Anda di halaman 1dari 6

GLOBALISASI EKONOMI (KAPITALISME GLOBAL) :

KEMBALINYA PENJAJAHAN DI MUKA BUMI *


oleh : Wildan Abdul Aziz **

Pendahuluan
Globalisasi di masa kini telah berkembang begitu pesat dan disebarkan ke seluruh
penghujung dunia. Namun apakah benar globalisasi bisa diterima sebagaimana yang diimingkan
oleh para agen globalisasi. Pada kenyataannya negara-negara Dunia Ketiga menjadi korban dari
globalisasi, khusunya dalam ekonomi. Ekonomi di Dunia Ketiga telah menjadi lahan politik bagi
para agen globalisasi.
Namun perlu diketahui bagaimana sudut pandang yang berbeda-beda dalam memandang
globalisasi tersebut. Negara-negara Dunia Pertama (seperti A.S dan Eropa Barat) tentu
memandang globalisasi sebagai sebuah pencerahan dan titik balik dari keterpurukan. Dan itulah
yang menurut mereka dialami oleh negara-negara Eropa pasca Perang Dunia Kedua. Hal ini
menjadi sangat meyakinkan bagi negara-negara Dunia Pertama, dimana dengan adanya
globalisasi mereka bisa menguasai pasar yang lebih luas. Globalisasi bagi mereka adalah sebuah
berkah yang turun dari langit.
Namun negara-negara Dunia Kedua (seperti Rusia dan Eropa Timur) serta negara-negara
Dunia Ketiga (Asia, Amerika Selatan, dan Afrika) memandang globalisasi adalah sebuah bentuk
penjajahan modern. Dengan hadirnya globalisasi, negara-negara ini merasa sangat dirugikan
olehnya. Khususnya negara-negara Dunia Ketiga atau development countries yang menjadi
obyek dari globalisasi. Sehingga seakan penjajahan yang seharusnya telah dihapuskan, kembali
ke negara-negara mereka dengan bentuk yang lebih cantik, inilah penjajahan secara formal.

Globalization : When Western Rules the World


Globalisasi sesuai dengan namanya diambil dari kata global atau bola dunia. Artinya
dengan adanya globalisasi tidak akan ada lagi batasan-batasan yang berupa jarak maupun
wilayah yang dahulu membatasi pembangunan ekonomi, infrastruktur serta komunikasi antar

negara. Saat ini orang tidak lagi berbicara kerjasama dalam suatu negara saja, tetapi kerjasama
secara global atau seluruh dunia akan jauh lebih penting. Dimana masyarakat mulai merasakan
hidup dalam satu dunia bukan lagi dalam satu negara.
Konsep-konsep globalisasi dalam ekonomi seperti migrasi dan perdagangan antar benua
sebetulnya telah dikenal jauh sebelum kemunculan nation-state. Kira-kira sejak lima abad yang
lalu telah banyak terjadi transaksi-transaksi antar benua yang dilakukan oleh banyak perusahaan
perdagangan, khususnya di negara-negara yang perekonomiannya telah maju pesat.
Globalisasi, seperti mata uang koin. Di satu sisi memiliki dampak positif, namun
terkadang dilalaikan bahwa globalisasi juga memiliki dampak negatif. Dampak positifnya
mungkin sudah sangat banyak diketahui banyak orang. Namun sedikit orang yang mau
menengok dampak negatif dari globalisasi.
Globalisasi sering dikaitkan dengan pasar bebas. Kata-kata tersebut memang terdengar
sangat menarik dan dipandang baik. Namun yang kurang banyak diketahui bahwa sebenarnya
terkandung bahaya akan globalisasi dan pasar bebas itu sendiri yang sejatinya adalah usaha untuk
mengembangkan kapitalisme di seluruh dunia, maka ada istilah global capital. Ketakutan akan
kembalinya kolonialisme yang bermula dari kapitalisme seharusnya mulai dijadikan bentuk
kewaspadaan.
Globalisasi yang sejatinya diharapkan sebagai solusi krisis bagi negara-negara Dunia
Ketiga justru menjadi blunder bagi mereka sendiri. Hal ini karena sumber daya manusia mereka
dieksploitasi secara masif dan berlebihan. Sehingga menyebabkan penurunan kesejahteraan
rakyatnya. Jika mengambil pengibaratan dari Fidel Castro, maka globalisasi ibarat kita adalah
penumpang sebuah kapal yang sama, yaitu bumi tempat kita hidup. Namun dalam melakukan
perjalanannya para penumpang kapal dalam keadaan yang sangat berbeda. Minoritas-kecil
melakukan perjalanan yang penuh akan kemewahan diatas kabin dengan makanan lezat yang
berlimpah, tempat bersantai yang nyaman, fasilitas komunikasi yang memadahi dan perjalanan
mereka sangat dimanjakan. Sementara, mayoritas-berlimpah melakukan perjalanannya seperti
budak dari Afrika yang akan dikirim ke Amerika, kabin yang penuh sesak, rasa lapar yang harus
ditahan, rasa sakit yang tak tertolong. Mereka ini adalah 85 % dari seluruh penumpang kapal.
Globalisasi sebenarnya tidak lebih dari evolusi dari kapitalisme yang kini telah mencakup
wilayah dunia. Globalisasi ekonomi adalah kapitalisme global, dimana kekayaan dan jalannya
produksi dikuasai oleh segelintir orang atau negara saja yang menentukan nasib hampir semua

orang atau negara. Kapitalisme yang identik dengan eksploitasi juga terjadi di era ini. Dimana
cakupannya tidak hanya buruh saja sekarang. Tetapi negara Dunia Ketigalah yang menjadi obyek
eksploitasi. Kekayaan alam dan sumber daya manusia dikeruk oleh negara kapitalis. Negaranegara Dunia Ketiga akan menjadi ladang bagi negara-negara kapitalis untuk memuaskan
kerakusannya.
Maka tidak heran jika di era ini Dunai Barat atau negara-negara kapitalis sejatinya adalah
pengatur dunia (ruler of the world). Dunia Barat dengan perusahaan-perusahaan kapitalisnya
yang melintasi batas negara telah membuatnya menjadi pusat peradaban dunia era ini. Seluruh
dunia dibuat berkiblat pada Dunia Barat. Westernisasi bukanlah hanya dalam hal kebudayaan
saja, tetapi menyangkut segala aspek, ekonomi, politik, sosial, kesehatan, dan sebagainya. Di era
ini pandangan orang Barat seakan adalah firman Tuhan yang harus dibenarkan. Karena memang
Dunia Barat memiliki power untuk mempengaruhi negara-negara lain. Dan kompleksnya,
pengaruh tersebut tidak hanya dari aspek ekonomi saja, tapi juga politik, sosial, kebudayaan,
keamanan, lingkungan, kesehatan, dan sebagainya.
Setidaknya dalam ranah negara ada dua alat dalam era globalisasi (kapitalisme global)
yang digunakan para pengatur dunia (para kapitalis dunia) untuk memperkuat kekuatannya
dalam mengatur dunia.
Kebutuhan negara akan dana operasional negara yang banyak berasal dari investasi para
kapitalis
Iming-iming uang suap yang diberikan kepada para pejabat negara
Ketika salah satu atau keduanya berhasil dijalankan maka para kapitalis akan berpesat-pora di
negara tersebut. Yang akan menjadi korban disini adalah masyarakat negara tersebut. Negara
seharusnya menjadi pelindung bagi masyrakatnya. Negara yang seharusnya melawan arus
kapitalisme justru memilih untuk membela kepentingan para kapitalis karena dinilai oleh
(pejabat) negara sebagai hal yang menguntungkan (pejabat) negara.
Mirisnya, ketika negara telah melakukan hal ini. Kedaulatannya seakan telah
hilang. Negara akan menjadi babu bagi kapitalisme global. Negara dimusuhi oleh rakyat yang
seharusnya ia lindungi. Keadaan seperti inilah keadaan dimana rakyat terjajah dan penguasa
klasik (negara) yang seharusnya membela rakyatnya justru tunduk pada penjajah asing. Hal ini
mirip dengan keadaan ketika Kaum Pribumi dijajah oleh Penjajah Asing, dimana kerajaankerjaan kuno yang tadinya adalah penguasa dan menjadi pelindung bagi Kaum Pribumi justru

tunduk pada Penjajah. Karena minimnya kekuatan untuk melawan dan juga tentu saja imingiming yang diberikan oleh Penjajah.
Jika melihat sejarah memang penjajahan di dunia awalnya bermula dari negara-negara
penjajah yang datang untuk mengembangkan perdagangannya di negara terjajah. Memang caracara pemaksaan secara fisik seperti yang terjadi di masa lalu tidak mungkin digunakan lagi.
Maka untuk tetap mengembangkan sayapnya dalam perdagangan, dalam hal ini tetap
mendapatkan bahan baku dari negara sedang berkembang dengan harga semurah mungkin,
negara-negara maju menggunakan cara yang lebih modern : dengan globalisasi dan pasar bebas.
Untuk melancarkan penyebaran konsep globalisasi, Dunia Barat setidaknya telah banyak
dibukakan jalannya oleh dua lembaga yang merupakan buah tangan Dunia Barat, yaitu IMF dan
World Bank. Pada awalnya negara-negara maju akan menyebarkan konsep bagaimana negara itu
seharusnya, dan negara-negara lain yang tidak sesuai konsep tersebut dianggap tertinggal dan
harus ada perubahan. Ketika pemahaman ini telah merasuk, maka negara-negara tersebut akan
berusaha untuk menjaga gengsinya agar bisa disebut sebagai negara maju menurut Dunia
Barat. Negara-negara ini kemudian melakukan pembangunan secara masif yang didikte oleh
konsep dari Dunia Barat, sehingga akan dibutuhkan modal yang sangat besar dalam
pembangunan. Ketika modal dalam negeri sudah habis negara tersebut akan disodorkan pada
modal asing yang bersumber dari IMF ataupun World Bank. Namun modal ataupun hutang
modal tersebut tentu saja tidak tanpa syarat. Syarat-syarat yang disodorkan inilah yang kemudian
menjadi inti penjajahan ini. Di saat negara berkembang tengah semangat - semangatnya untuk
mengembangkan infrastruktur negara, mereka akan dipaksa untuk mau dieksploitasi kekayaan
alam dan sumber daya manusianya dengan iming-iming hutang modal demi pembangunan. Dari
sinilah dimulainya penjajahan secara formal, penjajahan dengan dasar perjanjian yang telah
disepakati kedua negara.
Dengan globalisasi negara-negara Dunia Ketiga akan dibentuk sedemikian rupa oleh
negara-negara maju agar memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap mereka.
Sehingga ketika negara Dunia Ketiga ingin melepaskan diri dari hegemoni negara maju akan
dihadapkan dengan banyak masalah baik dari dalam maupun luar negeri. Dari situ kita bisa
melihat bagaimana dampak globalisasi bagi negara berkembang, negara berkembang akan sangat
bergantung pada negara maju khususnya dalam bidang ekonomi, serta budaya, politik, dan
sosialnya. Misalnya saja ketika suatu negara ingin melepaskan diri dari hegemoni negara asing,

maka akan dihadapkan dengan embargo dan boikot dari sekutu negara-negara maju, hingga
rakyat akan berdemo menuntut agar usaha tersebut dihentikan karena dirasa merugikan dalam
jangka pendek. Namun, jika masyarakatnya cerdas dan bisa melihat dengan kacamata yang lebih
jauh, mereka akan mendukung usaha untuk melepaskan diri dari belenggu dominasi negara
asing. Sehingga untuk melawan arus globalisasi yang menjelma menjadi dominasi asing di
negara berkembang diperlukan tekad yang kuat baik oleh pemerintah dan rakyatnya serta usaha
yang sungguh-sungguh. Hal inilah yang telah dilakukan Fidel Castro dan rakyatnya melawan
hegemoni asing, khususnya Amerika Serikat. Ia benar-benar bisa menggerakkan seluruh tubuh
negara Kuba untuk menentang arus globalisasi yang begitu deras yang berdampak negatif bagi
negaranya, khususnya dalam hal ekonomi. Dimana sumber daya alamnya dikeruk oleh A.S,
sumber daya manusianya pun dieksploitasi secara besar-besaran. Seharusnya negara lain lebih
melek melihat kenyataan bahwa globalisasi telah merugikan mereka dibarengi dengan tindakan
nyata melawan arus globalisasi yang memiliki banyak dampak negatif.
Berbarengan dengan semakin derasnya arus globalisasi, kemunculan upaya-upaya untuk
melawan ketidakadilan globalisasi juga semakin deras, akan selalu ada gerakan-gerakan antiglobalisasi yang diserukan. Karena masyarakat Dunia Ketiga memandang globalisasi adalah
momok bagi mereka dimana mereka merasa semakin tertindas dengan kehadirannya. Hal ini
karena globalisasi adalah sejatinya kapitalisme dalam ranah global.
Para aktivis anti-globalisasi (kapitalisme global) sangat menyayangkan pemikiran orangorang kapitalis liberalis yang memandang bahwa alam diciptakan adalah untuk dikeruk dan
dimanfaatkan untuk kepuasan manusia. Penherukan kekayaan tersebut seringkali berlebihan dan
bahkan bisa memusnahkan banyak habitat di alam tersebut. Inilah salah satu bentuk nyata
kerakusan kapitalis liberalis. Mereka beranggapan bahwa alam diciptakan untuk manusia, bukan
untuk hidup berdampingan dengan manusia.
Sehingga dampaknya sekarang dan seterusnya akan dirasakan oleh ummat manusia
sendiri. Pemanasan global, perubahan iklim yang tak tentu, mengurangnya sumber daya alam
yang tidak bisa diperbaharui secara drastis, maupun menurunnya kemampuan alam untuk
meregenerasi sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah dampak dari kerakusan manusia
dalam mengeksploitasi alam, khususnya oleh para kapitalis yang sedikit sekali menghiraukan
keberlangsungan hidupnya di alam. Mereka lebih memikirkan kekayaannya untuk saat ini,

daripada memikirkan kelangsungan hidupnya nanti jika ia mengeruk kekayaan alam secara
berlebihan. Itulah sedikit dari banyak dampak buruk globalisasi bagi ekologi alam kita.
Sejatinya inti dari semua dampak buruk kapitalisme global adalah pada sifat buruk
manusia (rakus) yang semakin diperkuat dengan konsep ekonomi, mendapatkan pemasukan
sebesar-besarnya dengan pengeluaran sekecil-kecilnya. Sayangnya seringnya ini berbenturan
dengan kemampuan sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sifat manusia yang rakus
membuatnya lebih menitik beratkan pada penghasilan yang sebesar-besarnya, dan bukan
menekankan pada pengeluaran sekecil-kecilnya. Sehingga ketika ia ingin mendapatkan
pemasukan yang semakin besar, maka pengeluarannya pun menjadi semakin membengkak yang
termasuk di dalamnya selain modal, juga sumber dayam alam dan sumber daya manusia.
Sehingga eksploitasi secara masif pun dilakukan demi mendapatkan keuntungan yang semakin
besar. Kerakusan, itulah inti niat dari penjajahan. Dan eksploitasi oleh para kapitalis dunia adalah
suatu bentuk penjajahan.
Untuk melawan arus kapitalisme global tersebut kita, tidak hanya negara saja, tapi juga
masyarakat secara umum perlu memuat gerakan perubahan. Dan setidaknya itu yang telah
banyak mulai dilakukan oleh negara-negara sosialis, seperti misalnya Kuba, Venezuela. Semua
elemen masyarakat secara gotong-royong melawan pengaruh Dunia Barat yang berusaha
memasukkan kapitalisme global di negara mereka. Dengan begini, negara benar-benar bisa
melindungi rakyatnya dari penjajah baru dunia. Jika negara dan rakyat tidak bisa gotongroyong melawan kerakusan kapitalisme global, maka kita akan benar-benar terjajah lagi oleh
Dunia Barat. Karena inilah era KOLONIALISME MODERN.

( * ) Tulisan ini banyak diadaptasi dari tulisan pribadi penulis yang berjudul Melawan Globalisasi dengan
Sosialisme : Fidel Castro Melawan Hegemoni Asing dan Globalisasi a la Barat : Blunder Bagi Negara-negara
Dunia Ketiga di https://unej.academia.edu/WildanAlFringgi

( ** ) - Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional di FISIP - Universitas Jember


- Researcher bidang international political studies di Societies

Anda mungkin juga menyukai