Anda di halaman 1dari 6

5 Jenis Kecerdasan Manusia - 01-21-2014

by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id

5 Jenis Kecerdasan Manusia


by Hilfan Soeltansyah - Selasa, Januari 21, 2014

http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id/id/2014/01/5-jenis-kecerdasan-manusia/

1. Intelligent Quotient (IQ)


Kecerdasan Pikiran ini merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam
menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang menuntut kejelian pikiran
kita untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik ruang seperti bentuk ruang kubus yang diputar-
putar akan menjadi seperti apa. Soal ini bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam
menyelesaikan suatu masalah dari berbagai sisi.

Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan
dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya juga
temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan
mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan)
yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
a. Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati
dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan
manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses
belajar.

b. Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika


Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin
banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam.
Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan
cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring
tinju.

2. Emotional Quotient (EQ)

1/6
5 Jenis Kecerdasan Manusia - 01-21-2014
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id

Disebut juga kecerdasan Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam
mengelola emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace dan
kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam menghadapi suatu masalah.
Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya
dikarenakan tidak mampu mengontrol diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah
menjadi suatu tolok ukur utama yang dicari oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan
karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan performace suatu karyawan.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri
dan emosi orang lain agar bisa lebih berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan.
Dalam psikotes pun kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai,
karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah cenderung perusahaan
merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk
ditingkatkan dibandingkan kecerdasan emosi.

Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi
keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-
faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ
mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya
menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan
bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaatKarena kecerdasan emosi
ini lebih ditekankan kepada jati diri dan emosi kita. Walaupun emosi dapat dikontrol dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan seperti ESQ dan lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi kita
ini.

3. Spiritual Quotient (SQ)


Kecerdasan Spiritual ini berkaitan dengan keyakinan kita kepada Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila
kita benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia (bukan atheis).

Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja
untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka
SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the
ultimate intelligence: 2001). Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai
perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik
kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh
kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan
spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan
yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan
melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

4. Moral Quotient (MQ)


Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis.
Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan dari kecerdasan moral
bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan yang salah, namun juga untuk berbuat serta melakukan
tindakan yang benar. Pada segolongan populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah
prosentase yang kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil. Kelompok ini kemungkinan

2/6
5 Jenis Kecerdasan Manusia - 01-21-2014
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id

tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa kita tidak lebih sering melakukan tindakan yang
tepat? Kebanyakan orang melakukan tindakan yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap
keputusan yang kita buat setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa yang lebih baik dan
dapat membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain. Namun kita tidak selalu setuju dengan apa
yang benar.

Dalam hal ini nilai dan filosofi turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan
menentukan tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai. Filosofi yang cerdas
merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan dunia melalui rangkaian kata yang
menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan demikian menyediakan suatu keamanan emosional
dalam meramalkan masa depan. Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat
keputusan, dan menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis
pedoman yang menyebabkan ketegangan. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan pada
kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda mungkin pernah mendengar
perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas, contohnya: “jika anda memiliki solusi yang luwes,
orang lain akan mempercayainya. Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai
kebaikannya.” Mereka dapat menggunakan sebuah gaya kemimpinan, jika visi yang digambarkan
menjadi penyebab yang baik di masa depan.

Dalam hipotesa penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan
emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal tersebut merupakan jantung dari kesuksesan
bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence).
Kecerdasan moral merupakan kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia
yang harus digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan. Istilah yang mudah, kecerdasan moral merupakan
kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti yang didefinisikan oleh prinsip
umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh
budaya di dunia.

Kecerdasan moral bukan hanya penting untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan
“pusat kecerdasan” bagi seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara langsung
mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna. Kecerdasan moral memberikan
hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-
peristiwa yang menjadi pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu
mengapa pekerjaan yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?

5. Adversity Quotient AQ
Ketika akhirnya Thomas Alva Edison (1847 – 1931) berhasil menemukan baterai yang ringan dan tahan
lama, dia telah melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun. Tak heran kalau ada yang
bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang membuat Anda yakin bahwa akhirnya
Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya
telah mendapatkan banyak hasil.

Apakah adversity quotient (AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan.
“AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap,
kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz. Pendek kata, orang yang memiliki AQ
tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.

3/6
5 Jenis Kecerdasan Manusia - 01-21-2014
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id

Untuk memberikan gambaran, Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz
membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
1. Quitter (yang menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup). Mereka
ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
2. Camper (berkemah di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka berani
melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang terukur dan aman. “Ngapain
capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para campers. Orang-orang ini sekurang-
kurangnya sudah merasakan tantangan, dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak
potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
3. climber (pendaki yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala
keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu menikmati proses
menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan dan kesulitan yang menghadang.
Namun, di balik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan
kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper, dan quitter.

Jawaban luar biasa dari pencipta lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem seorang climber
(pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity quotient, AQ) tinggi.
Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi (emotional quotient) milik Daniel Goleman,
kecerdasan finansial (financial quotient) milik Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution
quotient) karya Stephen R. Covey. AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata
bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi pelatihan untuk meningkatkan
level AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu
optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir.

Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan
sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal
Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter
yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi
itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua,
mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang
menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan
orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada
umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The New Alchemist
tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan

Dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK tinggi kalah bersaing dibandingkan para
karyawan lain yang ber-IPK rendah tetapi lebih berani dalam bertindak?

Sumber : 5 Jenis Kecerdasan Manusia http://educlopedia.blogspot.com/5 Jenis Kecerdasan Manusia


Berbagi ilmu walaupun sekedar meneruskan berita dari orang lain…
http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id/id/2014/01/5-jenis-kecerdasan-manusia/

Incoming search terms:

4/6
5 Jenis Kecerdasan Manusia - 01-21-2014
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id

5 cakupan kecerdasan emotional question (2)


5 kecerdasan yang harus di kembangkan oleh perusahaan (2)
jenis jenis kecerdasan yang harus dimiliki oleh karyawan (2)
psikotes kubus putar academia (1)
karyawan ceo ipk rendah (1)
jenis jenis quotient manusia (1)
fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam macam (1)
Apakah kemampuan thomas alva edison sama dgn kemampuan manusia yg IQ nya rendah? (1)
Ada 5 kecerdasan yang perlu dikembangkan dalam perusahaan (1)
5 macam kecerdasan emosi dan contohnya (1)

Share this:

Share on Tumblr

Press This

Pocket

Print
Email

5/6
5 Jenis Kecerdasan Manusia - 01-21-2014
by Hilfan Soeltansyah - Just Shared on Tel-U - http://hilfan.staff.telkomuniversity.ac.id

Like this:
Like Loading...

_______________________________________________

PDF generated by Kalin's PDF Creation Station

6/6

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai