Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Tindakan operasi merupakan pengalaman menegangkan bagi

sebagian pasien, hal ini dikarenakan oleh takut pada anastesi, takut

terhadap nyeri dan kematian, takut tentang ketidaktahuan atau takut

tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh sehingga

menyebabkan kecemasan. Pada periode pre operasi pasien dapat

mengalami kecemasan kemungkinan karena merupakan suatu respon

antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien

sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh,

bahkan kelangsungan hidup pasien itu sendiri (Siti, 2012).

Hernia umumnya berarti kelemahan atau cacat dinding tubuh

serabut otot yang menyediakan ruang untuk penonjolan internal organ.

Menurut studi sebelumnya, prevalensi hernia hampir 5% di seluruh dunia.

Di Amerika, 700.000 prosedur herniorrhaphy dilakukan setiap tahun, yang

menunjukkan tingginya prevalensi penyakit hernia. Hernia Inguinal dibagi

menjadi dua kategori, langsung dan tidak langsung, yang mencakup 24

dan 50 persen dari semua jenis hernia. Selain itu, hernia ventral dan

hernia femoralisi sekitar 10 dan 3% kasus (Hormoz, 2017).

Hernia merupakan kasus bedah terbanyak setelah appendisitis.

Dari kasus semua jenis hernia , 75% merupakan hernia inguinalis. Hernia

ingunalis lateralis ditemukan sekitar 50% sedangkan hernia ingunalis

medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15% dan 10% hernia abdomen

1
2

yang lainnya. Bank Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan

bahwa, hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus, 273

diantaranya meninggal dunia. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya

terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita (Indri, 2015).

Berdasarkan data dari hasil studi pendahuluan yang di lakukan

oleh peneliti di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada tanggal 11

September 2018, data dua bulan terakhir yang diambil dari ruang rekam

medik RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo yaitu pada bulan Juli sampai

Agustus berjumlah 34 yang mengalami hernia dan rata-rata pasien

dengan hernia terapi penyembuhannya adalah dengan jalan operasi.

Kecemasan dapat terjadi pada semua pasien yang akan menjalani

operasi, termasuk operasi hernia. Di Indonesia pasien hernia seringkali

datang dalam keadaan terlambat, karena banyak orang tidak mengetahui,

mungkin juga karena biayanya mahal. Padahal itu merupakan keadaan

yang abnormal. Abnormal bukan karena suatu penyakit tetapi suatu

kelainan anatomi dan bukan organ yang abnormal, tetapi ada lobang

pada anatomi sehingga dia menonjol. Oleh karena adanya perubahan

anatomi ditubuh maka salah satunya jalan harus dilakukan pengobatan

dengan tindakan operasi (Ardiansa, 2014).

Beberapa orang kadang tidak mampu mengontrol kecemasan

yang dihadapi, sehingga bias terjadi perubahan fisiologis terhadap system

tubuh. Hal ini akan berakibat buruk, karena kecemasan dapat

mempengaruhi stimulasi system saraf simpatis, yang meningkatkan

frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vascular perifer, selain itu

memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
3

darah akan meningkat. Dan apa bila tidak segera diatasi dapat

menyebabkan pendarahan berlebih pada saat proses pembedahan

(Mohammad, 2015).

Berdasarkan data kasus di atas terdapat berbagaialasan yang

dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi

pembedahan. Kecemasan yang mereka alami sering kali terkait dengan

segala macam prosedur yang tidak diketahui yang harus dijalani pasien

dan juga ancaman terhadap keselamatan akibat segala macam

pembedahan dan tindakan pembiusan(Arif, 2013).

Coping strategies ini bertujuan untuk mengatasi situasi dan

tuntutan yang dirasa menekan, menantang, membebani dan melebihi

sumberdaya (resources) yang dimiliki. Coping strategies yang dimiliki

seseorang akan mempengaruhi apa yang akan dilakukan dalam

menyelesaikan berbagai permasalahan dalam menghadapi persiapan

operasi hernia (Siti, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

masalah pada penelitian ini “ Adakah hubungan coping strategies dengan

kecemasan pada pasien pre operasi hernia di ruang mawar RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo?”.


4

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan coping strategies dengan kecemasan pada

pasien pre operasi hernia di ruang mawar RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi coping strategies padapasien pre operasi hernia di

ruang mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.

2. Mengidentifikasi kecemasan pada pasien pre operasi hernia di ruang

mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.

3. Menganalisis hubungan coping strategies dengan kecemasan pada

pasien pre operasi hernia di ruang mawar RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan pengetahuan dari hasil penelitian untuk

dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi Profesi Perawat

Penelitian ini dapat di jadikan rujukan bagi mahasiswa khususnya

ilmu Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong sebagai

wacana pengembangan wawasan keilmuan tentang coping strategies

dengan kecemasan pada pasien pre operasi hernia.


5

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi

perkembangan program pembinaan dan penelitian tentang hubungan

coping strategies dengan kecemasan pada pasien pre operasi hernia.

1.4.4 Bagi Responden

Untuk membantu pasien dalam peningkatan coping strategies

sebelum dilakukan tindakan operasi hernia di ruang mawar RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo.

1.4.5 Bagi Peneliti Salanjutnya

Sebagai salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang di peroleh selama mengikuti masa perkuliahan di

program studi ilmu keperawatan dan merupakan wawasan yang dapat

menambah ilmu serta pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan

coping strategies dengan kecemasan pada pasien pre operasi hernia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Coping Strategies

2.1.1 Definisi

Coping strategies adalah suatu proses tertentu yang disertai

dengan suatu usaha dalam rangka merubah domain kognitif dan atau

perilaku secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan

tekanan eksternal maupun internal yang diprediksi akan dapat

membebani dan melampaui kemampuan dan ketahanan individu yang

bersangkutan (Urifah, 2012).

Coping strategies adalah sebagai suatu perubahan kognitif dan

perilaku yang berlangsung terus menerus untuk mengatasituntutan

eksternal atau internal yang dinilai sebagai beban yang melampaui

sumber daya individu tersebut (Restu, 2012). Coping Strategies adalah

perubahan yang dibuat oleh individu pada sikap, pikiran, dan perasaan

sebagai respon terhadap stresor yang mereka hadapi (Oktadoni, 2017).

2.1.2 Jenis-JenisCoping Strategies

Jenis-Jenis coping strategies menurut Muhammad(2015) meliputi:

1. Emotion focused coping merupakan strategi untuk meredakan

emosi individu yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stres),tanpa

berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stres

secara langsung. Bentuk strategi coping ini adalah:

6
7

a. Pelarian diri adalah individu berusaha untuk menghindarkan diri

dari pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

b. Penyalahan diri adalah individu selalu menyalahkan dirinya

sendiri dan menghukum diri sendiri serta menyesali yang telah

terjadi.

c. Minimalisasi adalah individu menolak masalah yang ada

dengan cara menganggap seolah-olah tidak ada masalah,

bersikap pasrah, dan acuh tak acuh terhadap lingkungan

2. Problem focused coping merupakan perilaku coping yang tepat dan

efektif, salah satunya adalah dengan mengatasi secara langsung

masalah-masalah yang muncul dan tidak menghindari masalah.

Bentuk strategi coping ini adalah:

a. Menghadapi masalah secara aktif, yaitu proses menggunakan

strategi untuk mencoba menghilangkan stressor. Strategi ini

meliputi memulai tindakan langsung, meningkatkan usaha, dan

menghadapi masalah dengan cara- cara yang bijaksana.

b. Perencanaan adalah berpikir mengenai bagaimana

menghadapi stresor. Membuat strategi yang akan dilakukan,

juga memikirkan bagaimana cara untuk mengurangi masalah

dan bagaimana mengatasi masalah.

c. Mengurangi aktifitas-aktifitas persaingan yaitu individu

mengurangi keterlibatan dalam aktifitas yang menimbulkan

persaingan sebagai cara untuk dapat lebih fokus pada masalah

yang dihadapinya.
8

2.1.3 Gambaran Coping Strategies pada Pasien Pre Operasi

Gambaran coping strategies yang digunakan pasien dalam

menghadapi kecemasan pre operasi hernia meliputi coping psikologis dan

coping psikososial. Pembahasan coping psikologi sterbagi menjadi dua

yaitu coping jangka pendek dan coping jangka panjang. Dalam kejadian

pre operasiini individu mengungkapkan bahwa coping jangka pendek

yang digunakan adalah dengan pengobatan, menangis, mengalihkan.

