PENDAHULUAN
Kata globalisasi atau kesejagatan dewasa ini menjadi kata sehari-hari yang diucapkan di mana-mana. Kata globalisasi tersebut menunjukkan gejala menyatukan kehidupan manusia di planet bumi ini tanpa mengenal batas-batas fisik-geografik dan sosial yang kita kenal sekarang ini. Globalisasi berkembang melalui proses yang dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat revolusi di bidang teknologi komunikasi atau informasi, transportasi dan perdagangan yang dikenal dengan istilah Triple T. Globalisasi ini membawa angin perubahan baru dalam kehidupan kita, baik sebagai individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Angin perubahan sebagai dampak kesejagatan tersebut di satu sisi dapat membawa kemajuan, namun di sisi lain dikhawatirkan akan menghancurkan atau sekurang-kurangnya mengikis negara bangsa (nation state). Hal ini sejalan dengna pemikiran Naisbitt bahwa menyatunya kehidupan di dunia (globalisasi) disertai dengan munculnya berbagai paradox. Di satu pihak ekonomi global menuju ke satu kesatuan dan dipihak lain terjadi kecenderungan (trend) politik lahirnya ratusan negara baru. Sehubungan dengan itu, pertanyaan yang menarik untuk dikaji ialah: Apakah globalisasi akan menghilangkan negara bangsa (nation state)? Agar negara bangsa Indonesia tidak tergilas dampak negatif globalisasi tersebut, berbagai transformasi yang membawa perubahan tidak dipandang sebagai ancaman (threat), tetapi haruslah dipandang sebagai suatu peluang (opportunity) untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memperkokoh diri kita sebagai bangsa, agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Untuk itulah, diperlukan Tannas yang tangguh bagi bangsa Indonesia di Era Globalisasi.
transformasi yang sangat cepat dan tidak mengenal batas-batas Negara. Dalam keuangan global ini dominasi lembaga keuangan (Bank) Jepang sangat menonjol. Delapan dari kesepuluh bank yang terbesar di dunia milik Jepang. City Bank misalnya rangking ke-21, Anda dapat melihat pula penggunaan uang plastic atau credit card yang 20 tahun lalu sangat langka, tetapi dewasa ini digunakan secara meluas di dunia. Peranan produsen yang sangat dominan di masa lalu, kini juga sudah mengalir ke konsumen sebagaimana diutarakan oleh James Champy penulis terkenal Reegineering The Corporation, selera konsumen sangat menentukan dalam transformasi global. Trasformasi bukan berjalan tanpa tantangan. John Naisbitt mengatakan globalisasi mengadung berbagai paradox, diantaranya berikut ini. 1. Budaya global vs Budaya lokal 2. Universal vs Individual 3. Tradisional vs Modern 4. Jangka Panjang vs Jangka Pendek 5. Kompetisi vs Kesamaan Kesempatan 6. Keterbatasan akal manusia vs Ledakan IPTEK 7. Spiritual vs Meterial Globalisasi itu bergerak di tiga arena kehidupan manusia yaitu di arena ekonomi, politik, dan kebudayaan. Di dalam arena ekonomi proses globalisasi tersebut mempengaruhi pengaturanpengaturan sosial dalam produksi, pertukaran barang, distribusi dan konsumsi baik barang maupun pelayanan (service). Revolusi Triple T sebagaimana diutarakan, bersinergi dengan perubahan kondisi ideologi politik dan sosial. Setelah runtuh komunisme mendorong dan berkembangnya isu demokratisasi, hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan hidup mengarah kepada tatanan dunia baru. Secara ringkas hal ini dapat Anda lihat dalam gambar sketsa berikut.
