonomi membuat masyarakat menentang monopoli dan campur tangan pemerintah, rakyat
menginginkan ekonomi bebas. Dalam bidang moral, liberalisme menjunjung tinggi kebebasan
individu dan menentang otoriterisme. Dalam bidang agama, kaum liberal menginginkan kebebasan
memilih agama sesuai dengan keyakinannya, bebas beribadah menurut agamanya, dan juga bebas
untuk tidak menganut agama apapun. Yang mana, urusan agama tidak boleh dicampur dengan
urusan pemerintahan. Dwi Siswanto dalam penelitiannya berjudul Konvergensi antara Liberalisme
dan Kolektivisme sebagai Dasar Etika Politik di Indonesia dalam Jurnal Filsafat (Vol. 38, 2004: 270),
menyebutkan bahwa ada empat unsur yang mendorong lahirnya liberalisme, yaitu perkembangan
ilmu pengetahuan, pemanfaatan alat-alat teknologi, perubahan sosial, dan timbulnya kesadaran
memperbaharui cara hidup. Beberapa tokoh yang mengusung terjadinya liberalisme dalam
kehidupan saat itu, antara lain Voltaire, Montesquieu, dan Rousseau. Salah satu peristiwa yang
menjadi tanda lahirnya liberalisme di Eropa ialah Revolusi Industri di Inggris (1760-1840) dan
Revolusi Perancis (1789-1815). Baca juga: Sejarah Serta Pengaruh Ideologi Liberalisme di Asia dan
Afrika Ciri-ciri Liberalisme Mengutip kembali dari Dwi Siswanto (Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004: 271),
disebutkannya ada lima ciri liberalisme, yaitu: Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik.
Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh. Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya
terbatas. Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan. Kebahagiaan individu
adalah tujuan utama. Sementara itu, Heru Susanto membagi ciri-ciri liberalisme dalam beberapa
bidang, antara lain sebagai berikut: Bidang Politik: Munculnya demokratisasi. Bidang Sosial:
Kebebasan berpendapat, kesamaan kesempatan dalam usaha, reformasi sosial, dan perasaan
egaliter. Bidang Seni dan Budaya: Kebebasan dalam berekspresi, seperti lukisan, drama, seni, musik,
dan lain-lain. Bidang Ekonomi: Ekonomi pasar yang demokratis. Baca juga: Nilai-Nilai Pancasila
Sebagai Dasar dan Ideologi Negara Indonesia Contoh dan Penerapan Liberalisme Masih dari Heru
Susanto, ia menuturkan dalam penelitiannya bahwa pengaruh atau praktik liberalisme yang berjalan
dan berdampak bagi kehidupan saat ini adalah munculnya globalisasi. Secara garis besar, dapat
dipahami bahwa globalisasi mengintroduksikan pasar bebas, hiperliberalisasi individu, dan berupaya
mengurangi peran pemerintah dalam sektor ekonomi. Di Indonesia, sistem liberalisme tidak
diterapkan dalam kehidupan politik, tetapi diterapkan dalam kehidupan ekonomi. Berdasarkan
pandangan Heru Susanto, pengaruh itu tampak pada berkembangnya gaya hidup penduduk yang
mengikuti zaman. Hal tersebut dapat dilihat dari gaya hidup mewah dan kebebasan dalam hal
memilih kebutuhan merupakan ciri-ciri liberalisme dalam sektor ekonomi. Selain itu, pengaruh
liberalisme juga dapat dilihat di beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Perancis, dan
Jerman. Di negara-negara tersebut, liberalisme sangat dijunjung tinggi. Hal tersebut dapat dilihat
dari penerapan demokrasi yang membuat rakyat bebas berpendapat dan berekspresi. Kemudian,
dapat dilihat dari sektor ekonomi yang menerapkan prinsip sistem ekonomi pasar demokratis. Baca
juga: Sejarah Serta Pengaruh Ideologi Liberalisme di Asia dan Afrika Neoliberalisme di Antara MUI,
Prabowo dan Jokowi Pengaruh Liberalisme di Asia Afrika Penyebaran paham liberalisme begitu
pesat, hingga ke benua Asia dan Afrika. Paham ini kemudian memberikan pengaruh terhadap
pergerakan masyarakat di kedua benua tersebut. 1. Bidang Ekonomi Perkembangan liberalisme
masuk ke dalam bidang ekonomi Asia-Afrika. Pengaruh liberalisme dalam bidang ekonomi
contohnya: Liberalisasi perdagangan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia
Afrika. Perdagangan bebas membuat masyarakat Asia Afrika bebas melakukan perdagangan luar
negeri secara sekuler. Negara-negara Asia Afrika mulai mengembangkan produk industri masing-
masing. Taraf kehidupan masyarakat Asia Afrika meningkat. 2. Bidang Politik Selain ekonomi,
liberalisme juga memengaruhi politik negara-negara Asia Afrika sebagai berikut: Masyarakat Asia-
Afrika dapat memilih pemimpin mereka sendiri. Negara-negara Asia Afrika bebas menentukan
sistem politik dan sistem pemerintahan. Masyarakat memiliki hak untuk menyuarakan pendapat.
Munculnya kebebasan dan kemerdekaan pers. 3. Bidang Sosial dan Kebudayaan Pengaruh
liberalisme dalam bidang sosial dan kebudayaan di Asia-Afrika antara lain sebagai berikut: Hadirnya
sistem pendidikan egaliter di negara-negara Asia Afrika. Berkembangnya budaya populer di negara-
negara Asia Afrika. Keikutsertaan negara-negara Asia Afrika dalam kancah fashion, olahraga, dan
kesenian internasional (misal: Piala Dunia, Miss Universe, dll). Beragamnya sekolah dan perguruan
tinggi yang bebas dipilih oleh masyarakat Asia Afrika.

Selain itu, liberalisme juga dapat diartikan sebagai sebuah paham yang menghendaki dijunjungnya
kebebasan individu, baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, agama, ataupun warga negara.
Disebutkan bahwa orang pertama yang menganut ideologi liberalisme adalah John Locke. John Locke
adalah filsuf asal Inggris yang mencetuskan teori naturalism liberal. Naturalism liberal menjelaskan
bahwa hak milik pribadi adalah sebuah hak alam dan naluri yang tumbuh bersamaan dengan
pertumbuhan manusia. Menurut pendapat John Locke, negara terbentuk dari sebuah perjanjian
sosial yang terjadi antara individu yang hidup bebas dari penguasa. Selain John Locke, tokoh-tokoh
liberalisme lainnya adalah: Jean Jacqeus Rousseau Voltaire John Adam Smith David Ricardo
Montesquieu Jeremy Bentham Immanuel Kant Nurcholis Madjid Baca juga: Pengertian dan Ciri-ciri
Demokrasi Liberal Latar belakang Liberalisme di Perancis Latar belakang lahirnya ideologi liberalisme
disebabkan oleh peristiwa penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan agamawan pada
masa feodalisme. Paham liberalisme mulai berkembang di Perancis dan Inggris pada abad ke-18 dan
ke-19. Paham ini kali pertama disebarkan oleh kaum borjuis di Perancis. Pada masa itu, telah terjadi
ketimpangan dan kesenjangan yang berlangsung cukup lama di Perancis. Sejak abad ke-17,
pemerintah Perancis sudah banyak ikut campur masalah kebebasan ekonomi dan mengekang
adanya ekonomi perdagangan. Akibatnya, terjadi perbedaan golongan atau kelas antara warga
Perancis, di mana Golongan I dan Golondan II terdiri atas kaum bangsawan dan alim ulama,
sedangkan Golongan III terdiri dari kaum borjuis kaya raya dan rakyat biasa. Karena merasa
kebijakan itu tidak adil, kaum borjuis mengajak rakyat biasa menentang kekuasaan tak terbatas para
raja dan kaum bangsawan yang dianggap bersikap semena-mena. Awalnya, kaum borjuis menuntut
kebebasan ekonomi. Akan tetapi, lambat laun tuntutan mereka semakin meluas yang tidak hanya di
bidang ekonomi, melainkan juga politik dan agama. Puncak protes terjadi pada 1789, ketika Revolusi
Perancis sedang berlangsung yang menjadi cikal bakal lahirnya golongan liberal. Sejak saat itu,
pengaruh liberalisme terus meluas hingga ke negara lain di Eropa dan ternyata banyak mendapat
dukungan. Baca juga: Demokrasi Liberal (1949-1959): Pengertian, Ciri-Ciri, dan Kegagalannya
Liberalisme di Inggris Selain Perancis, ideologi liberalisme juga mulai mengakar di Inggris pada abad
ke-19. Pada waktu itu, Raja Inggris, John, mengeluarkan Magna Charta yang berisi tentang jaminan
kebebasan hak individu. Magna Charta kemudian dianggap sebagai pintu yang membatasi kekuasaan
absolut Raja Inggris. Kesimpulannya, paham liberalisme lahir karena kemarahan masyarakat
terhadap kekuasaan yang absolut serta kesewenang-wenangan para pemimpin negara terhadap
rakyatnya. Kaum liberalis menghendaki adanya kebebasan berindividu, kebebasan berekonomi,
kebebasan beragama, berpendidikan, bertempat tinggal, dan berbagai kebebasan lainnya. Baca juga:
Perbedaan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Pancasila Liberalisme di Indonesia Selain di negara
Eropa, liberalisme juga pernah diterapkan di Indonesia, tepatnya pada era Orde Lama dan Orde
Baru. Indonesia pernah memberlakukan demokrasi liberal sejak 1949 hingga 1959. Sayangnya,
penerapan demokrasi liberal pada era Orde Lama tidak berjalan baik, ditandai dengan banyaknya
partai politik yang muncul. Akibatnya, kondisi politik menjadi tidak stabil. Kemudian, liberalisme juga
sempat kembali diberlakukan sejak 1965-1966. Pada 1965, kebijakan ekonomi Indonesia menjadi
sangat terbuka sehingga investasi dan modal asing dapat masuk dengan mudah. Selain dalam
kebijakan ekonomi, liberalisme juga ikut diterapkan dalam politik dan budaya. Akan tetapi, ideologi
liberalisme dianggap tidak cocok di Indonesia, karena berlawanan dengan budaya yang ada di Tanah
Air. Ciri-ciri ideologi liberalisme adalah sebagai berikut: Pemerintahan berbentuk demokrasi.
Masyarakat memiliki kebebasan yang penuh. Aturan pemerintah terbatas. Kekuasaan seseorang
dipandang sebagai hal yang buruk. Kebahagiaan individu yang paling utama. Baca juga: Partai-partai
pada Masa Demokrasi Liberal Dampak Dampak liberalisme bisa dikategorikan dalam dua hal, yaitu
secara positif dan negatif. Dampak liberalisme secara positif adalah: Hak pribadi sangat dilindungi.
Kebahagiaan individu menjadi fokus utama. Mendapat kebebasan untuk berpendapat. Dihapusnya
Politik Apartheid atau pembebasan hak asasi manusia. Majunya industri dan sektor swasta yang
bersifat demokratis. Dampak negatif liberalisme adalah: Terjadi praktik monopoli yang individual.
Terjadi pasar bebas. Terjadi kesenjangan sosial.

3. Ideologi Marxisme

Macam ideologi berikutnya adalah ideologi marxisme. Ideologi ini merupakan salah satu bentuk
perlawanan Karl Marx terhadap ketidakadilan sistem ideologi kapitalisme. Ideologi marxisme lahir
berkat anggapan ideologi kapitalisme yang dianggap sebagai kesalahan yang besar karena akan
semakin memperkaya pemilik modal dengan mengorbankan nasib kaum buruh yang menyedihkan.

Pada sistem kapitalisme, buruh dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah yang minim. Hal itu karena
prinsip kapitalisme yaitu profit sebanyak banyaknya dan modal seminimal mungkin.

4. Ideologi Sosialisme

Macam ideologi di dunia berikutnya adalah ideologi sosialisme. Ideologi sosialisme dapat
diidentikkan dengan ideologi komunisme. Hal ini karena prinsip yang mendasar yaitu sama-sama
akan mengutamakan segala kepemilikannya secara bersama-sama dan tidak mengakui adanya
kepemilikan individu.

Seluruh aset dan modal akan dikuasai secara bersama-sama demi kepentingan suatu bangsa dan
negara.

Pengertian Sosialisme

Jika menilik arti sosialisme di dalam KBBI, maka kamu akan menemukan bahwa pengertian
dari sosialisme adalah ajaran ataupun paham kenegaraan serta paham ekonomi yang
mengupayakan agar harta benda, industri, serta perusahaan menjadi milik negara. Sosialisme
sendiri lahir di awal abad ke-18.

Pada masa ini, terjadi banyak pemberontakan dari kaum buruh industri serta para buruh tani.
Pemberontakan ini sendiri bertujuan untuk memperjuangkan masyarakat yang egaliter
ataupun setara antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, pemberontakan ini juga
bertujuan untuk mengubah sistem ekonomi agar dapat lebih menguntungkan masyarakat
banyak jika dibandingkan dengan hanya menguntungkan suatu golongan tertentu saja.

Singkatnya, ideologi sosialisme sendiri bertujuan untuk mewujudkan masyarakat dengan hak
milik bersama pada setiap faktor produksi agar produksi tidak lagi dikuasai oleh orang-orang
atau suatu lembaga swasta tertentu.
Kepemilikan bersama ini juga dimaksudkan untuk kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Tujuan sosialisme bagi suatu negara sendiri memanglah untuk kemakmuran negara. Tidak
hanya itu, ideologi sosialisme juga merupakan induk bagi banyak ideologi lainnya, seperti
diantaranya Anarkisme atau ajaran maupun paham yang menentang bahwa kekuatan negara
atau teori politik yang tidak menyukai pemerintahan serta undang-undang Komunisme.

Komunisme yaitu paham yang menghapuskan hak milik perseorangan serta


menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh suatu negara Marhaenisme
atau paham yang memiliki tujuan memperjuangkan nasib kaum kecil untuk mendapatkan
kebahagiaan hidup Marxisme, atau suatu pandangan dunia mengenai ekonomi serta sosial
politik pada karya Karl Marx Sindikalisme.

Sistem sosial politik karya Karl Marx Sindikalisme yaitu sistem ekonomi yang dicetuskan
sebagai pengganti kapitalisme serta alternatif bagi ideologi sosialisme negara dengan cara
memanfaatkan federasi serikat industri kolektif ataupun serikat dagang.

Ciri-Ciri Ideologi Sosialisme dalam Kehidupan Berbangsa


dan Bernegara

Sebelum terdapat ideologi sosialisme, di dalam masyarakat terdapat dua kelas yang berbeda
serta memiliki jurang yang besar di antara keduanya. Kedua kelas masyarakat ini disebut juga
sebagai kaum borjuis serta kaum proletar.

Kaum borjuis adalah kelompok masyarakat elit dengan modal besar serta menjalankan
perusahaan sehingga kekayaan yang dimilikinya kemudian berjumlah sangat besar
Kaum proletar adalah kaum yang menjadi tenaga kerja dari setiap perusahaan di suatu negara.
seberapapun kerasnya kerja dari kaum proletar, jurang di antara si kaya dan miskin tetap
begitu besar.

Oleh sebab itu, kemudian rakyat menjadi sangat jenuh pada jurang ini serta melakukan
pemberontakan yang menghasilkan ideologi baru, yaitu sosialisme. Tentunya, ideologi
sosialisme memiliki berbagai ciri yang membuatnya berbeda dengan ideologi-ideologi
lainnya.

Penting bagi kamu untuk mengenali setiap ciri-ciri dari ideologi sosialisme agar lebih
memahami dengan baik ideologi ini dan tidak salah kaprah mengenai ideologi. Lalu apa saja
ciri-ciri ideologi sosialisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? Berikut di bawah ini
penjelasan lebih lengkapnya.

Mengutamakan Kepentingan dan Kekuasaan Negara


Ciri-ciri ideologi sosialisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang pertama ialah
mengutamakan kepentingan serta kekuasaan negara di atas apapun. Dengan demikian, maka
setiap kepentingan rakyat akan menjadi yang utama bagi suatu negara. Setiap kepentingan
yang berkaitan dengan kepentingan rakyat juga akan sangat diutamakan.
Jadi, tujuan pembangunan nasional yang diinginkan dari adanya ideologi ini kemudian akan
tercapai dengan baik. Ketika kepentingan bersama dikalahkan oleh kepentingan pribadi,
maka penyelenggaraan dari ideologi ini telah tercederai. Oleh karena itu, dibentuklah
lembaga yang dibuat khusus dalam menjamin pelaksanaan dari prinsip ini.

Tidak Ada Pembagian Kelas Sosial


Ideologi sosialisme lahir dari pemberontakan rakyat yang jenuh dengan adanya suatu
golongan yang menguasai kegiatan ekonomi, sehingga akan menimbulkan dua kelas yang
berbeda di tengah-tengah masyarakat. Oleh karenanya, ciri-ciri ideologi sosialisme yang
selanjutnya adalah tidak adanya pembagian kelas sosial.

5. Ideologi Nasionalisme

Macam ideologi di dunia yang berikutnya adalah ideologi nasionalisme. Ideologi ini akan
menitikberatkan kepada kedaulatan negara sebagai hal yang mutlak dan tidak boleh diganggu oleh
pihak manapun.

Setiap warga negara haruslah memiliki rasa mencintai negara lebih dari apapun dengan berjuang
dan berkorban secara bersama-sama demi menjaga kedaulatan negara. Pada saat ini nasionalisme
dibagi menjadi tiga bentuk yaitu nasionalis kewarganegaraan, nasionalis etnis, dan nasionalis
romantic.

Nasionalis kewarganegaraan menunjukkan bahwa warga negara merupakan komponen yang


berperan sangat penting di dalam tatanan sistem bernegara. Jadi kekuatan utama dari suatu negara
bertumpu kepada warga negara.

Nasionalis etnis menitikberatkan kepada budaya dan etnis sebagai komponen yang berperan dalam
suatu negara.

Sedangkan nasionalis romantic adalah suatu kondisi di mana budaya, ras, dan etnik sebagai sumber
kebenaran politik.

6. Ideologi Demokrasi

Macam ideologi di dunia berikutnya adalah ideologi demokrasi. Ideologi inilah yang dianut
pemerintah Indonesia sebagai sistem pemerintahannya. Demokrasi terdiri dari dua kata yaitu demos
dan kratos. Demos berarti rakyat dan kratos berarti kekuasaan.

Jadi bisa disimpulkan bahwa demokrasi adalah kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Suara
rakyat akan diwakili oleh dewan yang diberi nama dewan perwakilan rakyat.
Selain itu, dalam proses berjalannya suatu negara maka akan diadakan pemilihan umum yang
berfungsi untuk memilih legislatif (Perwakilan rakyat) dan eksekutif (pemerintah) yang akan saling
bersinergi dalam membangun negara.

Beberapa negara yang menganut sistem demokrasi yaitu, Norwegia, Denmark, Amerika, Swedia,
Venezuela, Australia, Belgium, Selandia Baru, dan masih banyak lagi.

Definisi Demokrasi Menurut Para Ahli

1. Kranemburg

Kranemburg mendefinisikan demokrasi sesuai dengan pengertian dasarnya, yakni memerintah


rakyat.

2. Abraham Lincoln

Menurut Abraham Lincoln, demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.

3. Henry B. Mayo

Menurut Henry, dalam menjalankan sistem politik demokratis, pemerintahan yang mengambil suatu
kebijakan umum ditetapkan oleh kebanyakan dari wakil rakyat dan diawasi secara efektif oleh
masyarakat atau rakyat.

4. Harris Soche

Harris mendefinisikan demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan
pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk mempertahankan,
mengatur, dan melindungi diri dari setiap paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk
memerintah.

5. Aristoteles

Aristoteles mengartikan demokrasi sebagai suatu kebebasan atau prinsip demokrasi yaitu
kebebasan. Oleh karenanya, melalui kebebasan setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di
dalam negaranya. Ia mengatakan apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara
hidupnya, maka sama saja seperti budak.

Sejarah Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


Setelah mengetahui definisi dari demokrasi dari berbagai sudut pandang, selanjutnya akan dibahas
mengenai sejarah pelaksanaan sistem pemerintahan demokrasi di Indonesia.

Dalam buku Mengenal Lebih Dekat Demokrasi di Indonesia tulisan Nadhirun disebutkan bahwa pada
awal abad ke-20, pemikiran demokrasi mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masa
kolonialisme Belanda.

Anak-anak muda dan mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Eropa banyak membaca ide-ide
demokrasi melalui buku dan ruang diskusi terbuka. Selain itu, mereka juga mendapatkan inspirasi
mengenai konsep negara demokrasi yang terbuka dan sangat kontradiksi dengan kondisi Indonesia
pada masa tersebut.

Mohammad Hatta jadi tokoh sekaligus generasi pertama yang merasakan indahnya demokrasi di
negara-negara Eropa. Ia mengenyam pendidikan di Belanda dan menyerap berbagai ide demokrasi
di sana.

Pada masa itu, ide-ide demokrasi meresap di benak anak muda Indonesia dan mulai muncul
gerakan-gerakan kemerdekaan.

Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Dari masa ke masa, terdapat empat perkembangan demokrasi di Indonesia. Mulai dari Demokrasi
Parlementer, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila era Orde Baru (Orba), dan Demokrasi
Reformasi. Berikut pemaparannya.

1. Demokrasi Parlementer

Demokrasi Parlementer dimulai pada tahun 1945-1959, tepatnya setelah Indonesia resmi menjadi
negara yang merdeka. Perkembangan demokrasi ini merupakan sistem yang menempatkan
parlemen sebagai bagian fundamental di pemerintahan.

Sayangnya, demokrasi ini dianggap kurang cocok karena memberi peluang sangat besar kepada
partai-partai politik mendominasi kehidupan sosial politik.

Pada masa ini pula digelar Pemilu pertama pada 1955. Pemilu 1955 mendapat pujian dari berbagai
pihak, termasuk dari negara-negara asing. Pemilu ini diikuti oleh lebih 30-an partai politik dan lebih
dari seratus daftar kumpulan dan calon perorangan.

2. Demokrasi Terpimpin

Selanjutnya ialah Demokrasi Terpimpin. Sistem pemerintahan ini bermula pada tahun 1959-1965 di
mana segala kebijakan atau keputusan yang diambil dan dijalankan berpusat kepada satu orang,
yaitu pemimpin pemerintahan.
Demokrasi Terpimpin dimulai ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Pada konsep Demokrasi Terpimpin, Soekarno turut campur tangan sebagai presiden dan pemimpin
tertinggi demokrasi. Selain itu, ada juga pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) di politik
Indonesia.

Pada masa Demokrasi Terpimpin banyak terjadi sejumlah penyelewengan terhadap Pancasila dan
UUD 1945, seperti pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden, Tap MPRS No. III/MPRS/1963
tentang Pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup dan lain sebagainya.

3. Demokrasi Pancasila Era Orde Baru

Era Orde Baru juga dikenal dengan istilah Demokrasi Pancasila yang menjadikan Pancasila sebagai
landasan demokrasi pada tahun 1965-1998. Walau begitu, rezim ini juga dihantui berbagai
penyimpangan, yaitu:

- Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil

- Penegakan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

- Kekuasaan kehakiman (Yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim adalah anggota PNS
Departemen kehakiman

- Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat

- Sistem kepartaian yang otonom dan berat sebelah

- Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN)

4. Demokrasi Reformasi

Yang terakhir ialah Demokrasi Reformasi yang berlangsung pada 1998 hingga sekarang. Setelah Orde
Baru berakhir, lahirlah Demokrasi Reformasi. Era ini mengembalikan prinsip dasar demokrasi, seperti
adanya pemilu secara langsung.

Selain itu ada juga kebebasan Pers, desentralisasi, jaminan hak-hak dasar warga negara hingga
rekrutmen politik yang inklusif.

5. Komunisme

Macam ideologi di dunia yang berikutnya ialah komunisme. Komunisme adalah salah satu cabang
dari sosialisme. Ideologi ini juga bertujuan untuk menghapuskan kepemilikan individu atas modal
atau alat produksi.
Menurut KBBI, komunisme adalah paham atau ideologi (dalam bidang politik) yang menganut ajaran
Karl Marx, yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak
milik bersama yang dikontrol oleh negara. Sementara itu, Britannica menyebutkan komunisme
sebagai doktrin politik dan ekonomi yang bertujuan untuk menggantikan kepemilikan pribadi dan
ekonomi berbasis keuntungan dengan kepemilikan publik dan kontrol komunal pada setidaknya alat
produksi utama (misalnya, tambang, pabrik, dan pabrik) dan sumber daya alam masyarakat.

Ideologi ini dicetuskan oleh Karl Marx. Ia menganggap bahwa sistem ekonomi kapitalisme yang
berkembang pesat pasca revolusi industri telah menindas kaum buruh. Oleh sebab itu, ia mengajak
kaum buruh untuk melakukan revolusi dan mengambil alih semua alat produksi yang dikuasai kaum
kapitalis lalu membuat sebuah pemerintahan sosialis yang menguasai dan mengatur produksi dan
sumber daya alam.

KOMPAS.com - Komunisme merupakan salah satu ideologi yang ada dalam ilmu politik dan ekonomi.
Ideologi ini mulai muncul dan berkembang sekitar tahun 1840-an. Komunisme merujuk pada
gerakan sosial politik yang dulu pernah terjadi di Perancis. Konsep ideologi komunis merupakan ide
negara tanpa kelas. Definisi ideologi komunisme Menurut Fadhilah Rachmawati dalam jurnal Kritik
terhadap Konsep Ideologi Komunisme Karl Marx (2020), komunisme adalah paham atau ideologi
yang mengacu pada sistem sosial ekonomi, didasarkan pada kepemilikan komunal (bersama) serta
produksi barang, baik di lingkup pemerintahan atau kehidupan. Dilansir dari Encyclopaedia
Britannica, komunisme merupakan doktrin politik serta ekonomi yang bertujuan untuk
menggantikan kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan publik dengan kontrol komunal, yang
setidaknya mencakup alat produksi utama dan penggunaan sumber daya alam. Baca juga: Ancaman
Bermuatan Ideologi: Bentuk Strategi dan Indikator Keberhasilan Ciri-ciri ideologi komunisme Dalam
Buku Ajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi) (2021)
karangan Zulfikar Putra dan H. Farid Wajdi, ideologi komunisme memiliki lima ciri, yakni: Komunisme
mengajarkan tentang teori perjuangan kelas Artinya penganut komunisme akan memperjuangkan
kelas atau kelompoknya. Contoh kaum proletariat yang melawan kaum kapitalis atau tuan tanah.
Kepemilikan barang menjadi milik bersama Salah satu ciri yang paling dikenal dari komunisme adalah
kepemilikan barangnya secara komunal atau umum. Penganut komunisme tidak membiarkan
seseorang memiliki hak milik pribadi atau menguasai barangnya. Kepentingan kelompok lebih
penting Dalam paham komunisme, kepentingan individu tidaklah penting karena mereka lebih
mengutamakan kepentingan bersama, yakni negara atau kelompoknya. Revolusinya menjalar ke
seluruh dunia Salah satu doktrin komunis ialah the pemanent atau continuous revolution (revolusi
secara terus menerus). Revolusi dari paham ini menjalar ke seluruh dunia, sehingga sering disebut go
international. Baca juga: Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi Sistem ekonomi
komunis Dalam jurnal Paradigma Idiologi Sistem Ekonomi Dunia (2018) karya Nurhadi, dituliskan jika
sistem ekonomi komunis adalah sistem perekonomian yang menjadikan pemerintah sebagai
pengatur seluruh sumber aktivitas perekonomian. Paham komunisme tidak memperbolehkan
individu atau suatu kelompok memiliki kekayaan pribadi, sehingga kehidupan ekonominya
bergantung kepada pemerintah. Seluruh industri perekonomian kecil hingga yang besar, dimiliki
sepenuhnya oleh pemerintah. Seluruh perintah perekonomian di negara penganut komunisme
dibuat oleh pemerintah pusat. Sistem ekonomi ini bersifat totaliter dan pemerintah yang
menentukan segalanya, mulai dari lokasi penempatan kerja hingga apa yang harus dikonsumsi.
Selain itu, dalam sistem ekonomi komunis, tidak ada hak milik pribadi, orang tidak diperbolehkan
memilih pekerjaannya, seluruh perusahaan merupakan milik negara atau tidak ada perusahaan
swasta, dan harganya juga dikendalikan langsung oleh pemerintah atau negara. Baca juga:
Pengertian Ideologi Terbuka Contoh penerapan Ideologi komunisme diterapkan di beberapa negara
seperti Republik Rakyat Tiongkok, Korea Utara, Kuba, Laos dan Vietnam. Contoh penerapan ideologi
ini di antaranya segala sumber daya alam, produksi dan manusia, dikuasai oleh negara. Contoh
lainnya ialah hanya ada sistem satu partai. Contohnya di Tiongkok yang memiliki Partai Komunis
China. Walaupun ada partai lainnya, namun partai ini memegang peranan yang sangat penting, baik
dalam bidang politik, kenegaraan ataupun ekonomi.

- Komunisme merupakan salah satu ideologi besar yang ada di dunia kendati pada masa-masa ini
sudah tidak popular lagi. Lantas, apa pengertian komunisme, siapa tokoh pencetus idealisme ini,
serta contoh negara mana saja penganutnya? Istilah "ideologi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu idea
yang berarti "ide" atau "gagasan" dan logos yang berarti "ilmu" atau "pengetahuan". Sedangkan kata
isme dalam "idealisme" berasal dari kata ismos yang berarti "paham", "ajaran", atau "kepercayaan".
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi memiliki 3 makna, yaitu (1) "Kumpulan
konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup; (2) "Cara berpikir seseorang atau suatu golongan"; dan (3) "Paham, teori, dan
tujuan yang merupakan satu program sosial politik." Adapun pengertian dari idealisme menurut KBBI
adalah (1) "Aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang
benar yang dapat dicamkan dan dipahami; dan (2) "Aliran yang mementingkan khayal atau fantasi
untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan".
Secara istilah, ideologi merupakan ilmu tentang ide atau gagasan. Ada beberapa ideologi besar yang
berkembang di dunia dan dianut oleh negara-negara tertentu, seperti liberalisme, komunisme,
nasionalisme, pan-islamisme, dan lainnya. Baca juga: Apa Perbedaan Nasionalisme dengan
Patriotisme dan Ciri-cirinya Ideologi Liberalisme: Sejarah, Ciri-Ciri dan Contoh Penerapannya Sejarah
Serta Pengaruh Ideologi Liberalisme di Asia dan Afrika Pengertian Ideologi Komunisme Nur Sayyid
Santoso Kristeva dalam Sejarah Ideologi Dunia: Sosialisme, Kapitalisme, Komunisme, Fasisme,
Anarkisme, dan Marxisme, Konsevarvatisme (2010:40) menyebutkan bahwa istilah komunis
mengandung dua pengertian. Pertama, istilah komunis berhubungan dengan komune (commune)
suatu satuan dasar bagi wilayah negara yang berpemerintahan sendiri dengan negara itu sendiri
sebagai federasi komune itu. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan menunjukkan milik atau
kepunyaan bersama. Secara umum, komunisme adalah salah satu ideologi (pemahaman) politik yang
dianut oleh suatu negara. Selain itu, komunisme diartikan sebagai suatu ideologi (pemahaman)
politik yang berorientasi kepada masyarakat tanpa kelas. Makna masyarakat tanpa kelas
menunjukkan bahwa komunisme menginginkan terciptanya masyarakat yang taat terhadap aturan
ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama dan tidak adanya kelas sosial, negara, uang, maupun alat
produksi. Adapun sosialisme adalah serangkaian sistem ekonomi dan sosial yang ditandai dengan
kepemilikan sosial atas alat-alat produksi dan manajemen mandiri pekerja,serta teori-teori dan
gerakan politik yang terkait dengannya. Meskipun tidak sama persis dengan sosialisme, komunisme
terkadang disebut sebagai sosialisme revolusioner dan didefinisikan oleh teori-teori ekstrim Karl
Marx. Baca juga: Teori Sosiologi Menurut Karl Marx, Konflik Sosial Majikan & Buruh Penyebab Konflik
dan Teori Konflik Menurut Karl Marx Perbedaan Teori Konflik Karl Marx dan Ralf Dahrendorf Sejarah
& Tokoh Pencetus Komunisme Komunisme pertama kali dicetuskan oleh Karl Marx dan Friedrich
Engels dengan mengeluarkan sebuah karya berjudul Manifesto Politik yang diterbitkan pada 21
Februari 1848. Ide atau gagasan komunisme merupakan reaksi terhadap maraknya praktik
kapitalisme pada abad ke-19 Masehi. Saat itu, kapitalisme yang berorientasi terhadap modal dan
kepemilikan individu sangat antipati terhadap para buruh. Hal tersebut menyebabkan terciptanya
kelas ekonomi atas yang dikuasai pemilik modal dan kelas ekonomi bawah yang dihuni para buruh.
Tahun 1867, Marx bersama Engels menghasilkan sebuah karya fenomenal, yaitu Das Kapital.
Dijelaskan mengenai kesenjangan ekonomi yang terjadi di berbagai negara Eropa pada segi industri
yang selanjutnya menjadi alasan dari munculnya ideologi komunis. Pandangan-pandangan Karl Marx
yang menjadi dasar teori komunsime modern kemudian disebut sebagai Marxisme yang umumnya
digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia. Paham komunisme berusaha untuk membentuk
masyarakat atau orang-orang yang lebih adil, dan tidak memandang kelas, strata, dan golongan.
Kemudian, perkembangan dan kemajuan ekonomi perlahan-lahan mempengaruhi tradisi, adat,
perpolitikan, sosial, moral, dan agama. Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat
meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu, komunisme
menjadi ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Tokoh utama dari penerapan ideologi
komunisme di Rusia ialah Vladimir Lenin yang merupakan pimpinan Partai Bolshevik. Di tangan
Lenin, gagasan komunisme Marx dan Engels menjadi pedoman resmi praktik-praktik bernegara. Baca
juga: Dampak Perang Dunia I: Sejarah, Kronologi, Akhir, Siapa Menang? Sejarah Perang Dunia I,
Penyebab, dan Daftar Negara yang Terlibat Sejarah Perang Dunia II: Penyebab dan Negara yang
Terlibat Negara-Negara Penganut Komunisme Komunisme sempat menjadi salah satu ideologi
terbesar dan berpengaruh di dunia, terlebih pada masa Perang Dunia II (1939-1945) dan Perang
Dingin (1947-1991). Ideologi komunisme yang kala itu dimotori oleh Uni Soviet (Rusia) menjadi
representasi dari Blok Timur untuk menghadapi Blok Barat dengan ideologi liberalisme yang
digawangi oleh Amerika Serikat. Seiring berjalannya waktu, negara-negara penganut komunisme
mulai berjatuhan, dan sebaliknya negara-negara penganut liberalisme justru semakin berjaya.
Kendati begitu, masih ada negara-negara yang bertahan dengan ideologi komunismenya hingga saat
ini, di antaranya adalah sebagai berikut: Rusia Republik Rakyat Tiongkok Korea Utara Vietnam Laos
Kuba

7. Fasisme

Macam ideologi dunia yang berikutnya ialah fasisme. Fasisme identik dengan paham yang
mendukung sentralisasi kekuasaan pada satu orang tertentu yang dianggap kuat untuk mengatur
negaranya dan bersifat otoriter.

Menurut KBBI, fasisme adalah prinsip atau paham golongan nasionalis ekstrem yang menganjurkan
pemerintahan otoriter. Sementara itu, menurut kamus Mirriam Webster, fasisme adalah filsafat
politik, gerakan, atau rezim (seperti Fasis) yang meninggikan bangsa dan terkadang juga ras di atas
individu dan yang mewakili pemerintahan otokratis terpusat yang dipimpin oleh seorang pemimpin
diktator, pengaturan ekonomi dan sosial yang ketat, dan penindasan paksa terhadap oposisi.

Sentralisasi kekuasaan pada negara fasis membuat pemerintah bisa bertindak sewenang-wenang
terhadap individu atau kelompok yang berseberangan dengan pemerintah atau oposisi.

Anda mungkin juga menyukai