Sedangkan coping jangka panjang meliputi beribadah, sharing, mencari

informasi, instropeksidiri, danmencari dukungan. Pembahasan coping

psikososial terbagi menjadi dua yaitu coping yang berorientasi pada

egodan coping berorientasi terhadap tugas. Dalam penelitian inipasien

mengungkapkan menggunakan coping yang berorientasi pada ego

berupa intelektualisasi dan regresi. Sedangkan pasien yang

mengungkapkan coping yang berorientasi tugas yaitu didapatkan dengan

cara menarik diri (Amri, 2012).

2.1.4 Penilaian Coping Strategies

Carver (dalam Mozani, 2015) mengatakan bahwa instrumen Brief

COPE yang telah direvisi dapat digunakan untuk semua situasi sesuai

dengan kebutuhan dan imaginasi (gambaran) dari peneliti.Oleh karena itu

peneliti menggunakan instrumen Brief COPE untuk menilai coping

strategies yang digunakan oleh pasien pre operasi hernia.

Untuk mengatasi kekurangan potensial ini, menurut Monzani

(2015) mengembangkan Brief COPE, versi singkat dari COPE. Brief

COPE mengukur 14 respons yang dapat diidentifikasi secara teoritis: self-

distraction, active coping, denial, substance use, use of emotional


9

support, use of instrumental support, behavioral disengagement, venting,

positive reframing, planning, humor, acceptance, religion, and self-blame,

Ini merupakan cara untuk mengukur respon coping dengan cepat karena

merupakan kuesioner laporan diri 28 item singkat dengan dua item untuk

masing-masing coping strategies yang diukur.

Penilaian kuesioner Brief COPE yang dapat di bagi :

1= 1 – 17 Kurang

2= 18 – 34 Cukup

3= 35 – 51 Baik

4= 52 – 68 Sangat baik

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Definisi

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

yang berkaitan tentang perasaan tidak pasti dan keadaan emosi ini tidak

memiliki objek yang spesifik (Ade 2011).

Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas

sebabnya. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar untuk

menggerakkan tingkahlaku baik tingkahlaku normal maupun tingkahlaku

yang menyimpang, yang terganggu dan keduaduanya merupakan

pernyataan, penampilan dari pertahanan terhadap kecemasan (Wasis,

2015).

Kecemasan adalah suatu perasaan tidaksantai karena

ketidaknyamanan atau rasa takutyang disertai suatu respon. Perasaan

takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa


10

peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu

mengambil tindakan menghadapi ancaman (Pravita 2018).

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Ah. Yusuf (2015) faktor yang mempengaruhi kecemasan

pasien antara lain :

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor Biologis

Otak mengandung reseptor khusus untuk benodiazepine.

Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA

jega berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan

dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.

b.Sosial Budaya

Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.

Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan yakni antara

gangguan kecemasan dan depresi. Faktor ekonomi dan latar

belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan.

2. Faktor Presipitasi

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

2.2.3 Tingkat Kecemasan

Rentang respons tingkat kecemasan menurut Yusuf, Fitryasih dan

Nihayati(2015) sebagai berikut :


11

1. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan

menumbuhkan motivasi belajar dan menubuhkan kreativitas.

2. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang

lain,sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi

dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3. Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Adanya kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua

perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan,orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area lain.

4. Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan ketakutan dan

merasa di teror,serta tidak mampu melakukan apapun walaupun di

beri pengarahan

Tingkat kecemasan menurut Putnam’s Sons dalam buku Ajar

keperawatan jiwa,Videbeck (2016) yakni:

1. Ringan : Penajaman indra, motivasi meningkat waspada, lapang

presepsi meluas, dapat menyelesaikan masalah, gelisah, gangguan

saluran cerna, tidak dapat tidur (susah tidur), mudah tersinggung dan

hipersensitif terhadap kegaduhan

2. Sedang : Perhatian terhadap hal tertentu, lapang presepsi

terbatas pada tugas yang mendesak, otot tegang, diaforesis,


12

denyut nadi kuat, sakit kepala, mulut kering, nada suara lebih

tinggi dan bicara cepat.

3. Berat : Lapang presepsi menurun menjadi suatu hal yang

tersebar, tidak dapat menyelesaikan tugas, tidak dapat

menyelesaikan masalah atau belajar dengan efektif, merasa

takjub, takut, horor, tidak berespons terhadap arahan ulang, sakit

kepala berat, mual, muntah, diare, gemetar, sikap berdiri kaku,

vertigo, pucat, takikardi, nyeri dada dan menangis dan perilaku

ritualistik.

4. Panik : Lapang presepsi menurun sehingga hanya berfokus pada

diri sendiri, tidak dapat menstimulus lingkungan, presepsi

menyimpang,

5. gangguan pikiran rasional, tidak mengenal bahaya, kemungkinan

bunuh diri, tidak dapat duduk dantidak dapat berkomunikasi

secara verbal.

2.2.4 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Menurut Widyartini dan Diniari (2016)Kecemasan dapat diukur

dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan

yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS

merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya

symptoms pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala

HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami

kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala

likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).


13

Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan

terdiri dan 14 item, meliputi:

1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tensinggung.

2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan

menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, perasaan panas di perut.


14

12. Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,

mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat

dan napas pendek dan cepat.

Berdasarkan skala HARS menghitung berdasarkan tingkat

kecemasan yang dapat di bagi :

0 = 0 – 14 Tidak ada kecemasan

1 = 15 – 20 Kecemasan ringan

2 = 21 – 27 Kecemasan sedang

3 = 28 – 41 Kecemasan berat

4 = 42 – 56 Kecemasan berat sekali (panik).

Adapun hal-hal yang dinilai dengan alat ukur skala HARS ini

adalah gejala yang meliputi (Mehrad dan Hashempour, 2014):

1. Perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung, mudah emosi.

2. Ketegangan merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat, mudah terkejut,

mudah menangis, gemetar dan gelisah.

3. Ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada

binatang besar, kerumunan orang banyak, pada keramaian lalu lintas.

4. Gangguan tidur Sukar tertidur, terbangun dimalam hari, tidur tidak

nyeyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk, mimpi menakutkan.


15

5. Gangguan kecerdasan Sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya

ingat menurun.

6. Perasaan depresi atau murung, hilangnya minat, berkurang

kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-

rubah sepanjang hari.

7. Gejala somatik atau otot sakit dan nyeri otot, gigi gemerutuk, suara

tidak stabil.

8. Gejala sensorik Tinitus atau telinga berdengung, penglihatan kabur,

merasa lemas

9. Gejala kardivaskuler Takikardi, jantung berdebar-debar, nyeri dada,

denyut nadi mengeras, rasa lesu dan lemas seperti mau pingsan,

detak jantung menghilang atau berhenti sekejab.

10. Gejala pernafasan rasa sesak, rasa tercekik, sering menarik nafas,

nafas pendek.

11. Gejala gastrointestinal sulit menelan, perut melilit, nyeri sebelum dan

sesudah makan, perasaan terbakar diperut, kembung, mual, muntah,

sukar buang air besar.

12. Gejala urogenital dan kelamin sering buang air kecil, tidak dapat

menahan buang air kecil, tidak datang bulan atau haid, darah haid

berlebihan, masa haid berkepanjangan, ejakulasi dini, ereksi

melemah, impotensi.

13. Gejala autonom mulut kering, muka merah, muka berkeringat, kepala

pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit, bulu-bulu berdiri.


16

2.4 Konsep Hernia

2.4.1 Definisi

Hernia adalah suatu penonjolan isiperut dari rongga yang normal

melalui lubang kongenital atau didapat. Hernia merupakan produksiatau

penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding

rongga bersangkutan.Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui

defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik

dinding perut(Tumingan, 2017).

Hernia adalah penonjolan isi perut darirongga yang normal melalui

suatu defek padafasia dan muskuloaponeuretik dinding perut,baik secara

kongenital atau didapat, yangmemberi jalan keluar pada setiap alat

tubuhselain yang biasa melalui dinding tersebut.Lubang itu dapat timbul

karena lubangembrional yang tidak menutup atau melebar,akibat tekanan

rongga perut yang meninggi (Vera, 2014).

2.4.2 Etiologi

Hernia dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab

yang didapat. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada perempuan.

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk

hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh

kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan faktor yang dapat

mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar.

Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya

hernia, yaitu kanalis yang berjalan miring, adanya struktur otot oblikus

internus abdominis yang menutup anulus internus ketika berkontraksi,


17

dan adanya fasia transversa yang kuat sehingga menutupi trigonum

hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot (Amrizal, 2015).

2.4.3 Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia, isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia.Hal ini dapat terjadi

kalau isi hernia terlalu besar.Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali

berupa benjolan. Isi hernia dapat pula terjepit oleh cincin hernia sehingga

terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejalaobstruksi usus yang

sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku

seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, maka lebih sering

terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasiretrograd, yaitu dua

segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satusegmen lainnya

berada dalam ronggaperitoneum seperti huruf “W”.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi

jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga

terjadi edema organ atau struktur didalam hernia dan transudasi ke dalam

kantong hernia. Timbulnya edema yang menyebabkan jepitan cincin

hernia semakin bertambahsehingga akhirnya peredaran darah jaringan

terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia

akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Apabila isi hernia

terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan

abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga

perut (Amrizal, 2015).


18

2.4.4 Dampak Operasi Hernia

Setiap operasi membawa risiko dan potensi komplikasi. Dalam

kasusini, operasi herniabisa menyebabkan kekambuhan, infeksi,

perdarahan, retensi urin,reaksi terhadap obat-obatan, eksaserbasi kondisi

medis, dan, sangat jarang terjadi cedera pada testis atau usus.

Kemungkinan ketidaknyamanan kronis (berlangsung> 3 bulansetelah

operasi) juga ada dan paling sering terjadi pada pasien yang datang

dengan nyeri sebelum operasi. Namun, proporsi terbesar pasien yang

merasa tidak nyaman disembuhkan dengan operasi (Henniford, 2015).


BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Etiologihernia :

Anomalikonginetal

Hernia

Faktor-faktor yang
mempengaruhicoping strategies:
Penatalaksanaan :
1. Kepribadian
2. Jeniskelamin 1. Pembedahan / Operasi :
3. Tingkat pendidikan a. Takut operasi akan gagal
b. Kurangnya pengetahuan
4. Status social ekonomi
c. Status ekonomi
5. Dukungansosial

Coping Strategies Kecemasan

1. Kurang Kecemasandenganskala HARS:


2. Cukup
3. Baik
1. Ringan
4. Sangatbaik
2. Sedang
3. Berat
Keterangan: 4. Panik

:Tidak di teliti

: Di teliti

: Menghubungkan / kejadian

Bagan 3.1 :Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Coping


Strategies dengan kecemasan pada pasien pre operasi
hernia di ruang mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.

19
20

Berdasarkan bagan 3.1 dapat di jelaskan coping strategies di

pengengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : Kepribadian, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, status sosisal ekonomi, dukungan sosial dan

kecemasan pre operasi di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

yaitu: takut operasi akan gagal, kurangnya pengetahuan, status ekonomi.

3.2 Hipotesis penelitian

Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata hipo (lemah)

dantesis (pernyataan), yaitu suatu pernyataan yang masih lemah dan

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut

dapat di terima atau harus di tolak.berdasar kan fakta atau data empiris

yang telah di kumpulkan dalam penelitian (Alimul Aziz, 2007). Adapun

hipotesa pada penelitian ini adalah:

H1: Ada Hubungan coping strategies dengan kecemasan pre operasi


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2009).

Berdasarkan klasifikasi jenis penelitian, desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah desain studi analitik korelasional dengan pendekatan

crosssectional. Pendekatan crosssectional adalah jenis penelitian variabel sebab

akibat atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian di

ukur atau di kumpulkan dalam waktu bersamaan (Nursalam ,2008).

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja penelitian adalah tahapan dalam suatu penelitian yang

menyalurkan alur penelitian terutama variabel yang di gunakan dalam penelitian

(Nursalam ,2013).

21
22

4.1 Bagan Kerangka Kerja

Judul
Hubungancoping strategiesdengankecemasanpadapasien pre operasi hernia
di ruangmawar RSUD dr. AbdoerRahemSitubondo

Populasi
Seluruhpasien pre operasi hernia di ruangmawar RSUD dr.
AbdoerRahemSitubondo

Sampel
Sebagianpasien pre operasi hernia RSUD dr.
AbdoerRahemSitubondo

Tehnik Sampling
Accidentalsampling

DesainPenelitian
Analitikkorelasi

Pengumpulan Data
kuesioner

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Korelatif SPEARMAN

Kesimpulan

jika p value≤ α (0.05%)menunjukkan H1 di terima yang berartiadahubungan


jika p value >α (0.05%)menunjukkan H0 diterima yang
berartitidakadahubungan

Bagan 4.1:Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Coping Strategies dengan Kecemasan


pada Pasien Pre Operasi Hernia di Ruang Mawar RSUDdr. Abdoer Rahem
Situbondo
23

4.3 Populasi Dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subjek/objek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004 dalam

A.Aziz Alimul Hidayat, 2008).

Populasi dalam penelitian ini menggunakan jumlahpasien pre operasi

hernia di RSUDdr. Abdoer Rahem Situbondo.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang di miliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan,

kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, di mana kriteria

tersebut menentukan dapat dan tidaknya sample yang tersebut di gunakan (A.

Aziz Alimul Hidayat, 2008).

Sampel yang di ambil adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target dan terjangkau yang akan di teliti (Nursalam, 2009).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. Bersedia menjadi responden

b. Pasien yang kooperatif

c. Merupakan responden pre operasi hernia yang pertama kali di ruang

mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo


24

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2009)

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

a. Responden mengalami kecemasan tingkat sangat berat/panik

b. Pasien pre operasi hernia yang memiliki riwayathipertensi berat


25

4.3.3 Tehnik Pengambilan Sampel

Tehnik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang di gunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada,sehingga jumlah sample akan mewakili

keseluruhan populasi yang ada (Nursalam, 2008).

Pada penelitian ini sampel akan di ambil dengan menggunakan accidental

sampling yaitu :non-probabilitas sampling teknik dimana subyek yang dipilih

karena aksesbilitas nyaman dan kedekatan meraka kepada peneliti. (Nursalam,

2008).

4.4 Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2009).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Hubungan

coping strategies dengan kecemasan pada pasien pre operasi hernia di ruang

mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo

4.4.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

lain (Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan

pada penelitian ini adalah Coping Strategies.

4.4.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan variabel lain

(Nursalam, 2009).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan

pada pasien pre operasi hernia.


26

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2018.

4.6 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karkteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, A. Aziz Almul, 2008).

Tabel 4.1 :Definisi operasional Hubungan Coping Strategies dengan Kecemasan pada
Pasien Pre Operasi Hernia di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo

ALAT
DEFINISI INDIKATOR SKALA SKOR
VARIABEL UKUR
OPERASIONAL

Variabeldep Perubahan 1. Pengalihan diri Kuesioner Ordinal 1=


enden : yang 2. Koping aktif kurang
Coping dibuatolehindi 3. Penggunaan 2=
Strategies vidupadasikap dukungan emosional cukup
3= baik
, pikiran, 4. Penggunaan 4=
danperasaans dukungan sangat
ebagairespont instrumental baik
erhadapstreso 5. Pelepasan
r yang perilaku
merekahadapi 6. Pemikiran positive
7. Perencanaan
8. Penerimaan
9. Agama
10. Menyalahkan diri
sendiri
27

Variabelinde Perasaan 1. Perasan cemas Kuesioner Ordinal 1= tidak


penden : tidak nyaman firasat buruk ada
Kecemasan yang muncul 2. Ketegangan cemas
pasien pree karna merasa merasa tegang 2=
cemas
oprasi takut akan 3. Ketakutan ringan
hernia gagaglnya 4. Gangguan tidur 3=
oprasi,terjadi 5. Gangguan cemas
perubahan kecerdasan sedang
fisik ketika 6. Perasaan 4=
akan depresi cemas
dilakukan 7. Gejala somatik berat
operasi 8. Gejala sensorik 5=
9. Gejala cemas
sangat
kardiovaskuler berat
10. Gejal (panik)
pernapasan
11. Gejala
gastrointestinal
12. Gejala
urogenital
13. Gejala vegetatif
14. Gejalaotonom,
Perilaku

4.7 Prosedur penelitian

4.7.1 Prosedur Administratif

Mendapatkan surat izin penelitian dari Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hafshawaty Jurusan Sarjana Keperawatan Genggong Probolinggo,

Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala

Bakesbangpol Situbondo, peneliti juga mengajukan ijin kepada direktur RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo

4.7.2 Pelaksanaan penelitian

1. Peneliti meminta ijin dan mendapatkan ijin dari kepala rumah sakit untuk

mengadakan penelitian di ruang mawar.


28

2. Peneliti mendata penderita yang masuk dalam kriteria inklusi kemudian

peneliti datang ke rumah sakit dan menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian.

3. Memberikan informed consent pada yang setuju menjadi responden untuk

menanda-tangani.

4. Melakukan pengambilan data. Dalam hal ini peneliti menyerbarkan kuesioner

pada responden untuk di isi oleh responden,peneliti membacakan kuesioner

pada responden yang tidak bisa baca, dan pengambilan data di lakukan di

ruang mawar RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo.

4.8 Pengumpulan Data

4.8.1 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat/fasilitas yang di gunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Nursalam, 2013).

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian kuisioner Brief

COPE dan kuesioner HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety).

4.8.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2011).

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat

ukur dalam mengukur suatu data.Untuk mengetahui validitas suatu instrumen


29

(dalam hal ini kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar

skor masing-masing variabel dengan skor totalnya.

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataanhidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang

berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang

peranan yang penting dalam waktu yang bersaman. Perlu diperhatikan bahwa

reabil belum tentu akurat (Nursalam, 2011)

4.8.3 Tehnik Pengumpulan Data

Intrumen yang di gunakan dalam pengukuran coping strategies dan

tingkat kecemasan adalah kuesioner Breif COPE HARS dan, buku catatan,

alat tulis dan untuk pengolahan data-datanya antara lain:

1. Editing yaitu Hasil wawancara, kuesioner atau pengamatan dari

lapangan dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara

umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

isi formulir atau kuesioner (Nursalam, 2013)

2. Coding yaitu Kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

”peng kodean” atau “coding” yakni mengubah kalimat atau huruf

menjadi angka atau bilangan (Nursalam, 2013).

a. Untuk responden diberikan kode R

b. Untuk kuisioner Brief COPE di berikan kode:

1 : Kurang

2 : Cukup

3 : Baik

4 : Sangat baik
30

Untuk Kuisioner HARS di berikan kode :

1 : Kurang

2 : Cukup

3 : Baik

4 : Sangat baik

3. Scoring yaitu merupakan pemberian skor terhadap setiap item yang

perlu diberi skor.