RANGKUMAN
Globalisasi adalah gejala kehidupan manusia di dunia tanpa, mengenal batas-batas fisikgeografik dan sosial. Ia dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat dalam bidang teknologi yang dikenal dengan istilah Triple T Revoluion, yaitu perkembangan kemajuan di sektor teknologi komunikasi informasi, transportasi dan trade (liberalisasi perdagangan). Terdapat empat jenis proses yang menyatukan kehidupan manusia, yaitu citra global, mal global, tempat kerja global, dan keuangan keuangan global. Globalisasi merupakan tantangan, dan menurut Champy, lingkungan yang mampu menghadapi tantangan masa depan itu yaitu lingkungan yang merangsang pemikiran majemuk. Lingkungan itu tidak mungkin lagi ditentukan oleh produsen, tetapi oleh suatu tim yang sadar akan tujuan yang dicapai dan peka terhadap keinginan konsumen. Untuk memenuhi selera pasar konsumen diperlukan manusia-manusia yang menguasai ilmu dan keterampilan tertentu serta menjalankan istruktur pimpinan dengan penuh tanggung jawab. Masyarakat masa depan merupakan masyarakat meritokrasi, yaitu masyarakat yang menghormati prestasi daripada statusnya dalam organisasi. Selain itu, lingkungan yang menghormati seseorang yang dapat menutaskan pekerjaannya dan bukan berdasarkan kedudukannya di dalam organisasi. Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang telah menyatukan kehidupan manusia maka timbul kesadaran yang lebih intern terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu, kehidupan demokrasi semakin marak dan manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk penindasan, kesengsaraan, dictator dan perang. Oleh karena itu, liberalisasi dalam bidang ekonomi ini menuntut liberalisasi dalam politik, di mana keduanya harus berjalan seiring dan saling menunjang. Manusia ingin hidup bersama, saling bantu, saling menguntungkan di dunia. Solidaritas umat manusia semakin kental dan semakin bersatu dan karena itu menuntut pula pendidikan yang lebih baik, derajat kesehatan yang lebih tinggi (peningkatan kualitas sumber daya manusia), penghapusan kemiskinan dan hidup bersama dalam suasana damai. Nilai-nilai positif dari globalisasi (kesejagatan) ini mempunyai dimensi-dimensi baru yang tidak dikenal sebelumnya seperti kriminalitas internasional, pembajakan dan terorisme internasional, penyakit baru yang dengan cepat menyebar ke seantero dunia. Transformasi ini berjalan dengan menghadapi tantangan sebagaimana dikatakan oleh John Naisbitt, globalisasi mengandung berbagai paradoks. Di satu pihak, ekonomi global menuju satu kesatuan, tetapi di pihak lain terjadi tren politik lahirnya ratusan Negara baru. Dalam kaitan ini, apakah globalisasi itu akan menghilangkan nation state (Negara bangsa) dan identitas bangsa. Buah pikiran Kenechi Ohmae dalam Dunia tanpa batas bukan dimaksudkan demikian. Apa yang dikemukakan terutama dalam bidang bisnis komunikasi dan informasi memang akan menembus batas-batas nation, tetapi tidak dengan sendirinya menghilangkan identitas suatu bangsa. Apabila kita mengenal bentuk-bentuk budaya yang terikat pada waktu dan pada tempat yang beraneka ragam dengan kekhasannya, kini dengan proses globalisasi menjadi ancaman. Kontak budaya tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancer. Terjadilah relativitasi nilai budaya dan memungkinkan munculnya sinkretisme budaya yang sifatnya transnasional. Di sisi lain kita melihat akibat desploitasi sumber daya, gaya hidup yang konsumerisme, urbanisasi, dan pembangunan yang ekstensif dan intensif dengan segala eksesnya menjadi bencana bagi umat manusia dan makhluk hidup lainnya di planet bumi yang hanya satu ini. Di sisi lain kita melihat keterbatasan daya dukung planet bumi karena terbatasnya sumber daya alam dan jumlah penduduk yang terus bertambah secara eksponensial serta perusakan bumi
oleh manusia itu sendiri. Melihat hal ini kita bias berpandangan pesimis, namun ada juga yang berpandangan optimis karena pada dasarnya manusia dapat memecahkan masalahnya sendiri akibat dari kemampuan teknologi yang diciptakan. Dalam kondisi ini muncul gagasan yang optimis, yaitu hendaknya umat manusia membuat suatu Kampung Global (global village) tempat hidup manusia bersama-sama memecahkan masalahnya mengenai dunia yang makmur, damai dan sejahtera. Sejalan dengan itu gagasan pemerintahan global (global government) diutarakan karena kekhawatiran umat manusia atas bumi yang memerlukan pemeliharaan agar pembangunan dapat berkesinambungan (sustainable development).
didiskriminasi. Jika keseimbangan yang proporsional bisa dicapai dalam jabatan birokrasi, politik dan ekonomi, keseimbangan sosial yang terpelihara. Dewasa ini nasionalisme kita, dan umumnya di kalangan negara-negara berkembang, memiliki objek yang lain jika dibandingkan dengan nasionalisme semasa penjajahan. Di masa penjajahan, objek bagi nasionalisme adalah penjajah yang ditampilkan dalam bentuk kesediaan berjuang melawan penjajah tanpa melihat metode apa yang digunakan, apakah cara radikal dan nonkooperatif terhadap penjajah ataukah menggunakan cara kooperatif. Hal yang penting, mereka anti penjajah maka disebutlah mereka sebagai golongan nasionalis.
Tiap ideologi dengan sendirinya memiliki konsep dasar beserta sejumlah konsep kunci yang taat asas dan bertautan dengan konsep dasar dari ideologi. Individualisme ialah hak Asasi manusia yang melekat sejak manusia dilahirkan dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun, kecuali dengan persetujuannya. Konsep dasar itu terumus dalam dua buah nilai intrinsik, yaitu Kebebasan dan kepentingan diri. (freedom and self interest). Konsep dasar ini melahirkan konsep kunci pertumbuhan ekonomi, yang pada giliran melahirkan konsep kunci, development, market power, economic power, individualisme, self achievement, competitif, conflict, the greates happiness for the greatest number. Dalam ideologi komunis manusia sebagai individu dipandang tidak memiliki arti, oleh karena ideology ini kontradiksi terhadap kapitalisme. Maka dengan sendirinya konsep dasarnya ialah: memberantas nilai lebih yang dihisap oleh para kapitalisme melalui perjuangan. Perjuangan ini dirangkai oleh konsep dasar. Pertentangan kelas, oleh karena itu konsep kuncinya ialah: revolusi sebagai metode sekaligus arena untuk menyelesaikan pertentangan kelas. Pertentangan kelas ini mengikuti hokum kontradiksi. Konsep kunci yang tidak kalah penting adalah keharusan sejarah, menangnya kaum proletar karena adanya keharusan sejarah itu. Maka konsep kunci yang langsung mempercepat kemenangan proletar ialah tujuan menghalalkan cara. Pandangan Pancasila serba integralistis. Segala sesuatu di alam semester ini saling berkaitan satu sama lain. Saling berkaitan itu berwujud saling memberi. Masyarakat sebagai suatu keseluruhan tersusun oleh interaksi saling memberi antara individu dan warganya yang tetap memiliki kepribadian penuh. Demikian pula dengan semua konsep selalu dimulai dari keseluruhan dan dengan tersusunnya suatu keseluruhan maka tiap bagian (Individu Manusia) yang ada di dalamnya, bergerak dan bekerja demi tercapainya tujuan untuk keseluruhan. Konsep dasarnya adalah: Kemahaesaan Tuhan manusia adalah makhluk individu serentak sebagai makhluk sosial Integralisme. Beberapa konsep kuncinya adalah: keselarasan keserasian dan keseimbangan, saling memberi (kekeluargaan) dinamika alami. Dengan demikian, apabila kita berbicara pada tataran implementasi (Das sein) tentang hak asasi maka karena perbedaan tersebut (katakanlah perbedaan budaya) dengan sendirinya akan berbeda pemahaman kita dengan paham komunisme dan liberalisme. Sebagai bangsa Indonesia Anda harus berpijak dan berpegang pada paradigma dan metode berpikir Pancasila di atas dalam menghadapi tantangan, meraih peluang dan menghancurkan ancaman yang mungkin timbul di era kesejagatan ini (globalisasi). Dengan paradigma dan cara berpikir Pancasila itu kita memiliki mana yang tepat untuk bangsa Indonesia agar identitas dan integritas tetap lestari. Dengan paradigma dan cara berpikir Pancasila itu kita mengarungi era kesejagatan itu, meraih segala peluang, untuk membangun bangsa agar kelangsungan hidup bangsa ini tetap terpelihara dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Dengan kata lainnya, di era kesejagatan ini kita harus siap menghadapinya dengan landasan dan cara berpikir Pancasila untuk meningkatkan tannas Indonesia.
RANGKUMAN
Globalisasi yang dipercepat dengan pertumbuhan luar biasa dari media massa melalui media telekomunikasi dianggap akan menghasilkan batas geografi suatu negara. Akibatnya, nasionalisme akan kehilangan wujud aslinya dan berganti menjadi universalisme atau globalisme, di mana orang akan menjadi warga dunia, bukan warga suatu negara yang batasbatas geografiknya sudah jelas. Pemikiran ini berangkat dari buah pikiran Kenichi Ohmae, yaitu Dunia Tanpa Batas. Apa yang diutarakan terutama dalam bidang-bidang bisnis, telekomunikasi atau informasi mauun transportasi akan menembus batas-batas negara, tetapi tidak dengan sendirinya akan menghilangkan negara, bangsa, dan identitas suatu bangsa. Nasionalisme tetap ada dan relavan dibicarakan mengingat: 1. manusia, bukanlah sekadar mass product, tetapi makhluk yang berakal, berperasaan dan berbudaya; 2. fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang bergolong-golong (primordial). Primordialisme akan meluas ke arah nasionalisme. Oleh karena itu, nasionalisme tidak akan lenyap karena saat ini dengan mudah melakukan komunikasi dengan manusia lain di belahan bumi lain dalam waktu yang relatif singkat; 3. proses globalisasi tidak akan berjalan secara mekanistik dan pada akhirnya proses tersebut diciptakan dan dikendalikan oleh manusia. Ancaman bagi nasionalisme bukanlah dari globalisasi (eksternal) melainkan banyak ditentukan dari masalah-masalah internal yaitu dari situasi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan di dalam negeri. Nasionalisme dewasa mempunyai objek yang berbeda jika dibandingkan dengan nasionalisme di masa penjajahan. Di masa penjajahan, objek bagi nasionalisme adalah penjajah yang ditampilkan dalam bentuk kesediaan untuk ikut berjuang melawan penjajah. Setelah merdeka, nasionalisme mempunyai objek negara dan bangsa sendiri sebagai penentu kadar nasionalisme seorang. Dengan demikian, nasionalisme dewasa ini berkembang dari persepsi individu warga negara terhadap negaranya karena penjajah sudah pergi. Jika merdeka tetap memperoleh persepsi yang baik terhadap negara dan bangsanya maka kecintaan terhadap bangsa dan negaranya akan tetap terjaga dan jika persepsinya jelek maka kecintaan terhadap bangsa dan negara akan turun atau hilang sama sekali. Kesalahan umum yang sering terjadi di dalam memahami kadar nasionalisme suatu bangsa, adalah upaya secara tidak sadar untuk memcampuradukkan persepsi pribadi terhadap orang lain, dengan persepsi individu terhadap bangsa dan negaranya. Dalam negara demokrasi, perbedaan pendapat adalah suatu yang wajar bahkan merupakan karakter dari demokrasi itu. Menghargai pendapat orang lain adalah salah satu ciri dari demokrasi tersebut. Oleh karena itu, orang yang mengkritik suatu keadaan atau suatu sistem belum tentu didorong oleh rasa bencinya terhadap bangsa dan negaranya, tetapi mungkin karena rasa cinta terhadap bangsa dan negara untuk meluruskan sesuatu yang dianggap bisa merusak kehidupan berbangsa dan bernegara. Tantangan utama dalam mempertahankan nasionalisme tidak ditentukan semata-mata oleh tantangan dari luar, melainkan tantangan tersebut dapat berwujud upaya untuk menjaga citra
bangsa dan negara agar selalu positif dan dengan demikian menjadi kebanggaan bagi seluruh warga negara. Belajar dari pengalaman pembangunan di negara-negara tetangga yang dapat menumbuhkan kebanggaan terhadap bangsa dan negara maka harus ditumbuhkan etika kepemimpinan dan etika sosial yang berlandaskan kejujuran, kerja keras dan hemat dalam upaya menuju masyarakat Indonesia yang modern. Sebagaimana yang di wasiatkan oleh pendiri Republik ini. Soekarno, bahwa kebesaran bangsa dan kemakmuran tidak pernah jatuh gratis dari langit, tetapi selalu merupakan kristalisasi keringat (kerja keras). Sementara itu, dalam era globalisasi ini di mana derasnya isu demokratisasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang melanda dunia, sebagai bangsa Indonesia, kita dapat menerima dan mengkaji dengan arif berdasarkan paradigma (sudut pandang) dan metode berpikir Pancasila. Mengkaji suatu permasalahan dan perspektif liberal, sosialis komunis maupun fundamentalis agama pasti akan menghasilkan produk dan manusia lain yang tidak seiring bahkan bertentangan dengan akar budaya bangsa kita Pancasila yang menganut paham keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara Engkau yang abadi (Tuhan Yang Maha Esa, sila 1), aku (manusia dalam konsep abstrak, sila 2) dan sosialitas manusia (sila 3, 4, dan 5). Konsep dasarnya ialah Kemahaesaan Tuhan, manusia adalah makhluk individu serentak sebagai makhluk sosial integralisme.
5. Politik Dalam pelaksanaan politik sudah diciptakan kerangka landasan sistem Politik Demokrasi Pancasila dan sudah bertata terutama struktur politik dan mekanismenya. Kendatipun demikian, hal ini perlu dikaji dan disempurnakan sesuai dengan aspirasi dan perkembangan masyarakat demikian juga pelaksanaannya terus memerlukan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Kelemahannya, budaya politik masih perlu perbaikan dan peningkatan. Suprastruktur masih sangat dominan apabila dibandingkan dengan infrastruktur dan substruktur. Begitu juga komunikasi politik dan partisipasi politik perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki. 6. Ekonomi Kekuatan perekonomian Indonesia terletak pada struktur perekonomian yang makin seimbang antara sektor industri dan jasa. Pertumbuhan perekonomian cukup tinggi (rata-rata 7%). Kelemahannya, perindustrian Indonesia belum begitu kokoh karena masih tergantung pada impor bahan baku atau komponen. Impor bahan baku atau komponen serta impor bahan-bahan lainnya sampai kepada barang konsumsi membuat cadangan devisa yang semakin merosot. Belum lagi ditambah utang luar negeri, untuk membiayai pembangunan, harus dicicil dengan devisa yang kita miliki. Sementara itu, dalam proses pembangunan terjadi ekonomi biaya tinggi (high cost economy) yang membuat enefisien biaya pembangunan. Kesenjangan ekonomi juga cenderung semakin tinggi dapat memacu dan menicu destabilisasi ekonomi dan politik yang berpengaruh terhadap kelangsungan pembangunan tersebut. Perpajakan juga masih lemah dan perlu mendapat perhatian dalam upaya meningkatkan biaya pembangunan yang sedang dijalankan saat ini. 7. Sosial Budaya Kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kebhinnekaannya, bagaikan kumpulan bunga berwarna-warni dalam sebuah taman. Tetapi apabila kebhinnekaan atau kemajemukan tersebut tidak dapat dibina dengan baik bukan tidak mungkin dapat menjadi bibit perpecahan. Dalam kegiatan belajar terdahulu kemajemukan Indonesia disebut juga rawan perpecahan. Sementara sebagai hasil pembangunan yang kita lakukan selama PJPT 1 di era orde baru ini dapat meningkatkan harkat martabat dan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang tidak lepas dari akar kebudayaannya. Namun demikian, masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki di antaranya, berkembangnya primordialisme, kolusi, korupsi, dan nepotisme yang membudaya dan disiplin nasional yang semakin merosot. Kehidupan masyarakat agak cenderung ke arah individualistis dan materialistis dan makin berkurangnya keteladanan para pemimpin. 8. Pertahanan dan Keamanan Dalam bidang pertahanan dan keamanan sudah ditata sistem. Pertahanan dan keamanan rakyat semesta, doktrin Hankamrata serta diundangkannya UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara. Di sisi lain bangsa Indonesia mewarisi tradisi sebagai bangsa pejuang yang merebut kemerdekaan dari penjajah merupakan sumber kekuatan. Kelemahannya sishankamrata tersebut belum sepenuhny terwujud. Kesadaran bela negara belum memasyarakat. Sementara itu tingkat keamanan masyarakat masih terganggu dengan semakin meningkatnya kriminalitas.
C. PEMBINAAN KEPENDUDUKAN
Penduduk Indonesia dewasa ini termasuk 4 terbesar di dunia. Jumlah yang terus berkembang ini karena pertumbuhan yang masih tinggi untuk itu perlu dikendalikan pertumbuhannya melalui program KB (Keluarga Berencana). Program KB ini tidak hanya ditujukan kepada pengendalian tersebut tetapi lebih luas dari itu, yaitu peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan. Berbarengan dengan itu perlu diupayakan peningkatan kualitasnya melalui program pendidikan dan keterampilan dalam arti luas untuk memulihkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan dilandasi iman dan takwa. Di sisi lain sebaran yang tidak proporsional di 17.508 buah pulau perlu diupayakan agar menjadi sebaran yang proporsional, melalui program pengembangan atau pembangunan wilayah luar Pulau Jawa. Pada tahap awal transmigrasi boleh jadi menjadi alternatif, tetapi pada tahap berikutnya perlu dipikirkan relokasi industri-industri di Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa serta pengembangan potensi-potensi perekonomian di wilayah luar Pulau Jawa tersebut. Aspek Pancagatra 1. Pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila (ideologi) 2. Penghayatan budaya Pancasila 3. Mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi 4. Memantapkan identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika 5. Memantapkan kesadaran bela negara
RANGKUMAN
Globalisasi membawa angin perubahan terhadap kehidupan negara dan bangsa. Hubungan umat manusia antarnegara sangat intens seakan-akan menggilas negara bangsa (nation state) dan membangun citra global. Sebagao bangsa Indonesia, dengan berpijak pada budaya Pancasila, kita harus siap menghadapi kekuatan global tersebut, agar tetap eksis sebagai suatu bangsa dalam pergaulan dunia. Untuk itu, kita mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalam segenap aspek kehidupan (Astagatra). Kekuatan yang kita miliki dalam Astagatra (geografi, sumber kekayaan alam, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan Hankam) hendaknya dapat dipertahankan, ditingkatkan dan dikembangkan, sedangkan kelemahan-kelemahan yang ada hendaknya dapat diatasi dan diubah menjadi kekuatan untuk meningkatkan tannas di dalam menghadapi era globalisasi. Kunci dalam meningkatkan tannas Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang menuju kepenguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dilandasi oleh iman dan takwa (imtaq). Hal ini sejalan dengan hakikat pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia dari masyarakat Indonesia seutuhnya. Dlama pembangunan nasional yang kita lakukan untuk meningkatkan tannas dilandasi oleh Wasantara. Penerapan pendekatan tannas dalam pembangunan nasional, berarti kita melihat kekuatan dan kelemahan bangsa Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan (Astagatra) secara komprehensif integral, membangun secara bersinergi aspek kehidupan bangsa tersebut. Wasantara merupakan landasan atau kerangka dan visi yang mengikat bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional sehingga hasil pembangunan yang kita capai atau tingkat tannas yang dihasilkan tetap dalam kerangka atau ikatan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan bangsa Indonesia dan dapat memberikan jaminan terhadap identitas dan integritas bangsa Indonesia dan negara kesatuan Republik Indonesia serta tercapainya tujuan dan cita-cita nasional. Oleh karena itu, dalam pembangunan nasional untuk mencapai tingkat tannas yang kita harapkan di dalam mengarungi bahtera globalisasi ini diperlukan pengaturan dalam aspek Trigatra dan pancagatra. Dalam aspek Trigatra diperlukan pengaturan ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan dan kepentingan keamanan, pembinaan kependudukan, pengelolaan sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya siang dan kelestarian. Dalam aspek pancagatra diperlukan pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila di dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Penghayatan budaya politik Pancasila, mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan yang meningkat bagi seluruh rakyat, memantapkan identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika, dan memantapkan kesadaran bela negara bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya, di dalam gerak pembangunan yang kita lakukan perlu diperhatikan keterpaduan yang sejalan dengan konsepsi tannas, yaitu keterpaduan antara Pemerintahan dengan Daerah dan keterpaduan antara sektor-sektor pembangunan dan di dalam sektor pembangunan. Dengan konsep keterpaduan ini (pendekatan tannas) akan kita peroleh nilai tambah yang tinggi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan keamanan rakyat (tannas yang semakin meningkat) sehingga kita tetap bertahan hidup, betapa pun besarnya badai kehidupan yang datang menghantam di era kesejagatan ini. Badai kehidupan tersebut pasti dapat kita atasi dan pasti berlalu.