Untuk kuisioner Brief COPE di berikan skor :

1= 1 – 17 Kurang

2= 18 – 34 Cukup

3= 35 – 51 Baik

4= 52 – 68 Sangat baik

Untuk kuisioner HARS di berikan skor :

0= 0 – 14 Tidak ada kecemasan

1= 15 – 20 Kecemasan ringan

2= 21 – 27 Kecemasan sedang

3= 28 – 41 Kecemasan berat

4= 42– 56 Kecemasan berat sekali (panik).

4. Tabulating adalah proses pengolahan data yang bertujuan untuk

membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik.

Proses ini merupakan tahapan akhir pengolahan data yang sangat

berguna untuk kegiatan selanjutnya yaitu teknik penyajian data.

Untuk variabel independen, yakni Coping Strategies dengan

penilaian menggunakan lembar kuisioner. Dan untuk variabel


31

dependen, yakni penilaian kecemasan yang di gunakan adalah

lembar kuesioner Brief COPE dengan ketentuan skor antara :

1= 1 – 17 Kurang

2= 18 – 34 Cukup

3= 35 – 51 Baik

4= 52 – 68 Sangat baik

Lembar kuisioner HARS dengan ketentuan skor antara :

0= 0 – 14 Tidak ada kecemasan

1= 15 – 20 Kecemasan ringan

2= 21 – 27 Kecemasan sedang

3= 28 – 41 Kecemasan berat

4= 42– 56 Kecemasan berat sekali (panik).

4.9Analisa Data

Data yang di peroleh kemudian dianalisa, adapun analisis data meliputi:

4.9.1 Analisi Univariat

Analisi ini di gunakan untuk menjelaskan masing-masing variable yang

meliputi variabel bebas dan variable terkait.Analisisnya meliputi persentase dan

proporsi.

4.9.2 Analisis Bivariat

Analisis yang di gunakan untuk mengetahui kecemasan pasien pre

operasi.Karena desain penelitiannya adalah analitik korelasional, maka analisis

bivariat yang di gunakan adalah uji spearman dengan program computer.Alasan

di gunakan uji spearmen adalah karena merupakan salah satu ukuran korelasi

yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua
32

variabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu

variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang sama

ataupun arah yang sama ataupun arah yang sebaliknya.

Menurut Singgih Santoso 2000 dalam Rudicirus 2011 sebagai dasar

dalam pengambilan keputusan menjawab hipotesis yaitu dengan

membandingkan angka probabilitas dengan batas kritis tingkat signifikasi yang

diinginkan. Angka probabilitas dengan batas kritis tigkat signifikasi yang

diinginkan. Pada penelitian ini apabila angka probabilitas lebih kecil dari 0,5

maka H0 di tolak yang berarti ada hubungan kebiasaan game online dengan pola

tidur remaja, sebaliknya jika lebih besar dari atau sama dengan 0,5 maka H0 di

terima yang berarti tidak ada hubungan berdiri terlalu lama degan terjadinya

plantar fascitis.

Menurut Sugiono 2009 dalam Rudericus 2011, untuk menginterpretasikan

tingkat kekuatan korelasi dapat di kategorikan sebagai berikut :

1. 0,00 - 0,199 :tingkat hubungan sangat rendah

2. 0,20 - 0,399 : tingkat hubungan rendah

3. 0,40 – 0,599 : tingkat hubungan sedang

4. 0,60 – 0,799 : tingkat hubungan kuat

5. 0,80 – 1.00 : tingkat hubungan sangat kuat

Proses analisa data di lakukan dengan bantuan program computer SPSS For

Windows

4.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memberikan penjelasan kepada

responden tentang berbagai hal terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

Hal yang perlu diperhatikan:


33

4.10.1 Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Lembar persetujuan menjadi Responden di berikan sesaat sebelum

responden di beri kuesioner.Responden di beri informasi tentang tujuan dan

maksud penelitian tersebut, jika responden bersedia maka di minta

mendatangani lembar persetujuan. Tetapi jika tidak bersedia atau responden

menolak untuk diteliti, peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak

responden.

4.10.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden pada pengumpulan data observasi. Untuk mengikut sertakan

peserta peneliti cukup memberi tanda atau kode pada lembar pengumpulan data.

4.10.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Informasi yang diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan

pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai